BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

dokumen-dokumen yang mirip
USULAN PENENTUAN STRATEGI GENERIK DENGAN PENDEKATAN PERHITUNGAN ANALISIS VALUE CHAIN (STUDI KASUS: PT KARYA MENTARI SERAYA, JAKARTA BARAT)

Analisis Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

BAB II LANDASAN TEORI

Oleh : Edi Sugiarto, S.Kom, M.Kom. Edi Sugiarto, M.Kom - Supply Chain Management dan Keunggulan Kompetitif

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Penelitian yang berkaitan dengan analisis value chain telah banyak

Pemodelan Proses Bisnis. Mia Fitriawati M.Kom

Analisis Rantai Nilai dan Strategi Bersaing

BAB 1 PENDAHULUAN. Semakin bertambahnya jumlah penduduk di Indonesia membawa dampak terhadap

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III Landasan Teori

3. Menyediakan informasi untuk pengambilan keputusan

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewasa ini, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang

Sistem Informasi Pendidikan

BAB 3 PENTINGNYA TEKNOLOGI INFORMASI

Lampiran 1 DAFTAR WAWANCARA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Pada saat ini persaingan didalam dunia bisnis semakin ketat sehingga

BAB 2 KAJIAN PUSTAKA. Kata manajemen sendiri berasal dari bahasa perancis kuno yaitu management, yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam era perdagangan bebas saat ini, perkembangan teknologi dan kondisi

BAB II LANDASAN TEORI. semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan fungsi-fungsi lain

Penyusunan Rencana dan Strategi Pemasaran DOSEN : DIANA MA RIFAH

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB 1 PENDAHULUAN. yang paling besar di dunia. Menurut Wikipedia, negara Indonesia adalah negara

Diskusi mengenai topik minggu lalu.

Internal Value Chain Starbucks

BAB I PENDAHULUAN. (UKM) maupun bisnis startup ikut membeludak. Tercatat menurut majalah SWA,

BAB II TELAAH KEPUSTAKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. meningkatnya jumlah kompetitior asing dan dalam negeri, organisasi diharapkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. bermunculan, membuat persaingan bisnis menjadi semakin ketat dan semakin

BAB I PENDAHULUAN. 1 diakses pada 08 November 2016 pukul WIB.

BAB II LANDASAN TEORI. dikoordinasikan untuk mencapai sebuah tujuan organisasi/perusahaan.

MANAJEMEN PEMASARAN : YOHAN ANDI NUGROHO NIM : SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INFORMATIKA DAN KOMPUTER STMIK AMIKOM YOGYAKARTA.

TINJAUAN MENYELURUH SIA. Oleh : Diana Rahmawati

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan jasa semakin kuat (sumber:

ANALISIS PELAKSANAAN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT BIDANG KONSTRUKSI PADA PT. PETROSEA Tbk

Muhammad Bagir, S.E.,M.T.I. Analisis Strategik Sistem Informasi

DAFTAR ISI.. HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... LEMBAR PERNYATAAN.. KATA PENGANTAR.. iv DAFTAR GAMBAR... DAFTAR TABEL.. xi DAFTAR GRAFIK..

BAB I PENDAHULUAN. terus menciptakan berbagai inovasi-inovasi baru untuk tetap dapat unggul dan

1 PENDAHULUAN. Latar Belakang. Laba Bersih Pertamina Tahun 2014 hingga 2015

Bab 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Manajemen Strategi dan E-Commerce

pelanggan, perbaikan dalam proses pengiriman produk kepada pelanggan, adalah jalan kecil yang mendasar menuju sistem CRM.

PERAN, SEJARAH DAN ARAH AKUNTANSI MANAJEMEN

LAMPIRAN 1 LEMBAR KUESIONER PEMBOBOTAN SWOT. Kuesioner ini digunakan untuk mendapatkan nilai yang nantinya berpengaruh terhadap

Tinjauan Umum Functional Strategy Riri Satria

BAB 3 LANDASAN TEORI

TINJAUAN MENYELURUH SISTEM INFORMASI AKUNTANSI

Tidak terjadi perubahan kebijakan pada saat penelitian dilakukan RUANG LINGKUP PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara agar tetap dapat unggul. Menurut Nurimansyah (2011), daya saing

BAB I PENDAHULUAN. tinggi di antara perusahaan, akibatnya pengetahuan dan keterampilan karyawan

1. PENDAHULUAN. Universitas Kristen Petra

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tepat dalam mempertahankan keunggulan kompetitifnya (competitive advantage).

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 2 TINJAUAN LITERATUR

BAB I PENDAHULUAN. sebagai pembangun ekonomi masih terus berlangsung, sudut pandang yang

Analisis Rantai Nilai Industri Kreatif Produk Batik Tulis (Studi Kasus : Desa Wisata Batik Jarum, Bayat)

Bab1 PENDAHULUAN. Di dalam suatu perusahaan tentu tidak akan lepas dari faktor akuntansi

BAB 1 PENDAHULUAN. biasa cepat. Menurut data dari jumlah pengguna internet di

Mata Kuliah - Kewirausahaan II-

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi dunia seiring dengan kemajuan teknologi dan informasi dewasa ini menimbulkan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Eksplorasi Isu Bisnis. Dalam tesis ini, dasar pemikiran awal berawal dari kesulitan yang dialami

BAB 3. Metodologi Penelitian. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, Metode ini digunakan

MATERI 1 ARTI PENTING PERENCANAAN STRATEGIS

E-Business dan E-Commerce website Berrybenca.com

ACTIVITY BASED COSTING

[Summary] Sistem Informasi Perusahaan Chapter 3

ANALISIS LINGKUNGAN INTERNAL DAN EKSTERNAL BISNIS STMIK SUMEDANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE SWOT ANALYSIS

Azizah Jurusan Administrasi Niaga, Politeknik Negeri Semarang Jl. Prof.H.Sudarto, SH, Tembalang, Kotak Pos 6199/SMS Semarang 50061

DAFTAR ISI. A Latar Belakang Masalah... 1 B Rumusan Masalah... 5 C Tujuan Penelitian... 5 D Kegunaan Penelitian... 5

ERP (Enterprise Resource Planning) Pertemuan 2

SUPPLY CHAIN MANAGEMENT

BAB 1 PENDAHULUAN. kehidupan perabadan manusia. LIPI sebagai lembaga ilmu pengetahuan di Indonesia

PENDAHULUAN. Saat ini perusahaan-perusahaan dalam menjalankan usahanya haruslah. pelanggan maupun mitra usaha. Sistem komunikasi dan kemudahan dalam

Gambar 3.5 Framework analisis Five Forces Sumber: Pearce dan Robinson (1997)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di zaman yang global ini persaingan bisnis berjalan cukup ketat dan mengharuskan

BAB 1 PENDAHULUAN. Teknologi Informasi saat ini akhirnya menjadi salah satu kebutuhan dan keseharian

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian The International Journal of Bussiness and Management

Pertemuan ke 6. From Resources to. Competencies. Competitive. Competitiveness (Sustained Competitive Advantage) Value Chain Analysis

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

Pemodelan Proses Bisnis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kelangsungan hidup perusahaan, melakukan pertumbuhan serta upaya untuk

BAB I PENDAHULUAN. dan menetapkan berbagai suara ke dalam pola-pola yang dapat dimengerti dan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Bela kang Pene litian

[Analisis dan Portofolio ]

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gambar1.1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

KONSEP-KONSEP DASAR AKUNTANSI MANAJEMEN

PENERAPAN ANALISISVALUE CHAINUNTUK MENCAPAI KEUNGGULAN BERSAING. Cici Safitri Kandou Nur Handayani

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VII KESIMPULAN DAN SARAN

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

Introduction to. Chapter 21. Synthesis of Business Functions. MultiMedia by Stephen M. Peters South-Western College Publishing

3 Strategi-Strategi Perusahaan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Bersama dengan berkembangnya dunia bisnis, banyak perusahaan yang terus mencoba menghasilkan produk yang berkualitas yang mengakibatkan timbulnya persaingan antar perusahaan. Dikutip dari artikel penelitian lain menyatakan bahwa perusahaan harus beradaptasi dengan perubahan Dengan adanya persaingan tersebut, maka perusahaan harus mampu mempertahankan keberadaannya dalam lingkungan masyarakat, selain itu perkembangan dunia yang begitu cepat di bidang Pengetahuan dan teknologi juga menuntut perusahaan untuk dapat berjalan dengan cepat dan tepat mengikuti perubahan yang terjadi. (http.success.org/ap/in/15.shtml) Menurut Peraturan Menteri Perindustrian RI, menyatakan bahwa industri furniture telah lama diakui sebagai industri yang padat karya dan banyak menyerap lapangan kerja. Pengembangan industri diarahkan kepada industri yang menghasilkan produk bernilai tambah tinggi, berdaya saing global dan berwawasan lingkungan. Industri furniture merupakan salah satu yang memenuhi kriteria tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa industri ini juga merupakan industri prioritas penghasil devisa negara mengingat begitu besarnya sumber bahan baku yang kita miliki. Daya saing furniture dan kerajinan Indonesia terletak pada sumber bahan baku alami yang melimpah dan berkelanjutan, keragaman corak desain yang berciri khas lokal serta didukung oleh sumber daya manusia yang melimpah. Menurut data indeks produksi industri furniture pada Badan Pusat Statistik, menyatakan bahwa industri furniture di Indonesia selalu mengalami peningkatan pada setiap tahunnya sejak tahun 2011 hingga 2013, seperti tabel dibawah ini: Tabel 1.1 Data Indeks Produksi Industri Manufaktur 2011, 2012, dan 2013 Tahun Semester I Semester II Rata-rata 2011 108.39 % 111.645 % 110.02 % 2012 105.31 % 101.23 % 103.27 % 2013 106.15 % 107.53 % 106.84 % Sumber: bps.go.id 1

2 PT Karya Mentari Seraya merupakan perusahaan manufaktur yang bergerak pada bidang usaha furniture. PT Karya Mentari Seraya belum menerapkan strategi manajemen biaya pada perusahaannya. Selain harus mengikuti perkembangan kondisi Indonesia, baik mengenai masyarakat maupun hal-hal yang berkaitan dengan sosial, ekonomi, dan politik, PT Karya Mentari Seraya juga harus siap dalam mengahadapi para pesaingnya yaitu perusahaan furniture lain yang telah menjalankan bisnisnya di Indonesia lebih dahulu maupun yang akan datang Tabel 1.2 Perusahaan Pesaing PT. Karya Mentari Seraya No. Nama Perusahaan 1. PT. Indovickers Furnitama 2. PT. Vinotindo Graha Sarana 3. PT. Vivere Collection 4. PT. Datascrip 5. PT. Morelli Mitra Mandiri Sumber : Data Intern Perusahaan Di bawah ini merupakan grafik mengenai perkembangan tingkat penjualan dan keuntungan yang diperoleh PT Karya Mentari Seraya, pada tahun 2011, 2012, dan 2013, sebagai berikut: Gambar 1.1 Pertumbuhan Penjualan dan Profit pada PT Karya Mentari Seraya Sumber: Data internal PT Karya Mentari Seraya tahun 2011, 2012, dan 2013

3 Gambar diatas menunjukkan bahwa adanya peningkatan presentase penjualan PT Karya Mentari Seraya pada tahun 2012 sebesar 18.75%, 2013 sebesar 36.14%, sedangkan untuk profit yang diperoleh PT Karya Mentari Seraya pada tahun 2012 mengalami peningkatan sebesar 40.44%, namun pada tahun 2013 mengalami penurunan sebesar 7.45%. Dari data tersebut, maka dapat dilihat adanya permasalahan diantara penjualan dan profit antara tahun 2011 hingga 2013 yang dialami perusahaan, yaitu tingkat penjualan perusahaan yang selalu meningkat, namun untuk profit yang diperoleh mengalami penurunan pada tahun 2013. Oleh karena itu, hal tersebut terjadi karena terdapat permasalahan dalam pengalokasian biaya peruasahaan. Berdasarkan data laporan keuangan yang diperoleh dari PT Karya Mentari Seraya pada tahun 2011, 2012, dan 2013, adanya beberapa peningkatan biaya yang terjadi dalam kegiatan perusahaan terutama pada beban pokok pendapatan pada tahun 2013 yang memiliki peningkatan yang cukup drastis dibandingkan dengan beban lainnya, selain itu adanya peningkatan pajak pada tahun 2013. Oleh karena itu, dengan adanya peningkatan pajak yang merupakan kebijakan yang tidak dapat diubah, maka dapat disesuaikan dengan pengolakasian biaya yang baik pada aktivitas lainnya. Menurut permasalahan diatas, perusahaan harus memiliki strategi bisnis yang tepat agar dapat bertahan dalam persaingan industri yang semakin ketat, yang digunakan sebagai arahan bagaimana organisasi bertindak agar tujuan organisasi dapat dicapai, PT Karya Mentari Seraya harus siap dalam menghadapi para pesaing di dalam industri furniture di Indonesia, selalu berusaha untuk menjadi lebih diantara pesaing-pesaing tersebut untuk mendapatkan pangsa pasar yang lebih besar di Indonesia. Oleh karena itu, strategi bersaing merupakan keputusan untuk mengarahkan agar perusahaan dapat mempertahankan dan meningkatkan posisi bersaingnya, dengan terus berupaya melakukan perbaikan efisiensi, dan mengembangkan teknologinya. Menurut Hitt, Ireland, dan Hoskisson (2011:4), ketika memilih strategi, perusahaan membuat pilihan antara alternatif bersaing sebagai jalur untuk memutuskan bagaimana mereka akan mengejar daya saing strategis. Menurut Assuari (2011), menyatakan bahwa keberhasilan pencapaian tujuan dan sasaran perusahaan, hanya dimungkinkan bila perusahaan itu mempunyai keunggulan bersaing. Suatu perusahaan baru dapat memiliki keunggulan bersaing

4 bila perusahaan tersebut berhasil merancang dan mengimplementasikan strategi penciptaan nilai atau value. Maka dari itu, untuk dapat menyaingi perusahaan furniture lainnya, PT Karya Mentari Seraya perlu menerapkan Value Chain Analysis, dimana perusahaan dapat mengindentifikan keunggulan (advantage) dan kelemahan (disadvantage) yang terdapat pada setiap tahap rantai nilai (Value Chain). Dengan menggunakan Value Chain Analysis, perusahaan dapat menciptakan keunggulan kompetitif (competitive advantage) dan mengatur aktivitas-aktivitas tersebut lebih baik dari perusahaan lain dalam industri. Menurut rantai nilai menunjukkan bagaimana sebuah produk bergerak dari tahap bahan baku sampai dengan pelanggan akhir. Dalam Value Chain Analysis, terdapat dua tipe aktivitas nilai yang luas yaitu aktivitas utama dan aktivitas pendukung. Pertama, aktivitas utama meliputi Inbound logistic (logistik ke dalam), Operation (kegiatan operasi), Outbound logistic (logistic ke luar), Marketing and Sales (pemasaran dan penjualan), dan Service (pelayanan), yang memberikan kontribusi pada penciptaan fisik dari produk dan jasa, penjualan dan pengirimannya kepada pembeli dan pelayanan setelah penjualan. Kedua, aktivitas pendukung meliputi Procurement (pengadaan), Technology Development (pengembangan teknologi), Human Resource Management (manajemen sumber daya manusia) dan Firm Infrastructure (infrastruktur perusahaan), sebagai proses menambah nilai baik oleh PT Karya Mentari Seraya sendiri atau menambah nilai dengan membuat hubungan antara aktivitas utama dan pendukung. Model rantai nilai merupakan alat analisis yang berguna untuk mendefinisikan kompetensi inti perusahaan dimana perusahaan dapat mengejar keunggulan kompetitif sebagai berikut: 1) Keunggulan Biaya: dengan lebih baik memahami biaya dan menekannya keluar dari aktivitas penambahan nilai. 2) Diferensiasi: dengan fokus pada aktivitas-aktivitas yang berhubungan dengan kompetensi inti dan kemampuan untuk melakukannya lebih baik daripada pesaing. Singkatnya analisis Value Chain mendukung strategi keunggulan kompetitif pada perusahaan dengan membantu menemukan peluang untuk menambah nilai bagi pelanggan dengan cara menurunkan biaya produk atau jasa, sehingga perusahaan dapat lebih meningkatkan profitabilitas.

5 Berdasarkan latar belakang tersebut, maka mendorong penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan menggunakan topik strategi bersaing pada PT Karya Mentari Seraya, perusahaan manufaktur yang bergerak pada bidang usaha furniture dengan judul USULAN PENENTUAN STRATEGI GENERIK DENGAN PENDEKATAN PERHITUNGAN ANALISIS VALUE CHAIN (STUDI KASUS: PT KARYA MENTARI SERAYA 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka peneliti mengidentifikasi perumusan masalah adalah sebagai berikut : 1. Bagaimana cara mengalokasikan biaya-biaya PT Karya Mentari Seraya ke dalam aktivitas aktivitas Value Chain? 2. Bagaimana penerapan analisis Value Chain sebagai alat analisa untuk menghitung nilai margin pada PT Karya Mentari Seraya? 3. Strategi generik apa yang tepat untuk PT Karya Mentari Seraya dalam menyikapi persaingan saat ini? 1.3 Tujuan Penelitian 1. Untuk dapat mengalokasikan biaya-biaya PT Karya Mentari Seraya ke dalam aktivitas-aktivitas Value Chain. 2. Untuk mengetahui penerapan analisis Value Chain dalam menghitung nilai margin pada PT Karya Mentari Seraya. 3. Untuk mengidentifikasi strategi generik yang tepat untuk PT Karya Mentari Seraya dalam menyikapi persaingan saat ini. 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini adalah : 1. Bagi Peneliti Dapat menambah pengetahuan dan wawasan mengenai penerapan dan tujuan dari analisis Value Chain, serta menambah wawasan atas pemahaman secara praktik dari teori-teori yang diperoleh selama di perkuliahan dengan kenyataan yang sebenarnya.

6 2. Bagi Perusahaan Diharapkan mampu membantu perusahaan dalam mengenal model rantai nilainya dan cara mengembangkan keunggulan bersaing melalui penerapan analisis Value Chain, memberi masukan dalam memilih alternative tindakan korektif yang diperlukan untuk masa yang akan datang. 3. Bagi Pembaca Sebagai sumber informasi dan pengetahuan mengenai penarapan analisis Value Chain, diharapkan dapat menjadi referensi penelitian dalam pengembangan penelitian lebih lanjut, serta memberi pengetahuan mengenai Value Chain bagi berbagai pihak yang memerlukan.. 1.5 State of The Art State of the art (penelitian terdahulu) merupakan suatu penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai suatu informasi atau data fakta yang berasal dari sumber aslinya. Beberapa penelitian terdahulu yang digunakan sebagai acuan telaah pustaka bagi penelitian ini adalah sebagai berikut: Tabel 1.3 State of The Art Penulis/tahun Judul Hasil Penelitian Hubungan dengan Penelitian WU Yanfang Research on Cost Meningkatkan analisis Penelitian ini sama- (2012) Strategies in konstruksi perusahaan kereta sama mengeksplorasi Railway api dan menurunkan biaya konsep Value Chain Construction proyek serta pengembangan Analysis. Business Based strategi. Perusahaan akan on Value Chain mendapatkan keuntungan Analysis kompetisi dan masuk ke pembangunan jangka panjang, jika perusahaan melakukan peningkatan upaya dalam manajemen biaya dan

7 pengendalian perusahaan, serta menerapkan manajemen strategi biaya Sang Chul The Analysis of Untuk mengeksplorasi kasus Penelitian ini sama- Jung (2014) Strategic sukses Samsung perusahaan sama mengeksplorasi Management of elektronik seperti menerapkan konsep Value Chain Samsung generik model rantai nilai. Analysis Electronics Samsung elektronik Company through the Generic Value Chain Model menggunakan sejumlah model rantai nilai generik dalam menciptakan visi bersama, membangun sistem manajemen personalia berbasis kinerja, pengembangan teknologi, logistik, pemasaran dan penjualan, dan prosedur pengendalian biaya. Samsung telah mencangkok praktik bisnis Barat ke sistem pada dasarnya di Jepang, menggabungkan keterampilan manufaktur berbiaya rendah tradisional dengan kemampuan untuk membawa berkualitas tinggi, margin tinggi produk bermerk dengan cepat ke pasar. Ritika Tanwar Porter s Generic Strategi generik dapat Penelitian ini sama- (2013) Competitive membantu organisasi untuk sama mengeksplorasi

8 Strategies mengatasi lima kekuatan kompetitif dalam industri dan Competitive Strategy/ Porter s Generic melakukan lebih baik daripada organisasi lain dalam industri. Hasil dari penelitian ini menunjukan bahwa strategi diferensiasi tidak lebih mungkin untuk menghasilkan keuntungan yang lebih tinggi dibandingkan strategi biaya rendah karena diferensiasi menciptakan entry barrier yang lebih baik. Strategi fokus untuk peningkatan pangsa pasar dan cocok untuk perusahaan-perusahaan yang relatif kecil tapi dapat digunakan oleh setiap perusahaan. Ada beberapa perusahaan yang hanya menerapkan salah satu strategi generik tersebut, namun ada juga beberapa yang menerapkan lebih daru satu strategi generik. Mas Bambang Hybrid Strategy : Kedua peneliti manajemen Penelitian ini sama- Baroto, A New Strategy strategis dan praktisi telah sama mengeksplorasi Muhammad for Competitive menyadari pentingnya strategi Competitive

9 Madi Bin Advantage biaya dan diferensiasi untuk Advantage Strategy Abdullah, dan efektif dan keunggulan kinerja Hooi Lai Wan suatu organisasi. Baru-baru ini (2012) banyak perusahaan besar / korporasi telah menerapkan kedua strategi secara bersamaan, bukan menerapkan strategi tunggal pada satu periode waktu. Tujuan utama dari artikel ini adalah untuk memberikan bukti bahwa strategi hybrid (baik biaya kepemimpinan dan strategi diferensiasi) telah dilaksanakan oleh beberapa perusahaan di seluruh dunia. Oktavima Analisis Rantai Analisis Value Chain Penelitian ini sama- Wisdaningrum Nilai (Value merupakan alat analisis yang sama mengeksplorasi (2013) Chain) Dalam berguna untuk memahami konsep Value Chain Lingkungan posisi perubahan dalam suatu Analysis. Internal rantai yang membentuk nilai Perusahaan suatu produk. Analisis Value Chain merupakan analisis aktivitas-aktivitas yang menghasilkan nilai, baik yang berasal dari dalam dan luar perusahaan. Perusahaan harus mampu mengenali posisinya

10 pada rantai nilai yang membentuk produk atau jasa tersebut. Hal ini sangat penting untuk mengidentifikasi kesempatan dari persaingan. Setelah mengidentifikasi posisinya, maka perusahaan mengenali aktifitas-aktifitas yang membentuk nilai tersebut. Sumber : Penulis (2015)