BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Metode Analisa Komponen

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Tahapan Penelitian

BAB IV STUDI KASUS BAB 4 STUDI KASUS

BAB 3 METODOLOGI PENULISAN. program sebagai alat bantu adalah sbb: a. Penyelesaian perhitungan menggunakan alat bantu software komputer untuk

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODOLOGI 3.1 Metode Pengumpulan Data

STUDI BANDING DESAIN TEBAL PERKERASAN LENTUR MENGGUNAKAN METODE SNI F DAN Pt T B

BAB III LANDASAN TEORI. jalan, diperlukan pelapisan ulang (overlay) pada daerah - daerah yang mengalami

Putri Nathasya Binus University, Jakarta, DKI Jakarta, Indonesia. Abstrak

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB V VERIFIKASI PROGRAM

BAB III LANDASAN TEORI

BAB III METODA PERENCANAAN

BAB III LANDASAN TEORI. Pada metode Bina Marga (BM) ini jenis kerusakan yang perlu diperhatikan

BAB IV METODE PENELITIAN. A. Lokasi Penelitian

Menetapkan Tebal Lapis Perkerasan

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

PENGARUH KELEBIHAN BEBAN TERHADAP UMUR RENCANA JALAN

Gambar 3.1. Diagram Nilai PCI

ANALISIS TEBAL LAPISAN PERKERASAN LENTUR JALAN LINGKAR MAJALAYA DENGAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS KOMPONEN SNI

TUGAS AKHIR EVALUASI PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN JALAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN METODE AUSTROADS MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE

DAFTAR ISI.. KATA PENGANTAR i DAFTAR GAMBAR. DAFTAR TABEL.. DAFTAR NOTASI DAFTAR LAMPIRAN..

BAB IV METODE PENELITIAN. Mulai. Identifikasi Masalah. Studi Literatur. Pengumpulan Data Sekunder. Rekapitulasi Data. Pengolahan Data.

BAB III PROGRAM KENPAVE DAN METODE BINA MARGA Pt-T B

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB III METODOLOGI PERENCANAAN PERKERASAN LENTUR KONSTRUKSI JALAN RAYA. 1. Nama Proyek : Pembangunan Jalan Spine Road III Bukit Sentul

EVALUASI PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE BINA MARGA Pt T B DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang C. Tujuan Penelitian D. Manfaat Penelitian B. Rumusan Masalah

PERBANDINGAN TEBAL LAPIS PERKERASAN DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN DAN ASPHALT INSTITUTE

PROGRAM KOMPUTER UNTUK DESAIN PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA

BAB III LANDASAN TEORI. A. Parameter Desain

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISIS

B. Metode AASHTO 1993 LHR 2016

BAB II DASAR TEORI 2.1 Tinjauan Umum 2.2 Dasar Teori Oglesby, C.H Hicks, R.G

BAB III LANDASAN TEORI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN. cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan

DAFTAR ISI. BAB II TINJAUAN PUSTAKA Kajian Pustaka Ulasan Pustaka Terhadap Penelitian Ini Ringkasan Penelitian Lain...

EVALUASI TEBAL LAPIS PERKERASAN LENTUR MANUAL DESAIN PERKERASAN JALAN NO.22.2/KPTS/Db/2012 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE

BAB V EVALUASI V-1 BAB V EVALUASI

BAB II1 METODOLOGI. Berikut ini adalah bagan alir (Flow Chart) proses perencanaan lapis

ANALISIS TEBAL PERKERASAN LENTUR DENGAN METODE ANALISA KOMPONEN SKBI 1987 BINA MARGA DAN METODE AASHTO

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan KATA PENGANTAR

STUDI KASUS: JALAN RUAS KM. 35 PULANG PISAU. Adi Sutrisno 06/198150/TK/32229

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Pengujian kadar air menggunakan tanah terganggu (disturbed), dilakukan

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN PANDAN ARUM - PACET STA STA KABUPATEN MOJOKERTO JAWA TIMUR

BAB IV PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN LENTUR. perumahan Puri Botanical Residence di jl. Joglo Jakarta barat. ditanah seluas 4058

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. memenuhi syarat-syarat secara teknis maupun ekonomis. Syarat-Syarat umum jalan yang harus dipenuhi adalah:

PERANCANGAN PERKERASAN CONCRETE BLOCK DAN ESTIMASI BIAYA

STUDI PENGARUH PENGAMBILAN ANGKA EKIVALEN BEBAN KENDARAAN PADA PERHITUNGAN TEBAL PERKERASAN FLEKSIBEL DI JALAN MANADO BITUNG

KOMPARASI TEBAL PERKERASAN LENTUR METODE AASHTO 1993 DENGAN METODE BINA MARGA

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL... LEMBAR PENGESAHAN... HALAMAN PERSEMBAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

PERANCANGAN TEBAL PERKERASAN DAN ESTIMASI BIAYA JALAN RAYA LAWEAN SUKAPURA ( PROBOLINGGO )

PROYEK AKHIR. PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN PASURUAN-PILANG STA s/d STA PROVINSI JAWA TIMUR

BAB 1 PENDAHULUAN. negara adalah infrastruktur jalan. Menurut Undang Undang Republik Indonesia

FASILITAS PEJALAN KAKI

TUGAS AKHIR LUTHFI PRATAMA

BAB III PENYUSUNAN PROGRAM BAB 3 PENYUSUNAN PROGRAM

PERENCANAAN DAN ANALISA BIAYA INVESTASI ANTARA PERKERASAN KAKU DENGAN PERKERASAN LENTUR PADA JALUR TRANS JAKARTA BUSWAY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA PERENCANAAN MEKANISTIK EMPIRIS OVERLAY PERKERASAN LENTUR

BAB III LANDASAN TEORI. dapat digunakan sebagai acuan dalam usaha pemeliharaan. Nilai Pavement

BAB III METODOLOGI. 3.1 Diagram Alir Kerangka Pikir Penelitian. Mulai. Studi Pustaka. Identifikasi Masalah. Pengamatan Pendahuluan

Perbandingan Konstruksi Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisis Ekonominya pada Proyek Pembangunan Jalan Lingkar Mojoagung

BAB IV PERENCANAAN. Perkerasan Lentur Jalan Raya Dengan Metode Analisa Komponen SKBI

METODOLOGI. Kata Kunci--Perkerasan Lentur, CTB, Analisa dan Evaluasi Ekonomi. I. PENDAHULUAN

STUDI KARAKTERISTIK PENENTUAN TINGKAT PEMBEBANAN KENDARAAN TERHADAP TEBAL LAPIS PERKERASAN JALAN

Perbandingan Perkerasan Lentur dan Perkerasan Kaku serta Analisa Ekonominya pada Proyek Jalan Sindang Barang Cidaun, Cianjur.

SKRIPSI PERBANDINGAN PERHITUNGAN PERKERASAN LENTUR DAN KAKU, DAN PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN (STUDI KASUS BANGKALAN-SOCAH)

BAB III METODE PERENCANAAN. 1. Metode observasi dalam hal ini yang sangat membantu dalam mengetahui

Fitria Yuliati

PERENCANAAN PENINGKATAN JALAN TUBAN BULU KM KM JAWA TIMUR DENGAN PERKERASAN LENTUR

Dalam perencanaan lapis perkerasan suatu jalan sangat perlu diperhatikan, bahwa bukan cuma karakteristik

PERENCANAAN GEOMETRIK JALAN DAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN GARENDONG-JANALA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Pada bab ini akan dijelaskan langkah-langkah perkerasan lentur konstruksi

BAB 3 METODOLOGI. a. Peninjauan pustaka yang akan digunakan sebagai acuan penulisan dan

PERKERASAN DAN PELEBARAN RUAS JALAN PADA PAKET HEPANG NITA DENGAN SYSTEM LATASTON

TUGAS AKHIR ALTERNATIF PENINGKATAN KONSTRUKSI JALAN DENGAN METODE PERKERASAN LENTUR DAN KAKU DI JL. HR. RASUNA SAID KOTA TANGERANG.

PREDIKSI ALUR PADA PERKERASAN LENTUR JALAN RAYA METODE BINA MARGA NOMOR 02/M/BM/2013 DENGAN MENGGUNAKAN PROGRAM KENPAVE TUGAS AKHIR

BAB IV HASIL DAN ANALISIS. Data yang digunakan untuk analisa tugas akhir ini diperoleh dari PT. Wijaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Sampai saat ini ada 3 (tiga) jenis perkerasan jalan yang sering digunakan, yaitu :

PERBANDINGAN KONSTRUKSI PERKERASAN LENTUR DAN PERKERASAN KAKU PADA PROYEK PEMBANGUNAN PASURUAN- PILANG KABUPATEN PROBOLINGGO PROVINSI JAWA TIMUR

Agus Surandono 1) Rivan Rinaldi 2)

Jurnal J-ENSITEC, 01 (2014)

PERENCANAAN TEBAL PERKERASAN LENTUR PADA RUAS JALAN CIJELAG - CIKAMURANG DENGAN MENGGUNAKAN METODE AASTHO 93

PENGGUNAAN METODE CAKAR AYAM MODIFIKASI SEBAGAI SOLUSI PEMBANGUNAN JALAN DI ATAS TANAH EKSPANSIF

BAB V PEMBAHASAN DAN ANALISIS. kendaraan yang melanggar dan kendaraan tidak melanggar)

STUDI PENGARUH BEBAN BELEBIH (OVERLOAD) TERHADAP PENGURANGAN UMUR RENCANA PERKERASAN JALAN

Teknik Sipil Itenas No. x Vol. xx Jurnal Online Institut Teknologi Nasional Agustus 2015

PROYEK AKHIR. PROGRAM DIPLOMA III TEKNIK SIPIL Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya

JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER Oleh NRP :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Tinjauan Umum

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Provinsi Banten ini nantinya akan berubah status dari Jalan Kolektor

PERENCANAAN ULANG PENINGKATAN JALAN BANGKALAN BATAS KABUPATEN SAMPANG STA KABUPATEN BANGKALAN PROPINSI JAWA TIMUR

BAB II DASAR TEORI BAB 2 DASAR TEORI

PENGARUH KINERJA JEMBATAN TIMBANG KATONSARI TERHADAP KONDISI RUAS JALAN DEMAK KUDUS (Km 29 Km 36)

ABSTRACT. Keywords : component analysis method, road, flexible pavement. Universitas Kristen Maranatha

ANALISA DAMPAK BEBAN KENDARAAN TERHADAP KERUSAKAN JALAN. (Studi Kasus : Ruas Jalan Pahlawah, Kec. Citeureup, Kab. Bogor) Oleh:

PERENCANAAN ULANG TEBAL PERKERASAN BERDASARKAN FOKTOR-FAKTOR KERUSAKAN JALAN (Studi Kasus: Jalan Lapang Ujung Barasok, Kecamatan Johan Pahlawan)

Transkripsi:

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Validasi Program Suatu program dapat digunakan jika program tersebut mempunyai dasar perhitungan manual. Program KENPAVE merupakan program yang didasari pada metode sistem lapis banyak. Peninjauan validasi program dilakukan dengan cara membandingkan hasil perhitungan manual dengan hasil perhitungan program KENPAVE. 4.1.1 Analisis Sistem Lapis Banyak Dengan Cara Manual Perhitungan tegangan dan regangan yang terjadi pada lapis perkerasan jalan dengan data sebagai berikut: Contact Pressure Contact Radius : 828 kpa : 12.222 cm Tabel 4.1 Data Lapis Perkerasan Lapis E (kpa) μ Tebal (cm) 1 2.800.000 0.5 15.24 2 140.000 0.5 15.24 3 70.000 0.5 Langkah - langkah perhitungan manual adalah sebagai berikut: a. Menentukan nilai K 1, K 2, a, dan H. K 1 = E 1 E 2 = 2800000 140000 =20 53

54 K 2 = E 2 E 3 = 1400000 70000 =2 a 1 = a h 2 = 12.192 15.24 =0.8 Tabel 4.2 Nilai K 1, K 2, a dan H. K 1 20 K 2 2 a 0.8 H 1 H= h 1 h 2 = 15.24 15.24 =1 a. Menentukan nilai tegangan dan regangan. Berdasarkan tabel nilai ZZ1, ZZ2, ZZ1-RR1 dan ZZ2-RR2 yang terdapat pada lampiran dari nilai nilai di atas akan didapat nilai lain yang digunakan dalam perhitungan yaitu nilai ZZ1, ZZ2, ZZ1-RR1 dan ZZ2-RR2. Tabel 4.3 Nilai ZZ1, ZZ2, ZZ1-RR1 dan ZZ2-RR2 ZZ1 ZZ2 ZZ1 - RR1 ZZ2 - RR2 0.12173 0.05938 1.97428 0.09268 b. Menentukan nilai tegangan dan regangan. Menentukan nilai tegangan dan regangan menggunakan persamaan 2.15, maka didapatkan hasil seperti di bawah ini. Tabel 4.4 Nilai Tegangan dan Regangan Tegangan (σ) kpa Regangan(ε) Lapisan Vertikal Radial Vertikal Radial 1 bawah 100.79-1533.91 0.000584 0.000292 atas 100.79 19.06 0.000584 0.000292 2 bawah 49.17-27.57 0.000548 0.000274 3 atas 49.17 10.80 0.000548 0.000274

55 4.1.2 Perhitungan Program KENPAVE Perhitungan dengan menggunakan program KENPAVE dengan contoh kasus seperti di atas: a. Masuk ke menu utama program KENPAVE, pilih LAYERINP. b. Pada LAYERINP isi menu-menu sesuai dengan data yang ada. Pada menu File pilih New. Gambar 4.1 LAYERINP c. Pada menu General isi nilai-nilai sesuai dengan data-data yang ada seperti gambar di bawah ini. Gambar 4.2 Menu General

56 d. Pada menu Zcoord, Layer, Moduli dan Load masing-masing diinput dengan nilai dan kondisi sesuai dengan data yang ada, sehingga pada akhirnya didapatkan hasil dari nilai regangan dan tegangan. Hasil akhir dari program ini adalah sebagai berikut: INPUT FILE NAME -H:\Skripsi Multilayer\KENPAVE software\validasi Program.DAT NUMBER OF PROBLEMS TO BE SOLVED = 1 TITLE -Validasi Program MATL = 1 FOR LINEAR ELASTIC LAYERED SYSTEM NDAMA = 0, SO DAMAGE ANALYSIS WILL NOT BE PERFORMED NUMBER OF PERIODS PER YEAR (NPY) = 1 NUMBER OF LOAD GROUPS (NLG) = 1 TOLERANCE FOR INTEGRATION (DEL) -- = 0 NUMBER OF LAYERS (NL)------------- = 3 NUMBER OF Z COORDINATES (NZ)------ = 2 LIMIT OF INTEGRATION CYCLES (ICL)- = 80 COMPUTING CODE (NSTD)------------- = 9 SYSTEM OF UNITS (NUNIT)------------= 1 Length and displacement in cm, stress and modulus in kpa unit weight in kn/m^3, and temperature in C THICKNESSES OF LAYERS (TH) ARE : 15.24 15.24 POISSON'S RATIOS OF LAYERS (PR) ARE : 0.5 0.5 0.5 VERTICAL COORDINATES OF POINTS (ZC) ARE: 15.24 30.48 ALL INTERFACES ARE FULLY BONDED FOR PERIOD NO. 1 LAYER NO. AND MODULUS ARE : 1 2.800E+06 2 1.400E+05 3 7.000E+04 LOAD GROUP NO. 1 HAS 1 CONTACT AREA CONTACT RADIUS (CR)--------------- = 12.222 CONTACT PRESSURE (CP)------------- = 828 RADIAL COORDINATES OF 1 POINT(S) (RC) ARE : 0 PERIOD NO. 1 LOAD GROUP NO. 1 RADIAL VERTICAL VERTICAL VERTICAL RADIAL TANGENTIAL SHEAR COOR. COOR. DISPLACEMENT STRESS STRESS STRESS STRESS (STRAIN) (STRAIN) (STRAIN) (STRAIN) 0.00000 15.24000 0.05205 100.793-1533.930-1533.930 0.000 (STRAIN) 5.838E-04-2.919E-04-2.919E-04.000E+00 0.00000 30.48000 0.04403 49.166-27.568-27.568 0.000 (STRAIN) 5.481E-04-2.741E-04-2.741E-04.000E+00

57 4.1.3 Perbandingan Cara Manual dengan Program KENPAVE Dengan contoh perhitungan data di atas hasil yang diperoleh antara cara manual dengan program KENPAVE menunjukan perbedaan yang kecil, perhitungan program dapat dikatakan akurat dimana hanya terdapat beberapa perbedaan pembulatan. Sehingga dapat disimpulkan program KENPAVE dapat digunakan untuk perhitungan sistem lapis banyak. Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Manual dan Program KENPAVE Nilai Tegangan dan Regangan Lapisan 1 (bawah) Lapisan 2 (bawah) Nilai Tegangan (kpa) Nilai Regangan Nilai Tegangan (kpa) Nilai Regangan Perhitungan manual Program KENPAVE Persentase hasil manual dan program Vertikal 100.792 100.793 0.001 % Radial -1533.911-1553.930 1.29 % Vertikal 0.000584 0.000584 0.00 % Radial -0.000296-0.000292 1.35 % Vertikal 49.167 49.166 0.002 % Radial -27.572-27.568 0.01 % Vertikal 0.000548 0.000548 0.00 % Radial -0.000274-0.000274 0.00 % 4.2 Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Metode Bina Marga dan Program KENPAVE 4.2.1 Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Metode Bina Marga Data data yang digunakan dalam perencanaan tebal perkerasan dengan metode Bina Marga ini mengambil data studi kasus lalu lintas Tol Cipularang Tahun 2005, dengan data data sebagai berikut: Fungsi jalan : Jalan Tol Jumlah lajur dan arah : 2 Umur rencana : 20 tahun

58 CBR : 6 % Masa pelaksanaan : 2 tahun Tabel 4.6 Tabel Volume Lalu Lintas Jalan Tol Cipularang Tahun 2005 Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan Sedan + pick up 5024 Truk / Bis kecil 130 Truk / Bis sedang 1784 Truk / Bis besar 2193 Truk 3-4 as 1129 Truk gandeng 313 Semi trailer 557 Jalur dan distribusi kendaraan - Jumlah jalur : 2 jalur - Koefisien distribusi (C) : 0.5 Faktor regional - Kelandaian : < 6% - Kendaraan berat : >30 % - Iklim /curah hujan : >900 mm/thn Bahan konstruksi - Lapis permukaan : Laston (WC) - Lapis pondasi atas : Laston pondasi - Lapis pondasi bawah : Batu pecah kelas A

59 Langkah langkah perencanaan tebal perkerasan dengan metode Bina Marga adalah sebagai berikut: a. Menghitung LHR awal umur rencana LHR = jumlah kendaraan (1+i) n i = 5% n = 2 tahun Tabel 4.7 LHR Awal Umur Rencana Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan LHR awal Sedan + pick up 5024 5538.96 Truk / Bis kecil 130 143.33 Truk / Bis sedang 1784 1966.86 Truk / Bis besar 2193 2417.78 Truk 3-4 as 1129 1244.72 Truk gandeng 313 345.08 Semi trailer 557 614.09 b. Menghitung LHR akhir tahun rencana LHR = jumlah kendaraan (1+i) n i = 7 % n = 20 tahun Tabel 4.8 LHR Akhir Umur Rencana Jenis Kendaraan Jumlah Kendaraan LHR akhir Sedan + pick up 5538.96 21434.03 Truk / Bis kecil 143.33 554.62 Truk / Bis sedang 1966.86 7611.13 Truk / Bis besar 2417.78 9356.06 Truk 3-4 as 1244.72 4816.68 Truk gandeng 345.08 1335.36 Semi trailer 614.09 2376.34

60 c. LEP awal umur rencana LEP = n j=1 LHR j xc j xe j Tabel 4.9 Lintas Ekivalen Permulaan Jenis Kendaraan LHR Koef. Distribusi Konfigurasi awal Kendaraan Sumbu LEP Sedan + pick up 5538.96 0.5 0.0005 1.38 Truk / Bis kecil 143.33 0.5 0.3006 21.54 Truk / Bis sedang 1966.86 0.5 0.2174 213.80 Truk / Bis besar 2417.78 0.5 5.0264 6076.37 Truk 3-4 as 1244.72 0.5 2.7416 1706.27 Truk gandeng 345.08 0.5 4.9283 850.34 Semi trailer 614.09 0.5 6.1179 1878.48 LEP total 10748.17 d. Menghitung LEA akhir umur rencana LEA = n j=1 LHR(1+i) UR xc j xe j Tabel 4.10 Lintas Ekivalen Akhir Jenis Kendaraan LHR Koef. Distribusi Konfigurasi akhir Kendaraan Sumbu LEA Sedan + pick up 21434.03 0.5 0.0005 5.36 Truk / Bis kecil 554.62 0.5 0.3006 83.36 Truk / Bis sedang 7611.13 0.5 0.2174 827.33 Truk / Bis besar 9356.06 0.5 5.0264 23513.64 Truk 3-4 as 4816.68 0.5 2.7416 6602.71 Truk gandeng 1335.36 0.5 4.9283 3290.53 Semi trailer 2376.34 0.5 6.1179 7269.12 LEA total 41592.04

61 e. Menghitung Lintas Ekivalen Tengah (LET) LET = LEP+LEA 2 = 26170.108 f. Menghitung Lintas Ekivalen Rata-rata (LER) LER = LET x FP = 26170.108 x ( 20 / 10 ) = 52340 g. Menghitung DDT (Daya Dukung Tanah) dengan menggunakan monogram korelasi CBR DDT. Gambar 4.3 Korelasi CBR - DDT Berdasarkan Gambar 4.3 dengan data CBR tanah 6 % didapatkan nilai DDT sebesar 5.

62 h. Faktor Regional (FR) Berdasarkan Tabel 2.5 Faktor Regional, dengan data kelandaian < 6% persen kendaraan berat < 30% curah hujan > 900mm/thn, maka didapatkan nilai Faktor Regional ( FR ) = 1,5. i. Menentukan Ipo dan Ipt Berdasarkan Tabel 2.7, untuk LER >1000 dan fungsi jalan tol, maka didapatkan nilai IPt=2,5. Berdasarkan Tabel 2.6, untuk jenis permukaan aspal beton (Laston) maka didapatkan nilai > 4. j. Indeks Tebal Perkerasan Digunakan nomogram nomor 1 untuk menentukan ITP, dan nilai ITP adalah 15 (nilai maksimum). Menentukan tebal perkerasan berdasarkan jenis lapisan yang dipakai, maka didapatkan nilai koefisien kekuatan relative (a) dan tebal lapisan minimum (D). Tabel 4.11 Tebal Minimum Lapis Perkerasan Jenis Lapisan a D(cm) Lapis permukaan Laston (WC) 0.4 10 Lapis pondasi atas Laston pondasi 0.26 25 Lapis pondasi bawah Batu pecah kelas A 0.13 D 3 Ada beberapa hal yang menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan tebal masing masing lapisan perkerasan, yaitu: - Lapisan permukaan pada umumnya bahan yang digunakan mahal, sehingga diusahakan untuk tebal lapisan permukaan digunakan tebal minimum.

63 - Lapisan pondasi atas relatif lebih murah sehingga penggunaan bahan untuk lapis ini lebih tebal. - Lapisan pondasi bawah menggunakan bahan yang lebih murah dari lapis pondasi atas, sehingga penggunaan tebal lapisan ini diusahakan mencapai maksimum. Dengan beberapa pertimbangan di atas, maka perlu dilakukan perhitungan ulang tebal lapisan untuk memaksimalkan penggunaan lapisan pondasi bawah. ITP = a 1 D 1 + a 2 D 2 + a 3 D 3 15 = (0.4 x 10) + (0.26 x 25) + (0.13 x D 3 ) D 3max = 34.6 cm = 35 cm Laston Laston pondasi Batu pecah Kelas A Tanah dasar Gambar 4.4 Tebal Perkerasan Jalan Metode Bina Marga 4.2.2 Perencanaan Tebal Perkerasan dengan Program KENPAVE Langkah awal dalam perencanaan tebal perkerasan dengan program KENPAVE adalah dengan mengasumsikan tebal lapisan perkerasan kemudian menentukan jenis perkerasan dengan nilai modulus elastisitas dan poisson rasio serta beban yang terjadi pada permukaan perkerasan.

64 Asumsi tebal lapisan perkerasan berdasarkan tebal minimum lapis perkerasan sesuai dengan tabel 2.8. Tabel 4.12 Asumsi Tebal Lapis Perkerasan Program KENPAVE Lapis E (kpa) μ Tebal minimum (cm) Lapis permukaan 2800000 0.35 10 Lapis pondasi atas 140000 0.35 25 Lapis pondasi bawah 280000 0.3 35 Tanah dasar 35000 0.5 Dari data perhitungan tabel 4.12 dengan menggunakan program KENPAVE maka diperoleh nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan sebesar 0.000240 cm/cm dan nilai regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah sebesar 0.000088cm/cm. Menggunakan persamaan 2.22 dalam menentukan jumlah repetisi beban dengan analisa retak fatik akan diperoleh nilai Nf sebesar 202847. Jumlah repetisi beban kedua diperoleh dari analisa rutting dengan nilai Nd sebesar 1998774209. Kedua jumlah repetisi beban (Nf atau Nd) bernilai lebih besar dari Nrencana, sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi tebal perkerasan berdasarkan tebal minimum lapis perkerasan mampu menahan beban lalu lintas sesuai dengan rencana. Jumlah repetisi beban yang didapat dari asumsi tebal perkerasan di atas jauh lebih besar dari jumlah repetisi beban rencana. Dengan menggunakan cara yang sama,mengasumsikan tebal perkerasan dapat diperoleh nilai optimum jumlah repetisi beban yang mendekati nilai repetisi beban rencana, yaitu 52340.

65 Tabel 4.13 Asumsi Tebal Lapis Perkerasan Program KENPAVE Lapis E (kpa) μ Tebal Nilai Optimum (cm) Lapis permukaan 2800000 0.35 6 Lapis pondasi atas 140000 0.35 15 Lapis pondasi bawah 280000 0.3 20 Tanah dasar 35000 0.5 Dengan menggunakan program KENPAVE diperoleh nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan sebesar 0.000350 cm/cm dan nilai regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah sebesar 0.000243 cm/cm. Menggunakan persamaan 2.22 dalam menentukan jumlah repetisi beban dengan analisa retak fatik akan diperoleh nilai Nf sebesar 58849. Jumlah repetisi beban kedua di peroleh dari analisa rutting dengan nilai Nd sebesar 20814898. Jumlah repetesi beban yang terkecil adalah nilai Nf = 58849, nilai ini juga mendekati nilai Nrencana sebesar 52340. Dari penelitian ini dapat dilihat bahwa perencanaan tebal perkerasan dengan program KENPAVE dengan mengambil asumsi tebal tiap lapis perkerasan berdasarkan tebal minimum lapisan, menghasilkan jumlah repetisi beban jauh lebih besar dari jumlah repetisi beban rencana sehingga struktur perkerasan tersebut mampu menahan beban lalu lintas sesuai rencana. Untuk mencari nilai optimum yang mendekati jumlah repetisi rencana dilakukan asumsi tebal tiap lapis perkerasan dengan cara memperkecil tebal tiap lapis hingga mendapatkan hasil yang mendekati jumlah repetisi beban rencana. dengan menggunakan asumsi tebal perkerasan tabel 4.13 didapatkan jumlah repetisi

66 beban yang mendekati repetisi beban rencana, namun tebal tiap lapis perkerasan tidak memenuhi nilai minimum tebal lapisan. 6 cm 15 cm Laston Laston pondasi 20 cm Batu pecah Kelas A Tanah dasar Gambar 4.5 Tebal Perkerasan Jalan dengan Program KENPAVE (nilai optimum) Tabel 4.14 Tebal Perkerasan Jalan Metode Bina Marga dan Program KENPAVE Lapis Perkerasan Metode Bina Program KENPAVE Program KENPAVE Marga (tebal minimum) (nilai optimum) Laston 10 cm 10 cm 6 cm Laston pondasi 25 cm 25 cm 15 cm Batu pecah kelas A 35 cm 35 cm 20 cm Hasil perencanaan tebal perkerasan dengan kedua metode memiliki perbedaan pada tebal lapis perkerasan hal ini dapat disebabkan oleh beberapa hal, yaitu: a. Metode Bina Marga mempunyai penyesuaian kondisi alam dan lingkungan, sedangkan pada program KENPAVE belum memperhitungkan kondisi tersebut. b. Metode Bina Marga menyarankan agar lapisan perkerasan memenuhi persyaratan tebal minimum. c. Nilai modulus elastisitas yang diambil untuk masing masing lapis perkerasan belum mencerminkan nilai yang sesuai.

67 4.3 Studi Parameter Studi Parameter yang dilakukan adalah parameter tebal lapisan dan nilai modulus elastisitas setiap lapis. Dari kedua parameter tersebut akan di analisa beberapa pengaruh yang terjadi, yaitu: a. Pengaruh penambahan tebal setiap lapis perkerasan terhadap tegangan pada lapis permukaan bagian bawah, regangan tarik di bawah lapis permukaan, regangan di bawah lapis permukaan dan repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan fatik dan ruting b. Pengaruh penambahan nilai modulus elastisitas setiap lapis perkerasan terhadap tegangan pada lapis permukaan bagian bawah, regangan tarik di bawah lapis permukaan, regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah, dan repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan fatik dan ruting Berikut adalah data asumsi untuk analisa studi parameter: Contact pressure Contact radius : 539 kpa : 22 cm Poisson ratio : 0.5 Tabel 4.15 Data Studi Parameter Lapis Perkerasan Modulus Elastisitas (kpa) Tebal Lapisan (cm) Permukaan 2800000 10 Pondasi atas 140000 15 Pondasi bawah 70000 45 Tanah dasar 35000

68 4.3.1 Studi Parameter Pengaruh Tebal Lapisan Perkerasan Terhadap Nilai Regangan Tekan, Regangan Tarik dan Repetisi Beban Tebal lapisan yang dianalisa adalah lapisan permukaan, lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah. Dengan ketebalan awal lapis permukaan 10 cm, lapis pondasi atas 15 cm, lapis pondasi bawah 45 cm. Setiap lapis akan divariasikan ketebalannya sebagai berikut -15%, -10%, -5%, 0%, +5%, +10% dan +15%. Tabel 4.16 Tabel Penambahan Tebal Lapis Permukaan Penambahan tebal lapis permukaan - 15 % -10% -5% 0% +5% +10% +15% Lapis permukaan 8.5 cm 9 cm 9.5 cm 10 cm 10.5 cm 11 cm 11.5 cm Lapis pondasi atas 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm Lapis pondasi bawah 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm Tanah dasar Tabel 4.17 Tabel Penambahan Tebal Lapis Pondasi Atas Penambahan tebal lapis pondasi atas - 15 % -10% -5% 0% +5% +10% +15% Lapis permukaan 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm Lapis pondasi atas 12.75 cm 13.5 cm 14.25 cm 15 cm 15.75 cm 16.5 cm 17.25 cm Lapis pondasi bawah 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm 45 cm Tanah dasar Tabel 4.18 Tabel Penambahan Tebal Lapis Pondasi Bawah Penambahan tebal lapis pondasi bawah - 15 % -10% -5% 0% +5% +10% +15% Lapis permukaan 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm 10 cm Lapis pondasi atas 15 cm 15 cm 15 cm 15 cm 15cm 15cm 15 cm Lapis pondasi ba wah 38.25 cm 40.5 cm 42.75 cm 45 cm 47.25 cm 49.5 cm 51.75 cm Tanah dasar

Tegangan (kpa) 69 Dari data ketiga tabel di atas, dengan menggunakan program KENPAVE, hasil nilai tegangan bagian bawah lapis permukaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.19 Hasil Nilai Tegangan di Bawah Lapis Permukaan Nilai Tegangan Akibat perubahan tebal lapis permukaan Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah Penambahan tebal lapisan perkerasan 308.52 289.648 272.203 256.005 240.982 227.165 214.393 249.658 251.826 253.943 256.005 258.006 259.942 261.813 254.702 255.186 255.618 256.005 256.351 256.662 256.942 350 300 250 200 150 100 50 0 Akibat perubahan tebal lapis permukaan Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah Penambahan Tebal Lapisan Perkerasan Gambar 4.6 Hasil Nilai Tegangan di Bawah Lapis Permukaan Penambahan tebal lapis perkerasan memberikan pengaruh terhadap nilai tegangan. Jika ditinjau pada bagian bawah lapis permukaan, pengaruh perubahan tebal lapis permukaan sangat terlihat, semakin tebal lapis permukaan maka tegangan semakin kecil.

Regangan Tarik (cm/cm) 70 Dari data ketiga tabel di atas, dengan menggunakan program KENPAVE, hasil nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.20 Hasil Nilai Regangan Tarik di Bawah Lapis Permukaan Nilai Regangan Akibat perubahan tebal lapis permukaan Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah Penambahan tebal lapisan perkerasan 0.000571 0.000559 0.000547 0.000533 0.000519 0.000505 0.000491 0.000546 0.000542 0.000537 0.000533 0.000530 0.000526 0.000523 0.000537 0.000536 0.000535 0.000533 0.000532 0.000532 0.000531 0.000580 0.000560 0.000540 0.000520 0.000500 0.000480 0.000460 0.000440 Penambahan Tebal Lapisan Perkerasan Perubahan tebal lapis permukaan Perubahan tebal lapis pondasi atas Perubahan tebal lapis pondasi bawah Gambar 4.7 Hasil Nilai Regangan Tarik di Bawah Lapis Permukaan Pada gambar 4.7 disajikan pengaruh tebal lapis perkerasan terhadap nilai regangan tarik pada bagian bawah lapis permukaan. Semakin tebal lapis perkerasan maka akan semakin kecil regangan tarik yang didapat dan perubahan tebal ini cukup berpengaruh terhadap perubahan nilai regangan tarik.

71 Dari data ketiga tabel di atas, dengan menggunakan program KENPAVE, hasil nilai regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut: Tabel 4.21 Hasil Nilai Regangan Tekan di Bawah Lapis Pondasi Bawah Nilai Regangan Akibat perubahan tebal lapis permukaan Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah Penambahan tebal lapisan perkerasan 0.001096 0.001060 0.001024 0.000989 0.000956 0.000924 0.000893 0.001043 0.001025 0.001007 0.000989 0.000973 0.000956 0.000940 0.001119 0.001073 0.001030 0.000989 0.000951 0.000914 0.000879 Gambar 4.8 Hasil Nilai Regangan Tekan di Bawah Lapis Pondasi Bawah Pada gambar 4.8 disajikan pengaruh tebal lapis perkerasan terhadap nilai regangan tekan pada bagian bawah lapis pondasi bawah. Semakin tebal lapis perkerasan maka akan semakin kecil regangan tekan yang didapat dan perubahan tebal ini cukup berpengaruh terhadap perubahan nilai regangan tekan. Berdasarkan nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan, dengan persamaan 2.22 akan diperoleh jumlah repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan fatik dan persamaan 2.23 akan diperoleh jumlah repetisi beban berdasarkan analisa

Repetisi beban 72 kerusakan rutting. Jumlah repetisi beban pada perubahan ketiga lapisan perkerasan adalah sebagai berikut: Tabel 4.22 Repetisi Beban Berdasarkan Analisa Kerusakan Fatik dan Rutting Repetisi beban berdasarkan kerusakan fatik (Nf) Akibat perubahan tebal lapis permukaan Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah Repetisi beban berdasarkan kerusakan rittung (Nd) Akibat perubahan tebal lapis permukaan Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah Penambahan tebal lapisan perkerasan 11727 12540 13508 14666 16028 17536 19236 13581 13948 14310 14666 15015 15366 15697 14336 14451 14567 14666 14757 14839 14922 24429 28369 33115 38624 45043 52535 61241 30498 32970 35692 38624 41721 45043 48601 22260 26862 32260 38624 46178 55078 65565 70000 60000 50000 40000 30000 20000 10000 0 Penambahan Tebal Lapisan Perkerasan Akibat perubahan tebal lapis permukaan berdasarkan kerusakan fatik Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas berdasarkan kerusakan fatik Akibat perubahan tebal lapis pondasi bawah berdasarkan kerusakan fatik Akibat perubahan tebal lapis permukaan berdasarkan kerusakan rutting Akibat perubahan tebal lapis pondasi atas berdasarkan kerusakan rutting Gambar 4.9 Repetisi Beban Berdasarkan Analisa Kerusakan Fatik dan Rutting Repetisi beban sangat berhubungan dengan nilai regangan tarik pada bagian bawah lapis permukaan dan regangan tekan pada bagian bawah lapis pondasi bawah. Hubungan antara regangan dan jumlah repetisi beban adalah semakin kecil nilai regangan yang didapat maka akan semakin besar batas repetisi beban.

73 4.3.2 Studi Parameter Pengaruh Modulus Elastisitas Lapisan Perkerasan Terhadap Nilai Regangan Tekan, Regangan Tarik dan Repetisi Beban Nilai modulus elastisitas yang dianalisa adalah lapisan permukaan, lapisan pondasi atas dan lapisan pondasi bawah. Dengan nilai modulus elastisitas awal lapis permukaan 2800000 kpa, lapis pondasi atas 140000 kpa, lapis pondasi bawah 70000 kpa. Setiap lapis akan divariasikan ketebalannya sebagai berikut - 15%, -10%, -5%, 0%, +5%, +10% dan +15%. Tabel 4.23 Penambahan Nilai Modulus Elastisitas Lapis Permukaan Penambahan nilai E lapis permukaan - 15 % -10% -5% 0% +5% +10% +15% Lapis permukaan (10 3 kpa) 2380 2520 2660 2800 2940 3080 3220 Lapis pondasi atas (10 3 kpa) 140 140 140 140 140 140 140 Lapis pondasi bawah (10 3 kpa) 70 70 70 70 70 70 70 Tanah dasar (10 3 kpa) 35 35 35 35 35 35 35 Tabel 4.24 Penambahan Nilai Modulus Elastisitas Lapis Pondasi Atas Penambahan nilai E lapis pondasi atas - 15 % -10% -5% 0% +5% +10% +15% Lapis permukaan (10 3 kpa) 2800 2800 2800 2800 2800 2800 2800 Lapis pondasi atas (10 3 kpa) 119 126 133 140 147 154 161 Lapis pondasi bawah (10 3 kpa) 70 70 70 70 70 70 70 Tanah dasar (10 3 kpa) 35 35 35 35 35 35 35 Tabel 4.25 Penambahan Nilai Modulus Elastisitas Lapis pondasi bawah Penambahan nilai E lapis pondasi bawah - 15 % -10% -5% 0% +5% +10% +15% Lapis permukaan (10 3 kpa) 2800 2800 2800 2800 2800 2800 2800 Lapis pondasi atas (10 3 kpa) 140 140 140 140 140 140 140 Lapis pondasi bawah (10 3 kpa) 59.5 63 66.5 70 73.5 77 80.5 Tanah dasar (10 3 kpa) 35 35 35 35 35 35 35

Tegangan (kpa) 74 Dari data ketiga tabel di atas, dengan menggunakan program KENPAVE, hasil nilai tegangan bagian bawah lapis permukaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.26 Hasil Nilai Tegangan di Bawah Lapis Permukaan Nilai Tegangan Akibat perubahan nilai E lapis permukaan Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah Penambahan nilai E lapis perkerasan 273.148 267.097 261.393 256.005 250.904 246.067 241.471 248.731 251.245 253.667 256.005 258.265 260.452 262.57 247.578 250.482 253.289 256.005 258.635 261.185 263.66 280 275 270 265 260 255 250 245 240 235 230 225 Akibat perubahan nilai E lapis permukaan Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah Penambahan Nilai E Lapis Permukaan Gambar 4.10 Hasil Nilai Tegangan di Bawah Lapis Permukaan Penambahan nilai modulus elastisitas lapis perkerasan memberikan pengaruh terhadap nilai tegangan. Jika ditinjau pada bagian bawah lapis permukaan, pengaruh perubahan modulus elastisitas lapis permukaan sangat terlihat, semakin besar nilai modulus elastisitas lapis permukaan maka tegangan semakin kecil.

Regangan Tarik (cm/cm) 75 Dari data ketiga tabel di atas, dengan menggunakan program KENPAVE, hasil nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan adalah sebagai berikut: Tabel 4.27 Hasil Nilai Regangan Tarik di Bawah Lapis Permukaan Nilai Regangan Akibat perubahan nilai E lapis permukaan Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah Penambahan nilai E lapisan perkerasan 0.000571 0.000558 0.000545 0.000533 0.000522 0.000511 0.000501 0.000561 0.000552 0.000542 0.000533 0.000525 0.000517 0.000508 0.000551 0.000545 0.000539 0.000533 0.000528 0.000523 0.000518 0.000580 0.000560 0.000540 0.000520 0.000500 0.000480 0.000460 Penambahan Nilai E Lapisan Perkerasan Gambar 4.11 Hasil Nilai Regangan Tarik di Bawah Lapis Permukaan Pada gambar 4.11 disajikan pengaruh modulus elastisitas lapis perkerasan terhadap nilai regangan tarik pada bagian bawah lapis permukaan. Semakin besar nilai modulus elastisitas lapis perkerasan maka akan semakin kecil regangan tarik yang didapat dan perubahan nilai modulus elastisitas ini cukup berpengaruh terhadap perubahan nilai regangan tarik. Perubahan nilai E lapis permukaan Perubahan nilai E lapis pondasi atas Perubahan nilai E lapis pondasi bawah

Regangan tekan (cm/cm) 76 Dari data ketiga tabel di atas, dengan menggunakan program KENPAVE, hasil nilai regangan tekan di bawah lapis pondasi bawah adalah sebagai berikut: Tabel 4.28 Hasil Nilai Regangan Tekan di Bawah Lapis Pondasi Bawah Nilai Regangan Akibat Perubahan nilai E lapis permukaan Akibat Perubahan nilai E lapis pondasi atas Akibat Perubahan nilai E lapis pondasi bawah Penambahan nilai E lapisan perkerasan 0.001017 0.001008 0.000998 0.000989 0.000981 0.000972 0.000964 0.001017 0.001007 0.000998 0.000989 0.000981 0.000973 0.000965 0.001017 0.001008 0.000999 0.000989 0.000980 0.000971 0.000962 0.001030 0.001020 0.001010 0.001000 0.000990 0.000980 0.000970 0.000960 0.000950 0.000940 0.000930 Gambar 4.12 Hasil Nilai Regangan Tekan di Bawah Lapis Pondasi Bawah Pada gambar 4.12 disajikan pengaruh modulus elastisitas lapis perkerasan terhadap nilai regangan tekan pada bagian bawah lapis pondasi bawah. Semakin besar modulus elastisitas lapis perkerasan maka akan semakin kecil regangan tekan yang didapat dan perubahan nilai ini cukup berpengaruh terhadap perubahan nilai regangan tekan. Penambahan Nilai E Lapisan Perkerasan Perubahan nilai E lapis permukaan Perubahan nilai E lapis pondasi atas Perubahan nilai E lapis pondasi bawah

Repetisi beban 77 Berdasarkan nilai regangan tarik di bawah lapis permukaan, dengan persamaan 2.22 akan diperoleh jumlah repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan fatik dan persamaan 2.23 akan diperoleh jumlah repetisi beban berdasarkan analisa kerusakan rutting. Jumlah repetisi beban pada perubahan ketiga lapisan perkerasan adalah sebagai berikut: Tabel 4.29 Repetisi Beban Berdasarkan Analisa Kerusakan Fatik dan Rutting Repetisi beban berdasarkan kerusakan fatik (Nf) Akibat perubahan nilai E lapis permukaan Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah Repetisi beban berdasarkan kerusakan rutting (Nd) Akibat perubahan nilai E lapis permukaan Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah Penambahan nilai E lapisan perkerasan 13435 13834 14241 14666 15094 15540 15997 12422 13141 13889 14666 15472 16305 17187 13156 13655 14162 14666 15165 15667 16161 34147 35534 37089 38624 40163 41740 43353 34147 35692 37122 38624 40126 41625 43152 34147 35534 37023 38624 40292 42068 43900 50000 45000 40000 35000 30000 25000 20000 15000 10000 5000 0 Penambahan Nilai E Lapisan Perkerasan Akibat perubahan nilai E lapis permukaan berdasarkan kerusakan fatik Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas berdasarkan kerusakan fatik Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah berdasarkan kerusakan fatik Akibat perubahan nilai E lapis permukaan berdasarkan kerusakan rutting Akibat perubahan nilai E lapis pondasi atas berdasarkan kerusakan rutting Akibat perubahan nilai E lapis pondasi bawah berdasarkan kerusakan rutting Gambar 4.13 Repetisi Beban Berdasarkan Analisa Kerusakan Fatik dan Rutting

78 Repetisi beban sangat berpengaruh dengan nilai regangan tarik pada bagian bawah lapis permukaan dan regangan tekan pada bagian bawah lapis pondasi bawah. Hubungan antara regangan dan repetisi beban adalah semakin kecil nilai regangan maka akan semakin besar batas repetisi beban. Perubahan tebal lapis perkerasan terhadap jumlah repetisi beban lebih berpengaruh dibanding dengan perubahan nilai modulus elastisitas terhadap jumlah repetisi beban. Menurut paper Ir. Hendri Chandra, MT, mekanisme kerusakan fatik terbagi atas tiga tahap yaitu inisiasi atau pembentukan retak, pertumbuhan dan perambatan retak, dan kerusakan fatik. Kerusakan itu terjadi akibat adanya pembebanan berulang serta regangan. Pada proses ini dimulai dari pembebanan berulang selama waktu tertentu sehingga terbentuk regangan. Regangan ini akan memicu terjadinya pembentukan retak kemudian memicu pembentukan retak untuk tumbuh dan merambat hingga terjadinya kerusakan. Beberapa faktor yang mempengaruhi umur fatik yaitu: a. Konsentrasi tegangan atau regangan Konsentrasi tegangan atau regangan dapat mengalami peningkatan atau penurunan tergantung pada beban yang bekerja. Peningkatan nilai tegangan atau regangan akan menurunkan umur fatik. Kegagalan fatik biasanya dimulai pada atau dekat dengan permukaan b. Ukuran struktur Meningkatnya ukuran struktur berarti penambahan luas permukaan bidang dimana akan terdapat suatu aliran retak yang akan merambat di sepanjang bidang dan terjadi kerusakan. Dengan pertambahan luas permukaan bidang

79 maka akan memperpanjang waktu untuk memulai retak, memperjanjang waktu untuk terjadinya perambatan hingga terjadi kerusakan.