BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Indonesia saat ini telah menjadi negara yang mengarah ke basis industri.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

RASIO LIKUIDITAS DAN PROFITABILITAS PADA PT. KALBE FARMA BEKASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Sistem keuangan di negara-negara Asia mengalami perubahan yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Seiring berjalannya waktu, umumnya suatu perusahaan memerlukan dana

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Analisis Kinerja Keuangan Perusahaan BUMN Asuransi Yang Go Publik (Menggunakan Analisis Ratio Dan Risk Based Capital)

METADATA INFORMASI DASAR

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. serta kondisi keuangan perusahaan. Melalui laporan keuangan perusahaan dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Bidang keuangan menjadi bidang yang sangat penting bagi perusahaan.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perkembangan dunia usaha saat ini semakin pesat, menimbulkan

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dan pangsa pasar yang besar. Oleh karena itu, setiap perusahaan harus mampu

BAB I PENDAHULUAN. menjaga kontinuitas perkembangan usahanya dari waktu ke waktu. Masyarakat

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. keadaan perekonomian sejak bulan Oktober 2014 hingga saat ini masih

ANALISIS RASIO LIKUIDITAS DAN SOLVABILITAS PADA PT BUKIT ASAM (Persero) Tbk.

BAB IV ANALISA HASIL DAN PEMBAHASAN. dan dapat dipercaya untuk menilai kinerja perusahaan dan hasil dari suatu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

LAPORAN KEUANGNAN DAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN. Febriyanto, S.E., M.M.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Perkembangan industri manufaktur memicu perkembangan sektor

Analisis Laporan Keuangan Untuk Menilai Kinerja Perusahaan Pada Pt. Holcim Indonesia Tbk

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Seiring dengan perkembangan dunia usaha yang semakin pesat, tingkat

BAB 1 PENDAHULUAN. perusahaan baik yang skala kecil maupun skala besar mempunyai tujuan yang telah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

PENGGUNAAN ANALISIS RASIO KEUANGAN DENGAN METODE TIME SERIES UNTUK MENILAI KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Sumber: Majalah SWA 6 Desember 2007

BAB I PENDAHULUAN. Dalam perkembangan dunia usaha yang semakin maju, sejalan dengan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI. Konsep Laporan Keuangan dan Akuntansi. II.1.1. Pengertian Laporan Keuangan dan Akuntansi

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 September 2014/ Triwulan III Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II KAJIAN PUSTAKA. saat tertentu atau jangka waktu tertentu. Menurut Hery (2012:3) laporan keuangan

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas perekonomian menjadi meningkat karena pasar modal menjalankan dua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

KEPUTUSAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR: 424/KMK.06/2003 TENTANG KESEHATAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI DAN PERUSAHAAN REASURANSI

bentuk pertangungjawaban manajemen atas aktivitas-aktivitas yang dilakukan perusahaan selama suatu periode tertentu kepada pihak-pihak yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. saham akan bereaksi negatif bila terjadi kemelut dalam negeri seperti kerusuhan

TINJAUAN PUSTAKA Asuransi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Kas diperlukan untuk membiayai operasi perusahaan sehari-hari maupun

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. tersebut melalui suatu analisis yang dapat dijadikan pedoman untuk menilai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Perekonomian tumbuh dan berkembang dengan berbagai macam

PENGOLAHAN MODAL KERJA

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan yang maksimal. Dengan memperoleh laba yang maksimal seperti

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 30 Juni 2014/ Triwulan II Tahun 2014 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB I PENDAHULUAN. dapat dikatakan sehat apabila perusahaan dapat bertahan dalam kondisi ekonomi

Analisis Laporan Keuangan PT. UNILEVER Indonesia, Tbk Periode Tahun

BAB I PENDAHULUAN. yang cukup bagus dan cenderung diminati oleh investor sebagai salah satu target

BAB I PENDAHULUAN. Industri barang konsumsi atau consumer goods di Indonesia semakin tumbuh

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perbankan di Indonesia mempunyai peranan yang sangat strategis dan keberadaannya sangat mutlak dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III PEMBAHASAN. Menurut Veithzal et al (2012:616), laporan keuangan adalah laporan periodik

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB 4. AKTIVITAS KETIGA

ANALISIS LAPORAN KEUANGAN BANK SYARIAH. Oleh : Junaedi,SE,M.Si

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Anggraini Pudji Lestari (2010) dengan topik Pengaruh rasio Likuiditas, Kualitas

BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. berupa angka-angka dari transaksi yang terjadi selama satu periode. Informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang berasal dari laporan keuangan (Kurnia, 2013:2). Laporan keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

bisa disebabkan oleh kurangnya laju ekspor barang maupun jasa di Indonesia. Selain itu, masyarakat kita cenderung lebih menyukai barang-barang import

BAB I PENDAHULUAN. Pada umumnya suatu perusahaan didirikan dengan tujuan untuk memperoleh laba.

BAB IV ANALISA DAN HASIL PEMBAHASAN. 4.1 Analisis Rasio Keuangan PT. Asuransi Ramayana Tbk

Bab II. Tinjauan Pustaka

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Maret 2015/ Triwulan I Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

LAPORAN KEUANGAN PERUSAHAAN ASURANSI UMUM / REASURANSI Per 31 Desember 2015/ Triwulan IV Tahun 2015 PT ASURANSI MITRA PELINDUNG MUSTIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Manajemen Keuangan LAPORAN KEUANGAN. Bentuk Bentuk Laporan Keuangan. Idik Sodikin,SE,MBA,MM. Modul ke: Fakultas EKONOMI DAN BISNIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 1. Pengertian Laporan Keuangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Analisis Laporan Keuangan Sebagai Bahan Pertimbangan Dalam

BAB I PENDAHULUAN. PT. Telekomunikasi Indonesia (Tbk), PT. Indonesia Satelit (Tbk), PT.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Sejak pertengahan tahun 1997, Indonesia mengalami dampak memburuknya kondisi ekonomi, terutama karena depresiasi mata uang Rupiah terhadap mata uang asing, yang mengakibatkan langkanya likuiditas, labilnya kurs mata uang asing dan suku bunga. Kondisi ini mencakup pula penurunan harga saham di bursa efek Indonesia, pengetatan penyediaan kredit, kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan penurunan kegiatan ekonomi Sejak pertengahan tahun 1999, kurs Rupiah terhadap dolar AS, tingkat suku bunga Sertifikat Bank Indonesia dan tingkat inflasi menunjukan perbaikan. Akan tetapi, pada tahun 2000, kurs Rupiah terhadap dolar AS melemah kembali dan kondisi ekonomi negara terus dipengaruhi oleh ketidakstabilan sektor sosial dan politik. Kondisi-kondisi tersebut di atas membuat sebagian perusahaan asuransi terpaksa gulung tikar hal itu disebabkan oleh berbagai faktor diantaranya, perusahaan tidak mampu memenuhi berbagai kewajiban baik jangka pendek maupun jangka panjang (kewajiban pada saat dilikuidasi). Kondisi ini diperparah lagi oleh berbagai kebijakan pemerintah, diantaranya kebijakan pemerintah mengenai pemenuhan tingkat solvabilitas perusahaan seperti yang dipersyaratkan oleh ketentuan pemerintah yang tertuang dalam keputusan menteri keuangan No. 424/KMK.06/2003 dapat berakibat dihentikannya kegiatan operasi perusahaan. Di dalam keputusan menteri keuangan No. 424/KMK.06/2003 tersebut diterangkan bahwa perusahaan asuransi dan reasuransi setiap saat wajib memenuhi tingkat solvabilitas paling sedikit 120 % dari risiko kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari deviasi dalam pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Hal tersebut memicu perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia 1

untuk memperbaiki dan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, sehingga mereka dapat meningkatkan tingkat sovabilitas perusahaan. Untuk menjaga tingkat solvabilitas perusahaan, berbagai upaya dijalankan perusahaan, diantaranya, memperbaiki struktur aktiva perusahaan, menjalankan apa yang disebut dengan program bersih-bersih untuk memperbaiki kualitas aktiva perusahaan, meningkatkan efektivitas penagihan premi, melakukan seleksi bisnis untuk menekan jumlah klaim, menarik pinjaman subordinasi dari pemegang saham, mempertahankan kualitas reasuradur dan berusaha terus untuk meningkatkan modal setor perusahaan. Dalam asuransi, kemampuan menyerap premi sangat tergantung dari jumlah modal yang dimiliki. Itu karena jumlah modal yang cukup sangat diperlukan untuk menutup kemungkinan risiko kerugian yang timbul akibat adanya deviasi pengelolaan kekayaan dan kewajiban. Kemampuan itu disebut sebagai tingkat solvabilitas atau risiko berdasarkan modal (risk base capital/rbc). Modal kecil bagi perusahaan asuransi bukanlah hal yang menggembirakan. Di Indonesia, misalnya, akibat banyaknya perusahaan asuransi yang bermodal minim, skala ekonomi industri jual beli risiko ini juga kecil. Hal itu bisa dilihat dari total perolehan premi yang hanya berada di kisaran 1,25 persen sampai 1,66 persen dari produk domestik bruto (PDB) dalam kurun tahun 1997 sampai tahun 2001. Angka itu jelas ironis jika dibandingkan dengan potensi yang tersedia. Khusus di industri asuransi jiwa, pesertanya baru sekitar 16 persen dari total penduduk sebesar 215 juta jiwa. Begitu pula dengan asuransi umum. Pada tahun 2002, total premi yang diperoleh hanya sebesar Rp 11,3 triliun atau tumbuh 9,7 persen dibandingkan tahun 2001. Bukti besarnya potensi, salah satunya bisa dilihat dari defisit premi yang terjadi. Pada tahun 2001, defisit premi mencapai Rp 1,3 triliun. Dari nilai itu, sekitar Rp 900 miliar disumbangkan asuransi minyak dan gas (migas). Di sejumlah negara, industri asuransi sama besarnya dengan industri perbankan. Namun, di Indonesia asset asuransi hanya 6 persen dibandingkan asset 2

perbankan. Minimnya modal membuat sejumlah perusahaan terpaksa menghentikan pertumbuhannya. Untuk menambah modal dan meningkatkan solvabilitasnya, tidak ada jalan lain kecuali meminta pemegang saham menyetor modal atau mencari mitra strategis, baik lokal maupun asing. Namun pada kenyataannya, perusahaan sangat sulit untuk mendapatkan modal yang maksimal, baik yang diperoleh dari setorannya ataupun dari mitra strategisnya, maka perusahaan-perusahaan asuransi lebih menekankan pada konsistensi dan menerapkan prinsip tata kelola yang baik di dalam perusahaannya. Selain konsistensi dalam menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik, salah satu alasan mengapa perusahaan-perusahaan asuransi dapat tumbuh dan hadir selama industri asuransi nasional adalah pengelolaan yang baik terhadap risiko solvabilitas. Risiko solvabilitas berkaitan dengan ketidakmampuan perusahaan memenuhi tingkat solvabilitas perusahaan yang sering disebut tingkat RBC (Risk Based Capital) seperti yang dipersyaratkan oleh ketentuan pemerintah yang tertuang dalam keputusan menteri keuangan No. 424/KMK.06/2003 dapat berakibat dihentikannya kegiatan operasi perusahaan. Besarnya tingkat solvabilitas antara lain dipengaruhi oleh : 1. Jenis aktiva yang dimiliki, keseimbangan aktiva dan kewajiban dalam setiap mata uang asing, serta besarnya ekuitas perusahaan. 2. Jumlah premi bersih, jumlah klaim bersih, dan kualitas reasuradur yang menyediakan kapasitas reasuransi. Oleh karena itu penulis menetapkan judul skripsi ini adalah EVALUASI PENGGUNAAN ANALISIS LAPORAN KEUANGAN RISK BASED CAPITAL UNTUK MENGELOLA RISIKO SOLVABILITAS PERUSAHAAN ASURANSI. 1.2. Identifikasi Masalah Gambaran tahun 2006 diprediksikan terjadinya persaingan yang semakin meningkat, terutama dengan perusahaan patungan yang terlihat agresif dalam 3

menunjukan eksistensinya di Indonesia. Dengan gambaran tersebut, dapat ditarik kesimpulan bahwa : a. Hanya perusahaan-perusahaan yang berskala besar yang dapat tetap bersaing dan bertahan, yaitu perusahaan-perusahaan yang kuat dalam segi permodalan, jenis dan jumlah aktiva dimilikinya, kepemilikan sumber-sumber daya yang memadai (SDM yang berkualitas), memiliki produk atau jasa yang unggul dan juga berkualitas serta reputasi perusahaan yang baik di mata masyarakat luas. b. Pengelolaan yang baik terhadap berbagai risiko keuangan, diantaranya adalah Risiko Likuiditas, Risiko Investasi serta Risiko Solvabilitas menjadi faktor penting bagi setiap perusahaan dalam menerapkan prinsip going concern. Risiko likuiditas berkaitan dengan tidak tersedianya dana yang cukup untuk membayar kewajiban yang sudah jatuh tempo. Risiko investasi berkaitan dengan risiko-risiko yang umumnya terjadi pada penempatan dana untuk tujuan investasi, seperti risiko fluktuasi nilai tukar mata uang, perubahan suku bunga, fluktuasi harga saham di bursa. Risiko solvabilitas berkaitan dengan ketidakmampuan perusahaan memenuhi tingkat solvabilitas perusahaan yang sering disebut tingkat RBC (Risk Based Capital) seperti yang dipersyaratkan oleh ketentuan pemerintah yang tertuang dalam keputusan mentri keuangan No. 424/KMK.06/2003 dapat berakibat dihentikannya kegiatan operasi perusahaan. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumnya, maka penulis mencoba untuk mengidentifikasi permasalahan sebagai bahan untuk diteliti dan dianalisis sebagai berikut : 1. Berapakah tingkat RBC yang telah dicapai perusahaan selama kurun waktu tiga tahun terakhir 2003-2005, hasil dari analisis rasio keuangan? 2. Apa makna dari setiap angka yang diperoleh, hasil dari perhitungan rasio? 3. Bagaimana pengelolaan yang dilakukan perusahaan terhadap risiko solvabilitas, dalam mempertahankan batas tingkat solvabilitas yang diperbolehkan? 4

1.3. Maksud dan Tujuan Penelitian Sesuai dengan masalah yang diidentifikasi di atas, penelitian ini dilakukan dengan tujuan-tujuan untuk : 1. Menganalisis kesesuaian tingkat RBC perusahaan-perusahaan asuransi di Indonesia pada periode tahun 2003 sampai dengan tahun 2005 (sampai dengan Triwulan III) dengan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam keputusan menteri keuangan No. 424/KMK.06/2003. 2. Mengetahui makna dari setiap angka hasil dari perhitungan rasio. 3. Mengetahui tindakan-tindakan apa saja yang perlu dilakukan perusahaan dalam rangka mempertahankan batas tingkat solvabilitas yang diperbolehkan. 1.4. Kegunaan Penelitian Penelitian yang dilakukan diharapkan dapat berguna : 1. Bagi penulis. a. Memenuhi salah satu syarat untuk menempuh ujian Sarjana Ekonomi jurusan Akuntansi pada Universitas Widyatama. b. Hasil penelitian ini dapat memberikan gambaran mengenai rasio-rasio keuangan, khususnya manfaat penggunaan rasio solvabilitas dalam analisis keuangan. 2. Bagi perusahaan atau pihak manajemen perusahaan. Hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dasar yang berguna untuk perbaikan dan pengembangan perusahaan di masa yang akan datang. 3. Bagi masyarakat dan dunia pendidikan. Hasil penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran yang dapat menambah pengetahuan terapan dan bahan kepustakaan. 5

1.5. Kerangka Pemikiran Dalam suatu perusahaan, akuntansi berfungsi untuk mengubah data menjadi informasi dalam suatu entitas ekonomi pada periode tertentu. Laporan keuangan yang terdiri dari neraca (Balace Sheets), laporan laba rugi (Statements of Income), laporan perubahan ekuitas (Statements of Changes In Stockholders Equity), laporan arus kas (Statements of Cash Flows) dan catatan atas laporan keuangan (Notes to the Financial Statements) merupakan tolak ukur bagi manajemen dalam menilai kondisi perusahaan, diantarannya menilai kondisi keuangan yang telah dicapai pada periode tertentu. Hal ini diperlukan guna mengetahui kelemahan-kelemahan yang ada pada perusahaan yang pada suatu saat akan menimbulkan masalah-masalah yang berdampak pada eksistensi perusahaan. Maka dari itu informasi tersebut diharapkan dapat menjadi dasar untuk mengambil kebijakan dan keputusan yang lebih baik yang akan ditempuh oleh perusahaan pada masa yang akan datang sebagai bahan untuk proses perbaikan-perbaikan yang diperlukan, pemecahan masalah dan melakukan perencanaan ulang yang lebih baik dari sebelumnya. Telah diketahui bahwa struktur kekayaan suatu perusahaan itu erat hubungannya dengan struktur modalnya. Dengan menghubungkan elemen-elemen aktiva di satu pihak dengan elemen-elemen pasiva di lain pihak, maka akan dapat diperoleh banyak gambaran tentang keadaan finansial suatu perusahaan. Elemenelemen apa yang akan dihubungkan adalah tergantung kepada aspek finansial apa yang ingin diketahui. Dengan membandingkan elemen-elemen tertentu dari aktiva di satu pihak dengan elemen-elemen tertentu dari pasiva di lain pihak, maka akan dapat mengetahui keadaan atau tingkat solvabilitas suatu perusahaan pada saat tertentu. Untuk mengetahui tingkat solvabilitas diperlukan suatu alat ukur yang disebut rasio. Salah seorang penulis J. Courties memberikan kerangka rasio keuangan secara kategorik seperti nampak pada gambar 1.1 di halaman berikut ini. 6

Gambar 1.1 Kerangka Rasio Keuangan Profit margin Profitability Return on Investment Capital Turn Over Rasio Keuangan Managerial Performance Credit Policy Inventory Administration Aset Equity Structure J. Panjang Solvency Cash Flow J. Pendek Sumber : Sofyan Syafri Hararap (2004, 300) Dari gambar 1.1 nampak bahwa dengan menggunakan rasio keuangan, dapat diukur kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba, mengukur kinerja atau prestasi manajemen pada periode tertentu dan dapat mengukur kemampuan perusahaan dalam melunasi kewajibannya atau lebih dikenal dengan sebutan solvabilitas perusahaan. Menurut Sofyan Syafri Harahap dalam bukunya yang berjudul Analisis Kritis Atas Laporan Keuangan (2004, 297) : Rasio Keuangan adalah angka yang diperoleh dari hasil perbandingan dari satu pos laporan keuangan dengan pos lain-nya yang mempunyai hubungan yang relevan dan signifikan (berarti). Rasio-rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka di dalam atau antara laporan rugi-laba dan neraca. 7

Dikutip berdasarkan buku dengan judul Analisis Laporan Keuangan, karangan Mamduh M. Hanafi dan Abdul Halim (2003, 75) : Rasio Solvabilitas adalah rasio yang mengukur sejauh mana kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Dalam rasio solvabilitas kita dapat mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan yang tidak solvabel adalah perusahaan yang total hutangnya lebih besar dibandingkan total asetnya. Dalam rasio ini yang diukur adalah likuiditas jangka panjang perusahaan dan dengan demikian memfokuskan pada sisi kanan neraca. Rasio solvabilitas menggambarkan kemampuan perusahaan dalam membayar kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban-kewajibannya apabila perusahaan dilikuidasi. Rasio ini dapat dihitung dari pos-pos yang sifatnya jangka panjang seperti aktiva tetap dan utang jangka panjang. Di sini persoalannya adalah apabila suatu perusahaan itu dilikuidasi, apakah kekayaan yang dimiliki oleh perusahaan tersebut cukup untuk memenuhi semua utang-utangnya?. Dari pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa manfaat menganalisis laporan keuangan dengan mencari rasio-rasio finansial adalah dapat mengetahui kondisi atau keadaan perusahaan pada periode tertentu mengenai tingkat solvabilitas. Sehingga di dalam penelitian ini, dapat diketahui apakah perusahaanperusahaan asuransi di Indonesia telah menjalankan ketentuan pemerintah yang tertuang dalam keputusan menteri keuangan No. 424/KMK.06/2003 atau belum? 1.6. Metode Penelitian Teknik penelitian yang dilakukan disini bersifat studi komparatif, sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis, yaitu metode yang berusaha mengumpulkan data yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya, menyajikan dan menganalisisnya sehingga dapat memberikan perbandingan yang cukup jelas mengenai objek yang diteliti yang kemudian dapat ditarik suatu kesimpulan. 8

Dalam penelitian ini penulis menggunakan data sekunder berupa laporan keuangan tahunan emiten yang sudah terdaftar di BEJ (Bursa Efek Jakarta). Teknik untuk pengumpulan data sekunder dilakukan dengan cara: 1. Penelitian lapangan (Field Research) Penelitian lapangan ini bertujuan untuk memperoleh data dari perusahaan yang sedang diteliti untuk kemudian dipelajari, diolah dan dianalisis. 2. Penelitian Kepustakaan (Library Research) Penelitian kepustakaan adalah dengan cara mengumpulkan bahan-bahan dari berbagai sumber dan mempelajari literatur-literatur yang berhubungan dengan topik pembahasan untuk memperoleh dasar teoritis. Metode sampling yang digunakan adalah sampel jenuh atau dengan kata lain sampel penelitian akan menggunakan semua populasi yang ada yaitu perusahaan publik yang bergerak di bidang asuransi dan terdaftar di BEJ. Penulis mengambil simpulan bahwa evaluasi Risk Based Capital dapat membantu manajemen dalam mengelola risiko solvabilitas perusahaan asuransi agar sesuai dengan keputusan menteri keuangan No. 424/KMK.06/2003. 1.7. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah dalam penelitian ini adalah hanya seputar pada penggunaan rasio-rasio solvabilitas yang digunakan dalam analisis rasio keuangan pada perusahaan-perusahaan asuransi. 1.8. Lokasi dan Waktu Penelitian Data dan informasi yang dibutuhkan dalam penyusunan skripsi ini, didapatkan melalui penelitian di Bursa Efek Jakarta di jalan Jl. Jend. Sudirman Kav. 52-53 Jakarta 12190, Gedung BEJ Lt.1 dan melalui akses internet di www.jsx.co.id. Sedangkan waktu yang digunakan untuk melakukan penelitian ini dimulai pada bulan Februari tahun 2006 sampai dengan September 2006. 9