SKBDN. 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN

dokumen-dokumen yang mirip
Bab 17 Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN)

METODE PEMBAYARAN TAGIHAN SUPLIER MELALUI SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI (SKBDN) PADA PT. ADHIKARYA (PERSERO) TBK DIVISI KONSTRUKSI III MEDAN

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/6/PBI/2003 TENTANG SURAT KREDIT BERDOKUMEN DALAM NEGERI GUBERNUR BANK INDONESIA,

Syariah Mandiri (BSM) menerapkan produk L/C ini untuk melayani transaksi. hanya terietak pada saat pembayaran weselnya saja. Untuk sight L/C, bank

Kodifikasi Peraturan Bank Indonesia. Aset. Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri

Materi Minggu 7. Prosedur Dasar Pembayaran Internasional

Jasa Jasa Perbankan. 1. Transfer 2. Inkaso 3. Bank garansi 4. Letter of Credit 5. Waliamanat 6. Kliring

Materi AP-7 1. Bab 7 KOMITMEN. Pencatatan Komitmen Dalam Laporan Keuangan. Pencatatan KOMITMEN MENURUT JENIS TRANSAKSI AKUNTANSI KOMITMEN & KONTIJEN

Jasa perbankan untuk menjamin terlaksananya transaksi yang terjadi antara pihak luar bank dari kemungkinan risiko yang timbul dikemudian hari semakin

Jenis inkaso dilihat dari lalu lintas dananya dapat dibedakan menjadi : a. Inkaso keluar yaitu inkaso atas instruksi nasabah untuk melakukan

TATA CARA PEMBAYARAN TRANSAKSI DALAM KONTRAK

2. Proses dan langkah langkah L/C:

SATUAN ACARA PENGAJARAN (SAP)

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

MANAJEMEN JASA-JASA BANK. /

BAB II LANDASAN TEORI. memudahkan pengelolaan perusahaan. besar dan buku pembantu, serta laporan.

PRODUK PERBANKAN (LANDING, FUNDING, DAN JASA LALU LINTAS PEMBAYARAN)

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Anita Asnawi, S.Sos., MM.

BAB VI JASA-JASA BANK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kuliah Kerja Praktek. Negara yang sedang berkembang seperti Indonesia memerlukan keadaan

BAB III PELAKSANAAN KERJA PRAKTEK

INKASO DOSEN PENGAMPU H. GITA DANUPRANATA OLEH MELINDA DWIJAYANTI ( ) DHYKA RACHMAENI ( )

BAB II LANDASAN TEORI

PRODUK & LAYANAN VALUTA ASING. Surabaya, 15 Desember 2016

Prosedur Dasar Pembayaran Internasional. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

BAB IV IMPLEMENTASI AKAD WAKALAH PADA PROSES KLIRING DI BNI SYARIAH CABANG PEKALONGAN

Manajemen Pendapatan Bank

Bab 4 MATERI SIP-4 1 JASA BANK JASA BANK TRANSFER JENIS JASA BANK INKASO KLIRING. Perbankan. Perbankan

LALU LINTAS PEMBAYARAN LUAR NEGERI dan DALAM NEGERI. By : Afrila Eki Pradita, S.E., MMSI

Pembayaran Transaksi Ekspor Impor. Pertemuan ke-13

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 5/11 /PBI/2003 TENTANG PEMBAYARAN TRANSAKSI IMPOR GUBERNUR BANK INDONESIA,

No. 17/ 14 /DPSP Jakarta, 5 Juni S U R A T E D A R A N Kepada PESERTA SISTEM KLIRING NASIONAL BANK INDONESIA DI INDONESIA

MENYIMAK KASUS LC FIKTIF BNI KEBAYORAN BARU

I. PENDAHULUAN. internasional negara-negara di dunia, khususnya yang didasarkan pada kepentingankepentingan

Pertemuan ke V : Produk Dana

Contoh Soal Akuntansi Perbankan Jurnal untuk Giro, Tabungan, Deposito, Traveller s Cheques, Pinjaman

BAB II LANDASAN TEORI. Definisi piutang menurut Standar Akuntansi Keuangan No.9 (revisi 2009)

AKTIVITAS DAN PRODUK BANK

BAB IV JASA BANK. A. Jenis-jenis Jasa Bank

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 3 TAHUN 2011 TENTANG TRANSFER DANA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Diminta: 1. Buatlah rekonsiliasi bank untuk PT. SANDROS pada tanggal 31 Juli Buatlah jurnal penyesuaian yang diperlukan.

LAPORAN KEUANGAN BANK UMUM

BAB II URAIAN TEORITIS

BAB III SISTEM PEMBAYARAN PERDAGANGAN INTERNASIONAL

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG KUALITAS AKTIVA PRODUKTIF DIREKSI BANK INDONESIA,

GIRO. Alat atau sarana yang digunakan dalam lalu lintas pembayaran giral, yaitu surat berharga atau surat dagang seperti: 1.

BAB II KAJIAN PUSTAKA. didirikan dengan kewenangan untuk menerima simpanan uang dan meminjamkan

A. KOMPONEN AKTIVA PRODUKTIF

Dua yang disebut terakhir adalah layanan yang terkait dengan fasilitas kredit yang diberikan kepada nasabah.

PEMBAHASAN KASUS SUMBER DANA BANK

CREDIT CARD. 2 Bank Penerbit 1. Card Holder Merchant. 4 Gb: Mekanisme teransaksi kartu kredit tanpa acquirer

PROSEDUR PELAKSANAAN KLIRING PADA BANK JATIM SYARIAH CABANG DARMO SURABAYA RANGKUMAN TUGAS AKHIR

A. SURAT BERHARGA PASAR UANG (SBPU) YANG DIPERDAGANGKAN ADALAH:

PRODUK DAN MANAJEMEN BANK UMUM

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN DAN IMPLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

3. Syarat sah warkat dapat dikliringkan, kecuali a. Warkat dinyatakan dalam Rupiah dan Valas b. Masih berlaku dalam tempo yang ditentukan

Layanan Bebas Biaya Layanan perbankan yang cepat, mudah dan ekonomis

PERANAN BPR UNTUK MASYARAKAT

GUBERNUR BANK INDONESIA,

AKUNTANSI PENEMPATAN DANA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. keuangan yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap laporan keuangan.

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Pertemuan Ketiga PIUTANG

PIUTANG PIUTANG WESEL (notes receivable)

SURAT KEPUTUSAN DIREKSI BANK INDONESIA TENTANG BATAS MAKSIMUM PEMBERIAN KREDIT BANK UMUM DIREKSI BANK INDONESIA,

Lampiran 1. Hasil Kuesioner

BAB II LANDASAN TEORI

LATIHAN AKHIR SEMESTER 1

MANAJEMEN PERBANKAN. By : Angga Hapsila, SE. MM

BANK DAN LEMBAGA KEUANGAN LAIN 47

SMA/MA IPS kelas 10 - EKONOMI IPS BAB 6. LEMBAGA KEUANGAN BANK, BUKAN BANK dan SISTEM PEMBAYARANLatihan Soal 6.2

Komp. Elmbaga Keuangan Perbankan JASA-JASA BANK

BAB II LANDASAN TEORI

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 6/ 8 /PBI/2004 TENTANG SISTEM BANK INDONESIA REAL TIME GROSS SETTLEMENT GUBERNUR BANK INDONESIA,

BAB II KAJIAN PUSTAKA. yang diharapkan secara efektif dan efisien, selain itu prosedur juga dapat

A. PENGERTIAN TABUNGAN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

. BAB IV ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Prosedur dalam Sistem Penjualan Kredit. 1. Prosedur Penjualan Kredit dan Piutang Dagang

A. DEPOSITO BERJANGKA

BAB II LANDASAN TEORI

BANK INDONESIA No. 2/21/DPM Jakarta, 30 Oktober S U R A T E D A R A N kepada SEMUA BANK DI INDONESIA

- 1 - PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR 10/ 34 /PBI/2008 TENTANG TRANSAKSI PEMBELIAN WESEL EKSPOR BERJANGKA OLEH BANK INDONESIA

BAB II TINJAUAN UMUM RED CLAUSE L/C DALAM TRANSAKSI PERDAGANGAN INTERNASIONAL

February 09, 2010 KLASIFIKASI KREDIT PERBANKAN

LAPORAN KEUANGAN BANK

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR : 1/ 3 /PBI/1999 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN MENTERI KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 187/PMK.03/2015 TENTANG

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II KONDISI PERUSAHAAN. 2.1 Pengertian, Fungsi, Jenis, Peran dan Usaha Bank

TUJUAN PENGAJARAN: Setelah mempelajari bab ini, Anda diharapkan mampu untuk: 1. Menjelaskan pengertian giro nasabah 2. Mengidentifikasi jenis

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. memegang peranan penting bagi perkembangan ekonomi Indonesia. bagi masing-masing pihak yaitu pihak penjual diwajibkan melakukan

PERATURAN BANK INDONESIA NOMOR: 5/ 9 /PBI/2003 TENTANG PENYISIHAN PENGHAPUSAN AKTIVA PRODUKTIF BAGI BANK SYARIAH GUBERNUR BANK INDONESIA,

Transkripsi:

SKBDN 1. Konsep SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 1.1 Definisi SKBDN Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) atau lazim dikenal sebagai Letter of Credit (LC) Dalam Negeri adalah setiap Janji Tertulis berdasarkan permintaan tertulis Pemohon yang mengikat Bank Pembuka untuk: 1. melakukan pembayaran kepada Penerima atau ordernya, atau mengaksep dan membayar wesel yang ditarik oleh Penerima 2. memberi kuasa kepada Bank lain untuk melakukan pembayaran kepada Penerima, mengaksep dan membayar wesel-wesel yang ditarik oleh Penerima 3. memberi kuasa kepada Bank lain untuk menegosiasi wesel yang ditarik oleh Penerima, atas penyerahan dokumen, sepanjang persyaratan dalam SKBDN di penuhi. (Amin S. 2012) Sedangkan menurut N. Lapoliwa, L C Dalam Negeri adalah LC yang diterbitkan dalam valuta Rupiah yang dimaksudkan untuk menjamin kelancaran perdagangan dalam negeri. 1.2 Tujuan Penerbitan SKBDN Maksud dari bank menerbitkan LC Dalam Negeri ini adalah untuk: 1. memberikan jaminan secara tertulis yang berlandaskan hukum 2. melakukan pembayaran kepada pihak penjual barang 3. mengaksep atau menegosiasi wesel-wesel yang ditarik oleh si penjual 4. memberikan kuasa kepada bank lain melakukan pembayaran, mengaksep, atau menegosiasi wesel-wesel

1.3 Para Pelaku SKBDN Pihak-Pihak Yang Terlibat dalam perdagangan dalam negeri antara lain: 1. Pembeli barang (Pembuka LC Dalam Negeri), orang atau badan hukum yang memohon untuk membuka SKBDN pada Bank. 2. Bank Penerbit LC Dalam Negeri (Issuing Bank ), Bank yang menerbitkan SKBDN kepada Pembeli atau Pembuka LC Dalam Negeri. 3. Bank Pembayar LC Dalam Negeri (Negotiating Bank), Bank yang melakukan pembayaran kepada Penerima atas penyerahan dokumen yang telah disyaratkan dalam SKBDN 4. Penjual barang (Beneficiery ), orang atau badan hukum yang disebut dalam wesel, SKBDN atau surat perjanjian lainnya yang terkait dengan SKBDN tersebut sebagai pihak yang berhak menerima pembayaran. 5. Perusahaan Asuransi 6. Perusahaan pengangkutan (ekspedisi) 1.4 Keuntungan Menerbitkan SKBDN Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri memberikan keuntungan kepada Bank Penerbit SKBDN, diantaranya : 1. Dapat memperluas jaringan pelayanan kepada masyarakat sebagai perantara perdagangan 2. Mendapatkan tambahan pendapatan berupa komisi dan sumber dana berupa setoran jaminan 1.5 Bentuk dan Sifat SKBDN 2. SKBDN dapat diterbitkan dalam Rupiah 3. SKBDN hanya dapat diterbitkan dengan kondisi tidak dapat diubah dan atau ditarik kembali atau dibatalkan tanpa persetujuan dari Bank Pembuka, Bank Pengkonfirmasim dan Penerima (Irrevocable ) SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri 1 1

4. Jangka waktu SKBDN ditetapkan sesuai dengan kesepakatan antara Pemohon, dan Bank Pembuka 5. Jangka waktu penundaan pembayaran SKBDN ditetapkan sesuai kesepakatan Pemohon dan Bank Pembuka SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri 1 1

1.6 Ketentuan Penerbitan SKBDN Perbedaan LC Dalam Negeri dan LC untuk transak:si luar negeri adalah hanya pada valuta pembayaran dan wilayah pabeannya saja, Selain itu seluruh pelak:sana LC Dalam Negeri berpedornan kepada Uniform Custom and Practice for Documentary Credits (LCPDC) yang diterbitkan oleh lntemational Chamber of Commerce dalam publikasi nomor 400 revisi tahun 1983 dan diterbitkan pada 1 Oktober 1985. Selain itu, terdapat ketentuan lainnya menurut Amir S, bahwa: 1. Dalam SKBDN harus dicantumkan secara jelasjudul "Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri" 2. Setiap penerbitan SKBDN dan perubahannya harus tunduk pada ketentuan dalam Surat Keputusan ini dan Bank harus mencantumkan dalam SKBDN pemyataan bahwa SKBDN ini tunduk pada Surat Keputusan Direksi Bank lndonesia Nomor 29/150/KEP/DIR tanggal 31 Desember 1996 1.7 Dokumen-Dokumen Surat Berdokumen Dalam Negeri (SKBDN) Dokumen-dokumen yang ada dalam transak:si perdagangan dalam negeri tersebut adalah sebagai berikut: 1. Aplikasi pembukaan LC Dalam Negeri 2. Permohonan Penangguhan Setoran Jarninan LC bila diperlukan 3. Bilyet Letter of Credit 4. Permintaan Perubahan LC Dalam Negeri 5. Pemberitahuan penerirnaan dokumen LC Dalam Negeri 6. Perhitungan LC Dalam Negeri 7. Penegasan penerimaan dokumen 8. Penyerahan Dokumen LC Dalam Negeri dan Perhitungan Pelunasannya 9. Bukti Perhitungan Pelunasan LC Dalam Negeri SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri I 4

10. Surat Penerusan atau Perubahan LC Dalam Negeri 11. Surat Penerimaan Dokumen LC Dalam Negeri 12. Surat Penyerahan Dokumen LC Dalam Negeri 13. Surat Jarninan SKBDN - Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri I 5

14. Surat Pengantar Dokumen 15. Bukti Perhitungan wesel I Nota Diskonto Wesel 16. Wesel 17. Perjanjain Pembukaan LC Dalam Negeri 18. Map Pembukaan LC Dalam Negeri Prosedur Transaksi SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) 6. - PERUSAHAAN. - 5 PELAYARAN/ ANGKUTAN 5 6 6 PEMBELI 1 NEGOSIASI (Aplicant) JUAL-BELI - 1 PENJUAL (Beneficiary) ' 10 9 2 4 7 12 BANK PEMBUKA L/C (Issuing) j BANK PEMBAYAR (Negosiasi) f-- 8 11 Bagan Proses Transaksi LC Dalam Negeri Berikut adalah penjelasan prosedur transaksi LC Dalam Negeri : 1. Pihak penjual dan pembeli mengadakan negosiasi jual-beli barang hingga terjadi kesepakatan 2. Pihak pembeli diharuskan membuka LC DN pada suatu bank (Bank Pembuka LC)

3. Setelah LC DN dibuka, oleh Bank Pembuka LC segera memberitahu kepada bank pembayar bahwa LC DN telah dibuka dan agar disampaikan kepada si penjual barang 4. Penjual barang mendapatkan pemberitahuan dari Bank Pembayar bahwa

pembeli telah membuka LC. Barang Dagangan sudah dapat segera dikirim. Disini penjual barang meneliti apakah LC terjadi perubahan dari syarat yang telah disetujui semula 5. Pihak penjual menghubungi maskapai pelayaran atau perusahaan angkutan lainnya untuk mengirim barangbarang ke tempat tujuan pembeli barang. Maskapai pengangkutan melakukan perintah dari penjual 6. Pada waktu pembeli menerima kabar dari perusahaan pengangkutan bahwa barang telah datang, maka pihak pembeli harus membuatkan Certified of Reciepts atau Konosemen (BIL) yang harus diserahkan kepada perusahaan pengangkutan untuk diteruskan kepada Bank Pembayar dan penjual (pemberi perintah untuk mengirim barang). Hal ini dilakukan setelah memeriksa kebenaran LC dengan Faktur atau barang yang dikirim oleh si pembeli. 7. Atas dasar Konosemen (B/L) atau Certified of Reciept, penjual segera menghubungi Bank Pembayar dengan menunjukkan dokumen LC dan Surat Pengantar Dokumen disertai dengan Wesel yang berfungsi sebagai penyerahan dokumen dan penagihan pembayaran kepada bank Pembayar 8. Bank Pembayar setelah menerima dokumen dari penjual segera menghubungi Bank Pembuka LC. Oleh Bank Pembuka LC DN segera memberitahukan penerimaan dokumen dilampiri dengan perhitungan perhitungannya kepada pembeli 9. Pembeli menerima dokumen dari Bank Pembuka LC 10. Pembeli segera melunasi seluruh kewajibannya atas jualbeli tersebut kepada Bank Pembuka L/C

11. Bank Pembuka L/C memberi konfirmasi (penegasa) penerimaan dokumen dansekaligus memberitahukan bahwa pembeli telah melakukan pembayaran. Dengan demikian memberi izin kepada Bank Pembayar untuk melakukan pembayaran kepada Penjual. Semua arsip disimpan

12 Oleh Bank Pembayar akan dilakukan pembayaran dengan memperhatikan diskonto atas perhitungan wesel. Hubungan Koresponden Hubungan koresponden adalah hubungan antar bank yang menunjang jasa bank dalam perdagangan dalam negeri. Penunjukkan koresponden akan dilakukan oleh Kantor Pusat dengan melihat kepada jumlah transaksi yang disalurkan kepada bank koresponden, bonafiditas dari bank yang bersangkutan, pelayanan bank tersebut, dan terms and condition. Penunjukkan bank koresponden diatas semuanya diatur dalam Agency Arrangement yang merupakan suatu perjanjian yang mengatur tata cara penyelesaian transaksi yang menyangkut kedua bank. Dalam hubungan koresponden antara satu bank dengan bank lainnya dikenal dua macam koresponden, yaitu: 1. Depository Correspondent, suatu bank memiliki hubungan rekening koran dengan bank yang bersangkutan. 2. Non-Depository Correspondent, suatu bank tidak memiliki hubungan rekening Koran akan tetapi mempunyai hubungan kerjasama yang telah disetujui dalam Agency Arrangement. Untuk setiak LC Dalam Negeri yang diterbitkan bank koresponden selalu harus mendapat pengujian dahulu keaslian dokumen, test key, sandi atau kode rahasia, specimen dari pejabat yang berwenang, dan lainnya Jenis -Jenis SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) Ditinjau dari segi pembiayaan, LC Dalam Negeri dapat dibagi menjadi 3 bagian, yaitu :

1. Sight LC Dalam Negeri, yaitu LC Dalam Negeri yang dapat dibayarkan sewaktu warkat diunjukkan. Jenis ini pun terbagi menjadi : a. Sight LC dengan setoran jaminan 100 persen

b. Sight LC dengan setoran jaminan kurang dari 100 persen 2. Usance LC Dalam Negeri, yaitu LC Dalam Negeri yang pembayarannya dilakukan menggunakan wesel berjangka 3. Red Clause LC Dalam Negeri, yaitu LC Dalam Negeri yang pembayarannya dapat dilakukan dimuka. Akuntansi Untuk SKBDN (Surat Kredit Berdokumen Dalam Negeri) Pembukuan Di Cabang Penerbit (Issuing Bank ) Berikut ini diberikan beberapa contoh pembukuan SKBDN (LC DN) di cabang penerbit, baik untuk sight maupun usance LC dengan berbagai macam besarnya setoran jaminan yang dilakukan oleh nasabah pembuka LC. 1. Sight LC Dalam Negeri - Setoran Jarninan 100% Bila sight LC dibuka dengan setoran jaminan 100% atau tidak ada penangguhan setoran jarninan untuk nasabah, maka bagi bank tidak ada resik:o wanprestasi si pembuka LC. Setoran jaminan 100% ini merupakan sumber dana yang relatif sangat murah. Disini dibedakan kepada siapa SKBDN yang diterbitkan akan ditujukan, apakah kepada bank lain atau kepada cabang bank sendiri yang berlokasi di kota lain. a. Penerbitan LC Oleh Bank Sendiri Yang Ditujukan Kepada Cabang Sendiri Sebagai contoh apabila PT. ABADI adalah nasabah Bank TIRTA Cabang Jakarta, yang akan hendak membeli peralatan mesin kayu lapis dari sebuah industri mesin dari PT. JAYA di Surabaya. Untuk memperlancar jalannya transaksi jual beli ini, PT. JAYA menghendaki agar PT. ABADI membuka sight LC Dalam Negeri pada Bank TIRTA Cabang Jakarta sebesar Rp 250.000.000. Ketika PT. ABADI yang merupakan nasabah Bank TIRTA Cabang Surabaya, PT. ABADI membayar seluruh

setoran jaminan ditambah komisi sebesar Rp. 125.000 dan ongkos kawat Rp. 25.000 atas beban rekening gironya. Pada Saat Penerbitan LC Dalam Negeri

Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta, dibukukan sebagai berikut : Giro -Rekening PT. ABADI Rp 250. 150.000 Setoran Jaminan Sight LC Dalam Negeri -Rekening PT. JAYA Pendapatan Komisi Penerbitan Pendapatan Ongkos Kawat Rp 250.000.000 Rp 125.000 Rp 25.000

Pada Saat Penyelesaian LC Dalam Negeri Di cabang penerbit LC (Bank TIRTA -Jakarta) akan dibukukan: Setoran Jaminan Sight LC RAK -Cabang Surabaya Rp 250.000.000 Rp 250.000.000 b. Penerbitan LC Oleh Bank Yang Ditujukan Kepada Bank Lain. Sebagai contoh apabila PT. ABADI adalah nasabah Bank TIRTA Cabang Jakarta, yang akan hendak membeli barangbarang dari PT. JAYA di Surabaya senilai Rp 120.000.000. PT. ABADI membuka sight LC Dalam Negeri yang ditujukan kepada PT. JAYA, yang merupakan nasabah Bank CAHYA Cabang Surabaya. Untuk pembukaan LC ini, PT. ABADI membayar penuh setoran jaminannya ditambah komisi pembukaan LC sebesar Rp 65.000 dan ongkos kawat Rp 25.000. Pembayaran dilakukan dengan eek debitur Rp 85.000.0000, eek rekening giro Rp 25.000.000 dan sisanya dari rekening tabungan di Bank TIRTA. Pada Saat Penerbitan LC Dalam Negeri Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta, dibukukan sebagai berikut : Debitur -Rekening PT. ABADI Rp 85.000.000 Giro - Rekening PT. ABADI Rp 25.000.000 Tabungan -Rekening PT. ABADI Setoran Jaminan Sight LC DN 10.090.000 Rekening PT. ABADI Rp 120.000.000 Pendapatan Komisi Penerbitan LC DN Rp 65.000 Rp

Pendapatan Ongkos Kawat Rp 25.000

Pada Saat Penyelesaian LC Dalam Negeri Setoran Jaminan Sight LC DN -Rekening PT. JAYA Rp 120.000.000 Rp 120.000.000 RAK -Cabang Surabaya 2. Sight LC dalam Negeri - Setoran Jaminan Kurang Dari 100% Dalam hal pembukaan LC yang setoran jaminannya dilakukan kurang dari 100% akan terjadi penangguhan setoran jaminan yang akan merupakan hutang bagi nasabah pembuka SKBDN dan sekaligus merupakan kewajiban bagi bank penerbit LC kepada pihak yang dijamin. Dalam kasus seperti ini ada resiko wanprestasi dari si pembuka LC untuk tidak dapat memenuhi sisa kewajibannya. Apabila nasabah dapat memenuhi kewajiban tersebut, maka bank akan mengkorversi hutang setoran jaminannya menjadi debitur. Sebagai contoh PT. ABADI hendak membeli mesin-mesin tenun dari CV. JAYA di Bandung sebesar Rp 300.000.000. Untuk menjamin pembayaran jual beli ini, CV. JAYA menghendaki PT. ABADI untuk membuka LC Dalam Negeri di Bank TIRTA Cabang Jakarta yang ditujukan kepada CV. JAYA yang juga nasabah Bank TIRTA Cabang Bandung. PT. ABADI membuka LC Dalam Negeri dengan menyetor sebesar 80% dari nilai nominal LC yang dibayarkan atas beban rekening gironya. Komisi yang dibebankan oleh cabang Jakarta kepada PT. ABADI sebesar Rp 180.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000 dibayarkan tunai. Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta, transaksi ini akan

dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut :

Pada Saat Penerbitan LC Dalam Negeri Kas Giro -PT. ABADI Setoran Jaminan Sight LC DN -Rekening PT. JAYA Rp 205.000 Rp 240.000.000 Rp 240.000.000 Pendapatan Komisi Penerbitan LC DN Rp 180.000 Pendapatan Ongkos Kawat Rp 25.000 Untuk kekurangan setoran jaminannya akan dibukukan sebagai rekening administrative yang merupakan kewajiban bersyarat dari Bank TIRTA - Jakarta (kontijensi) dengan ayat jurnal sebagai berikut: K: Rekening Administratif Rupiah - Kekurangan Setoran Jaminan Sight LC Dalam Negeri Rp 60.000.000 Pada Saat Pelunasan Kekurangan Setoran Jaminan dan Penyelesaian LC Apabila Kepada Nasabah Pembuka LC Diberikan Fasilitas Kredit. Bila pada saat waktu pelunasan kekurangan setoran jaminan tersebut, PT. ABADI tidak dapat membayar kewajibannya dan menghendaki agar Bank TIRTA - Jakarta memberikan fasilitas kredit, dan oleh Bank TIRTA - Jakarta dibebankan provisi kredit Rp. 2.500.000 ditambah dengan biaya-biaya bea materai dan lain-lain Rp. 100.000. Bank TIRTA membukukan sebagai berikut : Debitur -Rekening PT. ABADI Rp Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri 19

62.000.000 Setoran Jaminan Sight LC Dalam Negeri - Rekening PT. ABADI Rp 240.000.000 RAK -Cabang Bandung Pendapatan Provisi Kredit Pendapatan Lainnya Rp 300.000.000 Rp 2.500.000 Rp 100.000 Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri 20

Pada saat ini Bank TIRTA - Jakarta sudah mendapatkan kepastian akan kewajiban Bank. Dengan demikian, seluruh rekening administratif harus dikembalikan atau dihapuskan dengan ayat jumal sebagai berikut: D: Rekening Administratif Rupiah - Kekurangan Setoran Jaminan Sight LC Dalam Negeri Rp 60.000.000 3. Usance LC Dalam Negeri Perdagangan dalam negeri yang dilakukan dengan perantaraan bank, juga ada yang menghendaki pembayarannya dilakukan secara berjangka. Maksud dari pembayaran secara berjangka ini adalah bahwa pembayaran hasil penjualan kepada si penjual barang (beneficiary) dilakukan secara berjangka, artinya tidak dapat langsung diterima hasil penjualan pada saat barang selesai dikirim ke tempat tujuan (pembeli). Pembayaran berjangka ini dilakukan dengan menerbitkan Usance LC DN yang ditujukan kepada nasabah penjual barang. Pembayaran setoran jaminan lazimnya dilakukan oleh nasabah pembuka LC DN (pembeli) kurang dari 100%. Pelunasan sisa kekurangan setoran jaminan sudah harus dilakukan oleh nasabah pembuka SKBDN paling lambat setelah barang yang dipesan tiba. Pihak penjual barang berhak menerima pembayaran setelah jangka waktu wesel usance yang telah disepakati sebelumnya jatuh tempo. Pada tanggal ini beneficiary akan menerima seluruh hasil penjualan barangnya. Apabila pembayaran hasil penjualan barang dikehendaki diterima oleh beneficiary sebelum jatuh tempo, maka oleh

bank pembayar dapat dibayarkan nilai wesel tersebut setelah dikurangi dengan diskon terhitung mulai saat pembayaran wesel hingga jatuh waktu wesel. Wesel yang diterbitkan oleh cabang pembayar yang telah disetujui oleh beneficiary, sebelum dapat dibayarkan harus terlebih dahulu diakseptasi oleh bank penerbit LC.Akseptasi ini hanya dilakukan dalm wesel berjangka karena

pembayarannya hams dilakukan secara berjangka. Untuk seluruh wesel yang telah diaksep akan dicatat dalam rekening administratif oleh cabang penerbit sebesar nilai nominal wesel. Hal ini dilakukan untuk mengetahui berapa besar kewajiban bersyarat bank. Sebagai contoh PT. ABADI hendak membeli peralatan pabrik roko dari PT. JAYA di kota Surabaya seharga Rp 500.000.000. Untuk menjamin lancarnya transaksi perdagangan ini, PT. ABADI membuka usance LC DN di Bank TIRTA Cabang Jakarta seharga nilai barang tersebut dengan setoran jaminannya pertamanya sebesar 20% ditujukan kepada PT. JAYA nasabah Bank TIRTA Cabang Surabaya. Komisi pembukaan LC dikenakan sebesar Rp 500.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000. Pembayaran seluruhnya dilakukan atas beban rekening giro PT. ABADI. Pada Saat Penerbitan Usance LC Dalam Negeri Pada saat penerbitan L/C DN nasabah dihamskan menyetor sejumlah setoran jaminan yang telah disepakati sebesar 20% dari nilai LC DN semula. Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut: Giro -Rekening PT. ABADI Rp 100.525.000 Setoran Jaminan Usance L/C DN - Rekening PT. ABADI Rp 100.000.000 Pendapatan Komisi Penerbitan LC DN Rp 500.000 Pendapatan Ongkos Kawat Rp 25.000 Sedangkan untuk kekurangan setoran jarninannya hams ditampakan dalam rekening administratif sebagai hutang

bersyarat dari bank penerbit L/C dengan ayat jurnal sebagai berikut: K: Rekening Administratif Rupiah - Kekurangan Setoran Jaminan Usance LC Dalam Negeri Rp 60.000.000

Pada Saat Akseptasi Wesel Berjangka Setelah Usance LC DN diterbitkan dan dikirimkan kepada cabang pembayar. Atas dasar LC DN yang telah diterima dari cabang penerbit, cabang pembayar akan menerbitkan wesel usance ( usance draft) yang harus ditanda tangani oleh si penjual barang (beneficiary ). Wesel ini dapat diperjualbelikan, oleh sebab itu untuk dapat diperjualbelikan harus terlebih dahulu diaksep oleh cabang penerbit LC agar jelas dasar hukum tanggung jawabnya dalam memenuhi pembayaran L/C DN yang telah diterbitkan. Pada saat akseptasi wesel berjangka ini oleh cabang penerbit LC akan dibukukan dengan nominal penuh dan ayat jumalnya sebagai berikut: K :Rekening Administratif Rupiah - Wesel Berjangka Usance LC Dalam Negeri Yang Diaksep Rp 500.000.000 Pada Saat Pelunasan Kekurangan Setoran Jarninan. Pada saat nasabah pembuka LC membayar kekurangn setoran jarninan akan mengurangi rekening administrarif kekurangan setoran jarninan LC DN. Apabila PT. ABADI kemudian datang melunasi seluruh kekurangan setoran jarninannya atas beban rekening gironya. Kemudian setelah tanggal jatuh waktu wesel, cabang Surabaya membayar sejumlah nilai LC kepada PT. Jaya. Oleh cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jumal sebagai berikut: Giro -Rekening PT. ABADI Setoran Jarninan Usance LC DN - Rekening PT. ABADI RAK -Cabang Surabaya

Rp 400.000.000 Rp 100.000.000 Rp. 500.000.000

Karena nasabah pembuka LC DN melunasi seluruh kewajibannya, maka seluruh rekening administratif yang outsatanding harus segera dihapuskan karena kewajiban nasabah sudah dipenuhi seluruhnya. Ayat jurnal yang dilakukan adalah sebagai berikut: D : Rekening Administratif Rupiah - Kekurangan Setoran Jaminan Usance LC Dalam Negeri Rp 400.000.000 Dengan dibayarkannya hasil wesel usance, maka rekening administratif untuk mencatat pengaksepan harus dihapus oleh Bank TIRTA cabang Jakarta dengan ayat jurnal sebagai berikut: D :Rekening Administratif Rupiah - Wesel Berjangka Usance LC Dalam Negeri Yang Diaksep Rp 500.000.000 Dengan dibukukannya ayat jurnal diatas maka seluruh transaksi yang berkaitan dengan wesel usance untuk nasabah tersebut diatas sedah selesai dan tidak ada lagi saldo-saldo di cabang penerbit LC kecuali hubungan antara kantor dan saldosaldo rekening efektif yang masih dan terns outstanding. Pembukuan Di Cabang Pembayar (Negotiating Bank ) Pembukuan yang dilakukan di cabang pembayar tidak dibedakan apakah nasabah pembuka LC di cabang penerbit telah membayar setoran jaminan dengan jumlah penuh atau tidak. Namun, yang dibedakan disini adalah jenis transaksi yang harus dilakukan di cabang pembayar seperti yang tampak sebagai berikut: 1. Sebagai Cabang Penerus LC Bila cabang hanya bertindak sebagai cabang penerus LC atas LC DN yang diterbitkan oleh bank lain, maka cabang

hanya menerima komisi penerusan dari bank lain tersebut atas LC yang telah diterbitkan oleh bank lain tersebut.

2. Sebagai Cabang Penyambung Konfirmasi LC Bila cabang bertindak sebagai penyambung konfirmasi dari cabang lain atas LC yang telah diterbitkan oleh bank lain, maka cabang akan menerima komisi konfirmasi LC. Dengan demikian akan tercipta hubungan antar kantor (RAK) antara cabang penyambung komfirmasi dan cabang penerbit LC. 3. Sebagai Cabang Pembayar LC Bila cabang bertindak sebagai cabang pembayar LC DN yang telah diterbitkan oleh cabang lain, mak akan tercipta adanya hubungan antar kantor dengan cabang penerbit LC DN tersebut Akuntansi untuk pembayaran LC DN dibedakan antara LC DN yang diterbitkan oleh bank sendiri (cabang lain) dan LC DN yang diterbitkan oleh bank lain. Sedangkan untuk tanggal pencatatan dibedakan saat pengambil alihan wesel dan saat pembayaran LC kepada beneficiary. Dari jenis LC DN yang dibayarkan oleh cabang pembayar juga dibedakan antara Sight LC DN, Usance LC DN dan Red Clause LC DN. 1. Pembayaran Atas Sight LC Dalam Negeri Dalam hal ini pengambilalihan atau pembayaran LC DN tidak perlu dilakukan akseptasi wesel oleh cabang penerbit LC. Cabang pembayar dapat langsung membayarkan sejumlah nilai LC sight kepada beneficiary pada waktu nasabah mengujukan wesel sight (sight draft). a. Bank Sebagai Bank Pembayar Penuh Atas LC Yang Telah Diterbitkan Oleh Bank Sendiri Dalam hal bank bertindak sebagai cabang pembayar

penuh atas LC yang telah diterbitkan oleh cabang lain, akan tercipta hubungan antar kantor dengan cabang penerbit LC tersebut.

Hubungan antara cabang penerbit dan cabang pembayar dapat dijabarkan sebagai berikut: Bank Penerbit L/C DN - Bank Pembayar L/C DN - Beneficiary Sebagai contoh apabila Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima wesel sight LC dalam negeri yang telah diterbitkan oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta sebesar Rp 250.000.000 untuk dibayarkan kepada PT. ABADI. Bank TIRTA cabang Surabaya memungut komisi negosiasi wesel sebesar Rp 50.000. Pemerimaan hasil wesel dikehendaki untuk keuntungan rekening giro PT ABADI. Oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya dibukukan sebagai berikut: RAK - Cabang Jakarta Giro - Rekening PT.ABADI Rp. 250.000.000 Rp 249.950.000 Pendapatan Komisi Negosiasi Sight LC Dalam Negeri Rp. 50.000 b. Bank Sebagai Bank Penyambung Konfumasi Atas LC Yang Telah Diterbitkan Oleh Bank Sendiri Untuk Dibayar Oleh Bank Lain Dalam LC DN diterbitkan oleh cabang lain untuk diteruskan dan dibayarkan oleh bank lain, akan terjadi hubungan antar kantor dengan cabang penerbit dan hubungan kliring dengan bank pembayar yang bukan bank

sendiri.

Hubungan bank penerbit, penyambung konfirmasi, dan bank pembayar dapat dijabarkan sebagai berikut. Bank Penerbit L/C D N - Bank Pembayar L/C D N Bank Lain sebagai Bank Pembayar Beneficiary Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima perintah dari Bank TIRTA Cabang Jakarta untuk meneruskan sight LC DN sebesar Rp 120.000.000 yang telah diterbitkan dan ditunjukan kepada nasabah PT JAYA nasabah Bank CAHYA Cabang Surabaya. Untuk meneruskan LC ini Bank TIRTA Cabang Surabaya memungut komisi sebesar Rp 75.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 15.000. Oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan sebagai berikut: RAK - Cabang Jakarta Rp Pendapatan Komisi Sight LC DN 120.125.000 Rp 75.000 Pendapatan Ongkos Kawat Rp 50.000 Kliring Rp 120.000.00 0 Pada saat kliring diterima : Kliring Rp 120.000.000 Rp 120.000.000 Bank Indonesia - Giro

c. Bank sebagai cabang pembayar atas sight LC yang telah diterbitkan oleh bank lain Bila LC DN diterbitkan oleh bank lain dan pembayaran dilakukan di cabang sendiri, cabang pembayar tidak dapat membayar langsung atas wesel yang diunjukan oleh beneficiary melainkan harus dilakukan inkaso kepada bank penerbit melalui cabang sendiri yang berlokasi berdekatan atau dalam kota yang sama dengan bank lain penerbit LC tersebut. Dengan demikian akan terjadi hubungan antar kantor antar cabang pembayar dengan cabang sendiri selaku pemagih wesel. Hubungan antara cabang penagih dan bank penerbit LC DN dapat dilakukan melalui kliring. Hal ini dilakukan karena mempertimbangkan keamanan akan wesel yang telah diterbitkan. Pembayaran kepada beneficiary dilakukan setelah cabang pembayar mendapatkan hasil inkaso atau inkaso dinyatakan berhasil. Dengan demikian terjadi suatu utang bersyarat (kontijensi) atas inkaso ini. Oleh sebab itu, wesel yang diunjukan hendak dibayarkan harus dicatat dalam rekening administratif hingga hasil inkaso dinyatakan berhasil dan dicairkan oleh beneficiary. Hubungan antara bank penerbit LC dengan cabang pembayar dan cabang penagih dapat dijabarkan sebagai berikut. Cabang Penagih Bank Pembayar L/C DN Bank Penerbit L/C DN Beneficiary

Sebagai contoh Bank TIRTA Cabang Jakarta menerima sight dalam negeri yang diterbitkan oleh Bank CARYA Cabang Bandung senilai Rp 175.000.000. Basil wesel setelah dikurangi dengan sejumlah komisi dan ongkosongkos lainnya, hendak dibukukan untuk keuntungan rekening giro Tuan Jaya yang merupakan nasabah Bank TIRTA Cabang Jakarta. Pada saat

Bank TIRTA Cabang Jakarta menerima wesel atas unjuk: ini akan diambil alih dan dibuk:uk:an dengan ayat jurnal sebagai berikut : K : Rekening Administratif Rupiah Wesel atas unjuk Sight LC DN Yang Diinkasokan Rp.175.000.00 0 Setelah itu, Bank TIRTA Cabang Jakarta akan menyerahkan warkat tersebut kepada Bank TIRTA Cabang Bandung untuk diinkasokan kepada Bank CARYA Cabang Bandung. Setelah Bank TIRTA Cabang Jakarta menerima berita hasil inkaso dinyatakan baik dan berhasil, Bank TIRTA Cabang Jakarta membebankan komisi sebesar Rp 80.000 dan ongkos kawat Rp 25.000 dan akan dibuk:uk:an sebagai berikut : RAK - Cabang Bandung Rp 175.000.000 Pendapatan Komisi Negosiasi Wesel LC Dalam Negeri Rp 80.000 Pendapatan Ongkos Kawat Rp 25.000 Giro - Rekening Tuan Jaya Rp 174.895.000 D : Rekening Administratif Rupiah Wesel Atas Unjuk Sight LC DN Yang Diiukasokan Rp 175.000.000 Di Bank TIRTA Cabang Bandung (cabang penagih) akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut: Bank Indonesia Rp 175.000.000

RAK - Cabang Jakarta Rp 175.000.000

Dengan dibukukannnya ayat jurnal diatas berarti transaksi pembayaran LC DN sudah selesai dan seluruh rekening administratif sudah tidak bersaldo lagi. Yang sisa hanyalah hubungan antar kantor antar cabang Jakarta dan Bandung. Dalam prakteknya, ada beberapa jenis atau variasi transaksi yang harus dibukukan oleh setiap bank. Namun demikian yangpaling penting adalah melihat peran dari cabang pembayar dan hubungannya dengan cabang atau bank penerbit LC. 2. Pembayaran Atas Usance LC Dalam Negeri Yang Diterbitkan Oleh Bank Sendiri Pengambil alihan wesel usance un tuk dibayarkan harus terlebih dahulu mendapatkan akseptasi dari penerbit. Pencairan wesel berjangka barn dapat dibayarkan oleh cabang pembayar pada saat jatuh waktu. Pembayaran yang dikehendaki oleh beneficiary sebelum wesel berkangka jatuh waktu, akan dibebankan dengan sejumlah diskonto oleh bank pembayar. a. Pembayaran Dilakukan Setelah Tanggal Jatuh Waktu Pembayaran yang dilakukan setelah tanggal jatuh waktu dapat langsung diambil alih dan dibayarkan oleh cabang pembayar. Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima pengunjukan wesel usanse LC atas nama PT. ABADI sebesar Rp 500.000.000. Pada saat menerima wesel tersebut, oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut. Saat Menerima Wesel Sebelum Jatuh Waktu K : Rekening Administratif Rupiah Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri I38

Wesel atas unjuk Usance LC DN yang belum jatuh tempo 500.000.000 Rp Akuntansi Perbankan - Surat Kredit Berdokumen Da1am Negeri I39

Saat Pembayaran Kepada Beneficiary Pada Saat Jatuh Waktu Pada saat jatuh tempo wesel, Bank TIRTA Cabang Surabaya membebankan PT. ABADI sejumlah komisi sebesar Rp 100.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000, kemudian hasilnya dikreditkan ke dalam rekening PT. ABADI. Oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan sebagai berikut : RAK - Cabang Jakarta Giro - Rekening PT. ABADI Pendapatan komisi negosiasi Wesel LC dalam negeri Pendapatan ongkos kawat Rp 500.000.000 Rp 499.875.000 Rp 100.000 Rp 25.000 D : Rekening Administratif Rupiah Wesel atas unjuk Sight LC DN yang belum jatuh tempo Rp 500.000.000 b. Pembayaran dilakukan sebelum tanggal jatuh waktu Dalam hal pembayaran wesel berjangka yang dukehendaki sebelum tanggal jatuh waktu, oleh bank atau cabang pembayar akan dibebankan sejumlah diskonto kepada beneficiary untuk menutupi opportunity cost antara tanggal pembayaran wesel dengan tanggal jatuh waktu wesel. Diskonto ini akan diterima dimuka oleh cabang atau bank pembayar. Karena ada beberapa periode mulai dari tanggal pembayaran hinga tanggal jatuh wesel, pembayaran dimuka

ini akan dibukukan sebagai pendapatan yang diterima dimuka dan akan digolongkan sebagai utang lancar. Rekening pendapatan diterima dimuka ini akan diamortisasikan kedalam rekening pendapatan secara periodik. Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Bandung menerima wesel unjuk usance LC dalam negeri atas nama PT. ABADI sebesar Rp 225.000.000 yang telah diterbitkan Bauk TIRTA Cabang Jakarta dan tanggal jatuh tempo sebulan kemudian. PT. ABADI membutuhkan uang dan hendak mencairkan

sekarang. Untuk hal tersebut Bank TIRTA Cabang Bandung membebankannya dengan diskonto 21% setahun, ditambah dengan komisi negosiasi sebesar Rp 75.000 dan ongkos kawat sebesar Rp 25.000. Pada saat melaknkan pembayaran kepada PT. ABADI untuk keuntungan rekening gironya, oleh Bank TIRTA Cabang Bandung dibukukan dalam ayat jumal administratif sebagai berikut: K : Rekening Administratif Rupiah- Usance Dalam Negeri Yang Belum Jatuh Tempo 225.000.000 Rp Karena wesel berjangkabelum jatuh tempo, maka harus dibukukan dalam rekening efektif yang akan mempengaruhi besamya aktiva dalarn neraca. Rekening ini akan bersaldo nihil apabila wesel berjangka tersebut jatuh tempo. Wesel Usance LC dalam negeri yang didiskonto Rp 225.000.000 Giro-rekening PT. ABADI Rp 220.962.50 0 Pendapatan yang diterima dimuka diskonto wesel Usance L/C DN Rp 3.937.500 Pendapatan komisi negosiasi LC DN Rp 75.000 Pendapatan ongkos kawat Rp 25.000 Diskonto = 1/12 * 21% * Rp. 225.000.000 = Rp. 3.937.500 Pada Saat Jatuh Tempo Pada saat jatuh tempo, hanya satu bulan kemudian,

Bank TIRTA Cabang Bandung akan membukukan pendapatan dan rekening antar kantor sebagai berikut:

Alokasi pendapatan disk:onto: Pendapatan yang diterima dimuka - diskonto wesel Usance LC DN Rp 3.937.500 Pendapatan diskonto wesel usance LC DN Rp 3.937.500 Seluruh rekening administratif dan rekening lainnya yang berkaitan dengan pembayaran wesel berjangka tersebut harus dinihilkan karena transaksi sudah selesai. Oleh Bank TIRTA Cabang Bandung akan dibukukan sebagai berikut : D : Rekening Administratif Rupiah- Usance Dalarn Negeri Yang Belum Jatuh Tempo Rp 225.000.000 RAK - Cabang Jakarta Wesel Usance LC dalarn negeri Rp 225.000.000 yang didisk:onto Rp 225.000.000 Pembukuan di Bank TIRTA Cabang Jakarta akan mengakui adanya hubungan antar kantor dengan cabang pembayar, dalarn hal ini cabang Bandung. Ayat jurnal yang dibuat oleh cabang Bandung sebagai berikut: Setoran Jaminan Usance LC DN Rekening PT. ABADI RAK - Cabang Bandung Rp. 225.000.000 Rp 225.000.000

Pembukuan atas wesel berjangka usanse LC dalarn negeri yang diterbitkan oleh bank lain, prosedur pembukuannya sarna seperti di atas, hanya oleh cabang penagih akan tercipta transaksi kliring dengan bank lain seperti LC tersebut.

3. Pembayaran Atas Red Clause LC Bila perdagangan dalam negeri dilakukan dengan menerbitkan Red Clause LC, kepada si beneficiary diberikan fasilitas untuk mendapatkan pembayaran wesel di muka yang berlaku hanya atas LC yang telah diterbitkan sendiri oleh cabang lain, bukannya bank lain. Dalam hal LC yang telah diterbitkan bank lain, prosedur pembayarannya hams melalui inkaso. Sebagai contoh, Bank TIRTA Cabang Surabaya menerima wesel atas unjuk Red Clause LC atas nama PT. ABADI senilai Rp 75.000.000 yang telah diterbitkan oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta atas perintah PT. JAYA. PT. ABADI hendak mencairkan hasil LC dimuka untuk keuntungan rekening gironya. Untuk hal tersebut Bank TIRTA Cabang Surabaya membebankan dengan komisi Rp 50.000 dan ongkos kawat sebesat Rp 25.000. oleh Bank TIRTA Cabang Surabaya akan dibukukan sebagai berikut : RAK - Cabang Jakarta Rp 75.000.000 Giro - Rekening PT. ABADI Rp 74.925.000 Pendapatan Komisi Negosiasi LC DN Rp 50.000 Pendapatan Ongkos Kawat Rp 25.000 Oleh Bank TIRTA Cabang Jakarta akan dibukukan dengan ayat jurnal sebagai berikut : Setoran Jaminan Red Clause LC DN- Rekening PT. JAYA Rp 75.000.000 RAK - Cabang Surabaya Rp 75.000.000 Apabila terdapat Red Clause LC dalam negeri yang diterbitkan oleh bank lain, maka prosedur pembukuannya hams melalui inkaso ke bank penerbit LC melalui cabang sendiri yang berada pada lokasi terdekat dengan bank penerbit LC tersebut. Hubungan bank pembayar dan bank penagih tercipta

dalam rekening antar kantor. Sedangkan hubungan bank penagih dengan bank lain penerbit LC dalam bentuk kliring.