Penanggung jawab: Kepala PMU : Ir. Danny Sutjiono Pimpro P2KP : Ir. Arianto, Dipl. SE, MT

dokumen-dokumen yang mirip
PEDOMAN UMUM PROYEK PENANGGULANGAN KEMISKINAN DI PERKOTAAN (P2KP) - II

Channeling UPS-BKM TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN PILOT PROGRAM BANTUAN PENDIDIKAN DASAR DEPDIKNAS BEKERJASAMA DENGAN BKM-P2KP

TATA CARA PEMBENTUKAN UNIT PENGELOLA (UP) BKM P2KP

BUPATI BLITAR PERATURAN BUPATI BLITAR NOMOR 27 TAHUN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Perkotaan (PNPM-MP) adalah dengan melakukan penguatan. kelembagaan masyarakat. Keberdayaan kelembagaan masyarakat

HARMONISASI PROGRAM PEMBERDAYAAN. Oleh: Irawan Hasan, Askoorkot Kab. Karo, KMW IV P2KP-3 Sumatera Utara. Karo, 02 Juni 2007

Siklus PNPM Mandiri - Perkotaan

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, khususnya di negara-negara berkembang. Kemiskinan

P2KP. Bersama Membangun Kemandirian Dalam Mewujudkan Permukiman Berkelanjutan

Pendirian Koperasi melalui Fasilitasi UPK-BKM

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. terutama di Negara-negara berkembang. Indonesia merupakan Negara

BAB I PENDAHULUAN. merupakan salah satu upaya untuk mewujudkan cita-cita bangsa yakni terciptanya

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

BAB I PENDAHULUAN. Program Penanggulangan Kemiskinan dilaksanakan sejak tahun 1999 sebagai suatu

Kurikulum Pelatihan Pelaku PNPM Mandiri Perkotaan

PEDOMAN WAWANCARA Bappeda Kabupaten Banjarnegara

BAB I. perkembangan modal sosial (social capital) masyarakat di masa mendatang. masyarakat dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat.

GBPP PELATIHAN TINGKAT KOTA/KABUPATEN

4.1. TINGKAT NASIONAL Project Management Unit (PMU)

54 PARTISIPASI MASYARAKAT DALAM PROGRAM PEMBERDAYAAN MASYARAKAT PNPM MANDIRI

DUKUNGAN SWADAYA MASYARAKAT DALAM PROGRAM P2KP ATAU PNPM MANDIRI PERKOTAAN. Oleh SLAMET SANTOSO

Kerangka Acuan Kegiatan (KAK) PELATIHAN DASAR BAGI KONSULTAN REPLIKASI PROGRAM REPLIKASI P2KP KHUSUS BALI Di Kab. Jembrana & Kab.

reciprocal dengan menggalang kemitraan sinergis antara pemerintah,

BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM. Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

Pembatasan Pengertian Perencanaan Partisipatif

STRATEGI PERCEPATAN PENANGGULANGAN KEMISKINAN MELALUI PNPM

BAB I PENDAHULUAN. tahun-2008-penduduk-miskin-turun-221-juta-.html (diakses 19 Oktober 2009)

Konsep Dasar. Mau. Paham. Mampu

Program Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan UPAYA PENINGKATAN PARTISIPASI PEREMPUAN

MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI NEGARA PERUMAHAN RAKYAT NOMOR : 05/PERMEN/M/2009

KERANGKA ACUAN PELATIHAN DASAR P2KP BAGI KONSULTAN PELAKSANA DAERAH DAN FASILITATOR REPLIKASI PROGRAM P2KP

KEBIJAKAN DAN RENCANA PELAKSANAAN PNPM MANDIRI PERKOTAAN TAHUN Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya

ACUAN PELAKSANAAN KOMUNITAS BELAJAR PERKOTAAN (KBP) PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA

I. PENDAHULUAN. secara terus menerus untuk mewujudkan cita-cita berbangsa dan bernegara, yaitu

SELAMAT BERJUMPA PARA RELAWAN. Saiapa Dia? RELAWAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA Menteri Negara Perumahan Rakyat. Perumahan. Pemukiman. Pedoman.

Program Peningkatan Kualitas Permukiman (P2KP) Program Di Perkotaan Dll..DLl

- 1 - PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I P E N D A H U L U A N

PEMERINTAH KABUPATEN PURWOREJO

BAB I PENDAHULUAN. Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk

INFORMASI TAMBAHAN I. PEMAHAMAN TENTANG PEMETAAN SWADAYA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

PEDOMAN UMUM PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MANDIRI KEHUTANAN BAB I PENDAHULUAN

Replikasi Program KATA PENGANTAR

KERANGKA ACUAN PELATIHAN PENGUATAN SUBSTANSI P2KP DAN REPLIKASI PROGRAM P2KP

I. PENDAHULUAN. upaya dan kegiatan aktifitas ekonomi masyarakat tersebut. Untuk mencapai kondisi

BUPATI GORONTALO PROVINSI GORONTALO

KATA PENGANTAR. Taipa, 10 September 2016

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Pengertian Judul Penataan Lingkungan Permukiman : Berbasis : Komunitas :

KODE ETIK KONSIL LSM INDONESIA

Oleh : Direktur Penataan Bangunan dan Lingkungan Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional APBNP 2013 Jakarta, 21 Agustus 2013

BAB V PROFIL PROGRAM NASIONAL PEMBERDAYAAN MASYARAKAT (PNPM) MANDIRI PERKOTAAN

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Membangun BKM. Membangun BKM. Siklus Kegiatan PNPM Mandiri-P2KP. Membangun BKM DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM PERKOTAAN MANDIRI

KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT DIREKTORAT JENDERAL CIPTA KARYA DIREKTORAT PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN.

Seleksi pemilihan lokasi sasaran adalah sebagai berikut:

WALIKOTA SURABAYA PROVINSI JAWA TIMUR

Tidak BERDAYA (Masyarakat Miskin) Masyarakat BERDAYA PEMBELAJARAN YANG DIHARAPKAN

PEMERINTAH PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI SELATAN NOMOR 3 TAHUN 2012

KEGIATAN PILOT PENDAMPINGAN KSM

Panduan Pembangunan Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM)

TERWUJUDNYA MASYARAKAT SELOMARTANI YANG AGAMIS SEJAHTERA BERBUDAYA DAN MANDIRI DENGAN KETAHANAN PANGAN PADA TAHUN 2021

TERWUJUDNYAMASYARAKAT KABUPATEN PASAMAN YANGMAJU DAN BERKEADILAN

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

Disampaikan dalam rangka Sosialisasi Nasional P4-IP di Perkotaan Denpasar, Agustus 2013

Bab 3. Pelaksanaan P2KP

WALIKOTA PEKALONGAN PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KOTA PEKALONGAN NOMOR 14 TAHUN 2016 TENTANG PENANGGULANGAN KEMISKINAN

PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 45 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN UMUM PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR DASAR BERBASIS MASYARAKAT KABUPATEN TANGERANG TAHUN 2014

No KEGIATAN PELAKU HASIL KETERANGAN

Tinjauan Terhadap Berbagai Program Pemberdayaan Masyarakat di Indonesia

Program Peningkatan Kualitas Permukiman di Perkotaan (P2KP)

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

Pemilu BKM. Buletin Warta Desa

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kota Jambi RPJMD KOTA JAMBI TAHUN

Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat (PNPM) Mandiri - Perkotaan

Anggaran Dasar. Konsil Lembaga Swadaya Masyarakat Indonesia [INDONESIAN NGO COUNCIL) MUKADIMAH

BAB VI STRATEGI TERMINASI PROYEK (Exit Strategy)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah daerah untuk berupaya mencari jalan keluar, agar kemiskinan dapat. ditanggulangi tanpa mengabaikan pertumbuhan ekonomi.

KOMISI B. KEANGGOTAAN: 6 Laki-laki ; 12 Perempuan = 18orang. ( Tgl 24 September 2013 ) Kode Etik Konsil LSM Indonesia

Analisis tingkat kesehatan lembaga unit pengelola kegiatan( studi kasus. pada UPK PNPM Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen ) Oleh : Wawan Apriyanto

Sambutan Pembukaan. Ir. Hadi Sucahyono MPP., PH.D. Direktur Pengembangan Permukiman. Ditjen Cipta Karya - Kementerian PU-PERA.

I. PENDAHULUAN. Didalam kehidupan ekonomi pada umumnya, manusia senantiasa berusaha untuk

BAB I PENDAHULUAN. dari tahun-ketahun, tetapi secara riil jumlah penduduk miskin terus

KEMENTERIAN KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA

PRESS RELEASE JAYAPURA, PAPUA 15 MARET 2011

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 81 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PERENCANAAN PEMBANGUNAN DESA

PELEMBAGAAN PARTISIPASI MASYARAKAT DESA MELALUI PEMBANGUNAN BKM

MASTER SCHEDULE 1. PNPM-MANDIRI PERKOTAAN 2011

BAB I PENDAHULUAN. Sumarto, Yayasan Obor Indonesia, Jakarta, 2009, hal. 1-2

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian dari Pembangunan ekonomi merupakan upaya-upaya yang dilakukan

BAB III METODOLOGI KAJIAN

BAB I PENDAHULUAN. dasar lingkungan yang memadai dengan kualitas perumahan dan permukiman

BUPATI NGANJUK PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN NGANJUK NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

PEMERINTAH KABUPATEN LUWU UTARA

BUPATI KEPAHIANG PROVINSI BENGKULU PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEPAHIANG NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

Transkripsi:

Penanggung jawab: Kepala PMU : Ir. Danny Sutjiono Pimpro P2KP : Ir. Arianto, Dipl. SE, MT Disusun oleh: Tim Persiapan P2KP Imam Krismanto R. Arief Rahadi Sonny H. Kusuma Udi Maadi Tri Maulana Maksudi Editing Anna Yulianti Shavin Diterbitkan oleh: Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) Direktur Jenderal Perumahan dan Permukiman Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah Lay out/desain grafis Maksudi, Bharata Kusuma Karikatur: Zakaria S. Sutedja Cetakan Revisi, September 2004 Buku ini boleh digandakan/perbanyak (di-foto copy). Penggunaan karikatur diizinkan hanya untuk kebutuhan Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan. Penggunaan karikatur diluar proyek ini akan dikenakan sanksi sesuai hukum perundang-undangan yang berlaku. Pedoman Umum

Kata Pengantar Masalah kemiskinan di Indonesia saat ini dirasakan sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan, dan mata pencaharian yang tidak menentu. Pemerintah Indonesia, melalui Departemen Permukiman dan Prasarana Wilayah, telah melakukan berbagai upaya penanganan masalah kemiskinan di perkotaan. Salah satu diantaranya ialah Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) yang dilaksanakan sejak tahun 1999. Dari hasil pelaksanaannya, tampak perkembangan yang positif, khususnya dalam hal terwujudnya kelembagaan masyarakat lokal yang mandiri, yakni Badan Keswadayaan Masyarakat (BKM). Badan ini dipercaya sebagai pengelola dana Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) dan sebagai pemeduli terhadap kemiskinan di komunitasnya. Membangun kelembagaan masyarakat yang mengakar perlu dilakukan, agar setelah masa proyek P2KP berakhir, upaya penanggulangan kemiskinan di perkotaan dapat dijalankan sendiri oleh masyarakat. Meskipun demikian, dari hasil evaluasi pelaksanaan P2KP maupun kajian refleksi kritis yang dilakukan secara intensif serta masukan-masukan dari berbagai pihak, disadari bahwa masih terdapat berbagai hal yang belum diakomodasi dalam konsep dan strategi pelaksanaan P2KP yang ada saat ini, sehingga memerlukan penyempurnaanpenyempurnaan lebih lanjut. Penyempurnaan tersebut ditekankan pada keyakinan dasar P2KP bahwa persoalan kemiskinan sebenarnya hanya dapat ditanggulangi oleh masyarakat sendiri yang mampu bersinergi dengan pemerintah daerah dan kelompok peduli setempat. Sehingga cukup jelas bahwa faktor kapasitas dan kesiapan masyarakat dan pemerintah daerah menempati posisi yang sangat strategis dalam penyiapan kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya penanggulangan kemiskinan maupun pembangunan lingkungan perumahan dan permukiman. Guna mendukung peningkatan kapasitas dan kesiapan masyarakat tersebut, strategi pelaksanaan P2KP dititikberatkan pada proses pemberdayaan dan pembelajaran Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan

masyarakat serta pemerintah daerah agar mampu melakukan proses transformasi sosial dari masyarakat miskin/tidak berdaya menjadi masyarakat berdaya, dari masyarakat berdaya menjadi masyarakat mandiri dan akhirnya dari masyarakat mandiri mampu menuju tatanan masyarakat madani (civil society). Terrwujudnya tatanan masyarakat madani inilah yang menjadi pondasi yang kokoh bagi terjaminnya kemandirian dan keberlanjutan upaya-upaya masyarakat, yang selain mampu menanggulangi masalah kemiskinan di wilayahnya secara efektif, juga mampu membangun kondisi lingkungan permukiman di wilayahnya yang lebih baik, pro poor, sehat, dan lestari. Penjabaran dari penyempurnaan konsep dan strategi pelaksanaan P2KP tersebut selanjutnya dituangkan dalam bentuk penjelasan mengenai berbagai intervensi P2KP, yang berkaitan dengan; (1) upaya untuk lebih menitikberatkan orientasi pada penggalian dan pelembagaan kembali nilainilai luhur kemanusiaan (gerakan moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good governance) dan pembangunan berkelanjutan (Tridaya) sebagai pondasi pelaksanaan P2KP, (2) pengokohan kelembagaan masyarakat yang mengakar dan representatif, (3) pembelajaran pendekatan Tridaya dalam pemanfaatan dana BLM, (4) Mendorong akuntabilitas kelembagaan masyarakat melalui tumbuhberkembangnya kontrol sosial dari masyarakat, (5) Mendorong kemitraan sinergi masyarakat dengan pemerintah daerah melalui komponen program Penanggulangan Kemiskinan terpadu (PAKET), (6) pembelajaran untuk menjalin kerjasama dengan pihak swasta dan kelompok peduli terkait dalam rangka optimalisasi berbagai peluang sumber daya yang ada, melalui channeling program, serta (7) pembelajaran penataan dan pembangunan lingkungan permukiman kelurahan secara terpadu (neighbourhood development). Melalui berbagai penyempurnaan konsep dan strategi pelaksanaan P2KP tersebut, diharapkan pada masa-masa mendatang upaya penanggulangan kemiskinan dapat dilakukan masyarakat yang didukung oleh Pemerintah Daerah dan kelompok peduli serta pihak terkait setempat secara mandiri dan berkelanjutan (sustainable development).hal inilah yang kemudian menjadi motto dan misi P2KP, yakni: Bersama Membangun Kemandirian. Selanjutnya, gambaran umum dari keseluruhan konsep serta strategi pelaksanaan P2KP tersebut dituangkan dalam bentuk Buku Pedoman Umum P2KP.. Penerbitan Buku pedoman P2KP ini sangat penting dilakukan agar seluruh pelaku P2KP maupun para pihak yang terkait akan dapat memahami konsep dan strategi pelaksanaan P2KP secara utuh serta sekaligus juga dapat mencegah, atau setidaknya mengeliminir, kemungkinan munculnya salah persepsi ataupun salah interpretasi dari berbagai pihak dalam pemahaman dan pelaksanaan P2KP. Selain itu, dengan diterbitkannya Buku Pedoman Umum P2KP ini, maka seluruh buku pedoman dan buku panduan P2KP yang pernah ada dan beredar harus disesuaikan dengan mengacu pada Buku Pedoman Umum P2KP ini. Jakarta, September 2004 Direktur Jenderal Direktorat Perumahan dan Permukiman Departemen Kimpraswil Ir. Syarifuddin Akil, Msc. Pedoman Umum

Daftar Isi Daftar Isi... Daftar Gambar... Daftar Tabel... Daftar Bagan... i iii iv v BAB I : PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang... 1 1.1.1. Gejala-gejala kemiskinan... 1 1.1.2. Akar Penyebab Kemiskinan... 2 1.1.3. Penanganan Akar Penyebab Kemiskinan... 4 1.1.4. P2KP Memfasilitasi Masyarakat dan Pemerintah Daerah untuk Mampu Menangani Akar Penyebab Kemiskinan secara Mandiri dan Berkelanjutan 4 1.2. Visi dan Misi P2KP... 6 1.2.1. Visi P2KP... 6 1.2.2. Misi P2KP... 6 1.3. Nilai-Nilai dan Prinsip-Prinsip yang Melandasi Pelaksanaan P2KP... 6 1.3.1. Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral)... 6 1.3.2. Prinsip-Prinsip Universal Kemasyarakatan (Good Governance)... 7 1.3.3. Prinsip-Prinsip Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya)... 8 1.4. Karakteristik Khas P2KP... 9 BAB II TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI 2.1. Tujuan... 13 2.2. Kelompok Sasaran... 13 2.3. Lokasi Sasaran... 14 2.4. Strategi... 15 a. Mendorong Proses Transformasi Sosial Dari Masyarakat Tidak Berdaya/ Miskin Menuju Masyarakat Berdaya... 15 Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan i

b. Mendorong Proses Transformasi Sosial Dari Masyarakat Berdaya Menuju Masyarakat Mandiri... 17 c. Mendorong Proses Transformasi Sosial Dari Masyarakat Mandiri Menuju Masyarakat Madani... 18 BAB III KOMPONEN PROYEK DAN BANTUAN TEKNIS 3.1. Komponen Proyek... 20 3.1.1. Pengembangan Masyarakat dan Mengedepankan Peran Pemerintah Daerah... 20 3.1.2. Komponen Bantuan Langsung Masyarakat (BLM)... 35 3.1.3. Komponen Penanggulangan Kemiskinan Terpadu (PAKET)... 44 3.2. Dukungan Pelaksanaan Proyek... 50 BAB IV LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PROYEK 4.1. Tahap Persiapan... 52 4.2. Tahap Pelaksanaan... 54 4.3. Tahap-Tahap Yang Menerus Atau Berkala... 76 4.4. Tahap Penyiapan Keberlanjutan Program... 78 BAB V MANAJEMEN PROYEK 5.1. Struktur Organisasi dan Tata Peran... 79 5.2. Pendanaan Proyek... 95 5.3. Monitoring dan Evaluasi... 104 BAB VI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS 6.1. Tata Cara Penyelenggaraan Transparansi dan Akuntabilitas... 107 6.2. Manajemen Keuangan dan Audit... 110 6.3. Mekanisme Penerapan Sanksi... 113 6.4. Penanganan Pengaduan dan Penyelesaian Konflik... 114 Lampiran - Lampiran ii Pedoman Umum

Daftar Gambar BAB I : PENDAHULUAN Gambar 1.1. Pandangan P2KP tentang Akar Kemiskinan... 3 Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan oleh Masyarakat melalui Fasilitasi P2KP5 Gambar 1.3. Konsep TRIDAYA... 9 Gambar 1.4. Asumsi Dasar di P2KP... 10 BAB II TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI Gambar 2.1. Strategi Pelaksanaan P2KP... 19 BAB III KOMPONEN PROYEK DAN BANTUAN TEKNIS Gambar 3.1. Kedudukan dan Posisi BKM... 27 Gambar 3.2. Struktur BKM... 31 BAB IV LANGKAH-LANGKAH PELAKSANAAN PROYEK Gambar 4.1. Siklus Kegiatan Pembelajaran Masyarakat di Tingkat Kelurahan... 58 Gambar 4.2. Siklus Kegiatan Penguatan KPK-D dan Penyusunan SPK-D di Tingkat Kota/Kabupaten... 64 Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan iii

Daftar Tabel BAB II TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI Tabel 2.1. Kelompok Sasaran P2KP... 13 BAB III KOMPONEN PROYEK DAN BANTUAN TEKNIS Tabel 3.1. Distribusi Alokasi Dana BLM... 37 Tabel 3.2. Ketentuan Sifat Penggunaan Dana BLM... 43 Tabel 3.3. Alokasi Dana PAKET per Kota/Kabupaten per tahun... 45 BAB V MANAJEMEN PROYEK Tabel 5.1. Indikator Kinerja Proyek P2KP... 104 iv Pedoman Umum

Daftar Bagan BAB II TUJUAN, SASARAN DAN STRATEGI Bagan 2.1. Langkah Penentuan Lokasi Sasaran P2KP-2... 15 BAB V MANAJEMEN PROYEK Bagan 5.1. Struktur Organisasi P2KP... 81 Bagan 5.2. Mekanisme Pendanaan dan Alur Pelaporan... 98 Bagan 5.3. Diagram Alur Pendanaan BLM... 100 Bagan 5.4. Diagram Alur Pendanaan PAKET... 102 BAB VI TRANSPARANSI DAN AKUNTABILITAS Bagan 6.1. Mekanisme Penanganan Pengaduan... 117 Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan v

Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG 1.1.1. Gejala-Gejala Kemiskinan Permasalahan kemiskinan di Indonesia sudah sangat mendesak untuk ditangani. Khususnya di wilayah perkotaan, salah satu ciri umum dari kondisi fisik masyarakat miskin adalah tidak memiliki akses ke prasarana dan sarana dasar lingkungan yang memadai, dengan kualitas perumahan dan permukiman yang jauh dibawah standar kelayakan serta mata pencaharian yang tidak menentu. Disadari bahwa selama ini banyak pihak lebih melihat persoalan kemiskinan hanya pada tataran gejala-gejala yang tampak terlihat dari luar atau di tataran permukaan saja, yang mencakup multidimensi, baik dimensi politik, sosial, ekonomi, aset dan lain-lain. Dalam kehidupan sehari-hari dimensi-dimensi dari gejala-gejala kemiskinan tersebut muncul dalam berbagai bentuknya, seperti antara lain: a) Dimensi politik, sering muncul dalam bentuk tidak dimilikinya wadah/organisasi yang mampu memperjuangkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat miskin, sehingga mereka benar-benar tersingkir dari proses pengambilan keputusan penting yang menyangkut diri mereka. Akibatnya, mereka juga tidak memiliki akses yang memadai ke berbagai sumber daya kunci yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan hidup mereka secara layak, termasuk akses informasi; b) Dimensi sosial, sering muncul dalam bentuk tidak terintegrasikannya warga miskin ke dalam institusi sosial yang ada, terinternalisasikannya budaya kemiskinan yang merusak kualitas manusia serta etos kerja mereka, dan pudarnya kapital sosial; c) Dimensi lingkungan, sering muncul dalam bentuk sikap, perilaku, dan cara pandang yang tidak berorientasi pada pembangunan berkelanjutan sehingga cenderung memutuskan dan melaksanakan kegiatan-kegiatan yang kurang menjaga kelestarian dan perlindungan lingkungan serta permukiman. d) Dimensi ekonomi, muncul dalam bentuk rendahnya penghasilan sehingga tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup mereka sampai batas yang layak; dan e) Dimensi aset, ditandai dengan rendahnya tingkat kepemilikan masyarakat miskin ke berbagai hal yang mampu menjadi modal hidup mereka, termasuk aset kualitas sumberdaya manusia (human capital), peralatan kerja, modal dana, hunian atau perumahan dan sebagainya. Orientasi berbagai program penanggulangan kemiskinan yang hanya menitikberatkan pada salah satu dimensi dari gejala-gejala kemiskinan ini, pada dasarnya mencerminkan pendekatan program yang bersifat parsial, sektoral, charity dan tidak menyentuh akar penyebab kemiskinan itu sendiri. Akibatnya program-program dimaksud tidak mampu menumbuhkan kemandirian masyarakat yang pada akhirnya tidak akan mampu mewujudkan aspek keberlanjutan (sustainability) dari programprogram penanggulangan kemiskinan tersebut. Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 1

1.1.2. Akar Penyebab Kemiskinan Berbagai program kemiskinan terdahulu yang bersifat parsial, sektoral dan charity dalam kenyataannya sering menghadapi kondisi yang kurang menguntungkan, misalnya salah sasaran, terciptanya benih-benih fragmentasi sosial, dan melemahkan kapital sosial yang ada di masyarakat (gotong royong, musyawarah, keswadayaan dll). Lemahnya kapital sosial pada gilirannya juga mendorong pergeseran perilaku masyarakat yang semakin jauh dari semangat kemandirian, kebersamaan dan kepedulian untuk mengatasi persoalannya secara bersama. Kondisi kapital sosial serta perilaku masyarakat yang yang melemah serta memudar tersebut salah satunya disebabkan oleh keputusan, kebijakan dan tindakan dari pihak pengelola program kemiskinan dan pemimpinpemimpin masyarakat, yang selama ini cenderung tidak adil, tidak transparan dan tidak tanggunggugat (tidak pro poor dan good governance oriented). Sehingga menimbulkan kecurigaan, stereotype dan skeptisme di masyarakat. Keputusan, kebijakan dan tindakan yang tidak adil ini biasanya terjadi pada situasi tatanan masyarakat yang belum madani,dengan salah satunya indikasinya dapat dilihat dari kondisi kelembagaan masyarakat yang belum berdaya, yakni: tidak berorientasi pada keadilan, tidak dikelola dengan jujur dan tidak ikhlas berjuang bagi kepentingan masyarakat. Kelembagaan masyarakat yang belum berdaya pada dasarnya disebabkan oleh karakterisitik lembaga masyarakat tersebut yang cenderung tidak mengakar, dan tidak representatif. Di samping itu, ditengarai pula bahwa berbagai lembaga masyarakat yang ada saat ini, dalam beberapa hal, lebih berorientasi pada kepentingan pihak luar masyarakat atau bahkan untuk kepentingan pribadi dan kelompok tertentu, sehingga mereka kurang memiliki komitmen dan kepedulian pada masyarakat di wilayahnya, terutama masyarakat miskin. Dalam kondisi ini akan semakin mendalam krisis kepercayaan masyarakat terhadap berbagai lembaga masyarakat yang ada di wilayahnya. Kondisi kelembagaan masyarakat yang tidak mengakar, tidak representatif dan tidak dapat dipercaya tersebut pada umumnya tumbuh subur dalam situasi perilaku/sikap masyarakat yang belum berdaya. Ketidakberdayaan masyarakat dalam menyikapi dan menghadapi situasi yang ada di lingkungannya, yang pada akhirnya mendorong sikap masa bodoh, tidak peduli, tidak percaya diri, mengandalkan dan terbantung pada bantuan pihak luar untuk mengatasi masalahnya sendiri, tidak mandiri, serta memudarnya orientasi moral dan nilainilai luhur dalam kehidupan bermasyarakat, yakni terutama keikhlasan, keadilan dan kejujuran. Dengan demikian, dari paparan di atas cukup jelas menunjukkan bahwa situasi kemiskinan akan tumbuh subur dalam situasi perilaku/ sikap dan cara pandang (paradigma) masyarakat yang belum berdaya. Oleh karena itu, P2KP memahami bahwa akar persoalan kemiskinan yang sebenarnya adalah karena kondisi masyarakat yang belum berdaya dengan indikasi kuat yang dicerminkan oleh perilaku/sikap/cara pandang masyarakat yang tidak dilandasi pada nilainilai universal kemanusiaan (jujur, dapat dipercaya, ikhlas, dll) dan tidak bertumpu pada prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (transparansi, akuntabilitas, partisipasi, demokrasi, dll), sebagaimana dapat dilihat pada Gambar 1.1. di bawah ini. 2 Pedoman Umum

Gambar 1.1. Pandangan P2KP tentang Akar Penyebab Kemiskinan KEMISKINAN Penyebab Tkt.4 atau Gejala kemiskinan Politik yang Tidak Membuka Akses pada Kaum Miskin Lingkungan dan Permukiman yang Tidak Memadai Lemahnya Kapital Sosial Di Kehidupan Masy. Ekonomi Yang Tidak Memihak Kaum Miskin Tidak transparan; tidak partisipatif, tdk akuntabel, demokrasi semu, Berorientasi pada kepentingan pribadi dan kelompok interest-nya, dominasi elite, dll Pencemaran & kerusakan alam; permukiman kumuh, tinggal di kawasan illegal, Tdk berorientasi pada pembangunan yang berkelanjutan, Dsb Kehidupan sosial yang segregatif; pudarnya solidaritas sosial; proses marginalisasi; SDM rendah, pendidikan tidak memadai, pengangguran, budaya miskin, dsb Tidak ada Kesempatan; Ketrampilan Rendah, Masih Sulit Akses Ke Sumber Daya Kunci & Permodalan, Tidak Membangun jiwa kewiraswastaan, dll Penyebab Tkt.3 Keputusan, kebijakan, tindakan, dan kegiatan yang tidak adil serta tidak berpihak pada warga Miskin Tidak Berjalannya Jaring Pengaman Sosial di Masyarakat Akibat Memudarnya Kapital Sosial (musyawarah, gotong royong, keswadayaan, transparansi, akutabilitas, demokrasi dll) Institusi Pengambil Keputusan yang tidak adil, tidak berpihak pada warga miskin dan cenderung egois pada kepentingan sendiri atau kelompoknya Citra Negatif Pada Orang Miskin (Belum mampu, belum punya pengalaman, kurang Pendidikan, kurang dapat dipercaya, dll) Penyebab Tkt.2 Perilaku/Sikap/Cara Pandang Yang Keliru dan Tidak Manusiawi (Tidak Ikhlas, Tidak Peduli, Tidak Mandiri, Tidak Pro Poor dan Internalisasi budaya miskin) Warga kurang peduli pada nasib orang miskin, pudarnya keikhlasan serta mental bergantung kepada bantuan pihak luar, dll Para Pengambil Kebijakan yang cenderung bersifat tidak adil, tidak ikhlas, tidak jujur, kurang peduli pada warga miskin dan kurang amanah/dapat dipercaya Budaya dan Perilaku Miskin (Tertutup, Kurang ulet, boros, Minder, Sikap Skeptis/pasrah, Kurang Bertanggungjawab dll) Akar Penyebab Kemiskinan Lunturnya nilai-nilai universal kemanusiaan atau aspek moral (jujur, adil, ikhlas/kerelawanan, dll), pudarnya prinsip-prinsip kemasyarakatan atau aspek good governance (partisipasi, demokrasi, transparansi, akuntabilitas, dll) serta orientasi pembangunan berkelanjutan atau aspek Tridaya (perlindungan lingkungan, pembangunan sosial dan pengembangan ekonomi) Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 3

1.1.3. Penanganan Akar Penyebab Kemiskinan Pemahaman mengenai akar persoalan kemiskinan seperti di atas telah menyadarkan berbagai pihak bahwa pendekatan dan cara yang dipilih dalam penanggulangan kemiskinan selama ini perlu diperbaiki, yaitu ke arah perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat yang senantiasa berlandaskan pada nilai-nilai universal kemanusiaan (moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (good governance) dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Perubahan perilaku/sikap dan cara pandang masyarakat ini merupakan pondasi yang kokoh bagi terbangunnya lembaga masyarakat yang mandiri, melalui pemberdayaan para pelaku-pelakunya, agar mampu bertindak sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai manusia luhur yang mampu menerapkan nilai-nilai luhur dalam kehidupan bermasyarakatnya sehari-hari. Kemandirian lembaga masyarakat ini dibutuhkan dalam rangka membangun lembaga masyarakat yang benar-benar mampu menjadi wadah perjuangan kaum miskin, yang mandiri dan berkelanjutan dalam menyuarakan aspirasi serta kebutuhan mereka dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang berkaitan dengan kebijakan publik di tingkat lokal agar lebih berorientasi ke masyarakat miskin ( pro poor ) dan mewujudkan tata kepemerintahan yang baik ( good governance ), baik ditinjau dari aspek ekonomi, lingkungan- termasuk perumahan dan permukiman, maupun sosial. 1.1.4. P2KP Memfasilitasi Masyarakat serta Pemerintah Daerah Untuk Mampu Menangani Akar Penyebab Kemiskinan Secara Mandiri dan Berkelanjutan Gambaran lembaga masyarakat seperti dimaksud di atas hanya akan dicapai apabila orang-orang yang diberi amanat sebagai pemimpin masyarakat tersebut merupakan kumpulan dari orang-orang yang peduli, memiliki komitmen kuat, ikhlas, relawan dan jujur serta mau berkorban untuk kepentingan masyarakat miskin, bukan untuk mengambil keuntungan bagi kepentingan pribadi maupun kelompoknya. Tentu saja hal ini bukan merupakan suatu pekerjaan yang mudah, karena upaya-upaya membangun kepedulian, kerelawanan, komitment tersebut pada dasarnya terkait erat dengan proses perubahan perilaku masyarakat. Dalam hal ini, P2KP meyakini bahwa pendekatan yang lebih efektif untuk mewujudkan proses perubahan perilaku masyarakat adalah melalui pendekatan pemberdayaan atau proses pembelajaran (edukasi) masyarakat dan penguatan kapasitas untuk mengedepankan peran pemerintah daerah dalam mengapresiasi dan mendukung kemandirian masyarakatnya. Kedua substansi P2KP tersebut sangat penting sebagai upaya proses transformasi P2KP dari tataran proyek menjadi tataran program oleh masyarakat bersama pemerintah daerah setempat. Bagaimanapun harus disadari bahwa upaya dan pendekatan penanggulangan kemiskinan tidak hanya menjadi perhatian pemerintah pusat, melainkan justru yang terpenting harus menjadi prioritas perhatian dan kebutuhan masyarakat bersama pemerintah daerah itu sendiri. Substansi P2KP sebagai proses pemberdayaan dan pembelajaran masyarakat dilakukan dengan terus menerus untuk menumbuhkembangkan kesadaran kritis masyarakat terhadap nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan sebagai landasan yang kokoh untuk membangun masyarakat yang mandiri dan sejahtera. Proses pembelajaran di tingkat masyarakat ini berlangsung selama masa proyek P2KP maupun pasca proyek P2KP oleh masyarakat sendiri dengan membangun dan melembagakan Komunitas Belajar Kelurahan (KBK). Dengan demikian, penguatan lembaga masyarakat yang dimaksud P2KP terutama dititikberatkan pada upaya penguatan pelakunya untuk mampu menjadi pelaku nilai dan pada gilirannya mampu menjadi motor 4 Pedoman Umum

penggerak dalam melembagakan dan membudayakan kembali nilai-nilai universal kemanusiaan (gerakan moral), prinsip-prinsip kemasyarakatan (gerakan good governance) serta prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (gerakan Tridaya), sebagai nilainilai utama yang melandasi aktivitas penanggulangan kemiskinan oleh masyarakat setempat. Melalui lembaga masyarakat tersebut diharapkan tidak ada lagi kelompok masyarakat yang masih terjebak dalam lingkaran kemiskinan, yang pada gilirannya diharapkan dapat tercipta lingkungan perkotaan dengan perumahan yang lebih layak huni di dalam permukiman yang lebih responsif dan dengan sistem sosial masyarakat yang lebih mandiri melaksanakan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Gambaran tentang cara pandang P2KP dalam memfasilitasi upaya penanggulangan akar persoalan kemiskinan oleh masyarakat dapat dilihat pada Gambar 1.2. Gambar 1.2. Penanganan Akar Kemiskinan oleh Masyarakat melalui Fasilitasi P2KP PERUBAHAN SIKAP (FGD Refleksi Kemiskinan, FGD Kepemimpinan, FGD Kelembagaan dll) TRIDAYA Penanggulangan Kemiskinan Secara Mandiri & Berkelanjutan (Sustainable Development) PEMBENTUKAN KELEMBAGAAN (BKM) Gerakan Moral PENYUSUNAN PROGRAM (PJM & RENTA PRO- NANGKIS) Gerakan Pro Poor & Good Governance DAYA PEMBANGUNAN SOSIAL DAYA PEMBANGUNAN LINGKUNGAN DAYA PEMBANGUNAN EKONOMI Membangun Kemitraan Sinergis dan Channelling Program PEMBELAJARAN SERTA PELEMBAGAAN NILAI-NILAI & PRINSIP-PRINSIP UNIVERSAL KEMANUSIAAN, KEMASYARAKATAN & PEMB. BERKELANJUTAN Gerakan Sustainable Development Sedangkan substansi P2KP sebagai penguatan kapasitas dalam rangka mengedepankan peran dan tanggungjawab pemerintah daerah, dilakukan melalui; pelibatan intensif Pemda pada pelaksanaan siklus kegiatan P2KP, penguatan peran dan fungsi Komite Penanggulangan Kemiskinan Daerah (KPK-D) agar mampu menyusun Dokumen Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPK-D) dan PJM Pronangkis Kota/kab berbasis aspirasi dan program masyarakat (Pronangkis Kelurahan), serta mendorong dan melembagakan Komunitas Belajar Perkotaan (KBP). Selain itu, P2KP juga mendorong kemandirian dan kemitraan masyarakat bersama pemerintah daerah dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan yang telah dilakukan melalui Program PAKET. Namun, untuk lebih menjamin kapasitas kemandirian masyarakat dan pemda agar mampu menangani kemiskinan di wilayahnya, maka perlu didorong upaya-upaya menuju tatanan kepemerintahan yang baik (good governance). Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 5

Dalam pelaksanaan P2KP, Pemda tidak hanya menjalankan fungsi monitoring, koordinasi serta legitimasi semata, namun juga didorong agar dapat berperan sebagai fasilitator, dinamisator, nara sumber dan pelaksana untuk beberapa kegiatan tertentu di tingkat kota/kabupaten, seperti KBP, penguatan KPK-D, PAKET, dll, yang dalam pelaksanaannya akan difasilitasi intensif KMW. Semua pendekatan yang dilakukan P2KP di atas, baik fasilitasi di level masyarakat maupun di level pemerintah kota/kabupaten, ditujukan untuk mendorong proses percepatan terbangunnya landasan yang kokoh bagi terwujudnya kemandirian penanggulangan kemiskinan dan juga melembaganya pembangunan berkelanjutan (sustainable development). Dengan demikian, pelaksanaan P2KP sebagai gerakan bersama membangun kemandirian dan pembangunan berkelanjutan yang berbasis nilai-nilai universal, diyakini akan mampu membangun kesadaran kritis dan perubahan perilaku individu ke arah yang lebih baik. Perubahan perilaku individu yang secara kumulatif menimbulkan perubahan kolektif masyarakat inilah yang menjadi inti pendekatan TRIDAYA, yakni proses pemberdayaan masyarakat agar terbangun: daya sosial sehingga tercipta masyarakat efektif, daya ekonomi sehingga tercipta masyarakat produktif dan daya pembangunan sehingga tercipta masyarakat pembangunan yang peduli lingkungan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. Upaya penanggulangan kemiskinan di perkotaan akan lebih efektif bila dapat dilakukan oleh masyarakat dan pemerintah daerah setempat secara mandiri dan berkelanjutan. Hal ini berarti masyarakat dan pemerintah daerah setempat telah mampu mentransformasi P2KP dari Skema Proyek menjadi Skema Program. Kemandirian dan tatanan pembangunan berkelanjutan (sustainable development) tersebut dapat diwujudkan melalui penguatan kapasitas masing-masing pelaku dan kemitraan antara keduanya, yang bertumpu pada 3 (tiga) pondasi utama, yakni: Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Berbasis Nilai/Moral), Prinsip-Prinsip Kemasyarakatan (Good Governance) dan Prinsipprinsip Pembangunan Berkelanjutan (Tri-Daya). Artinya, P2KP diharapkan dapat menjadi gerakan kemandirian penanggulangan kemiskinan dan pembangunan berkelanjutan, yang bertumpu pada nilai-nilai luhur dan prinsip-prinsip universal di atas. 1.2. VISI DAN MISI P2KP Mengingat bahwa Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) adalah landasan dan pemicu tumbuhnya gerakan pembangunan berkelanjutan dalam penanggulangan kemiskinan di perkotaan, maka diperlukan rumusan visi dan misi yang jelas sehingga dapat dipakai sebagai acuan perilaku dan arahan bagi semua pelaku P2KP maupun bagi para pihak (stakeholders) dalam mengembangkan program-program kemiskinan di wilayahnya. 1.2.1. Visi Terwujudnya masyarakat madani, yang maju, mandiri, dan sejahtera dalam lingkungan permukiman sehat, produktif dan lestari. 1.2.2. Misi Membangun masyarakat mandiri yang mampu menjalin kebersamaan dan sinergi dengan pemerintah maupun kelompok peduli setempat dalam menanggulangi kemiskinan secara efektif dan mampu mewujudkan terciptanya lingkungan permukiman yang tertata, sehat, produktif dan berkelanjutan. 1.3. NILAI-NILAI DAN PRINSIP-PRINSIP YANG MELANDASI P2KP Sejalan dengan substansi konsep Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan (P2KP) bahwa persoalan kemiskinan dapat ditanggulangi dengan kemandirian dan terwujudnya pembangunan berkelanjutan yang berlandaskan nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsipprinsip pembangunan berkelanjutan, maka rumusan nilai-nilai yang melandasi pelaksanaan P2KP adalah sebagai berikut: 1.3.1.Nilai-Nilai Universal Kemanusiaan (Gerakan Moral) Nilai-nilai universal kemanusiaan yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP (baik masyarakat, konsultan, pemerintah, maupun kelompok peduli), dalam melaksanakan P2KP adalah : 6 Pedoman Umum

1) Jujur; dalam proses pengambilan keputusan, pengelolaan dana serta pelaksanaan kegiatan P2KP harus dilakukan dengan jujur, sehingga tidak dibenarkan adanya upaya-upaya untuk merekayasa, memanipulasi maupun menutup-nutupi sesuatu, yang dapat merugikan masyarakat miskin serta menyimpang dari visi, misi dan tujuan P2KP. Tanpa adanya kejujuran tidak mungkin ada kemajuan yang berkelanjutan dalam bidang apapun; 2) Dapat dipercaya; semua pihak yang terkait dengan pelaksanaan P2KP harus benar-benar dapat menjaga kepercayaan yang diberikan masyarakat maupun pemerintah untuk menerapkan aturan main P2KP dengan baik dan benar. Dengan demikian, pemilihan pelaku-pelaku P2KP di tingkat masyarakat pun, harus menghasilkan figur-figur yang benar-benar dipercaya masyarakat sendiri, bukan semata mempertimbangkan status sosial, pengalaman serta jabatan; 3) Ikhlas/kerelawanan; dalam melaksanakan kegiatan yang berkaitan dengan P2KP benar-benar berlandaskan niat ikhlas untuk turut memberikan kontribusi bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin yang ada di wilayahnya, dan tidak mengharapkan imbalan materi, jasa, maupun mengutamakan kepentingan pribadi serta golongan atau kelompoknya; 4) Adil; dalam menetapkan kebijakan dan melaksanakan P2KP harus menekankan asas keadilan (fairness), kebutuhan nyata dan kepentingan masyarakat miskin. Keadilan dalam hal ini tidak berarti sekedar pemerataan; 5) Kesetaraan; dalam pelibatan masyarakat pada pelaksanaan dan pemanfaatan P2KP, tidak membeda-bedakan latar belakang, asal usul, agama, status, maupun jenis kelamin dan lain-lainnya. Semua pihak diberi kesempatan yang sama untuk terlibat dan/atau menerima manfaat P2KP, termasuk dalam proses pengambilan keputusan; 6) Kesatuan dalam keragaman; dalam melaksanakan kegiatan penanggulangan kemiskinan perlu dioptimalkan gerakan masyarakat, melalui kebersamaan dan kesatuan masyarakat, sehingga kemiskinan benar-benar menjadi urusan semua warga masyarakat dari berbagai latar belakang, suku, agama, mata pencaharian, budaya, pendidikan dan sebagainya dan bukan hanya menjadi urusan dari masyarakat miskin atau pelaku P2KP atau sekelompok elit saja. 1.3.2. Prinsip-Prinsip Universal Kemasyarakatan (Good Governance) Prinsip-prinsip universal kemasyarakatan (Good Governance) yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP (baik masyarakat, konsultan, maupun pemerintah), dalam melaksanakan P2KP adalah : 1) Demokrasi; dalam setiap proses pengambilan keputusan apapun, musyawarah harus menjadi alat terkuat dan pilar utama dalam menjalankan suatu proses demokrasi. Terlebih lagi apabila dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, maka mekanisme pengambilan keputusan dilakukan secara kolektif dan demokratis, dengan mengutamakan musyawarah. Kemampuan masyarakat bermusyawarah, yang dilandasi kesadaran kritis untuk senantiasa menuju kebaikan bersama, pada hakekatnya merupakan manifestasi tertinggi dari suatu kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, P2KP mendorong masyarakat agar dapat mengutamakan dan mendasarkan keputusan melalui mekanisme musyawarah, agar mampu membangun dan memperkuat lembaga pimpinan kolektif masyarakat dengan representasi, yang akseptabel, inklusif, transparan, demokratis dan akuntabel; 2) Partisipasi; dalam tiap langkah kegiatan P2KP harus dilakukan secara partisipatif Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 7

sehingga mampu membangun rasa kepedulian dan kepemilikan serta proses belajar melalui bekerja bersama. Partisipasi dibangun dengan menekankan proses pengambilan keputusan oleh warga, mulai dari tataran ide/gagasan, perencanaan, pengorganisasian, pemupukan sumber daya, pelaksanaan hingga evaluasi dan pemeliharaan. Partisipasi juga berarti upaya melibatkan segenap komponen masyarakat, khususnya kelompok yang rentan (vulnerable groups), yang selama ini tidak memiliki peluang/akses dalam program/kegiatan setempat; 3) Transparansi dan Akuntabilitas; dalam proses manajemen proyek maupun manajemen organisasi masyarakat harus menerapkan prinsip transparansi dan akuntabilitas, sehingga masyarakat belajar dan melembagakan sikap bertanggung jawab serta tanggung gugat terhadap pilihan keputusan dan kegiatan yang dilaksanakannya. Termasuk terbuka untuk diperiksa oleh BPKP, auditor atau pemeriksaan oleh masyarakat sendiri dan pihak terkait lainnya, serta menyebarluaskan hasil pemeriksaan dan audit tersebut ke masyarakat, pemerintah, lembaga donor serta pihak-pihak lainnya; 4) Desentralisasi; dalam proses pengambilan keputusan yang langsung menyangkut kehidupan dan penghidupan masyarakat agar dilakukan sedekat mungkin dengan pemanfaat atau diserahkan pada masyarakat sendiri, sehingga keputusan yang dibuat benar-benar bermanfaat bagi masyarakat banyak. 1.3.3. Prinsip-Prinsip Universal Pembangunan Berkelanjutan (Tridaya) Pada dasarnya pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan yang tidak menimbulkan persoalan baru, bersifat adil intra generasi dan inter generasi. Oleh sebab itu prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan harus merupakan prinsip keseimbangan pembangunan, yang dalam konteks P2KP diterjemahkan sebagai sosial, ekonomi dan lingkungan yang tercakup dalam konsep Tridaya. Jadi prinsip-pinsip pembangunan berkelanjutan yang harus dijunjung tinggi, ditumbuhkembangkan dan dilestarikan oleh semua pelaku P2KP (baik masyarakat, konsultan, maupun pemerintah), dalam melaksanakan P2KP adalah melalui penerapan konsep Tridaya sebagai berikut: 1) Perlindungan Lingkungan (Environmental Protection); dalam pengambilan keputusan maupun pelaksanaan kegiatan yang menyangkut kepentingan masyarakat banyak, terutama kepentingan masyarakat miskin, perlu didorong agar keputusan dan pelaksanaan kegiatan tersebut berorientasi pada upaya perlindungan/pemeliharaan lingkungan baik lingkungan alami maupun buatan termasuk perumahan dan permukiman, yang harus layak, terjangkau, sehat, aman, teratur, serasi dan produktif. Termasuk didalamnya adalah penyediaan prasarana dan sarana dasar perumahan yang kondusif dalam membangun solidaritas sosial dan me-ningkatkan kesejahteraan penduduknya. 2) Pengembangan Masyarakat (Social Development); tiap langkah kegiatan P2KP harus selalu berorientasi pada upaya membangun solidaritas sosial dan keswadayaan masyarakat sehingga dapat tercipta masyarakat efektif secara sosial sebagai pondasi yang kokoh dalam upaya menanggulangi kemiskinan secara mandiri dan berkelanjutan. Pengembangan masyarakat juga berarti upaya untuk meningkatkan potensi segenap unsur masyarakat, terutama kelompok masyarakat yang rentan (vulnerable groups) dan marjinal yang selama ini tidak memiliki peluang/akses dalam program/ kegiatan setempat; 3) Pengembangan Ekonomi (Economic Development); dalam upaya menyerasikan kesejahteraan material, maka upaya-upaya kearah peningkatan kapasitas dan keterampilan masyarakat miskin dan atau penganggur perlu mendapat porsi khusus termasuk upaya untuk mengembangkan peluang usaha dan 8 Pedoman Umum

akses kesumberdaya kunci untuk peningkatan pendapatan, dengan tetap memperhatikan dampak lingkungan fisik dan sosial. Prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan tersebut pada hakekatnya merupakan pemberdayaan sejati yang terintegrasi, yaitu pemberdayaan manusia seutuhnya agar mampu membangkitkan ketiga daya yang telah dimiliki manusia secara integratif, yaitu daya pembangunan agar tercipta masyarakat yang peduli dengan pembangunan perumahan dan permukiman yang berorietasi pada kelestarian lingkungan, daya sosial agar tercipta masyarakat efektif secara sosial, dan daya ekonomi agar tercipta masyarakat produktif secara ekonomi. Gambaran umum mengenai implementasi prinsip-prinsip universal pembangunan berkelanjutan melalui TRIDAYA ini dapat dilihat pada Gambar 1.3 sebagai berikut: Gambar 1.3. Konsep TRIDAYA Diyakini bahwa pelaksanaan P2KP sebagian besar akan sangat ditentukan oleh individuindividu dari pelaksana, pemanfaat, maupun pelaku-pelaku P2KP lainnya. Oleh karena itu, dengan memberdayakan individu-individu tersebut diharapkan dapat membangun kesadaran kritis dan perubahan perilaku yang positif, mandiri dan merdeka berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan yang universal. Perubahan perilaku individu inilah yang menjadi pilar bagi perubahan perilaku kolektif, sehingga pada akhirnya masyarakat (kumpulan-kumpulan individu yang memiliki kesadaran kritis) mampu membangun dan menumbuhkembangkan keberdayaan masyarakat dalam bidang pembangunan lingkungan, sosial dan ekonomi.. 1.4. KARAKTERISTIK KHAS P2KP Karakteristik khas P2KP yang menyebabkan P2KP berbeda dengan proyek-proyek sejenis yang lain, terletak pada asumsi dasar tentang masyarakat ataupun pemerintah,tantangan, pendekatan dan implementasi sebagai berikut di bawah ini. Membangkitkan daya lingkungan agar tercipta masyarakat pembangunan Membangkitkan daya sosial agar tercipta masyarakat effektif Manusia Pemberdayaan Sejati Membangkitkan daya ekonomi agar tercipta masyarakat yg produktif 1) Asumsí dasar di P2KP Asumsi dasar di P2KP adalah bahwa akar persoalan kemiskinan pada dasarnya terkait erat dengan perilaku/sikap dan cara pandang manusia (individu) atau sifat kemanusiaan seseorang, yang kemudian mempengaruhi perilaku/sikap dan cara pandang secara kolektif (masyarakat) atau prinsip-prinsip hidup bermasyarakat, sebagaimana dijelaskan pada Gambar 1.4. di bawah ini: Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 9

Gambar 1.4. Asumsi Dasar di P2KP Akar Kemiskinan Tumbuh Subur, Karena: Semakin Lunturnya Keadilan... Semakin Lunturnya Kejujuran... Semakin Lunturnya Keikhlasan... Semakin Lunturnya Kepercayaan... Semakin Lunturnya Kepedulian... Semakin Lunturnya Kesatuan... Semakin Lunturnya Kebersamaan dan Solidaritas Sosial... Tegasnya, Karena Semakin Lunturnya Nilai-Nilai Kemanusiaan, Prinsip-Prinsip Kemasyarakatan Dan Pilar-Pilar Pembangunan Berkelanjutan... yang Universal dan Hakiki! P2KP hanya akan Mampu Memberikan Kontribusi bagi Perbaikan Masyarakat Miskin, Apabila: Semakin Pulihnya Keadilan... Semakin Pulihnya Kejujuran... Semakin Pulihnya Keikhlasan... Semakin Pulihnya Kepercayaan... Semakin Pulihnya Kepedulian... Semakin Pulihnya Kesatuan... Semakin Pulihnya Kebersamaan dan Solidaritas Sosial... Tegasnya, Semakin Pulihnya Nilai- Nilai Kemanusiaan, Prinsip-Prinsip Kemasyarakatan serta Pilar-Pilar Pembangunan Berkelanjutan... yang Universal dan Hakiki! 2) Paradigma-Paradigma di P2KP a) Akar Kemiskinan disebabkan oleh memudar serta lunturnya nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan, yang melahirkan ketertutupan, ketidakadilan, keserakahan, mementingkan diri atau golongannya sendiri, ketidakpercayaan, perpecahan, penyimpangan, salah sasaran, mental ketergantungan pada bantuan dll; b) Akar penyebab kemiskinan hanya dapat diselesaikan masyarakat dan pemerintah daerah sendiri melalui perbuatan baik, orientasi kepentingan umum serta kelestarian, oleh orang-orang yang baik dan benar serta yang tulus ikhlas sebagai hasil dari pulihnya kembali nilai-nilai luhur kemanusiaan, prinsip-prinsip universal kemasyarakatan, dan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan. c) Manusia pada dasarnya baik. Di masyarakat maupun pemerintah daerah memiliki banyak tambang-tambang potensi sumber daya dan orang-orang berkualitas yang jujur serta dapat dipercaya dan penuh dengan manusia baik yang sarat dengan nilai-nilai luhur kemanusiaan, akan tetapi kebaikannya tertutup oleh sistem serta tatanan kehidupan di sekitarnya (seperti tambang permata yang belum digali) d) Mendorong masyarakat untuk menggali dan membuka peluang bagi munculnya orang-orang yang jujur, dapat dipercaya, ikhlas, peduli, mampu, dan bertanggungjawab akan lebih menjamin kemajuan masyarakat! e) Tangan di atas lebih baik daripada tangan di bawah. Masyarakat dan pemerintah daerah yang mandiri serta bersifat pemberi adalah lebih baik daripada masyarakat dan pemerintah daerah yang senantiasa meminta dan memiliki mental tergantung pada bantuan pihak luar. f) Dana P2KP digunakan sebaik-baiknya untuk kemanfaatan dan kepentingan perbaikan kesejahteraan masyarakat miskin. Pemanfaatan dana P2KP yang tidak sesuai dengan kemanfaatan bagi masyarakat miskin, atau salah sasaran, hanya akan memberikan andil besar pada Pemiskinan Rakyat. g) Pengambilan keputusan dalam pelaksanaan P2KP di tingkat masyarakat melalui Voting hanya baik dilakukan bila telah tercapai kesamaan pemahaman mengenai persoalan yang dihadapi. Meskipun demikian, keputusan melalui 10 Pedoman Umum

musyawarah mufakat yang dilandasi kesadaran kritis adalah tingkat demokrasi yang terluhur! h) Siapakah yang membangun? Jawabnya hanya satu: Orang-orang yang peduli siapa pun dia, dari suku apa pun dia, dari agama apa pun dia, berasal dari penjuru mana pun dia, laki-laki atau perempuan, tua-muda-atau anak-anak, berpendidikan tinggi atau tidak, dan lainnya. i) Solidaritas sosial harus dibangun diatas nilai-nilai kemanusiaan yang universal (Jujur, Dapat Dipercaya, Adil, dan lainnya) serta prinsip-prinsip kemasyarakatan (transparan, akuntabel, partisipatif, demokratis, dll), sehingga kebenaran tidak akan terkalahkan. j) Yakinlah bahwa: Musuh bersama kemiskinan adalah sifat-sifat buruk kemanusiaan nya, bukan organisasi atau lembaga. Karena itu, suburkanlah sifat-sifat baik kemanusiaan di dalam diri dan lingkungan sekitar kita. k) Bersikap Adil adalah: Memperlakukan orang lain seperti diri sendiri ingin diperlakukan oleh orang lain l) Upaya penanggulangan akar kemiskinan harus dilanjutkan dengan upaya perbaikan kesejahteraan dan tata kehidupan serta lingkungan yang berkelanjutan melalui penumbuh-kembangan prinsip-prinsip pembangunan berkelanjutan (Tridaya). 3) Tantangan Utama Mendorong masyarakat dan pemerintah daerah untuk menemukan orang-orang baik dan benar. Mendorong kemandirian masyarakat dan pemerintah daerah untuk bertumpu pada potensi sumber daya yang dimiliki mereka sendiri dan mengurangi mental ketergantungan pada bantuan dari pihak luar. Dukungan pihak luar hanya sebagai pelengkap (stimulans) potensi yang ada. Mendorong terwujudnya pembangunan berkelanjutan 4) Pendekatan Pemberdayaan sejati, yaitu proses pembelajaran (edukasi) agar mampu menggali nilai-nilai baik yang telah dimiliki manusia dan memberdaya-kannya atau dengan kata lain memulihkan fitrah manusia sesuai dengan harkat dan martabatnya sebagai mahluk ciptaan tertinggi sehingga mampu bertindak secara moral/nurani. Secara sederhana dapat dijelaskan bahwa proyek P2KP ibarat sebuah sekop bagi masyarakat untuk memunculkan orang-orang baik dan benar, dan kemudian mendudukkan-nya pada tempat yang terhormat Pemberdayaan masyarakat, yaitu mengubah skema proyek menjadi tatanan program dari, oleh dan untuk masyarakat. Penguatan Kapasitas Pemerintah Daerah, yaitu melembagakan kemandirian dan keberlanjutan program penanggulangan kemiskinan, melalui proses konsultatif dan Kemitraan sinergis antara pemerintah, masyarakat serta kelompok peduli setempat Pembangunan Berkelanjutan, yaitu melalui Pembangunan daya sosial, daya lingkungan, daya ekonomi (Tridaya) secara proporsional sesuai aspirasi dan kebutuhan riil masyarakat. 5) Implementasi Masyarakat menentukan siapa kelompok sasaran; Masyarakat menentukan kelembagaan yang merepresentasikan nilai-nilai dan prinsip-prinsip universal sebagai pimpinan kolektif mereka dalam membangun kemandirian dan keberlanjutan upaya penanggulangan kemiskinan. Masyarakat merencanakan/menentukan sendiri bagaimana menanggulangi kemiskinan melalui PJM Pronangkis yang disepakati bersama Masyarakat menggalang, memanfaatkan, mengoptimalkan dan mengelola sumber daya yang dimilikinya serta sumber daya luar yang diperolehnya, baik dari sumber daya P2KP, pemerintah daerah maupun sumber daya lainnya (melalui program kemitraan serta channeling program), untuk berlatih mengimplementasikan rencana mereka dalam menanggulangi kemiskinan Masyarakat menentukan bagaimana menata dan membangun lingkungan permukiman yang terpadu, sehat, produktif dan lestari Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 11

Melembagakan Komunitas Pembelajar, baik di tingkat masyarakat kelurahan melalui Komunitas Belajar Kelurahan maupun di tingkat kota/kabupaten dengan Komunitas Belajar Perkotaan. Pemerintah daerah mampu memfungsikan KPK-D dalam menyusun SPK-D dan Pronangkis Kota berbasis aspirasi serta kebutuhan masyarakat. Pemerintah daerah menjalin kemitraan sinergis dengan masyarakat dan kelompok peduli, sejak tahap perencanaan, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi hingga tahap pemeliharaan. 12 Pedoman Umum

Bab II Tujuan, Sasaran dan Strategi 2.1. TUJUAN a) Terbangunnya lembaga masyarakat berbasis nilai-nilai universal kemanusiaan, prinsip-prinsip kemasyarakatan dan berorientasi pembangunan berkelanjutan, yang aspiratif, representatif, mengakar, mampu memberikan pelayanan kepada masyarakat miskin, mampu memperkuat aspirasi/suara masyarakat miskin dalam proses pengambilan keputusan lokal, dan mampu menjadi wadah sinergi masyarakat dalam penyelesaian permasalahan yang ada di wilayahnya; b) Meningkatnya akses bagi masyarakat miskin perkotaan ke pelayanan sosial, prasarana dan sarana serta pendanaan (modal), termasuk membangun kerjasama dan kemitraan sinergi ke berbagai pihak terkait, dengan menciptakan kepercayaan pihak-pihak terkait tersebut terhadap lembaga masyarakat (BKM); c) Mengedepankan peran Pemerintah kota/ kabupaten agar mereka makin mampu memenuhi kebutuhan masyarakat miskin, baik melalui pengokohan Komite Penanggulangan Kemiskinan (KPK) di wilayahnya, maupun kemitraan dengan masyarakat serta kelompok peduli setempat. 2.2. KELOMPOK SASARAN Pada dasarnya, kelompok sasaran P2KP mencakup empat sasaran utama, yakni masyarakat, pemerintah daerah, kelompok Kelompok Sasaran Masyarakat Pemerintah Daerah & KPK Daerah Kelompok Peduli Para Pihak terkait Tabel 2.1. Kelompok Sasaran P2KP Pengembangan Masyarakat & Pemda Masyarakat warga kelurahan peserta P2KP dan BKM /lembaga masyarakat yg mengakar serta KSM Perangkat pemerintah tingkat kota/kab. s/d lurah/kepala desa yg terkait P2KP & anggota KPKD Perorangan / anggota asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, perguruan tinggi, LSM, dsb yg peduli dengan kemiskinan Bank, notaris, auditor publik, media masa (radio, tv, dsb) Komponen Proyek Dana BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) Masyarakat kelurahan pada umumnya dan Warga miskin pd khususnya, menurut kriteria kemiskinan setempat yang disepakati warga, termasuk yg telah lama miskin, yg penghasilannya menjadi tdk berarti karena inflasi, yg kehilangan sumber penghasilannya - - - Dana PAKET BKM/Lembaga masyarakat yang mengakar dan representatif Dinas atau unit pemerintah kota/ kab. yg bermitra dgn BKM/ lembaga masy. yg mengakar Perorangan / anggota asosiasi profesi, asosiasi usaha sejenis, perguruan tinggi, LSM, dsb yg peduli dengan kemiskinan - Proyek Penanggulangan Kemiskinan di Perkotaan 13

2.3. LOKASI SASARAN 2.3.1.Proses Penetapan Lokasi Sasaran P2KP-2 Pada awalnya lokasi sasaran P2KP-2 yang disepakati meliputi 2.227 kelurahan/desa di perkotaan yang tersebar di 79 Kota/Kabupaten. Lokasi sasaran terletak di Pulau Jawa bagian Selatan, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat. Daftar lokasi sasaran tersebut adalah sebagaimana tercantum di dalam buku Pedoman Umum sebelumnya. Namun, sesuai dengan hasil koordinasi interdept dan proyek-proyek lainnya serta adanya pemekaran wilayah administratif di daerah, maka daftar lokasi sasaran tersebut telah direvisi sesuai dengan surat Dir. Bina Teknik, Ditjen. Perumahan dan Permukiman nomor UM.01.11-Ma/252 tanggal 9 Maret 2004 perihal Lokasi Kelurahan Sasaran P2KP-2. Berdasarkan surat tersebut, lokasi sasaran P2KP-2 berubah menjadi 2.058 kelurahan/ desa yang tersebar di 80 Kota/Kabupaten sebagaimana tercantum di dalam buku Pedoman Umum ini. Proyek dilaksanakan dalam dua tahap, yakni tahap I dengan lokasi sasaran meliputi 1.131 kelurahan/desa yang tersebar di 54 Kota/ Kabupaten di wilayah-wilayah luar P. Jawa, yakni Kalimantan, Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat. Sedangkan tahap II dilaksanakan di 927 kelurahan/desa yang tersebar di 26 Kota/Kabupaten di P. Jawa bagian Selatan. Seleksi pemilihan lokasi sasaran tersebut di atas dilakukan dengan menggunakan data dasar yang sama, yakni Podes 2000 yang dipublikasikan oleh Biro Pusat Statistik selaku instansi yang berwenang di bidang statistik (UU No. 16 Tahun 1997). Proses evaluasi pemilihan lokasi sasaran adalah sbb : Langkah 1: Dipilih kecamatan urban/perkotaan (dengan menggunakan kriteria BPS; Kecamatan yang memiliki jumlah kelurahan lebih banyak dari pada jumlah desa) dan ditambah dengan kecamatan yang menjadi ibukota kabupaten, serta keduanya bukan lokasi sasaran Program Pengembangan Kecamatan (PPK) dan bukan lokasi P2KP-1, wilayahwilayah yang memenuhi kriteria di atas, masuk dalam daftar calon kecamatan sasaran P2KP-2; Langkah 2:Berdasarkan skor kemiskinan dengan variabel PODES dan dengan jumlah penduduk kelurahan > 1.000 jiwa, maka disusun peringkat kemiskinan antar kecamatan per kota/kabupaten. Setelah itu, 20 % kecamatan terkaya dikeluarkan dari daftar calon kecamatan sasaran untuk kota/kabupaten yang memiliki 4 atau lebih kecamatan; Langkah 3: Dilakukan konfirmasi daftar calon kecamatan sasaran yang sudah dikeluarkan 20% kecamatan terkaya seperti tersebut di atas dengan surat Direktur Bina Teknik, Direktorat Jenderal Perumahan dan Permukiman, Departemen Kimpraswil kepada seluruh Ketua Bappeda Propinsi yang akan menjadi wilayah P2KP-2; Langkah 4: Masukan yang diperoleh dari kota/kabupaten atau propinsi, diolah kembali dengan menggunakan kriteria bahwa kecamatan yang diusulkan/ ditambahkan bukan merupakan wilayah Program Pengembangan Kecamatan (PPK), dan dibuat peringkat kemiskinan berdasarkan variabel PODES serta dilakukan penyaringan, dengan mengeluarkan 20 % kecamatan terkaya untuk kota/kabupaten yang memiliki 4 atau lebih kecamatan calon lokasi; Langkah 5: Daftar kecamatan ini kemudian dikonsultasikan kepada Pemerintah Daerah pada lokakarya yang dilaksanakan di 13 lokasi di propinsi wilayah P2KP-2 pada tanggal 4 14 Maret 2002, daftar tersebut dikonfirmasi kembali secara langsung dengan seluruh 14 Pedoman Umum