BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Perkembangan dunia usaha diikuti dengan perkembangan perbankan sebagai lembaga yang dapat menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Semakin pesatnya perkembangan perdagangan akan mempengaruhi perkembangan perbankan karena masyarakat semakin berpikir praktis dan efisien untuk membantu kelancaran lalu lintas pembayaran. Uang sebagai alat pembayaran juga terus mengalami perkembangan, dahulu tukar menukar barang dilakukan dengan cara barter selanjutnya muncullah uang yang berfungsi sebagai alat pembayaran sehingga proses tukar menukar barang menjadi semakin efektif. Inovasi dalam pembayaran juga terus dikembangkan oleh sistem perbankan untuk mengantisipasi besarnya resiko dalam pembayaran tunai dalam jumlah besar sehingga dikenal juga pembayaran non tunai dalam bentuk surat berharga karena mempunyai kelebihan efisien, cepat dan aman. Surat berharga dapat digunakan sebagai pembayaran kontan maupun alat pembayaran kredit sehingga bersifat praktis maksudnya dalam setiap transaksi, para pihak tidak perlu membawa mata uang dalam jumlah besar sebagai alat pembayaran, melainkan cukup surat berharga saja. Ditinjau dari segi keamanan juga lebih terjaga karena tidak setiap orang yang berhak dapat menggunakan surat berharga tersebut, karena pembayaran dengan surat berharga memerlukan cara-cara tertentu, tentu saja 2 hal ini berbeda apabila menggunakan mata uang dalam jumlah besar dimana resikonya juga besar karena rawan menjadi sasaran tindak kejahatan seperti perampokan, pencurian dengan kekerasan maupun penipuan. Salah satu inovasi dalam pembayaran non tunai adalah giro yaitu simpanan yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat dengan menggunakan cek, giro bilyet, sarana perintah pembayaran lainnya. Giro Bilyet merupakan jenis surat berharga yang tidak diatur dalam KUHD, yang tumbuh dan berkembang dalam praktik perbankan karena kebutuhan dalam lalu lintas pembayaran secara giral. Bank Indonesia sebagai bank sentral mengatur dan memberi petunjuk cara penggunaan Giro Bilyet, dimana surat tersebut merupakan surat perintah nasabah kepada bank penyimpan dana untuk memindahbukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan pada pihak penerima yang disebutkan namanya baik pada bank yang sama ataupun bank yang berbeda. 1 Dalam Giro Bilyet dapat dicantumkan tanggal efektif dengan ketentuan harus dalam tenggang waktu penawaran yaitu maksimum 70 (tujuhpuluh) hari sejak tanggal penarikannya. Penarik Giro Bilyet wajib menyediakan dana yang cukup dalam rekeningnya pada Bank tertarik sejak tanggal efektif sampai dengan tanggal mulainya kadaluarsa yaitu 6 (enam) bulan terhitung mulai tanggal berakhirnya tenggang waktu penawaran. ( Surat Edaran Bank Indonesia No.9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Bank Indonesia (DHN-BI) dan No. 28/32/UPG tanggal 04 Juli 1995 perihal Giro Bilyet). Sebelum tanggal efektif tiba, Giro Bilyet sudah 1 Abdulkadir Muhammad, Hukum Dagang Tentang Surat Surat Berharga,PT Citra Aditya Bakti, Bandung, 2007, hlm dapat diedarkan sebagai alat pembayaran, tetapi tidak dapat dipindah tangankan melalui endosemen karena tidak terdapat klausula yang menunjukkan cara pemindahannya.

2 Penggunaan Giro Bilyet semakin hari semakin meningkat bahkan dapat diperkirakan melampaui penggunaan warkat lainnya. Semakin tingginya penggunaan Giro Bilyet sebagai alat pembayaran tidak diiringi dengan pengaturan secara tegas, hal ini berbeda dengan cek sebagai alat pembayaran giral yang telah diatur dalam KUHD. Mengingat fungsi giro bilyet sebagai surat perintah nasabah kepada bank untuk memindah bukukan sejumlah dana dari rekening yang bersangkutan kepada pihak penerima di bank yang sama atau di bank lain sangat bermanfaat sebagai alat pembayaran, dirasakan pentingnya ketentuan dan pengaturan mengenai prosedur penggunaan secara tegas dalam undang-undang.2 Dalam prakteknya penggunaan Giro Bilyet timbul atas kepercayaan untuk melayani nasabahnya yang mempunyai simpanan giro pada bank tersebut, untuk melakukan penarikan dengan bentuk yang tidak berdasarkan peraturan-peraturan tertentu. Sifatnya hanya merupakan perintah pemindah bukuan dari penerbit kepada bank untuk kepentingan penerima giro bilyet. Karena hanya dapat digunakan untuk pemindah bukuan saja dan tidak dapat diuangkan (tunai) maka dirasa lebih aman, sehingga masyarakat cenderung untuk menyukainya. Namun dalam kenyataannya giro bilyet yang diharapkan dapat memenuhi fungsinya sebagai alat pembayaran giral yang praktis, efisien, dan 2 Abdulkadir Muhammad, loc. cit. 4 aman belum dapat diwujudkan sepenuhnya. Hal ini disebabkan dengan adanya hambatan hambatan di dalam penggunaan giro bilyet, khususnya dalam kaitannya dengan tanggung jawab penerbit giro bilyet terhadap giro bilyet yang diterbitkannya, seperti adanya penerbitan giro bilyet kosong, pembatalan giro bilyet dan kemungkinan dapat diperalihkannya giro bilyet. Dengan adanya masalah-masalah tersebut, maka dapat menimbulkan kerugian pada masyarakat maupun pihak bank sendiri, yang akibatnya dapat mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap giro bilyet khususnya dan terhadap bank pada umumnya. Berdasarkan hal tersebut di atas serta untuk lebih mengetahui penggunaan giro bilyet di dalam fungsinya sebagai alat pembayaran giral maka penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut materi yang ada serta akan dituangkan dalam bentuk penelitian guna keperluan menyelesaikan studi pada Strata 1 Fakultas Hukum dalam bentuk skripsi dengan judul: ASPEK YURIDIS TANGGUNG JAWAB PENERBIT GIRO BILYET SEBAGAI ALAT BUKTI PEMBAYARAN. ( Studi pada PT Bank Panin Tbk Cabang Cirebon). B. Identifikasi Masalah Berbagai masalah yang timbul dalam penerbitan Giro Bilyet oleh penerbit sebagai alat pembayaran yaitu : 1. Bagaimana tanggung jawab yuridis penerbit giro bilyet terhadap giro bilyet yang diterbitkan? 5 2. Hambatan apakah yang timbul dalam penggunaan giro bilyet sebagai alat pembayaran dan bagaimana cara mengatasinya? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui bagaimana tanggung jawab yuridis penerbit giro bilyet terhadap giro bilyet yang diterbitkan. 2. Mengidentifikasi hambatan yang timbul dalam penggunaan giro bilyet sebagai alat pembayaran dan cara mengatasinya.

3 D. Kegunaan Penelitian Dalam melakukan penelitian ini, penulis mengharapkan ada manfaat yang dapat diambil baik bagi penulis sendiri maupun bagi masyarakat pada umumnya. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumbangan pemikiran dan menjadi wacana baru dalam kajian hukum dalam mengantisipasi timbulnya masalah dalam lalu lintas penggunaan uang kartal. Manfaat penelitian ini dibedakan menjadi dua bentuk yaitu: 1. Kegunaan secara teoritis. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran yang berarti bagi ilmu pengetahuan hukum, khususnya hukum perbankan mengenai pelaksanaan pembayaran dengan menggunakan giro bilyet. 2. Kegunaan praktis. Diharapkan dapat memberikan jawaban atas permasalahan yang diteliti. 6 E. Kerangka Pemikiran Surat berharga dikenal oleh Negara-negara Anglo Saxon sebagai negotiable Instrument dalam bahasa Belandanya disebut Waarde Papier. Kitab Undang-Undang Hukum Dagang sendiri tidak memberikan secara jelas pengertian surat berharga. Hanya dapat disimpulkan dari pasalpasal yang memuat syarat-syarat tentang surat berharga.3 Misalnya, dalam Pasal 178 Kitab Undang-Undang Hukum Dagang diatur tentang syarat formal cek, yaitu: 1. Nama cek harus dimuat dalam teksnya sendiri dan diistilahkan dalam bahasa surat cek itu ditulis. 2. Perintah tidak bersyarat untuk membayar sejumlah uang tertentu. 3. Nama tertarik. 4. Penetapan tempat di mana pembayaran harus dilakukan. 5. Tanggal tempat cek diterbitkan. 6. Tanda tangan penerbit/penarik. Menurut Pasal 179 Kitab Undang Undang Hukum Dagang apabila satu saja dari persyaratan tersebut diatas tidak ada maka tidak berlaku sebagai cek, kecuali: 1. Tempat pembayaran jika tidak ada dianggap dibayar di tempat di samping nama tersangkut. Jika dicantumkan lebih dari satu tempat maka yang berlaku adalah tempat yang pertama disebutkan. 2. Bila tidak mencantumkan tempat penerbitan dianggap diterbitkan di tempat di samping nama penerbit. 3Ibid, hlm 4. 7 Dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang hanya disimpulkan dari ciri-ciri atau syarat-syarat yang ditetapkan dalam pasal - pasalnya, bahwa surat itu dapat dikatakan sebagai surat berharga apabila: 1. Bahwa nilai surat tagihan atas utang tersebut adalah sesuai dengan nilai perikatan dasarnya. 2. Bahwa surat tagihan atas utang itu dapat diperalihkan. Menurut Molengraff, seperti dikutip oleh H.M.N. Purwosutjipto S.H, surat berharga adalah akta atau surat bukti, yang menurut keputusan/kehendak penerbit atau ketentuan undang-undang adalah satusatunya alat pengesahan, setidak-tidaknya diperlukan untuk penagihan, itu disebut surat berharga atau surat yang berharga.4 Menurut H.M.N Purwosutjipto SH, surat berharga itu surat bukti tuntutan utang, pembawa hak dan mudah dijualbelikan.

4 Pengaturan di dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang: a) Surat wesel : dalam Buku I title ke 6 bagian 1-12 Pasal KUHD. b) Surat sanggup : dalam Buku I title ke 6 bagian ke 13 Pasal KUHD. c) Surat cek : dalam Buku I title ke 7 bagian KUHD. d) Kwitansi-kwitansi dan promes-promes atas tunjuk : dalam Buku I title ke 7 bagian ke 11 Pasal 229 d-229 k KUHD. Pengaturan surat berharga di luar Kitab Undang-Undang Hukum Dagang, yaitu: Giro Bilyet : 4 H.M.N. Purwosutjipto, Pengertian Pokok Hukum Dagang Indonesia, Djambatan, Jakarta,2008 hlm 1. 8 a. Surat Edaran Bank Indonesia nomor SE 4/670/UPPB/PbB mengatur tentang giro bilyet. b. Surat Edaran Bank Indonesia nomor SE 12/8/UPPB/PbB mengatur tentang cek/giro bilyet kosong. Penggolongan Surat Berharga: 1. Menurut isi perikatan dasarnya, Scheltema menggolongkan surat atas tunjuk dan atas pengganti menjadi 3 golongan (Scheltema, 1938:27-31):5 a) Surat berharga yang mempunyai sifat kebendaan, misalnya : konosemen. b) Surat berharga yang mempunyai sifat keanggotaan, misalnya : saham c) Surat berharga yang mempunyai sifat tagihan hutang (utang piutang), misalnya: wesel, cek, surat aksep, promis, kwitansi. 2. Disamping pembagian di atas, kita juga mengenal surat berharga yang dijumpai dalam praktek, yaitu: a) Surat berharga yang dikenal dalam lembaga keuangan bank, misalnya : sertifikat deposito, simpanan giro, cek. b) Surat berharga pada lembaga keuangan non bank, misalnya : efek (pasar modal). c) Surat berharga dalam kegiatan perdagangan internasional, misalnya : dokumen barang seperti invoice (faktur), polis asuransi. Terbitnya surat berharga dilatarbelakangi oleh transaksi misalnya antara penjual dan pembeli yang telah mengadakan kesepakatan bahwa dalam 5 Abdulkadir Muhammad, op. cit, hal melaksanakan pembayaran akan dibayar tidak secara tunai, melainkan dengan menerbitkan surat berharga. Jadi surat berharga yang diterbitkan oleh pembeli sebagai penerbit itu, mempunyai nilai atau harga sebesar yang diperjanjikan dalam transaksi yang telah mereka adakan sebelumnya. Timbulnya kewajiban membayar dengan menerbitkan surat berharga karena adanya perjanjian terlebih dahulu di antara para pihak, yang mana perjanjian tersebut disebut perikatan dasar. Tanpa adanya perikatan dasar tidak mungkin diterbitkan surat berharga.6 Sebagaimana telah diuraikan sebelumnya bahwa perikatan dasar menjadi latar belakang diterbitkannya surat berharga oleh penerbit sebagai pemenuhan isi perjanjian. Apabila pemegang surat berharga itu memperalihkannya kepada pemegang berikutnya karena memenuhi fungsi surat berharga itu, maka bagaimanakah keterkaitan antara penerbit dan pemegang yang bukan pemegang pertama itu. Mengenai hal ini ada 4 (empat) teori yang dikenal, yaitu:7 a. Teori Penciptaan.

5 Terikatnya penerbit pada setiap pemegang berikutnya adalah dengan ditandatanganinya surat berharga itu oleh penerbit. b. Teori Kepantasan. Teori ini melengkapi teori penciptaan, terikatnya penerbit karena tanda tangan, tetapi ia hanya terikat kepada pemegang yang pantas memperoleh surat berharga tersebut. 6 Ibid, hal Ibid, hal c. Teori Perjanjian. Dengan diterbitkannya surat berharga oleh penerbit kepada pemegang, maka di situ telah terjadi pula satu perikatan, dimana penerbit terikat pula kepada pemegang lainnya. d. Teori Penunjukkan. Terikatnya penerbit terhadap pemegang adalah sejak saat surat berharga tersebut ditunjukkan kepada pihak ketiga.8 Syarat untuk dapat terlaksananya pembayaran dengan menggunakan Giro Bilyet adalah para pihak, yaitu penerbit dan penerima, penerbit harus mempunyai rekening giro pada bank, sedangkan penerima juga harus memiliki rekening giro atau rekening tabungan. Rekening tersebut dapat tersimpan pada bank yang sama ataupun pada bank lain. Apabila tersimpan pada bank yang sama maka pemindah bukuan tersebut mudah untuk dilaksanakan, yaitu dengan cara mengurangi saldo rekening giro penerbit kemudian ditambah ke rekening giro pemegang giro bilyet. Tetapi apabila pemindah bukuan tersebut dilakukan dengan bank yang berbeda maka pelaksanaan administratif pemindah bukuan tersebut dilakukan dengan melalui lembaga kliring. F. Metode Penelitian. Metode ini memberikan penjelasan bagaimana proses pengumpulan data-data yang diperlukan dalam penelitian ini, analisa yang dilakukan terhadap data-data tersebut, hingga hasil dari analisa tersebut. 8 Ibid, hal Metode Penelitian tersebut mencakup: 1. Pendekatan Yuridis. Adalah penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundangan-undangan dan putusan-putusan pengadilan serta norma-norma hukum yang ada dalam masyarakat. 2. Spesifikasi Penelitian. Penelitian ini bersifat deskriptif analitis yang mengungkap peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan teori-teori hukum yang menjadi obyek penelitian. 3. Sumber Data. a. Data primer. Yaitu data yang diperoleh langsung dari sumbernya, baik melalui wawancara, obervasi maupun laporan dalam bentuk dokumen tidak resmi yang kemudian diolah oleh peneliti. b. Data Sekunder. Yaitu data yang diperoleh dari dokumen-dokumen resmi, buku-buku yang berhubungan dengan objek penelitian, hasil penelitian dalam bentuk laporan, Skripsi dan peraturan perundang-undangan. Data sekunder tersebut dapat dibagi menjadi: 1) Bahan Hukum Primer.

6 Bahan-bahan hukum yang mengikat terdiri dari peraturan perundang-undangan yang terkait dengan objek penelitian.9 Misalnya : Kitab Undang Undang Hukum Perdata, Kitab Undang- 9 H. Zainuddin Ali, Metode Penelitian Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, 2009, hlm Undang Hukum Dagang, Peraturan Bank Indonesia No.8/29/PBI/2006 tanggal 20 Desember 2006 tentang Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Giro Bilyet kosong, Surat Edaran Bank Indonesia No.9/13/DASP tanggal 19 Juni 2007 perihal Daftar Hitam Nasional Penarik Cek dan/atau Giro Bilyet kosong, Ketentuan tentang pembatalan penolakan Cek dan/atau Giro Bilyet kosong yang terdapat pada Surat Edaran Bank Indonesia No.2/10/DASP tanggal 8 Juni 2000 perihal Tata Usaha Penarikan Cek/Giro Bilyet kosong. 2) Bahan Hukum Sekunder. Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberi penjelasan terhadap bahan hukum primer.10 3) Bahan Hukum Tertier. Bahan hukum tertier adalah petunjuk atau penjelasan mengenai bahan hukum primer atau bahan hukum sekunder yang berasal dari kamus, ensiklopedia, surat kabar dan sebagainya Tehnik Pengumpulan Data. Tehnik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan cara: a. Penelitian Kepustakaan. Data kepustakaan yang diperoleh melalui penelitian kepustakaan yang bersumber dari peraturan perundang-undangan, buku-buku, dokumen resmi, publikasi dan hasil penelitian. 10 H. Zainuddin Ali, loc. Cit. 11 Ibid, hlm b. Penelitian Lapangan. Data lapangan yang diperlukan sebagai data penunjang diperoleh melalui informasi dan pendapat-pendapat dari responden yang ditentukan secara purposive sampling (ditentukan oleh peneliti berdasarkan kemauannya) dan/atau random sampling (ditentukan oleh peneliti secara acak). 5. Analisis Data. Berdasarkan sifat penelitian ini yang menggunakan metode penelitian bersifat deskriptif analitis, analisis data yang dipergunakan adalah pendekatan kualitatif terhadap data primer dan data sekunder. Deskriptif tersebut meliputi isi dan struktur hukum positif yaitu suatu kegiatan yang dilakukan oleh penulis untuk menentukan isi atau makna aturan hukum yang dijadikan rujukan dalam menyelesaikan permasalahan hukum yang menjadi objek kajian. 6. Lokasi Penelitian. Sesuai dengan judul penelitian ini, maka penelitian di dalam pengumpulan data dan bahan-bahan penelitian yang diperlukan, penulis mengambil lokasi di Bank Panin Cirebon. G. Sistematika Penulisan. Dalam Bab I Pendahuluan berisikan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, tujuan penelitian, kegunaan penelitian, kerangka pemikiran, metode penelitian, sistematika pertanggunjawaban penelitian,

7 yang semuanya merupakan satu kesatuan yang utuh dalam Bab I. 14 Pada Bab II tentang ketentuan umum tentang surat berharga dan perbankan di indonesia, perjanjian, jasa-jasa bank, surat berharga pada umumnya, tinjauan mengenai penerbitan rekening koran yang berupa giro bilyet. Di dalam Bab III tinjauan tentang Bank Panin, penerbitan giro bilyet pada Bank Panin. Pada Bab IV Pembahasan tentang : Aspek yuridis tanggung jawab penerbit giro bilyet sebagai alat bukti pembayaran, yang menyangkut tentang perlindungan hukum bagi penerima giro bilyet yang disalahgunakan oleh penerbit pada Bank Panin, akibat hukum yang timbul dari penerbitan giro bilyet yang disalahgunakan, perlindungan hukum bagi penerima giro bilyet yang dibatalkan dan sanksi yang diberikan oleh pihak Bank Panin jika terjadi penyalahgunaan giro bilyet. Dalam Bab V penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.