THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

ABSTRAK KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012

BAB 1 PENDAHULUAN. napas, batuk kronik, dahak, wheezing, atau kombinasi dari tanda tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. American Thoracic Society (ATS) dan European Respiratory Society (ERS)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK) atau COPD (Chronic

BAB 1 PENDAHULUAN. diobati, ditandai dengan keterbatasan aliran udara yang terus-menerus yang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Indonesia sekarang sedang menanggung beban ganda dalam kesehatan yang

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan meningkatnya tingkat kesejahteraan masyarakat di

BAB I PENDAHULUAN. berfokus dalam menangani masalah penyakit menular. Hal ini, berkembangnya kehidupan, terjadi perubahan pola struktur

BAB I PENDAHULUAN. SK/XI/2008 tentang pedoman pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik,

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK) termasuk ke dalam penyakit

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan 63% penyebab kematian di seluruh dunia dengan membunuh 36 juta jiwa

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit menular bergeser ke penyakit tidak menular (noncommunicable

BAB 1 PENDAHULUAN. menyerang lebih dari 25% populasi dewasa. (Smeltzer & Bare, 2001)

ABSTRAK ANGKA KEJADIAN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2010

Oleh: KHAIRUN NISA BINTI SALEH FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. pada paru-paru terhadap partikel asing maupun gas (GOLD, 2013).

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH. Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive

STUDI KARAKTERISTIK PASIEN PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK) DI RSUD A.W SJAHRANIE SAMARINDA PERIODE JANUARI- DESEMBER 2014

Gambar 3.1. Kerangka Konsep Karakteristik Pasien PPOK Eksaserbasi Akut

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK PASIEN RAWAT INAP DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. Sering juga penyaki-penyakit ini disebut dengan Cronic Obstruktive Lung

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN MEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIS PADA WANITA DI RUMAH SAKIT HA. ROTINSULU BANDUNG PERIODE ARTIKEL

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini, Indonesia menghadapi tantangan dalam meyelesaikan UKDW

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) akan mengalami peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Penyakit Paru Obstruktif Kronik selanjutnya disebut PPOK atau

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruksi Kronis (PPOK) menurut Global Initiative of

BAB I A. LATAR BELAKANG. morbiditas kronik dan mortalitas di seluruh dunia, sehingga banyak orang yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Seiring dengan perkembangan teknologi dan peningkatan perekonomian ke

ABSTRAK GAMBARAN PENYAKIT DIABETES MELITUS PADA ORANG DEWASA YANG DIRAWAT INAP DIRUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA PENYAKIT KANKER PARU PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012 DI RS. IMMANUEL KOTA BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada era modern saat ini, gaya hidup manusia masa kini tentu sudah

ABSTRAK FAAL PARU PADA PEROKOK DENGAN PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DAN PEROKOK PASIF PASANGANNYA

ABSTRAK GAMBARAN PASIEN KANKER PARU DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER 2014

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Cronic Obstruktive

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan salah satu penyakit tidak

HUBUNGAN RIWAYAT KEBIASAAN MEROKOK DENGAN DERAJAT PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK (PPOK) DI POLIKLINIK PARU RSUD ARIFIN ACHMAD PEKANBARU

BAB I PENDAHULUAN. PPOK merupakan penyakit yang dapat dicegah dan diobati dengan beberapa efek

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan aliran udara yang menetap pada saluran napas dan bersifat progresif.

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

ABSTRAK GAMBARAN KARAKTERISTIK BALITA PENDERITA PNEUMONIA DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. udara ekspirasi yang bervariasi (GINA, 2016). Proses inflamasi kronis yang

Gambaran Penderita Stroke di Rumah Sakit Ade Moehammad Djoen Sintang Kalimantan Barat Periode Januari-Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. teknologi menyebabkan kebutuhan hidup manusia semakin meningkat.

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK YANG DIRAWAT INAP DI RUMAH SAKIT MARTHA FRISKA MEDAN TAHUN SKRIPSI.

ABSTRAK PENILAIAN KUALITAS HIDUP PASIEN PPOK RAWAT JALAN DENGAN METODE SAINT GEORGE S RESPIRATORY QUESTIONNAIRE (SGRQ)

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA. dapat dicegah dan diobati, ditandai oleh hambatan aliran udara yang tidak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan pembangunan kesehatan adalah meningkatkan kesadaran, kemauan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit paru obstruktif kronik atau yang biasa disebut PPOK merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan masyarakat di dunia termasuk Indonesia. World. Health Organization (WHO) dalam Annual report on global TB

BAB I PENDAHULUAN. dunia, diantaranya adalah COPD (Chonic Obstructive Pulmonary Disease)

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyakit yang dapat

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Prevalensi asma semakin meningkat dalam 30 tahun terakhir ini terutama di

BAB 4 METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

Bab I. Pendahuluan. yang ditandai oleh progresivitas obstruksi jalan nafas yang tidak sepenuhnya

ABSTRAK. Olivia, 2012; Pembimbing I : drg. Donny Pangemanan, SKM. Pembimbing II : dr. Laella K. Liana, Sp.PA., M.Kes.

HUBUNGAN MEROKOK DENGAN DERAJAT PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK

Hubungan Kadar Gula Darah dengan Glukosuria pada Pasien Diabetes Mellitus di RSUD Al-Ihsan Periode Januari Desember 2014

BAB I PENDAHULUAN. membutuhkan perhatian di Indonesia. World Health Organisation (2012)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dibutuhkan manusia dan tempat pengeluaran karbon dioksida sebagai hasil sekresi

LATAR BELAKANG. 72 Jurnal Kesehatan, ISSN , VOL. V. NO.1, MARET 2011, Hal 72-78

BAB I PENDAHULUAN. asma di dunia membuat berbagai badan kesehatan internasional. baik, maka akan terjadi peningkatan kasus asma dimasa akan datang.

BAB 1 PENDAHULUAN. saluran pernapasan sehingga menimbulkan tanda-tanda infeksi dalam. diklasifikasikan menjadi dua yaitu pneumonia dan non pneumonia.

ABSTRAK PREVALENSI APENDISITIS AKUT PADA ANAK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2011

PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK

OVERVIEW OF PULMONARY TUBERCULOSIS PATIENTS IN THE LANGENSARI COMMUNITY HEALTH CENTER, BANJAR, 2013 PERIOD

DEFINISI BRONKITIS. suatu proses inflamasi pada pipa. bronkus

KARAKTERISTIK PASIEN CHOLELITHIASIS DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE 1 JANUARI DESEMBER 2012

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

I. PENDAHULUAN. adalah perokok pasif. Bila tidak ditindaklanjuti, angka mortalitas dan morbiditas

DAFTAR ISI. SAMPUL DALAM... i. LEMBAR PERSETUJUAN... ii. PENETAPAN PANITIA PENGUJI... iii. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA TULIS SKRIPSI... iv. ABSTRAK...

Gambaran Infeksi Malaria di RSUD Tobelo Kabupaten Halmahera Utara Periode Januari Desember 2012

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR RISIKO PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

ABSTRAK ANALISIS KASUS PENDERITA PNEUMONIA DI RUANG INTENSIVE CARE UNIT RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2007

HUBUNGAN ANTARA MEROKOK DENGAN TERJADINYA KANKER PARU DI DEPARTEMEN PULMONOLOGI FK USU/RSUP H.ADAM MALIK MEDAN TAHUN 2014

ABSTRAK PREVALENSI DIABETES MELITUS TIPE 2 DENGAN HIPERTENSI DI RSUP SANGLAH DENPASAR TAHUN 2015

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan semakin tingginya penjanan faktor resiko, seperti faktor pejamu

ABSTRAK HUBUNGAN FAKTOR RISIKO DENGAN KEJADIAN PENDERITA RAWAT INAP STROKE DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI DESEMBER 2014

KARYA TULIS ILMIAH PROFIL PASIEN HIV DENGAN TUBERKULOSIS YANG BEROBAT KE BALAI PENGOBATAN PARU PROVINSI (BP4), MEDAN DARI JULI 2011 HINGGA JUNI 2013

ABSTRAK GAMBARAN FAKTOR-FAKTOR RISIKO PADA PASIEN PENYAKIT JANTUNG KORONER DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG PERIODE JANUARI-DESEMBER 2009

commit to user BAB V PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Gambaran Karakteristik Penderita Rawat Inap Karsinoma Serviks di RSUD Karawang Periode 1 Januari Desember 2011

ABSTRAK GAMBARAN PENDERITA TB PARU DI PUSKESMAS PAMARICAN KABUPATEN CIAMIS PERIODE JANUARI 2013 DESEMBER : Triswaty Winata, dr., M.Kes.

ABSTRAK GAMBARAN INFEKSI MALARIA DI RSUD TOBELO KABUPATEN HALMAHERA UTARA PROVINSI MALUKU UTARA PERIODE JANUARI DESEMBER 2012

Prosiding Farmasi ISSN:

KARAKTERISTIK PASIEN TUBERKULOSIS PARU DI PUSKESMAS TUMINTING MANADO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. biasanya progresif dan berhubungan dengan peningkatan respon inflamasi kronik

ABSTRAK PREVALENSI INFEKSI SALURAN PERNAPASAN AKUT SEBAGAI PENYEBAB ASMA EKSASERBASI AKUT DI POLI PARU RSUP SANGLAH, DENPASAR, BALI TAHUN 2013

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. polusi udara baik dalam maupun luar ruangan, serta polusi di tempat kerja. 1

Transkripsi:

KARAKTERISTIK PENDERITA PENYAKIT PARU OBSTRUKTIF KRONIK DI RUMAH SAKIT IMMANUEL BANDUNG TAHUN 2012 THE CHARACTERISTICS OF THE CHRONIC OBSTRUCTIVE PULMONARY DISEASE PATIENTS AT IMMANUEL HOSPITAL BANDUNG IN 2012 Dani 1, Christine Nathalia 2 1 Bagian Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha 2 Fakultas Kedokteran, Universitas Kristen Maranatha Jalan Prof. Drg. Suria Sumantri MPH No. 65 Bandung 40164 Indonesia ABSTRAK Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) merupakan penyebab kematian kelima didunia menurut WHO. Pada tahun 2020, PPOK diprediksi menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia. Diketahui bahwa hampir 90% dari kematian PPOK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif observasional dengan data retrospesifik berupa data rekam medik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012, dengan variabel yang dicatat berupa jumlah, usia, jenis kelamin, gejala klinik, faktor risiko riwayat merokok. Hasil penelitian didapatkan 64 kasus PPOK, dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 61-70 tahun. Secara keseluruhan PPOK lebih banyak terdapat pada laki-laki. Gejala yang paling sering dialami berupa sesak napas. Faktor risiko riwayat merokok positif adalah yang paling utama. Dengan demikian, karakteristik penderita PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 lebih banyak pada usia 61-70 tahun, laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dan paling sering datang dengan keluhan sesak napas. Kata kunci : ppok, faktor risiko ABSTRACT According to WHO, Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) was the fifth leading cause of death in the world. In 2020, COPD was predicted to be the third leading cause of death in the world. It was known that nearly 90% of COPD deaths occurred in the countries with lower middle income. This was a descriptive observational study with the retrospesific medical record data of COPD patients at Immanuel Bandung in 2012, along with the form of the number, the age, the sex, the clinical symptoms, and the risk factor of smoking history as written variables. The result shows 64 cases of COPD, with the highest number in the group of age from 61 to 70 years old. In general, COPD is more prevalent in male. The most common experienced symptom is breathlessness. The positive smoking history risk is the main factor.

Thus, the characteristics of COPD patients at Immanuel Bandung in 2012 occurs more to the 61-70 years old patients, the male with smoking history, also who often comes with breathlessness mostly. Key Words : copd, risk factor PENDAHULUAN Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau gabungan keduanya (1). Bronkitis kronis didefinisikan sebagai adanya batuk kronis dan produksi sputum selama minimal 3 bulan dalam setahun, selama minimal 2 tahun berturut-turut tanpa adanya penyakit lain. Setidaknya sepertiga dari perokok berusia 35 sampai 59 tahun memiliki bronkitis kronis, dan meningkatkan prevalensi dengan usia (2). Emfisema didefinisikan sebagai suatu kelainan anatomis paru yang ditandai oleh pelebaran rongga udara distal bronkiolus terminal, disertai dengan kerusakan dinding alveoli (2). Menurut Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Disease (GOLD), Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit yang dapat dicegah dan diobati, dengan ciri adanya hambatan aliran udara yang menetap (persistent) yang biasanya progresif dan disertai peningkatan respon inflamasi yang kronik pada paru dan saluran pernapasan terhadap gas atau partikel yang berbahaya (3). Salah satu pencegahan PPOK adalah menghindari rokok dan zat-zat inhalasi yang bersifat iritasi (3). PPOK merupakan salah satu penyebab kematian terbesar di dunia. World Health Organization (WHO) memperkirakan 64 juta orang menderita PPOK di dunia tahun 2004. Lebih dari 3 juta orang meninggal karena PPOK pada tahun 2005, yang merupakan 5% dari semua kematian secara global. Diketahui bahwa hampir 90% dari kematian PPOK terjadi di negara berpenghasilan rendah dan menengah (4). Pada tahun 2002 PPOK adalah penyebab kematian kelima. Jumlah kematian akibat PPOK diperkirakan akan meningkat lebih dari 30% dalam 10 tahun ke depan kecuali adanya tindakan untuk mengurangi faktorfaktor risiko, terutama merokok (4). Lebih dari 10% dari populasi dengan usia lebih dari 45 tahun di United States mengalami obstruksi saluran napas sedang menurut kriteria spirometri. PPOK merupakan penyebab kematian ke-4 di United States, dengan kematian wanita lebih banyak dari pria. Pada tahun 2020, PPOK diprediksi menjadi penyebab kematian ke-3 di dunia (2). Studi epidemiologi COPD NIPPON mengatakan lebih dari 5,3 juta orang dari penduduk berusia 40 tahun didiagnosis menderita PPOK (5). Indonesia sendiri belum memiliki data pasti mengenai PPOK, hanya Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) Departemen Kesehatan Republik Indonesia (DepKes RI) tahun 1992 menyebutkan bahwa PPOK bersama-sama dengan asma bronkhial menduduki peringkat ke - 6 dari 10 penyebab kematian tersering di Indonesia (1). Berdasarkan hasil SUSENAS (Survei Sosial Ekonomi Nasional) tahun 2001, sebanyak 54,5% penduduk laki-laki dan 1,2% perempuan merupakan perokok, 92,0% dari perokok menyatakan kebiasaannya merokok di dalam rumah ketika bersama anggota rumah tangga lainnya, dengan demikian sebagian besar anggota rumah tangga

merupakan perokok pasif. Jumlah perokok yang berisiko menderita PPOK atau kanker paru berkisar antara 20-25%. Hubungan antara rokok dengan PPOK merupakan hubungan dose response, lebih banyak batang rokok yang dihisap setiap hari dan lebih lama kebiasaan merokok tersebut maka risiko penyakit yang ditimbulkan akan lebih besar (6). Seiring dengan majunya tingkat perekonomian dan industri otomotif, jumlah kendaraan bermotor meningkat dari tahun ke tahun di Indonesia. Gas buangan dari kendaraan tersebut menimbulkan polusi udara. 70-80% pencemaran udara berasal dari buangan kendaraan bermotor, sedangkan pencemaran udara akibat industri 20-30%. Dengan meningkatnya jumlah perokok dan polusi udara sebagai faktor risiko terhadap PPOK, maka diduga jumlah penyakit tersebut juga akan meningkat (6). Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini agar mendapatkan karakteristik serta faktorfaktor yang mempengaruhi angka kejadian PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung. MAKSUD DAN TUJUAN Maksud penelitian ini adalah untuk mengetahui karateristik penderita PPOK sehingga dapat menambah wawasan tentang gejala awal PPOK serta melakukan pencegahan terhadap PPOK. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui distribusi karakteristik penderita PPOK yang ditinjau dari usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012. METODOLOGI PENELITIAN Bahan dan Subjek Penelitian Data rekam medik pasien yang didiagnosis PPOK di Rumah Immanuel Bandung Tahun 2012 yang didalamnya memuat data-data mengenai karakteristik kasus PPOK berdasarkan usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok. Subjek penelitian ini diambil sesuai dengan kriteria subjek penelitian yaitu kasus PPOK yang terdata di Rumah Immanuel Bandung Tahun 2012 yang memenuhi kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi. Kriteria inklusi : usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok (perokok aktif dan bekas perokok). Kriteria eksklusi : pekerjaan, perokok pasif, dan genetik. Desain Penelitian Penelitian yang dilakukan adalah deskriptif observasional dengan pendekatan data sekunder yang bersifat retrospektif yang diambil dari data rekam medik pasien yang didiagnosis PPOK. Kemudian dari data-data yang sudah ada, disajikan dalam bentuk tabel yang disusun menurut usia, jenis kelamin, gejala klinik, dan faktor risiko riwayat merokok. Besar Sampel Penelitian Besar sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah total sampling yaitu seluruh data dari data kasus PPOK yang telah memenuhi kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi yang tercatat di Bagian Rekam Medik Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012. Sumber Data Data yang digunakan berupa data sekunder berasal dari rekam medik pasien yang didiagnosis PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian dari rekam medik penderita Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 didapatkan sebanyak 117 kasus, akan tetapi data yang memenuhi syarat dan dapat digunakan untuk penelitian ini hanya 64 kasus dengan data lengkap menurut kriteria inklusi dan diluar kriteria eksklusi. Data yang diolah meliputi distribusi kasus pasien PPOK berdasarkan kelompok usia, jenis kelamin, gejala klinik yang timbul, dan faktor risiko riwayat merokok. Tabel 4.1 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Usia di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 Kelompok Usia Jumlah Kasus Persentase 41-50 tahun 4 6,2 51-60 tahun 23 36 61-70 tahun 27 42,2 >70 tahun 10 15,6 Total 64 100 Dari hasil penelitian didapatkan jumlah kasus pasien PPOK paling banyak pada kelompok usia 61-70 tahun (42,2). Pada studi epidemiologi COPD NIPPON mengatakan lebih dari 5,3 juta orang dari penduduk berusia 40 tahun didiagnosis menderita PPOK (6). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahmatika pun menunjukan bahwa PPOK lebih banyak terjadi pada kelompok usia lebih dari 60 tahun dengan persentase 57,6% (4). Tabel 4.2 Distribusi Kasus Pasien PPOK Berdasarkan Jenis Kelamin di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 Jenis Kelamin Jumlah Kasus Persentase Laki-laki 49 76,6 Perempuan 15 23,4 Total 64 100 Dari penelitian didapatkan hasil jumlah pasien laki-laki yang menderita PPOK sebanyak 49 orang, sedangkan pada perempuan sebanyak 15 orang. Dari hasil tersebut didapatkan perbandingan laki-laki dengan perempuan 3,7 : 1. Begitu pula hasil yang diperoleh pada penelitian Nugraha yang menunjukan PPOK lebih banyak mengenai laki-laki, dengan persentase 100% (8). Hal ini menunjukkan bahwa PPOK lebih sering terjadi pada laki-laki daripada perempuan. Tetapi, WHO menyatakan bahwa pada masa kini penyebaran kasus PPOK pada laki-laki dan perempuan hampir sama, karena adanya

peningkatan penggunaan tembakau di kalangan perempuan di negara-negara berpenghasilan tinggi (5). Tabel 4.3 Distribusi Gejala Klinik Yang Didapat Pada Pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 Gejala Klinik Ada Tidak Ada Jumlah Sesak napas 62 (96,9%) 2 (3,1%) 64 (100%) Batuk 55 (85,9%) 9 (14,1%) 64 (100%) Cepat lelah 56 (87,5%) 8 (12,5%) 64 (100%) Demam 19 (29,7%) 45 (70,3%) 64 (100%) Gejala klinik yang paling sering muncul pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung berupa sesak napas, dengan persentase sebesar 96,9%, kemudian disusul dengan merasa cepat lelah, batuk, dan demam. Sesuai dengan yang dikatakan World Health Organization, bahwa gejala yang paling umum dari PPOK adalah sesak napas dan batuk kronis (5). Pada PPOK terjadi peningkatan sekresi mukus, edema mukosa, dan peningkatan kontraksi otot bronkiolus yang menyebabkan peningkatan resistensi pernapasan sehingga kerja pernapasan menjadi lebih berat dan terjadilah sesak napas (9). Hipersekresi mukus menyebabkan batuk produktif yang kronik serta disfungsi silier mempersulit proses ekspektorasi (10). Pada dasarnya penderita PPOK tidak akan mengeluh panas badan, tetapi karena sering mendapatkan infeksi sekunder, maka dalam periode tersebut penderita akan mengeluh tentang panas badan rendah (subfebris) sampai tinggi (4). Tabel 4.4 Distribusi Faktor Risiko Riwayat Merokok Yang Didapat Pada Pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012 Riwayat Merokok Ada Tidak Ada Jumlah Laki-laki 46 (71,88%) 3 (4,69%) Perempuan 2 (3,12%) 13 (20,31%) 64 (100%) Dari Tabel 4.4, didapatkan faktor risiko riwayat merokok dari anamnesis (perokok aktif dan bekas perokok) paling tinggi pada kelompok pasien laki-laki dengan riwayat merokok, dengan persentase 71,88%, dibandingkan dengan pasien laki-laki tanpa riwayat merokok (4,69%), pasien perempuan dengan riwayat merokok (3,12%), dan pasien perempuan tanpa riwayat merokok (20,31%). Hasil penelitian sesuai dengan yang dikatakan oleh Anthony S. Fauci bahwa kebiasaan merokok merupakan penyebab yang terutama. Baik perokok aktif maupun perokok pasif dan juga bekas perokok (11). Dennis E. Niewoehner pada buku Goldman s Cecil Medicine pun mengatakan bahwa merokok merupakan penyebab utama PPOK karena menyebabkan penurunan fungsi paru-

paru yang lebih dari sekedar proses penuaan (2). SIMPULAN Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : Distribusi 64 pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung Tahun 2012, terbanyak pada kelompok usia 61-70 tahun dengan persentase 42,2%. Distribusi jenis kelamin pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung terbanyak pada laki-laki dengan persentase 76,6%, dan perbandingan antara pasien laki-laki dan perempuan sekitar 3,7 : 1. Gejala klinik yang paling banyak ditemukan berupa sesak napas sebesar 96,9% disusul cepat lelah sebesar 87,5%, batuk sebesar 85,9%, dan demam 29,7%. Distribusi faktor risiko berdasarkan riwayat merokok yang didapat pada pasien PPOK di Rumah Sakit Immanuel Bandung terbanyak pada kelompok pasien laki-laki dengan adanya riwayat merokok, dengan persentase 71,88%. SARAN Perlunya usaha pemerintah dalam melakukan pencegahan PPOK dengan adanya larangan merokok, penghijauan kota, dan pemeriksaan gas buangan industri dan kendaraan bermotor Perlunya pemberian edukasi pada masyarakat tentang PPOK oleh badanbadan kesehatan supaya masyarakat bisa menghindar dari berbagai faktor risiko PPOK dan menghimbau masyarakat untuk melakukan vaksin influenza Perlunya edukasi pada pasien yang telah terdiagnosis PPOK tentang apa saja yang dapat memperberat penyakitnya dan juga tentang peningkatan kualitas hidup pasien Untuk penelitian selanjutnya, disarankan menggunakan data primer sehingga pengisian data dapat lebih lengkap dibanding dengan data sekunder DAFTAR PUSTAKA 1. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan di Indonesia. Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI). Jakarta : s.n., 2003, pp. 2-31. 2. Goldman, Lee and Ausiello, Dennis. Cecil Medicine. Philadelphia : Saunders Elsevier, 2012. pp. 537-543. Vol. 24th. 3. Pocket Guide to COPD Diagnosis, Management, and Prevention. Global Initiative for Chronic Obstructive Lung Diseaase (GOLD). Maret 27, 2013, pp. 5-26. 4. Karakteristik Penderita Penyakit Paru Obstruksi Kronik yang di Rawat Inap di RSUD Aceh Tamiang Tahun 2007-2008. Rahmatika, Anita. 2010, pp. 29-30. 5. World Health Organization. Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD). [Online] October 2013. [Cited: November 11, 2014.] http://www.who.int/mediacentre/factsheets/ fs315/en/. 6. Global burden of COPD in Japan and Asia. Teramoto, Shinji, et al. s.l. : The Lancet, November 22, 2003, Vol. 362, p. 1764. 7. Pedoman Pengendalian Penyakit Paru Obstruktif Kronik. Mentri Kesehatan Republik Indonesia. November 3, 2008, pp. 4-16.

8. Hubungan Derajat Berat Merokok Berdasarkan Indeks Brinkman Dengan Derajat Berat PPOK. Nugraha, Ika. 2011. 9. Silbernagl, Stefan and Lang, Florian. Teks & Atlas Berwarna Patofisiologi. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2003. pp. 76-79. Lanjut Usia. Sutanto. Lampung : s.n., Oktober 2013, Vol. 1, p. 94. 11. Fauci, Anthony S. Harrison's Principles of Internal Medicine. [ed.] Anthony S Fauci, et al. New York : McGraw-Hill, 2012. Vol. 18th. 10. Penyakit Paru Obstruktif Kronis Dengan Gejala Pre Hipertensi Pada Pasien Laki-Laki