II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI AYAM BROILER

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Gambaran Komoditas Caisin ( Brassica rapa cv. caisin)

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Pola kemitraan ayam broiler adalah sebagai suatu kerjasama yang

VI. FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI YANG MEMPENGARUHI RISIKO PRODUKSI

II. TINJAUAN PUSTAKA Agribisnis Cabai Merah

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Jumlah Tenaga Kerja Usia 15 Tahun ke Atas Menurut Lapangan Pekerjaan Tahun 2011

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Perkembangan Kajian Risiko Harga Komoditas Pertanian

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

VII. ANALISIS PENDAPATAN

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Peran Kemitraan Dalam Pengelolaan Risiko

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI CAISIN

IV. METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai bobot badan antara 1,5-2.8 kg/ekor dan bisa segera

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. potensi besar dalam pengembangan di sektor pertanian. Sektor pertanian di

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN

RISIKO PRODUKSI DAN HARGA SERTA PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETERNAKAN AYAM BROILER CV AB FARM KECAMATAN BOJONGGENTENG - SUKABUMI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Peternakan merupakan salah satu sub sektor pertanian yang memiliki peranan cukup penting dalam memberikan

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Karakteristik Mentimun

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

BAB III MATERI DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Sapi Perah

I Peternakan Ayam Broiler

IV. METODE PENELITIAN

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Empiris Ubi Jalar

[Pengelolaan dan Evaluasi Kegiatan Agribisnis Ternak Unggas]

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tinjauan umum Ayam Broiler. sebagai penghasil daging, konversi pakan irit, siap dipotong pada umur relatif

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Kondisi Peternakan Sapi Perah di Indonesia

I PENDAHULUAN * Keterangan : *Angka ramalan PDB berdasarkan harga berlaku Sumber : Direktorat Jenderal Hortikultura (2010) 1

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Analisis Risiko Usahatani Kedelai Di Kecamatan Jawai Selatan Kabupaten Sambas. Abstract

I PENDAHULUAN. 2,89 2,60 2,98 3,35 5,91 6,20 Makanan Tanaman Perkebunan 0,40 2,48 3,79 4,40 3,84 4,03. Peternakan 3,35 3,13 3,35 3,36 3,89 4,08

ANALISIS RISIKO DALAM USAHATERNAK AYAM BROILER (Studi Kasus Usaha Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor)

BAB II LANDASAN TEORI

VI ANALISIS RISIKO HARGA

I. PENDAHULUAN. Sumber: Badan Pusat Statistik (2009)

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan usaha peternakan unggas di Sumatera Barat saat ini semakin

I. PENDAHULUAN. industri dan sektor pertanian saling berkaitan sebab bahan baku dalam proses

VI. PELAKSANAAN KEMITRAAN

TINJAUAN PUSTAKA. 5 [Diakses tanggal 24 November 2011]

II TINJAUAN PUSTAKA. Sumber : Santoso dan Sudaryani (2009)

II. TINAJUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Pangan merupakan kebutuhan mendasar bagi setiap makhluk hidup

BAB VI ANALISIS PRODUKSI USAHATANI BELIMBING DEWA DI KELAPA DUA

BAB I PENDAHULUAN. Budidaya ayam ras khususnya ayam broiler sebagai ayam pedaging,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Jawa Barat merupakan salah satu sentra produksi tanaman bahan makanan di

ANALISIS RISIKO PRODUKSI PADA PETERNAKAN AYAM BROILER MILIK BAPAK RESTU DI DESA CIJAYANTI, KECAMATAN BABAKAN MADANG, KABUPATEN BOGOR

II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Mekanisme Pelaksanaan Kemitraan

IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN. Kambing perah merupakan salah satu ternak penghasil susu. Susu

BAB IV. METODE PENELITIAN

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

VII ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. peranan penting dalam menopang perekononiam masyarakat. Pembangunan sektor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

DAFTAR TABEL. 1. Produksi tanaman sayuran menurut kabupaten/kota dan jenis sayuran di Provinsi Lampung

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PASURUAN PERATURAN BUPATI PASURUAN NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PROGRAM INTENSIFIKASI PERTANIAN KABUPATEN PASURUAN TAHUN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pertanian modern atau pertanian anorganik merupakan pertanian yang

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHA PETERNAKAN AYAM BOILER DI KECAMATAN MOYUDAN SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

IV METODE PENELITIAN 4.1. Pemilihan Lokasi dan Waktu Penelitian 4.2. Jenis dan Metode Pengumpulan Data

PENGARUH SISTEM PENGELOLAAN USAHATANI CABAI MERAH TERHADAP JUMLAH PRODUKSI DAN TINGKAT PENDAPATAN

BAB I PENDAHULUAN. mata pencaharian di bidang pertanian. Sektor pertanian pada setiap tahap

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sub sektor peternakan merupakan bagian dari pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengandung protein dan zat-zat lainnya seperti lemak, mineral, vitamin yang

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN PENDAPATAN PETANI GANYONG DI DESA SINDANGLAYA

I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN. Kemitraan merupakan hubungan kerjasama secara aktif yang dilakukan. luar komunitas (kelompok) akan memberikan dukungan, bantuan dan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Usaha sektor peternakan merupakan bidang usaha yang memberikan

I. PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

IV. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS FUNGSI PRODUKSI DAN EFISIENSI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Usaha Peternakan Ayam Broiler di Indonesia

I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. karakteristik produk unggas yang dapat diterima oleh masyarakat, harga yang

III KERANGKA PEMIKIRAN

VI ANALISIS RISIKO PRODUKSI JAGUNG MANIS

VI ANALISIS KERAGAAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. Oleh sebab itu produksi telur ayam ras diartikan sebagai proses untuk

PENGANTAR. Latar Belakang. Peternakan merupakan salah satu subsektor yang berperan penting dalam

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS FINANSIAL DAN SENSITIVITAS PETERNAKAN AYAM BROILER PT. BOGOR ECO FARMING, KABUPATEN BOGOR

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR

III. KERANGKA PEMIKIRAN

VI. ANALISIS EFISIENSI FAKTOR-FAKTOR PRODUKSI PADI

Transkripsi:

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Usaha Peternakan Ayam Broiler Ayam ras pedaging disebut juga broiler, yang merupakan jenis ras unggulan hasil persilangan dari bangsa-bangsa ayam yang memiliki daya produktivitas tinggi, terutama dalam memproduksi daging ayam. Sebenarnya ayam broiler ini baru populer di Indonesia sejak tahun 1980-an dimana pemegang kekuasaan mencanangkan panggalakan konsumsi daging ruminansia yang pada saat itu semakin sulit keberadaannya. Hingga kini ayam broiler telah dikenal masyarakat Indonesia dengan berbagai kelebihannya. Hanya 4-5 minggu sudah bisa dipanen. Dengan waktu pemeliharaan yang relatif singkat dan menguntungkan, maka banyak peternak baru serta peternak musiman yang bermunculan diberbagai wilayah Indonesia. Ayam broiler mulai dirintis pada tahun 50-an, pada tahun 1950-1961 merupakan tahap perintisan ayam broiler di Indonesia. Usaha peternakan ayam broiler ini merupakan usaha yang paling berfluktuatif, mulai dari harga input seperti harga DOC maupun pakan ternak tersebut sampai kepada harga jual produknya yaitu daging ayam. Selain itu juga dalam proses pembudidayaannya membutuhkan perhatian yang khusus agar ayam tersebut terlindungi dari hama dan penyakit. Biasanya ayam broiler lebih membutuhkan perlakuan khusus pada saat musim penghujan tiba. Hal itu disebabkan karena pada saat musim penghujan tiba kondisi kandang juga akan dapat berubah jika tidak diperhatikan seperti kandang menjadi lembab yang dikarenakan suhu didalam kandang menurun. Sehingga diperlukan perlakuan khusus untuk menjaga kestabilan suhu di kandang. Seiring waktu berjalan ayam broiler semakin berkembang setiap tahunnya, hal tersebut diiringi dengan semakin banyaknya produsen input seperti pakan ternak, DOC, serta input lainnya yang menawarkan produk. Dengan semakin banyaknya peternak ayam broiler maka harga juga mulai bersaing terhadap peternak. Pada awal perkembangan ayam broiler tersebut harga dipeternak kecil berbeda dengan harga yang ditetapkan peternak besar, sehingga peternak kecil mengalami ketidakstabilan harga ayam dan biaya input yang dikeluaran juga terlalu tingga karena peternak kecil membeli input dengan harga satuan. 13

Dengan keadaan demikian maka pemerintah ikut serta dalam menjaga kestabilan usaha peternakan ayam broiler dengan cara membuat kebijakan yang dapat membantu meringankan dalam memproduksi usaha peternakan tersebut. Kebijakan tersebut diatur dalam Keputusan Presiden No. 50 Tahun 1981 tentang Pembinaan Usaha Peternakan Ayam, yang jiwanya menganut pemerataan kesempatan usaha dengan keseragaman skala usaha. Secara keseluruhan Pembinaan Usaha Peternakan Ayam menurut Keppres No. 50 Tahun 1981 sungguh melegakan para penganut pemerataan kesempatan usaha dengan keseragaman maksimal skala usaha. Sehingga konflik antara peternak kecil dan peternak besar dapat teratasi karena mereka sudah memiliki wilayahnya masingmasing. Setelah Keputusan Presiden dibentuk tidak lama kemudian untuk menyempurnakan pembinaan peternak langsung ke lapangannya maka dilakukan dengan sistem Perusahaan Inti Rakyat (PIR). Dengan kedatangan PIR ini diharapkan akan mendukung semakin membaiknya kondisi peternakan ayam broiler di Indonesia karena mendapatkan penyuluhan langsung tentang usaha peternakan ayam broiler. Pendampingan para penyuluh ini sangan membantu peternak ayam tersebut. Hal ini dikarenakan peternak ayam broiler rata-rata berskala kecil sehingga masih membutuhkan pengarahan tentang usaha peternakan ini. Keberadaan PIR ini juga sangat membantu peternak ayam sebagai plasma dalam bentuk penyediaan faktor-faktor produksi seperti DOC, pakan, obat-obatan, vaksinasi dan vitamin. Plasma mendapatkan faktor produksi tersebut dengan harga yang lebih murah dibandingkan jika peternak membelinya dengan harga eceran kepada grosir. Pemakaian faktor produksi tersebut dilakukan selama proses produksi berlangsung sampai masa panen tiba sedangkan pembayaran faktor produksi tersebut dapat dilakukan pada saat panen dipotong dari hasil panen yang telah didapat. Kegiatan tersebut lebih membantu dibandingkan dengan peternak ayam broiler mandiri, peternak mandiri merupakan peternak yang berdiri sendiri tanpa bantuan dari instansi atau lembaga lain. Semua kegiatan yang dilakukan dengan kebijakan peternak itu sendiri. Mulai kegiatan penyediaan faktor produksi sampai kepada proses pendistribusian dagingnya dilakukan dengan sendiri. 14

Usaha peternakan dapat digolongkan menjadi beberapa bagian. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No. 472/Kpts/TN.330/6/96, usaha peternakan terbagi menjadi tiga kategori, yaitu Peternakan Rakyat, Pengusaha Kecil Peternakan dan Pengusaha Peternakan. Peternakan Rakyat adalah peternak yang mengusahakan budidaya ayam broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 15.000 ekor per periode. Peternakan rakyat mempunyai beberapa karakter yaitu modal terbatas, adanya masa istrahat kandang, kandang dibangun dengan sederhana, tenaga kerja biasanya dari rumah tangga. Pengusaha kecil peternakan adalah peternak yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas maksimal sebesar 65.000 ekor per periode, peternakan ini sudah mulai baik dibandingkan dengan peternakan rakyat dibidang manajemen, tenaga kerja yang sudah memiliki pengalaman dan biasanya sudah memiliki legalitas hukum berupa perseorangan. Selain itu, pengusaha peternakan adalah peternakan yang membudidayakan ayam broiler dengan kapasitas melebihi 65.000 ekor per periode. Selain kapasitas produksi, perusahaan peternakan dapat dilihat dari teknologi yang serba modern dalam melakukan budidayanya, sudah memiliki legalitas hukum berupa perusahaan, memiliki manajemen yang baik dan memiliki tenaga kerja yang ahli dalam bidangnya. Pengusaha peternakan ini memiliki kelebihan yaitu mendapatkan bimbingan dan pengawasan dari pemerintah. Hal tersebut telah ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 16 Tahun 1977 tentang Usaha Peternakan. Peraturan Pemerintah tersebut menjelaskan bahwa menteri yang bertanggung jawab dalam bidang peternakan atau pejabat yang ditunjuk berkewajiban melakukan bimbingan dan pengawasan terhadap kegiatan peternakan yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan peternakan. Perundangundangan yang menjadi payung hukum bagi agribisnis usaha ayam broiler adalah Undang-Undang Republik Indonesia No. 6 Tahun 1967 Tentang Ketentuan- Ketentuan Pokok Peternakan dan Kesehatan Hewan. Adapun tujuan umum pembentukan undang-undang ini adalah untuk pemeliharaan kesehatan hewan. Tujuan utama penambahan produksi adalah untuk meningkatkan taraf hidup peternak Indonesia dan untuk memenuhi keperluan bahan makanan yang berasal dari ternak bagi seluruh rakyat Indonesia secara adil dan merata. 15

2.2. Risiko Produksi Ayam Broiler Risiko produksi adalah kemungkinan peluang terjadinya penurunan produksi yang dihasilkan tidak sesuai dengan yang diharapkan. Risiko tersebut terjadi dari berbagai sumber risiko yang dapat menurunkan produksi, seperti kondisi alam yang tidak stabil yang dapat menyebabkan ayam broiler terserang penyakit dan dapat meningkatkan kematian pada ayam broiler tersebut. adanya indikasi bahwa risiko produksi adalah dengan melihat tingkat bobot ayam terhadap pakan sehingga menghasilkan produksi yang tidak stabil. Ada beberapa penelitian yang menganalisis tentang risiko produksi, diantaranya Aziz (2009) Robi ah (2006), dan Solihin (2009). Ketiga penelitian tersebut menganalisis risiko produksi ayam broiler, Aziz di daerah Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor, Solihin di daerah CV AB Farm Bojong Genteng, dan Robi ah di Sunan Kudus Farm, Bogor. Berdasarkan analisis ketiga peneliti tersebut kondisi alam merupakan salah satu faktor risiko utama dalam risiko produksi. Kondisi alam yang tidak stabil akan dapat berdampak kondisi kandang menjadi mudah penyakit berkembang biak sehingga banyak menyebabkan ayam terkena penyakit. Penyakit yang sering muncul pada saat musim hujan tiba adalah Coccidiosis (berak darah), Newcastle Disease (tetelo), kekerdilan, kurang nutrisi serta mudah terserang penyakit. Kejadian ini juga mengakibatkan tidak efesiennya dalam hal konversi pakan terhadap bobot ayam. Hal ini dikarenakan kondisi tubuh ayam yang kedinginan sedangkan alat pemanas jauh dari jangkauan sehingga menimbulkan rangsangan terhadap keluarnya bulu ayam yang menjadikan pertumbuhan ayam terhambat. Hasil analisis Aziz, Robi ah, dan Solihin, risiko produksi pada ayam broiler adalah tinggi. Aziz menyatakan risiko produksi sangat tinggi dengan nilai CV 1,75, risiko tersebut berasal dari risiko cuaca dan iklim yang menyebabkan tingginya tingkat kematian sampai pada 10 persen. Selain dari faktor cuaca risiko produksi berasal dari adanya fluktuasi harga yaitu harga pakan, obat-obatan, DOC, dan harga jual produksi. Tingkat risiko yang dianalisis oleh Robi ah memiliki tingakt risiko sebesar 1,3 dan di sebabkan oleh adanya fluktuasi sapronak serta adanya kenaikan harga input maupun stabilnya harga output. Sedangkan tingkat risiko yang dianalisis oleh Solihin sangat tinggi dibandingkan 16

Aziz dan Robi ah yaitu dengan CV 2,63. Risiko ini sangat tinggi bagi peternak, dan risiko tersebut timbul berasal dari harga sapronak (pakan, DOC, pemanas) terus meningkat sementara harga jualnya relatif tetap. Paramter kesuksesan proses produksi menurut Solihin adalah Indeks Prestasi Produksi. Solihin juga menjelaskan adanya pengaruh risiko produksi terhadap pendapatan sedangkan Aziz dan Robi ah tidak menjelaskan dampak risiko terhadap pendapatan. Adanya risiko disebabkan karena adanya penyimpangan indeks prestasi standar dengan indeks prestasi yang telah dijalankan. Maka pendapatan untuk setiap periodenya juga berfluktuasi. Rata-rata penyimpangan yang terjadi sebesar 32,6 persen yang berisiko mengakibatkan penurunan pendapatan sebesar 157,1 persen atau Rp 342.290.546. adanya penyimpangan ini disebabkan oleh fluktuasi harga sarana produksi ternak dan fluktuasi harga jual. Sehingga perbandingan satu risiko nilainya semakin meningkat bila dikonversikan terhadap biaya. Hasil analisis Fariyanti (2008) yang berjudul Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran Pada Kondisi Risiko Produksi dan Harga di Kecamatan Pangalengan Kabupaten Bandung. Penelitian tersebut menggunakan model Garch untuk melihat nilai dari risiko produksi pada komoditi kubis dan kentang. Pada komoditi kentang dihasilkan error kuadrat periode sebelumnya memiliki taraf nyata dibawah satu persen, sedangkan variance error produksi musim sebelumnya mempunyai taraf nyata dibawah lima persen. Parameter tersebut bertanda positif menandakan bahwa semakin tinggi risiko produksi kentang pada musim sebelumnya, maka semakin tinggi risiko produksi pada musim berikutnya. Hubungan penggunaan input dengan variance error produksi menunjukkan bahwa benih memiliki taraf nyata dibawah lima persen dan pupuk urea memiliki taraf nyata dibawah 10 persen, sedangkan lahan garapan kentang, pupuk TSP, KCL, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida, insektisida,) tidak mempunyai pengaruh nyata. Dengan demikian, pada usahatani kentang, penggunaan benih, luas garapan, dan obat-obatan merupakan factor yang dapat mengurangi risiko produksi. Sedangkan pupuk urea, TSP, KCl, dan tenaga kerja merupakan faktor yang menimbulkan adanya risiko produksi. Untuk komoditas kubis dari enam parameter yang diduga terdapat empat parameter yang mempunyai taraf nyata dibawah satu persen, yaitu luas lahan garapan kubis, 17

pupuk urea, tenaga kerja, dan obat-obatan (pestisida dan insektisida). Sedangkan benih kubis mempunyai taraf nyata dibawah 15 persen, dan pupuk majemuk NPK memiliki taraf nyata dibawah 20 persen. dengan demikian luas lahan garapan kubus dan obat-obatan menjadi faktor yang menimbulkan risiko produksi. Sebaliknya, benih kubis, pupuk urea, pupuk majemuk NPK, dan tenaga kerja menjadi faktor pengurang risiko produksi. 2.3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Ayam Broiler Faktor-faktor produksi merupakan semua masukan atau input yang dilakukan untuk melakukan proses produksi untuk menghasilkan keluaran atau output. Faktor produksi merupakan faktor yang mempengaruhi besar kecilnya suatu produksi yang akan diperoleh. Menurut Soekartawi (2002), berdasarkan berbagai pengalaman yang menjadi faktor-faktor produksi adalah luasan lahan, modal, bibit, obat-obatan, tenaga kerja dan aspek manajemen. Penelitian yang menjelaskan tentang faktor-faktor produksi adalah Merina (2004) dan Anggraini (2003). Merina meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi risiko usaha peternakan ayam broiler di Bekasi sedangkan Anggraini meneliti tentang risiko sapi perah dengan melihat faktor-faktor penyebab risiko dari sapi perah tersebut. Anggraini menjelaskan bahwa tingkat risiko yang pada usaha ayam broiler berfluktuatif setiap periodenya, hal tersebut dapat dilihat dari tingkat CV 0,92 dan tingkat pengembaliannya yang rendah. Sehingga berpengaruh terhadap tingkat pendapatan dari perusahaan tersebut pada setiap periodenya. Keuntungan yang dihasilkan selalu bernilai positif namun hanya pada dua periode dari 12 periode yang mengalami kerugian dikarenakan adanya penyakit dan harga jual ayam turun. Berdasarkan analisis Merina risiko produksi dapat mempengaruhi tingkat pendapatan usaha ayam broiler. Variabel-variabel yang digunakan untuk melihat pengaruhnya terhadap risiko adalah fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan, mortalitas, bonus karyawan, jumlah produksi, jumlah DOC yang dipelihara, harga ayam broiler, dan luas lahan. Dari hasil analisis regresi didapat tingkat kepercayaan 90,6 persen, namun tidak diikuti dengan ada variabel-variabel yang signifikan terhadap tingkat risiko tersebut. Hal ini disebabkan karena didalam variabel tersebut terdapat variabel yang memiliki multikolinier. Dan kemudian 18

dilakukan analisis regresi komponen utama 1, 2, dan 3 dengan tingkat keragaman 39,1 persen, 62,7 persen, dan 78,5 persen. Sehingga dapat disimpulkan bahwa fluktuasi harga DOC, pakan, obat-obatan/vitamin, harga ayam, waktu penjualan dan mortalitas merupakan variabel yang signifikan terhadap risiko usaha ayam broiler. Menurut Anggraini bahwa faktor-faktor yang memengaruhi tingkat risiko dalam usaha peternakan sapi perah di Kebon Pedes, Bogor adalah fluktuasi keuntungan di musim hujan, fluktuasi keuntungan di musim kemarau, fluktuasi harga susu, fluktuasi harga pakan, skala usaha, dan saluran pemasaran. Dan hasil analisis risiko didapat tingkat risiko sebesar 0,2 atau 20 persen dari pendapatan bersih rata-rata (return) yang diperoleh. Penelitian yang akan dilakukan oleh penulis memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian sebelumnya. Persamaan yang dimiliki adalah semua literatur menggunakan komoditas yang sama kecuali Anggraini menganalisis sapi perah dengan menggunakan analisis risiko untuk melihat tingkat risiko usaha. Sedangkan perbedaan dari penelitian sebelumnya adalah pada penelitian Aziz, Solihin, dan Robi ah tidak menjelaskan seberapa besar faktor produksi dalam menimbulkan risiko produksi dan dalam menganalisis faktor-faktor produksinya berbeda, mereka menggunakan deskriptif sedangkan penelitian sekarang menggunakan Cobb-Douglass. Untuk penelitian Merina dan Anggraini menjelaskan faktor-faktor produksi yang mempengaruhi pendapatan sedangkan penelitian yang sekarang menjelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi produksi ayam broiler. Perbedaan dengan penelitian Farianti adalah pada komoditas, penelitian ini dilakukan pada komoditas ayam broiler sedangkan Anna komoditas sayuran, penelitian ini hanya untuk menganalisis pengaruh input terhadap produksi serta melihat input-input yang dapat mengurangi atau menimbulkan risiko produksi, sedangkan penelitian Farianti sampai pada pengaruhnya terhadap ekonomi rumah tangga. 19

Tabel 6. Penelitian Terdahulu yang Berkaitan dengan Penelitian yang dilakukan Nama Metode No. Tahun Judul Penelitian Penulis 1 Faishal Abdul Aziz 2009 Risiko dalam Usaha Ternak Ayam Broiler (Studi Kasus Peternakan X di Desa Tapos, Kecamatan Tenjo, Kabupaten Bogor) Risiko (Kuantitatif dan Kualitatif) 2 Muhamad Solihin 2009 Risiko Produksi dan Harga Serta Pengaruhnya Terhadap Pendapatan Peternakan Ayam Broiler CV AB Farm, Kecamatan Bojonggenteng- Sukabumi Analisi Risiko, Pendapatan, R/C, Indeks Prestasi Produksi 3 Anna Fariyanti 2008 Perilaku Ekonomi Rumah Tangga Petani Sayuran dalam Menghadapi Risiko Produksi dan Harga Produk di Kecamatan Pengalengan, Kabupaten Bandung Arch-Garch 4 Siti Robi ah 2006 Manajemen Risiko Usaha Peternakan Broiler pada Sunan Kudus Farm di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor Risiko, dan Deskriptif 5 Desi Merina 2004 Pendapatan Tunai, Risiko dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Usaha Peternakan Broiler di Perusahaan X, Bekasi Risiko, Pendapatan Tunai, dan Regresi. 6 Puspitasri Dewi Anggraini 2003 Risiko Usaha Peternakan Sapi Perah (Studi Kasus di Kelurahan Kebon Pedes, Bogor) Risiko dan Regresi 20