BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Muhammadiyah sebagai organisasi sosial keagamaan di Indonesia berdiri dengan semangat pembaharuan Islam. Semangat pembaharuan inilah yang menjadikan Muhammadiyah termasuk bagian dari organisasi Islam modernis di Indonesia. Dengan sedikit bitjara banjak bekerdja, Muhammadijah telah memodernisasi tjara mengembangkan Islam, sehingga di seluruh Tanah air Indonesia, mulai Sabang sampai Merauke telah berdiri tjabangtjabang dan ranting-rantingnja. Selaku seorang jang pernah berketjimpung dalam lingkungan Muhammadijah, saja ingin berpesan kepada saudara-saudara, supaja selalu berpegang teguh kepada motto : banjak bekerdja!...inilah sebabnja :Muhammadijah berkumandang dan menjadi besar 1 Soekarno menyebut Muhammadiyah memiliki semangat bekerja yang tinggi dalam mengembangkan Islam. Hal ini sesuai dengan Firman Allah SWT di bawah ini menegaskan bahwa manusia sangat dianjurkan untuk bekerja sebagaimana ayat : 1 Faozan Amar (editor), Soekarno dan Muhammadiyah,Jakarta, Al-Wasath Publishing House, 2009, hal 51 17
Bekerjalah kamu, maka Allah dan Rasul-Nya serta orang-orang mukmin akan melihat pekerjaanmu itu, dan kamu akan dikembalikan kepada (Allah) Yang Mengetahui akan yang ghaib dan yang nyata, lalu diberitakannya kepada kamu apa yang telah kamu kerjakan (Q.S At- Taubah (9): 105). Kata modernisasi menjadi sangat kuat melekat dalam tubuh gerakan Muhammadiyah. Pada saat Negara-negara Asia menjadi target kolonialisme, gerakan Islam mencari alternative gerakan melawan hegemoni Barat. Gerakan modernism Islam yang muncul pada abad 19 sebagai bentuk perlawanan terhadap kemunduran dunia Islam muncul dengan beragam organisasi. Di Indonesia gerakan Islam modernis diawali oleh Sarekat Dagang Islam (SDI) pada tahun 1911 dan Muhammadiyah 1912 dan sampai saat ini berkembang sangat signifikan. Fonomena gerakan modernisme ini muncul untuk menegaskan bahwa Islam sebagai keyakinan agama mampu menjawab tantangan Islam sebagai system kehidupan. Maka Muhammadiyah memunculkan gerakan tajdid (pembaruan/pemurnian) sebagai bentuk sikap pemikiran pembaharuan melawan ketidakadilan pada setiap zaman. Muhammadiyah menegaskan bahwa pintu Ijtihad selalu terbuka dan tidak pernah tertutup. Ittiba dan ijtihad merupakan dua elemen yang penting yang menjadi karakter dasar Muhammadiyah sebagai gerakan 18
tajdid. 2 Dasar tajdid kemudian berkembang menjadi upaya untuk memperbaiki sistem gerakan Muhamadiyah dalam mencari solusi bagi permasalahan ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan, keamanan dan masalah lainnya. Muhammadiyah yang pada awalnya bergerak sebagai gerakan sosial keagamaan terus melakukan upaya komprehensif untuk memberikan andil besar bagi kemajuan masyarakat Islam khususnya masyarakat di Indonesia. Sejalan dengan ijtihad dan tajdid pemikiran Muhammadiyah sebagai gerakan sosial keagamaan menancapkan akar geraknya pada ruang ekonomi. Majelis Ekonomi dan Kewirausahaan (MEK) Muhammadiyah memiliki fokus agenda pada pengembangan Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Dawam Rahardjo mengungkapkan, anggota yang besar dan lembaga yang banyak jumlahnya dapat dipandang sebagai modal atau sumber daya yang merupakan comparative advantage bagi pergerakan Muhammadiyah. Sumberdaya itu telah mendorong gerakan Muhammadiyah tidak saja merupakan gerakan sosial-pendidikankeagamaan saja, tetapi juga sebagai gerakan ekonomi dan bisnis. 3 2 Pradana Boy ZTF, Para Pembela Islam, Pertarungan Konservatif dan Progresif di Tubuh Muhammadiyah,Depok, Gramata Publishing, 2009, hal 65. 3 M.Dawam Rahardjo, Quantum Leap Ekonomi Muhammadiyah 2000 : Revitalisasi Amal Usaha Muhammadiyah, arsip Seminar dan Sarasehan Muhammadiyah Menyongsong Muktamar ke 44, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Malang, 27-28 Mei 2008, hal 2 (Diterbitkan kembali dalam buku (Penyunting : Edy Suandi Hamid, M. Dasron Hamid, Sjafri Sairin), Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah pada Era Multiperadaban, Yogyakarta, UII Press, 2000, hal 147) 19
Lebih dari itu, cita-cita Muhammadiyah membangun Masyarakat Utama, tampaknya sangat diperlukan melalui pengembangan ekonomi. 4 K.H A.R Fachrudin dalam dialog bisnis Muhammadiyah tanggal 17 Desember 1990 memberi pesan dengan judul Umat Islam tidak boleh meninggalkan soal perekonomian. 5 Setidaknya ada dua hal yang menjadi alasan Muhammadiyah mengembangkan usaha perekonomian. Pertama, bahwa Muhammadiyah punya keyakinan untuk tetap menggarap amal usaha bidang bisnis ini karena amal usaha ini tidak kalah strategisnya dibandingkan amal usaha-amal usaha Muhammadiyah yang lain baik itu pendidikan, rumah sakit maupun dakwah. Kedua, bahwa Muhammadiyah punya potensi besar menggarap amal usaha ini. Dengan fakta, 1) Banyaknya Birokrat yang duduk di Pimpinan Muhammadiyah. 2) Banyaknya sumber daya manusia hasil pendidikan Muhammadiyah tidak perlu diragukan lagi. 3) Banyaknya pengusaha-pengusaha besar dikalangan Muhammadiyah. 4) Banyaknya anggota Muhammadiyah. 6 Selain beberapa hal di atas Muhammadiyah memiliki visi amal kesejahteraan sosial yaitu membangun ummat yang mewujudkan cita-cita ukhuwah (persaudaraan), hurriyah (kemerdekaan), musawah (persamaan) dan adalah (keadilan). 7 Visi ini adalah reformulasi cita-cita sosial yang 4 M.Dawam Rahardjo, Dimensi Ekonomi Dalam Masyarakat Utama,dalam (ed, M Yunan Yusuf), Masyarakat Utama :Konsepsi dan Strategis,Jakarta, Perkasa kerjasama PP Muhammadiyah, 1995, hal 120 5 Lukman Soegito, Revitalisasi Amal Usaha Muhammadiyah (Amal Usaha Ekonomi), arsip Seminar dan Sarasehan Muhammadiyah Menyongsong Muktamar ke 44, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Malang, 27-28 Mei 2008, hal 2 6 Ibid., Lukman Soegito, hal 3 7 Chusnan Jusuf, Revitalisasi Amal Usaha Muhammadiyah di bidang Kesejahteraan Sosial, arsip Seminar dan Sarasehan Muhammadiyah Menyongsong Muktamar ke 20
digagas oleh mantan ketua PP Muhammadiyah Amien Rais sebagai pengembangan kepeloporan KH Ahmad Dahlan dalam menafsirkan surat al-ma un dalam bentuk tindakan konkrit di masyarakat saat itu. 1.2 Fokus Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, yang menjadi fokus penelitian dan menarik untuk diteliti yaitu Pengaruh ijtihad dan tajdid pemikiran Ekonomi Islam terhadap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM). Sebagaimana diketahui proses ijtihad dan tajdid adalah bagian upaya penting melakukan upaya pembaruan dan inovasi pemikiran menjawab masa depan Islam dalam semua bidang, dalam fokus ini khususnya ekonomi. Ijtihad dan tajdid yang dilakukan Muhammadiyah dalam wilayah ekonomi menjadi hal yang menarik karena organisasi Islam ini tumbuh dengan berkembangnya Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) yang dimiliki di seluruh cabang di Indonesia. 1.3 Batasan Masalah Menurut Husain Umar, dan Purnomo Setia Akbar, batasan masalah adalah, usaha untuk menetapkan batasan masalah penelitian yang akan diteliti agar penelitian ini tidak terlampau luas dan menyulitkan maka dalam melaksanakan penelitian peneliti perlu membatasi masalah. 8 44, Rekonstruksi Gerakan Muhammadiyah, Universitas Muhammadiyah Malang, 27-28 Mei 2008, hal 9 8 Husain Umar dan Purnomo Setia Akbar, Metodelogi Penelitian Sosial, Bumi Angkasa,,Jakarta, 2003, hal.23. 21
Berdasarkan masalah yang diidentifikasi agar masalah dapat dibahas lebih spesifik maka ruang lingkup penelitian ini adalah sebagai berikut : a) Objek penelitian adalah Ijtihad dan Tajdid pemikiran ekonomi Islam di Muhammadiyah b) Subjek penelitian adalah Amal Usaha Muhammadiyah (AUM) khususnya lembaga keuangan mikro milik Muhammadiyah yaitu Baitul Maal wa Tamwil (BMT) atau Baitul Tamwil Muhammadiyah (BTM). c) Lokasi penelitian adalah Muhammadiyah di Yogyakarta. d) Waktu penelitian adalah tahun 2013. 1.4 Pertanyaan Penelitian Perumusan masalah ini bertujuan memberikan batasan yang paling jelas dari permasalahan yang ada untuk memudahkan analisis. Berdasarkan identifikasi masalah tersebut diatas, maka penulis memberikan rumusan masalah sebagai berikut : 1. Bagaimanakah pengaruh ijtihad dan tajdid pemikiran ekonomi Islam terhadap Amal Usaha Muhammadiyah (AUM)? 2. Sejauh mana pemahaman pemikiran ekonomi Islam warga Muhammadiyah di Yogyakarta? 1.5 Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1.5.1 Tujuan Penelitaan 22
Menurut Cholid Narbuko dan Abu Achmadi mengemukakan tujuan penelitian adalah, untuk menemukan masalah-masalah yang menimbulkan hambatan terhadap pembangunan dan mencari cara-cara pengumpulan hambatan itu, supaya usaha pembangunan dapat berhasil secara optimal. 9 Tujuan penelitian pada hakikatnya merupakan sesuatu yang hendak dicapai, yang dapat dijadikan arahan atas apa yang harus dilakukan dalam penelitian. Adapun tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Untuk menganalisis Pengaruh Ijtihad dan Tajdid Pemikiran Muhammadiyah terhadap perkembangan Amal Usaha Muhammadiyah. b. Menganalisis pemahaman warga Muhammadiyah terhadap ekonomi Islam. 1.5.2 Manfaat Penelitian Apabila penelitian ini dapat dilaksanakan dan permasalahannnya dapat terjawab dengan baik maka hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna baik secara teoritis maupun secara praktis. Adapun manfaat penelitian ini sebagai berikut : a. Secara Teoritis Penelitian ini diharapkan dapat memberikan referensi dan pengembangan teori bagi penelitian selanjutnya 2003, hal. 170. 9 Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, Metodologi Penelitian, Bumi Angkasa, Jakarta, 23
b. Secara Praktis Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dan masukan bagi Pengurus Muhammadiyah dan Warga Muhammadiyah dalam pengembangan lebih jauh system ekonomi Islam untuk diterapkan di Amal Usaha Muhammadiyah. 24