BAB I PENDAHULUAN. indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals

dokumen-dokumen yang mirip
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Berdasarkan penghitungan kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi

Jumlah Penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2 Juta Orang 2,2 Juta Orang dengan laju pertumbuhan sebesar 2,30 2,07per tahun

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2016

Sulawesi Tenggara. Tugu Persatuan

INDEKS PEMBANGUNAN MANUSIA (IPM) TAHUN 2015

BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI SULAWESI TENGGARA

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan kemakmuran masyarakat yaitu melalui pengembangan. masalah sosial kemasyarakatan seperti pengangguran dan kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. multidimensi, yang berkaitan dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek. hidupnya sampai suatu taraf yang dianggap manusiawi.

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BERITA RESMI STATISTIK

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pembangunan pada dasarnya merupakan suatu proses multidimensional

BERITA RESMI STATISTIK

(1) menghapuskan kemiskinan dan kelaparan; (2) mewujudkan pendidikan dasar untuk semua orang; (3) mempromosikan kesetaraan gender dan pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. negara di dunia, terutama negara sedang berkembang. Secara umum

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya pertumbuhan ekonomi yang tidak disertai oleh tersedianya

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang dialami secara global dan telah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Perhatian terhadap pelaksanaan desentralisasi fiskal telah berlangsung baik di

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu isi deklarasi milenium Perserikatan Bangsa-Bangsa tentang

KATA PENGANTAR. Kepala Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan. drg. Oscar Primadi, MPH NIP

BAB I PENDAHULUAN. miskin mulai dari awal peradaban hingga sekarang ini. Kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. dengan aspek sosial, ekonomi, budaya, dan aspek lainnya yang menjadi masalah


BAB I PENDAHULUAN. pembangunan dalam bangsa, yaitu peningkatan pertumbuhan ekonomi, perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. bermartabat. Kemiskinan menurut PBB didefenisikan sebagai kondisi di mana

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BOKS 1. Posisi Daya Saing Kabupaten/Kota Di Sulawesi Tenggara

BAB I PENDAHULUAN. kelahiran hidup (World Health Organization). Kematian dapat menimpa siapa

KEMISKINAN MULTIDIMENSI PAPUA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL...

INDIKATOR KESEJAHTERAAN RAKYAT NUSA TENGGARA TIMUR 2014

BAB I PENDAHULUAN. kemiskinan serta penanganan ketimpangan pendapatan. dunia. Bahkan dari delapan butir Millenium Development Goals (MDGs) yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

RingkasanKajian. MDG, Keadilan dan Anak-anak: Jalan ke depan bagi Indonesia. Gambaran umum Tujuan Pembangunan Milenium (MDG) berusaha mengangkat

BAB I PENDAHULUAN. oleh si miskin. Penduduk miskin pada umumya ditandai oleh rendahnya tingkat

BAB I PENDAHULUAN. perbedaaan kondisi demografi yang terdapat pada daerah masing-masing.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Apriliyah S. Napitupulu, Pengaruh Indikator Komposit Indeks

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang Masalah. Pembangunan adalah kenyataan fisik sekaligus keadaan mental (state

BAB I PENDAHULUAN. dibahas adalah masalah kemiskinan. Baik di negara maju atau negara

BAB I PENDAHULUAN. yang merdeka, berdaulat, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana. pergaulan yang merdeka, bersahabat, tertib dan damai.

BAB I PENDAHULUAN. indeks pembangunan manusia (Badan Pusat Statistik, 2013). Walaupun Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. pada sebuah ketidakseimbangan awal dapat menyebabkan perubahan pada sistem

BAB I PENDAHULUAN. pendapatan perkapita diharapkan masalah-masalah seperti pengangguran, kemiskinan, dan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Kemiskinan Multi-Dimensi Anak di Indonesia: Pola, Perbedaan dan Asosiasi. Gracia Hadiwidjaja, Cindy Paladines, dan Matthew Wai-Poi

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kemiskinan merupakan fenomena umum yang terjadi pada banyak

STUDI EMPIRIS CAPAIAN MDGS DI PROVINSI RIAU

GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pada September 2000 sebanyak 189 negara anggota PBB termasuk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah kompleks di semua negara yang muncul seiring

I. PENDAHULUAN. Kebijakan pembangunan merupakan persoalan yang kompleks, karena

BAB I PENDAHULUAN. masalah infrastruktur yang belum merata dan kurang memadai. Kedua, distribusi yang

BAB I PENDAHULUAN. cukup. Sumber daya manusia yang masih di bawah standar juga melatar belakangi. kualitas sumber daya manusia yang ada di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan suatu negara sangat tergantung pada jumlah penduduk

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia, sehingga menjadi suatu fokus perhatian bagi pemerintah Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Pangan merupakan salah satu kebutuhan pokok manusia yang wajib

BAB I PENDAHULUAN. dan strategi pembangunan yang dilaksanakan masing-masing negara. Akan tetapi,

PEMODELAN DISPARITAS GENDER DI JAWA TIMUR DENGAN PENDEKATAN MODEL REGRESI PROBIT ORDINAL

KONFERENSI INTERNASIONAL CSR DAN MEMERANGI GIZI BURUK DALAM MENCAPAI MILLENIUM DEVELOPMENT GOALS (MDGs) Jakarta, 13 Desember 2010

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam pembangunan adalah IPM (Indeks Pembangunan Manusia). Dalam. mengukur pencapaian pembangunan sosio-ekonomi suatu negara yang


BAB I PENDAHULUAN. (Pemekaran setelah Undang-Undang Otonomi Khusus) yang secara resmi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kemiskinan merupakan masalah yang sangat kompleks dan dalam

Peta Kemiskinan dan Penghidupan Indonesia

pendapatan yang semakin merata. Jadi salah satu indikator berhasilnya pembangunan adalah ditunjukkan oleh indikator kemiskinan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pembangunan ekonomi merupakan perhatian utama semua negara terutama

1.1 Latar Belakang Masalah Rumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Sistematika Penulisan...

BAB I PENDAHULUAN. menurunkan angka kemiskinan. Berdasarkan tujuan pembangunan Millennium

BAB I PENDAHULUAN. Pendekatan pembangunan manusia telah menjadi tolak ukur pembangunan. pembangunan, yaitu United Nations Development Programme (UNDP)

I. PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi di Indonesia meningkat dengan pesat dalam 4 dekade

BAB I PENDAHULUAN. periode yang sama tahun sebelumnya sebesar 5,61 persen.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemiskinan merupakan suatu kondisi bukan hanya hidup dalam

Mengurangi Kemiskinan Melalui Keterbukaan dan Kerjasama Penyediaan Data

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Posisi manusia selalu menjadi tema sentral dalam setiap program

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan merupakan suatu langkah dalam membuat sesuatu yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 : PENDAHULUAN. negara-negara di dunia sebagai pengganti pembangunan global Millenium

BAB I PENDAHULUAN. perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan institusiinstitusi

I. PENDAHULUAN. perubahan besar dalam struktur sosial, sikap-sikap mental yang sudah terbiasa

TINJAUAN PUSTAKA Masalah Gizi Ganda

Sumatera Barat. Jam Gadang

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan pengangguran yang tinggi, keterbelakangan dan ketidak

BAB I PENDAHULUAN. cenderung meningkat dari waktu ke waktu. Pada tahun 2010 prevalensi merokok

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tingkat kemiskinan ekstrem yang mencolok (Todaro dan Smith, 2011:

Indonesia - Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia diterjemahkan sebagai Tujuan Pembangunan Milenium yang

TUJUAN 3. Mendorong Kesetaraan Gender dan Pemberdayaan Perempuan

I. PENDAHULUAN. (NSB) termasuk Indonesia sering berorientasi kepada peningkatan pertumbuhan

BAB I PENDAHULUAN. 189 negara anggota PBB pada bulan September 2000 adalah deklarasi Millenium

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan pembangunan. Pembangunan pada dasarnya adalah suatu proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengentasan kemiskinan dan kelaparan ekstrim merupakan salah satu target indikator perbaikan dunia yang tercantum dalam Millenium Development Goals (UNDP, 2007: 6). Sasaran pembangunan tersebut disepakati dan ditandatangani dalam deklarasi di New York tahun 2005 oleh 189 negara. Target utama sasaran tersebut adalah menurunkan proporsi penduduk dengan tingkat pendapatan di bawah US$1 per hari menjadi setengahnya dalam kurun waktu 1990 2015. Sasaran pengentasan kemiskinan adalah seluruh warga negara tidak terkecuali anak. Kesejahteraan suatu bangsa di masa yang akan datang diantaranya ditentukan oleh investasi jangka panjang yang dilakukan oleh keluarga, pemerintah, dan seluruh komponen masyarakat kepada anak-anak di masa sekarang. Peran anak sangat dibutuhkan terkait dengan bonus demografi pada tahun 2020 2030, yaitu sekitar 60 persen penduduk Indonesia tergolong dalam kelompok usia produktif (BPS, 2014a). Perhatian dunia tentang kemiskinan anak semakin meningkat pada satu dekade terakhir (Roelen et al., 2009a). Pengukuran kemiskinan anak menjadi penting karena anak-anak yang tumbuh dalam kemiskinan cenderung miskin pada masa dewasanya (Roelen et al., 2008). Kemiskinan anak yang ekstrim menyebabkan terganggunya fisik dan mental sehingga mengganggu pertumbuhan dan menghilangkan kemampuan di masa dewasa untuk memenuhi kebutuhannya (Gordon et al., 2003). Oleh karena itu, United Nations Children s Fund (UNICEF, 1

2000: 3) menyatakan bahwa investasi anak-anak saat ini merupakan garansi terbaik untuk mengurangi kemiskinan di masa mendatang. Alasan lain pentingnya pengukuran kemiskinan anak adalah pada dasarnya kemiskinan anak mempunyai penyebab dan dampak yang berbeda dari kemiskinan dewasa (Minujin et al., 2006). Anak dengan umur dan jenis kelamin yang berbeda memiliki kebutuhan dasar yang berbeda dengan orang dewasa (Waddington, 2004: 10). Indikator yang sering digunakan secara internasional untuk mengidentifikasi dan mengukur kemiskinan orang dewasa dan anak-anak adalah pendapatan atau pengeluaran per kapita (Roche, 2013). Akan tetapi, pengukuran kemiskinan anak dengan pendekatan pendapatan rumah tangga kurang tepat karena pengukuran ini mengasumsikan sumber daya didistribusikan secara merata kepada seluruh anggota keluarga, padahal kenyataannya anak-anak sering mendapat alokasi sumber daya yang tidak proporsional dengan anggota keluarga yang lain (Gordon et al., 2003). Pengukuran kemiskinan anak dengan pendekatan pendapatan rumah tangga tidak tepat digunakan karena mengasumsikan kemiskinan anak sama dengan kemiskinan dewasa (Minujin et al., 2006; Bastos dan Machado, 2009; Awan et al., 2012; Trani et al., 2013). Anak miskin tidak selalu hidup di suatu rumah tangga miskin (Minujin et al., 2006). Sen (1983) menyatakan bahwa kemiskinan dengan pendekatan pengeluaran konsumsi hanya menggambarkan sebagian kecil wawasan tentang standar hidup kesejahteraan masyarakat. Barrientos dan DeJong (2004) menyatakan bahwa penyebab timbulnya kemiskinan anak bukan hanya kurangnya pendapatan, namun juga dalam hal kesehatan, pendidikan, ketidakberdayaan, ketidakpastian, risiko, dan kurangnya 2

rasa penghargaan. Lebih lanjut Gordon et al., (2003) menyatakan bahwa kemiskinan anak tidak hanya dipengaruhi oleh pendapatan rumah tangga, tetapi juga ketersediaan infrastruktur dan pelayanan, seperti kesehatan, pendidikan, dan ketersediaan air. Dimensi-dimensi kemiskinan juga saling berkaitan, baik secara langsung maupun tidak langsung. Kemajuan atau kemunduran pada salah satu aspek dapat mempengaruhi kemajuan atau kemunduran pada aspek lainnya (Arsyad, 2010: 299). Gordon et al., (2003) mengestimasi jumlah anak miskin di negara berkembang dengan menggunakan pendekatan multidimensi untuk yang pertama kali (Delamonica dan Minujin, 2007). Pengukuran kemiskinan anak yang dilakukan mengacu pada kriteria kemiskinan yang disepakati pada World Summit for Social Development di Copenhagen pada tahun 1995. Dimensi yang digunakan adalah makanan, air minum, fasilitas sanitasi, kesehatan, perumahan, pendidikan, informasi, dan akses terhadap pelayanan dasar. Indonesia sebagai negara berkembang terus berusaha mengurangi angka kemiskinan. Demikian halnya dengan Provinsi Sulawesi Tenggara telah mengalami kemajuan dalam mengurangi kemiskinan, namun tidak dipungkiri masih banyak penduduk yang tetap miskin. Berdasarkan hasil sensus penduduk 2010, penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara sebanyak 2.232.586 jiwa, sebanyak 1.121.826 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 1.110.760 berjenis kelamin perempuan. Penduduk yang tinggal di perkotaan sebanyak 611.373 jiwa dan 1.621.213 jiwa tinggal di wilayah perdesaan. Tingkat kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2010 2012 selalu lebih tinggi jika dibandingkan dengan rata-rata tingkat kemiskinan 3

provinsi-provinsi di pulau Sulawesi dan kemiskinan nasional. Angka kemiskinan Provinsi Sulawesi Tenggara, rata-rata provinsi di pulau Sulawesi, dan Indonesia tahun 2008 2012 ditampilkan pada Gambar 1.1. Jika dilihat menurut kabupaten/kota di Provinsi Sulawesi Tenggara pada periode yang sama, Kabupaten Konawe Selatan, Kabupaten Konawe Utara, Kota Kendari, dan Kota Baubau merupakan kabupaten/kota dengan persentase penduduk miskin lebih rendah dibanding persentase penduduk miskin di tingkat provinsi. Kabupaten lainnya, yaitu Kabupaten Buton, Muna, Konawe, Kolaka, Wakatobi, Kolaka Utara, dan Buton Utara adalah kabupaten dengan persentase penduduk miskin lebih tinggi dibanding persentase penduduk miskin tingkat provinsi. Hal tersebut ditunjukkan pada Tabel 1.1. 20 16 Persen 12 8 4 0 2008 2009 2010 2011 2012 Tahun Sulawesi Tenggara Rata-rata pulau Sulawesi Indonesia Sumber: BPS (2008 2012), data diolah Gambar 1.1 Persentase Penduduk Miskin di Provinsi Sulawesi Tenggara, Rata-rata Provinsi di Pulau Sulawesi, dan Indonesia, 2008 2012 Berdasarkan sensus penduduk tahun 2010, sebanyak 915.453 jiwa atau 41 persen penduduk Provinsi Sulawesi Tenggara berusia dibawah 18 tahun. Persentase gizi kurang dan buruk pada anak di Provinsi Sulawesi Tenggara sebesar 22,7 4

persen, masih di atas target nasional sebesar 20 persen maupun MDG s sebesar 18,5 persen pada tahun 2015 (Depkes, 2009). Kabupaten/Kota Tabel 1.1 Persentase Penduduk Miskin menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Tenggara, 2008 2012 Tahun 2008 2009 2010 2011 2012 Buton 22,93 20,16 17,95 16,64 15,47 Muna 22,42 20,02 17,35 16,14 14,65 Konawe 22,40 19,97 17,45 16,24 14,63 Kolaka 22,46 20,46 18,90 17,62 15,57 Konawe Selatan 16,74 15,17 13,49 12,57 11,23 Bombana 18,25 16,63 15,70 14,68 12,82 Wakatobi 22,53 20,42 18,49 17,10 16,00 Kolaka Utara 24,08 21,88 20,04 18,76 16,41 Buton Utara 22,86 20,58 18,78 17,34 15,76 Konawe Utara 16,50 15,19 13,69 12,80 11,79 Kendari 8,53 7,88 8,02 7,46 6,40 Baubau 14,13 12,72 12,06 11,24 10,03 Sulawesi Tenggara 19,53 18,93 17,05 14,56 13,71 Sumber: BPS (2008 2012) Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh SMERU tahun 2013, hanya 18,3 persen anak Indonesia yang benar-benar terbebas dari kemiskinan multidimensi. Adapun tingkat kemiskinan anak jika diukur dengan menggunakan garis kemiskinan moneter, Provinsi Sulawesi Tenggara menempati urutan sepuluh besar tingkat kemiskinan anak tertinggi di Indonesia. 1.2 Keaslian Penelitian Penelitian tentang kemiskinan multidimensi anak telah banyak dilakukan di luar negeri, khususnya penelitian yang dilakukan oleh peneliti yang bekerjasama dengan UNICEF, tetapi penelitian di dalam negeri masih terbatas jumlahnya. Penelitian yang mengambil topik mengenai kemiskinan pada umumnya tidak membedakan antara kemiskinan anak dan dewasa. Penelitian yang secara khusus 5

membahas kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara dan faktor-faktor yang mempengaruhinya belum pernah dilakukan. Tabel 1.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu Peneliti Alat analisis Temuan Utama Gordon et al., (2003) Bristol 37 persen anak yang hidup di negara berkembang mengalami kemiskinan pada dua dimensi atau lebih. Setengah dari anak-anak di negara Delamonica dan Minujin Delamonica dan berkembang rata-rata miskin pada (2007) Minujin 1,15 dimensi. Roelen et al., (2009a) Roelen et al. (CVPI) 37 persen anak di Vietnam hidup dalam kemiskinan. Roelen et al., (2009b) Regresi logistik Jenis kelamin kepala rumah tangga, pendidikan kepala rumah tangga, status pekerjaan kepala rumah tangga, suku bangsa, proporsi anak terhadap total anggota keluarga, dan wilayah tempat tinggal merupakan faktorfaktor yang signifikan mempengaruhi kemiskinan moneter dan multidimensi anak di perkotaan maupun di perdesaan. Bastos dan Machado (2009) Awan et al., (2012) Roche (2013) Qi dan Wu (2013) Trani et al., (2013) Dickerson dan Popli (2015) Totally Fuzzy and Relative Theory Alkire dan Foster Alkire dan Foster, Delamonica dan Minujin, Roelen et al. (CVPI) Bristol Alkire dan Foster Alkire dan Foster Dimensi perumahan dan integrasi sosial merupakan dimensi paling penting yang dapat digunakan untuk mengukur kemiskinan anak, sedangkan suku bangsa, tingkat pendidikan, dan status pekerjaan orang tua adalah faktor-faktor penting yang menentukan kemiskinan anak. 48 persen anak di Provinsi Punjab miskin multidimensi dengan rata-rata miskin pada 4 dimensi. Kemiskinan multidimensi anak di Bangladesh mengalami penurunan dari 83 persen pada 1997 menjadi 66 persen pada tahun 2007. Standar kehidupan anak-anak di China meningkat secara signifikan antara tahun 1989 sampai dengan 2009, tetapi kesenjangan antar wilayah semakin tinggi. Seluruh anak di Afghanistan mengalami kemiskinan minimal pada satu dimensi. Pengukuran kemiskinan dengan pendekatan multidimensi memberikan gambaran yang lebih baik daripada pendekatan pendapatan. 6

Beberapa penelitian terdahulu yang meneliti tentang kemiskinan anak dengan menggunakan pendekatan multidimensi dan relevan digunakan sebagai referensi penelitian ini terangkum dalam Tabel 1.2. Berdasarkan penelitian-penelitian terdahulu, perbedaan penelitian ini dibanding penelitian sebelumnya adalah wilayah, periode, dan variabel data penelitian. Penelitian ini dilakukan di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 dan 2013. Variabel indikator-indikator kemiskinan multidimensi anak yang digunakan merupakan gabungan dari variabel-variabel yang digunakan oleh penelitian-penelitian sebelumnya. Pengukuran kemiskinan multidimensi anak ditampilkan berdasarkan jenis kelamin anak, klasifikasi wilayah tempat tinggal (perdesaan dan perkotaan), dan kabupaten/kota tempat tinggal. Sementara itu, faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan multidimensi anak dianalisis berdasarkan karakteristik individu, rumah tangga, dan geografis dengan membandingkan antara regresi logistik, probit, dan tobit untuk mendapatkan model terbaik. Persamaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah mengukur dan menganalisis kemiskinan anak dengan menggunakan pendekatan multidimensi. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas dan belum tereksplorasinya kemiskinan anak dengan pendekatan multidimensi di Provinsi Sulawesi Tenggara menjadikannya menarik untuk diteliti. Pada penelitian ini dihitung dan dianalisis kemiskinan multidimensi anak yang dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, klasifikasi wilayah, dan kabupaten/kota tempat tinggal, sehingga memberikan gambaran yang jelas mengenai kondisi kemiskinan multidimensi anak serta faktorfaktor yang mempengaruhinya di Provinsi Sulawesi Tenggara. 7

1.4 Pertanyaan Penelitian Pertanyaan yang ingin dijawab dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Bagaimanakah kondisi kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara? 2. Faktor-faktor apakah yang mempengaruhi kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara? 1.5 Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Menghitung dan menganalisis tingkat kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara. 2. Menganalisis faktor-faktor geografis, rumah tangga, dan individu yang dapat mempengaruhi kemiskinan multidimensi anak di Provinsi Sulawesi Tenggara. Faktor-faktor tersebut adalah jenis kelamin, umur, jenis kelamin kepala rumah tangga, umur kepala rumah tangga, jenjang pendidikan yang ditamatkan kepala rumah tangga, status pekerjaan kepala rumah tangga, jumlah anggota rumah tangga, pendapatan per kapita, klasifikasi wilayah tempat tinggal, dan kabupaten/kota tempat tinggal. 1.6 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat memberikan faedah yang berarti sebagai berikut. 1. Memberikan informasi kondisi kemiskinan multidimensi anak dan faktor-faktor yang mempengaruhinya di Provinsi Sulawesi Tenggara tahun 2011 dan 2013. 8

2. Bagi pemerintah Provinsi Sulawesi Tenggara diharapkan dapat menjadi masukan dalam pengambilan kebijakan pengentasan kemiskinan anak. 3. Dalam bidang akademis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan mengenai pengukuran kemiskinan anak dan memperkaya sumber pustaka bagi penelitian-penelitian selanjutnya. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. Bab I Pendahuluan, berisi tentang latar belakang, keaslian penelitian, rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan. Bab II Tinjauan Pustaka, berisi tentang landasan teori yang berkaitan dengan kemiskinan multidimensi anak dan tinjauan literatur terhadap penelitianpenelitian terdahulu beserta temuan-temuannya. Bab III Metode Penelitian, berisi tentang uraian tahapan penelitian, jenis dan sumber data, dan alat analisis yang digunakan. Bab IV Analisis yang berisi deskripsi data penelitian, penghitungan kemiskinan multidimensi anak, pemetaan kemiskinan multidimensi anak, dan analisis regresi faktor-faktor yang mempengaruhi kemiskinan multidimensi anak. Bab V Kesimpulan dan Saran, berisi temuan penting dari penelitian dan diajukan beberapa saran dari hasil penelitian. 9