2016 HUBUNGAN SEGMEN VALS (VALUE AND LIFESTYLE) DENGAN IMPULSE BUYING PADA KONSUMEN FACTORY OUTLET DI KOTA BANDUNG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. penelitian Gartner (2009), pasar komputer di seluruh dunia mengalami. produk komputer dewasa ini ialah komputer tablet.

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan, dimana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar

BAB I PENDAHULUAN. semakin banyaknya pusat-pusat perbelanjaan seperti department store, factory

BAB I PENDAHULUAN. berjenis mall, boutique, factory outlet, clothing, distro, telah menjadikan bisnis ini

BAB I PENDAHULUAN. inovasi desainer muda yang semakin potensial, tingkat perekonomian yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan zaman yang semakin modern menyebabkan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Kegiatan pemasaran tidak bisa terlepas dari aktifitas bisnis yang bertujuan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasalahan. dilakukan oleh masyarakat. Belanja yang awalnya merupakan real need atau

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya era globalisasi dan pertumbuhan ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN. dengan strategi masing-masing dalam mendapatkan konsumen yang diharapkan akan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi saat ini yang diiringi dengan pertumbuhan ekonomi, memaksa

BAB I PENDAHULUAN. permintaan orang-orang akan hiburan semakin tinggi. Orang-orang

BAB 1 PENDAHULUAN. macam kegiatan pemasaran yang tidak lepas dari perilaku konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penentuan Pokok Bahasan

BAB 1 PENDAHULUAN. kesuksesan maka perlu mempelajari karakteristik yang dimiliki konsumen.

BAB 1 PENDAHULUAN. yang dilakukan, baik itu belanja barang maupun jasa. Recreational Shopper

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Seiring dengan kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para pelaku bisnis terutama di

BAB I PENDAHULUAN. pakaian tidak hanya berguna sebagai alat yang digunakan manusia untuk

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Banyaknya kebutuhan konsumen yang bervariasi memberikan peluang bagi para peritel untuk mendapatkan konsumen

BAB I PENDAHULUAN. cepat serta menghasilkan sumber pendapatan yang cukup besar bagi negara. Hal

BAB I - PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dijual dengan cara penataan produk (product display). Penataan yang menarik akan. merangsang keinginan konsumen untuk membeli.

BAB I PENDAHULUAN. Ini adalah tingkat pertumbuhan ritel tertinggi yang pernah dicapai Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. konsumtif dalam memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan (need) adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Setiap perusahaan dituntut untuk dapat menciptakan keunggulan kompetitif yang

BAB I PENDAHULUAN. bisnis dibidang fashion semakin meningkat. Gaya hidup berbelanja. hanya bagi perempuan saja, laki-laki bahkan tidak

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan zaman dewasa ini telah membawa pengaruh yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Ritel Global (GRDI) 2015 yang dirilis AT Kearney. Ini adalah tingkat

BAB I PENDAHULUAN. masalah dalam bidang pemasaran. Perkembangan teknologi yang begitu pesat

BAB 1. aktivitas pejualan barang atau jasa yg dilakukan secara langsung untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Saat ini, fenomena pemasaran telah mengalami banyak perubahan mulai

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi saat ini perkembangan bisnis pakaian fashion telah

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan ritel modern saat ini semakin pesat dan mulai

BAB I PENDAHULUAN. menjadi ciri khas Yogjakarta. Di Yogjakarta kurang lebih terdapat 116

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan harus mampu memenuhi permintaan konsumen yang semakin hari

BAB I PENDAHULUAN. atau e-commerce juga terus berkembang. Dengan demikian lebih mempermudah

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pertumbuhan jumlah penduduk. Kelangsungan usaha eceran sangat

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sebagian besar konsumen Indonesia memiliki karakter unplanned.

BAB I PENDAHULUAN. penampilan bagi manusia. Pakaian juga mencerminkan pribadi orang yang

BAB I PENDAHULUAN. melalui perdagangan, investasi, perjalanan, budaya, dan bentuk-bentuk interaksi

BAB 1 PENDAHULUAN. tujuannya mereka terus memperjuangkan tujuan lama, atau tujuan pengganti.

BAB 1 PENDAHULUAN. semakin banyaknya bisnis ritel tradisional yang mulai membenahi diri menjadi bisnis ritel

BAB I PENDAHULUAN. dalam perekonomian. Pengecer yang kini melihat ke masa depan harus

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan dituntut untuk lebih cerdas mempertahankan pasarnya dalam

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern sekarang perkembangan perusahaan yang sangat pesat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dengan banyaknya berdirinya ritel-ritel diberbagai wilayah Indonesia. Ritel adalah

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi telah menyebabkan begitu banyak perubahan dalam berbagai

BAB I PENDAHULUAN. yang paling disukai adalah kegiatan berbelanja produk fashion. Produk

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha ritel yang sangat sulit untuk melakukan diferensiasi dan entry barrier

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. bisnis ritel modern, khususnya di bidang fashion agar dapat memenangkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengubah pola perilaku konsumsi masyarakat. Globalisasi merupakan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mall mendorong terjadinya pembelian secara tiba-tiba atau pembelian impulsif,

BAB I PENDAHULUAN. Tabel 1.1 Industri Kreatif Indonesia pada Tahun Seni Pertunjukan. 2 Seni Rupa. 3 Televisi dan Radio.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi kunci utama dalam memenangkan persaingan. harus mengkaji sikap konsumen terhadap produk yang dihasilkan dan

BAB I PENDAHULUAN. bertahan, berkembang dan mendapatkan laba. Hal tersebut tentunya dapat dicapai

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Dalam era yang serba modern seperti saat ini, tingkat persaingan

BAB I PENDAHULUAN. dalam triwulan I-2006 dan setelah itu terus meningkat. Hal ini konsisten dengan

BAB I PENDAHULUAN. Di kota Bandung akhir-akhir ini banyak bermunculan pusat-pusat

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dengan cepat tak terkecuali busana muslim. Desain-desain baru

1.PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Perkembangan cara pandang dan persepsi konsumen Indonesia tentang model

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Fenomena ini dapat dibuktikan dengan adanya perubahan gaya hidup masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tiap tahun naik sekitar 14%-15%, dalam rentang waktu tahun 2004 sampai dengan

BAB I PENDAHULUAN. Dengan perkembangan zaman saat ini, terjadi peningkatan yang signifikan

BAB V PENUTUP. 1. Fashion Involvement secara signifikan mempengaruhi Impulse Buying. keterlibatan konsumen terhadap produk fashion maka akan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2015 PENGARUH STORE ATTRIBUTE TERHADAP LOYALITAS WISATAWAN DIKONTROL OLEH MOTIVASI BERBELANJA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis Wisatawan Domestik Asing Jumlah Domestik Asing Jumlah Domestik Asing

BAB I PENDAHULUAN. selera konsumen dan perubahan yang terjadi pada lingkungan sekitarnya.

BAB I PENDAHULUAN. Beberapa contoh bentuk pusat perbelanjaan modern seperti minimarket,

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Dengan adanya berbagai kebebasan dan kemudahan yang diberikan

BAB I PENDAHULUAN Sejarah PT Carrefour di Indonesia

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. mempersiapkan diri menghadapi terjadinya perubahan-perubahan besar

BAB I PENDAHULUAN. melewati tiga tahap yang berbeda namun berhubungan yang harus dilalui, tahap

Makalah. Analisis Studi Kelayakan Bisnis-Usaha Distro. DI Susun oleh : Joko Purnomo

BAB 1 PENDAHULUAN. menggambarkan bagaimana konsumen membuat keputusan-keputusan pembelian

BAB 1 PENDAHULUAN. menentukan produk dari produsen mana yang akan menjadi pilihan mereka. Keberhasilan

BAB I PENDAHULUAN. eceran di Indonesia yang telah berkembang menjadi usaha yang berskala

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Semakin berkembangnya zaman di era modern kebutuhan akan dunia fashion

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bertahan dan memenangkan persaingan di dalam bisnis ritel. bisnis yang melakukan penambahan nilai terhadap produk-produk dan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN DITINJAU DARI FAKTOR PSIKOGRAFIS KONSUMEN MATAHARI DEPARTMENT STORE SOLO SQUARE SKRIPSI. Untuk Memenuhi Persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. kaum hawa. Bahkan kebanyakan dari mereka merasa bangga dengan

BAB I PENDAHULUAN. pembelian dan mengkonsumsi. Untuk memenuhi ketiga aktivitas tersebut, terjangkau terutama bagi masyarakat berpenghasilan sedang.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN Bab ini merupakan pendahuluan dari penelitian yang akan dilakukan. Dalam bab ini akan dibahas mengenai hal-hal yang terkait dengan dasar penelitian seperti latar belakang penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian dan struktur organisasi penelitian. A. Latar Belakang Penelitian Maraknya bisnis retail di berbagai kota di Indonesia akhir-akhir ini, telah menjadikan bisnis ini banyak digemari berbagai pihak. Baik itu yang berjenis mall, butik, factory outlet, distro dan lain sebagainya. Bisnis retail ini dijalankan sebagian orang untuk sekedar pengisi waktu luang, mendapatkan tambahan pendapatan, maupun ditekuni sebagai mata pencaharian utama (Naffi, 2004). Salah satu bisnis retail yang paling diminati saat ini salah satunya adalah factory outlet. Menurut Marwati dan Tjahjani (2014), factory outlet atau FO mulai hadir di tengah masyarakat pada tahun 1995 oleh seorang pengusaha asal Bandung yaitu Perry Tristanto. Ia bergerak di bagian penjualan pakaian dan mempopulerkan suatu konsep baru yaitu pakaian bermerk dunia dengan harga yang jauh lebih murah. Menurut Afrisnanda (2011) awal mula berkembangnya factory outlet diawali di kota Bandung pada tahun 2004, di Jalan Riau (sekarang Jalan R.E. Martadinata), saat itu outlet-outlet ini belum terlalu banyak seperti sekarang. Namun ternyata, daya tarik kualitas dan klaim barang-barang yang dijual menjadi daya tarik tersendiri yang membawa banyak pengunjung. Kesuksesan itu kemudian banyak ditiru dan akibatnya, semakin banyak factory outlet berdiri di Indonesia (Cremona, 2014). Persaingan pada factory outlet menjadi sangat ketat karena banyak yang melakukan bisnis dengan format yang sama, yaitu gabungan antara penjualan produk fashion dan cafe. Hal ini diperkuat dengan penelitian yang dilakukan oleh Irawan pada tahun 2015 yaitu sebanyak 48 unit bangunan telah dijadikan sebagai factory outlet di kota Bandung (Irawan, 2015). Semakin meningkatnya

pertumbuhan factory outlet di Bandung dari tahun ke tahun tersebut menjadikan peluang bisnis bagi para pelaku bisnis dibidang fashion. Bandung sendiri dikenal sebagai salah satu kota besar di Indonesia dan terbesar di Jawa Barat, dengan sebutan kota belanja yang menjadikan Bandung sebagai tempat tujuan wisata belanja baik bagi penduduk Bandung sendiri maupun penduduk dari luar kota Bandung. Dengan banyaknya factory outlet yang tersebar di kota Bandung dan dibarengi dengan persaingan yang ketat, pemasar dapat menciptakan strategi yang dapat digunakan untuk memenangkan persaingan dalam memenuhi kebutuhan konsumen terhadap fashion. Kebutuhan konsumen terhadap fashion sendiri bermacam-macam dan terus berubah sesuai dengan perkembangan zaman. Seringkali dengan kemajuan fashion yang semakin pesat dan terus menerus, membuat konsumen sulit untuk mengikuti perkembangan fashion itu sendiri. Hal ini membuat mereka terkadang merubah perencanaan belanja setelah melakukan window shopping di toko-toko, mall maupun di factory outlet. Hal tersebut dinamakan dengan perilaku pembelian impulsif. Perilaku impulse buying atau pembelian impulsif adalah fenomena yang telah menarik perhatian penelitian terutama di negara-negara maju. Impulse buying terjadi ketika orang mengalami dorongan untuk membeli produk, tanpa pertimbangan bijaksana mengapa dan untuk apa alasan membeli suatu produk. Perilaku pembelian impulsif merupakan sesuatu yang menarik bagi produsen dan pengecer, karena merupakan pangsa pasar terbesar dalam pasar modern (Utami dan Rastini, 2015). Dalam pembelian impulsif, konsumen wanita merupakan figur pelaku yang berpeluang besar untuk melakukan pembelian. Jika dibandingkan pria, wanita cenderung lebih banyak dipengaruhi oleh sisi emosionalitas daripada mengutamakan rasionalitas. Penelitian Utami dan Sumaryono (2008) memaparkan hasil bahwa variabel jenis kelamin, kontrol diri dan uang saku memiliki andil yang berarti dalam keputusan pembelian impulsif (Utami dan Saryono, 2008). Selain itu, salah satu produk yang dibeli konsumen secara impulsif adalah produk fashion (Rokhman, 2015). Pemahaman mengenai perilaku impulse buying dapat dijadikan pegangan bagi pemasar dalam menentukan dan mengembangkan strategi jitu sehingga dapat

memenangkan persaingan di pasar (Sembiring, 2013). Hal tersebut didukung dengan fenomena yang ada pada saat ini bahwa orang-orang yang berkunjung ke factory outlet rata-rata melakukan pembelian tidak terencana (Fatihana, 2014). Kharis juga menambahkan bahwa konsumen produk fashion seringkali membeli produk di luar dari yang telah mereka rencanakan (Kharis, 2011). Hal ini sesuai dengan survey yang dilakukan oleh Fatihana pada tahun 2014 terhadap 30 konsumen factory outlet yang melakukan pembelian di kota Bandung. Berdasarkan hasil survey tersebut terdapat 10 persen pembelanja yang merencanakan apa yang telah dibeli dan tidak membeli item tambahan diluar perencanaan, 20 persen merencanakan apa yang telah dibeli tetapi membeli item tambahan yang tidak direncanakan sebelumnya dan sisanya 70 persen tidak merencanakan apa yang mereka telah beli (Fatihana, 2014). Hal tersebut juga didukung dengan hasil wawancara yang dilakukan oleh peneliti terhadap salah satu konsumen factory outlet di kota Bandung pada bulan Februari 2016 yang menyatakan bahwa ia akan langsung membeli barang yang terlihat bagus di toko, dan akan menimbulkan perasaan tidak nyaman jika tidak membeli barang tersebut. Perilaku konsumen dalam melakukan suatu pembelian akan berbedabeda. Baik itu dalam membuat keputusan, melakukan pembelian, dan terkadang melakukan pengambilan keputusan secara otomatis, informasi yang minim, dan keterlibatan yang rendah. Salah satu faktor internal yang berpengaruh dalam keputusan membeli pada konsumen adalah gaya hidup (Engel, Blackwell dan Miniard 1995). Hawkins, Motherbaugh dan Best menambahkan, gaya hidup seseorang mempengaruhi aspek dari tingkah laku konsumsi seseorang (Hawkins, Motherbaugh, & Best, 2007). Gaya hidup dalam kaitannya dengan pola konsumsi individu dituangkan dalam segmen-segmen pasar yang diciptakan berdasarkan value and lifestyle (VALS). VALS merupakan sebuah pendekatan penelitian yang digunakan untuk segmentasi psikografis pasar. Segmentasi pasar ini dirancang untuk membimbing perusahaan dalam menyesuaikan produk dan layanan untuk menarik target konsumen yang paling mungkin untuk membeli produk mereka. Menurut Kotler (1997), VALS membagi konsumen dalam dua dimensi utama

yaitu berdasarkan motivasi meliputi orientasi konsumen dalam prinsip, orientasi status, dan orientasi tindakan. Sedangkan dimensi berdasarkan sumber daya yakni konsumen dikelompokkan berdasarkan tingkat pendapatan, pendidikan, kesehatan, kepercayaan diri, dan energi meliputi kelompok segmen konsumen inovators, ideal motivated (thinkers and believers), achievement motivated (achievers and strivers), expression motivated (experiencers and maker), dan survivors (Hawkins, Mothersbaugh & Best, 2007). Segmen-segmen dalam VALS tersebut dinilai berbeda dalam mengkonsumsi produk dan jasa. Oleh karena itu, konsumen dengan karakteristik VALS yang berbeda dianggap memiliki kecendrungan perilaku impulse buying yang berbeda pula. Setelah mengidentifikasi dan mengetahui tipe VALS yang dominan memiliki kecendrungan impulse buying, maka dapat ditentukan desain strategi pemasaran yang tepat dan efektif sesuai dengan karakteristik VALS konsumen, dan juga dapat menjadi bahan pertimbangan produsen untuk lebih mengetahui jenis konsumen mana yang dapat menjadi target pasar. Berdasarkan pemaparan di atas, peneliti tertarik untuk mencari informasi terkait hubungan antara segmen VALS dengan impulse buying pada factory outlet di kota Bandung. B. Identifikasi Masalah Penelitian Berdasarkan uraian dari latar belakang penelitian yang telah dipaparkan, maka muncul pertanyaan penelitian sebagai berikut: Apakah terdapat hubungan antara segmen VALS (Value and Life Style) dengan pembelian impulsif pada konsumen Factory outlet di Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah penelitian yang telah dipaparkan, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh data empiris mengenai hubungan antara Segmen VALS (Value and Lifestyle) dan Impulse Buying pada Konsumen Factory outlet di Kota Bandung. D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis Hasil dari penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi kajian ilmu psikologi, khususnya dalam bidang psikologi industri & organisasi sebagai referensi sekaligus memperkaya kajian dalam bidang tersebut, khususnya mengenai konsep segmen VALS (Value and Life Style) dan pembelian impulsif. 2. Manfaat Praktis Manfaat praktis dari hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat pada beberapa pihak, yaitu: a.bagi Peneliti Selanjutnya Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran pada peneliti selanjutnya yang tertarik untuk membahas penelitian yang terkait dengan judul yang dibahas oleh peneliti. b. Bagi Pelaku Bisnis Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan secara mendalam mengenai Hubungan segmen VALS (Value and Lifestyle) dengan Impulse buying pada konsumen factory outlet di kota Bandung, sehingga ilmu ini bisa digunakan dan dimanfaatkan untuk memahami perilaku konsumen ketika berbelanja. E. Struktur Organisasi Skripsi Gambaran mengenai isi keseluruhan skripsi ini, dijelaskan dalam struktur organisasi skripsi berikut: 1. BAB I PENDAHULUAN Bab I mencakup pendahuluan yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah dan pertanyaan penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian baik secara teoritis maupun praktis, dan struktur organisasi skripsi. 2. BAB II KAJIAN PUSTAKA

Bab II mencakup kajian pustaka, konsep-konsep, penelitian terdahulu, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian tentang VALS dan impulse buying serta konsumen factory outlet. 3. BAB III METODE PENELITIAN Bab III menyajikan metode penelitian yang berisi penjabaran secara rinci mengenai desain penelitian, populasi dan sampel, variabel penelitian, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, analisis data, dan prosedur pelaksanaan penelitian. 4. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab IV menguraikan hasil dan pembahasan analisis data yang terdiri dari gambaran umum data demografis, gambaran umum VALS, gambaran umum impulse buying, dan gambaran umum gabungan VALS dengan impulse buying. Dalam bab ini juga dipaparkan deskripsi hasil penelitian, pengujian hipotesis, dan pembahasan hasil pengujian. 5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V mencakup kesimpulan dari hasil penelitian yang telah dilakukan dan saran berdasarkan hasil penelitian tersebut yang ditujukan kepada pihak-pihak yang bersangkutan.