BAB II DATA AWAL PROYEK

dokumen-dokumen yang mirip
LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 TUGAS AKHIR PERANCANGAN SEMESTER II TAHUN 2007/2008. oleh: Alvin Alrachman

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB V HASIL RANCANGAN

1. PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB III ANALISA 3.1 ANALISA TAPAK

AUDITORIUM MUSIK KLASIK DI BANDUNG

PUSAT SENI PERTUNJUKAN DI BANDUNG

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Concert Hall di Jakarta

Nama : Beni Kusuma Atmaja NIM : Kelas : 02 Topik : Ruang Konser

BAB III TEORI PENUNJANG

DAFTAR ISI. BAB II KAJIAN TEORI 2.1.Tinjauan tentang Seni Pertunjukan Pengertian Seni Pertunjukan... 16

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB 5 HASIL RANCANGAN

II.2.2 Fleksibilitas panggung.. 18 II.3 Jenis Pementasan dan Fasilitas 19 II.3.1 konser musik. 19 II.3.2 Latihan Musik II.3.3 Studio Musik Rekam

BAB IV ANALISA PERENCANAAN

LAPORAN PERANCANGAN AR 40Z0 STUDIO TUGAS AKHIR SEMESTER I TAHUN 2007/2008 JAKARTA MUSIC ARENA. oleh: FAHRY ADHITYA PROGRAM STUDI ARSITEKTUR

PUSAT PAGELARAN SENI KONTEMPORER INDONESIA DI YOGYAKARTA

BAB 3 TINJAUAN KHUSUS

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

5. HASIL RANCANGAN. Gambar 47 Perspektif Mata Burung

Universitas Sumatera Utara

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB II TINJAUAN OBJEK RANCANGAN

BAB IV KONSEP 4.1 IDE AWAL

KAJIAN PENERAPAN PRINSIP-PRINSIP AKUSTIK STUDI KASUS: RUANG AUDITORIUM MULTIFUNGSI GEDUNG P1 DAN P2 UNIVERSITAS KRISTEN PETRA

PENERAPAN SISTEM AKUSTIK PADA RUANG AUDITORIUM BALAI SIDANG DI SURAKARTA

GEDUNG PERTUNJUKAN MUSIK DI YOGYAKARTA

ABSTRAK. Penghargaan ini berguna untuk memotivasi mereka menampilkan musik yang terbaik. Dan tolak

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

RUANGAN 9231 GKU TIMUR ITB

BAB V KONSEP 5.1 Konsep Tata Ruang Luar Gambar 5.1 Skema Site Plan

BAB I PENDAHULUAN. Concert : Pagelaran musik atau pementasan musik (Wikipedia, 2015)

BAB VI HASIL RANCANGAN

BAB III DESKRIPSI PROYEK. : Relokasi Pasar Astana Anyar Pasar Festival. : PD Pasar Bermartabat Kota Bandung. : Jl. Astana Anyar

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

lib.archiplan.ugm.ac.id

BAB I PENDAHULUAN. 1 Leslie L.Doelle dan L. Prasetio, Akustik Lingkungan, 1993, hlm. 91

BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG. I.1.1. Latar Belakang Pengadaan Proyek

BAB VI PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Proyek. 1.2 Tujuan Proyek

GEDUNG PAGELARAN MUSIK ROCK DI SURABAYA

UTS TF-3204 AKUSTIK ANALISIS KARAKTERISTIK AKUSTIK GEDUNG AULA BARAT ITB. Oleh. Vebi Gustian

BAB V KONSEP PERANCANGAN

Perancangan Tata Suara Balairung Utama Universitas Kristen Satya Wacana, Salatiga

BAB I PENDAHULUAN. Musik adalah bunyi-bunyian yang berirama 1. Banyak manusia tidak

TUJUAN JENIS KEGIATAN. Latar Belakang Pemilihan OBJEK

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP DAN RANCANGAN RUANG PUBLIK (RUANG TERBUKA)

Penilaian Subjektif Kondisi Akustik di Nusa Indah Theatre, Balai Kartini, Jakarta

BAB 5 KONSEP PERANCANGAN

BAB II DESKRIPSI PROYEK

TUGAS AKHIR BIOSKOP DI SINGARAJA KABUPATEN BULELENG-BALI STUDI AKUSTIK RUANG PERTUNJUKAN FILM BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KATA PENGANTAR. Akhir kata, penulis berharap semoga Laporan ini dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Bandung, 7 Juli 2008.

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK SAUNG ANGKLUNG UDJO. Oleh : Firda Awal Gemilang

SEKOLAH TINGGI SENI TEATER JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III: DATA DAN ANALISA

BAB II TINJAUAN UMUM PROYEK

UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG CONCERT HALL TUGAS AKHIR MERISA DYAH SHAVITRI FAKULTAS TEKNIK PROGRAM STUDI S1 TEKNIK ARSITEKTUR

BAB V LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR STASIUN INTERMODA DI TANGERANG

BAB V PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR

BAB II TINJAUAN OBJEK GEDUNG KESENIAN GDE MANIK SINGARAJA

UJIAN TENGAH SEMESTER TF 3204 AKUSTIK AKUSTIK RUANG PADA GEDUNG INDOOR DAGO TEA HOUSE BANDUNG OLEH: NAMA : SITI WINNY ADYA M NIM:

BAB V. KONSEP PERANCANGAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN V. KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut:

BAB 5 KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dengan lingkungannya yang baru.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB IV KONSEP PERENCAAAN DAN PERANCANGAN

Persepsi Visual Audience pada Penataan Interior Auditorium

SEMARANG CONVENTION CENTER

BAB V KONSEP DAN PROGRAM DASAR PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

melodi dan keharmonisan dari nada dan suara yang disusun '). Seni

menjadi konsep dasar didalam penataan ruang dan juga mengenai analisis akhirnya mendapatkan konsep perencanaan bangunan Batam Music Center.

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan

PENILAIAN KARAKTERISTIK AKUSTIK PADA TEATER TERTUTUP TAMAN BUDAYA (DAGO TEA HOUSE)

BAB III: DATA DAN ANALISA

AKUSTIK ADAPTIF PADA BANGUNAN CONCERT HALL DI JAKARTA

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. 1.2 Pemahaman Judul dan Tema

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. V.1 Konsep Dasar Perencanaan dan Perancangan

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN. dan juga tarian Swan Lake, maka tahap berikutnya adalah menerapkan

THE LAKE CONCERT PARK PENDEKATAN ARSITEKTUR KONSTEKSTUAL TERHADAP LINGKUNGAN SEKITAR TAPAK

BAB IV ANALISA TAPAK

BAB II DESKRIPSI PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. Bambang Herawan ( ) Universitas Sumatera Utara

Fasilitas Komersial (Area Makan Lantai 1) (2)

BAB IV KONSEP PERANCANGAN

UTS TF3204 Akustik. Gedung Gajah, Dago Tea House. Studi Akustik Sederhana Sebuah Ruangan. Program Studi Teknik Fisika Institut Teknologi Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN. Kemajuan dan kejayaan suatu bangsa tidak terlepas dari peranan generasi

GEDUNG ORKESTRA SURABAYA Harmoni

Makalah ini dibuat dalam rangka memenuhi UTS TF 3204 Akustik) Khanestyo

BAB V KONSEP PERANCANGAN

BAB IV KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB V KONSEP PERENCANAAN DAN PERANCANGAN

BAB VI HASIL RANCANGAN

The Via And The Vué Apartment Surabaya. Dyah Tri S

Transkripsi:

BAB II DATA AWAL PROYEK 2.1 LOKASI Kasus proyek Tugas Akhir Perancangan ini adalah Auditorium Musik Bandung. Status proyek ini bersifat fiktif dan berlokasi di Jl. Pelajar-Pejuang dengan luas lahan 12.065 m 2, yang berbatasan dengan Jl. Maskumambang di sisi Timur, Jl. Pelajar-Pejuang di sebelah Barat, Hotel Horison di sebelah Selatan, dan Gedung ABG di sebelah Utara. Gambar II.1 Lokasi Kasus : AUDITORIUM MUSIK DI BANDUNG Tema : Safe Concert Sifat Proyek : Fiktif Pemilik Proyek : Pemerintah daerah Kota Bandung Pemilik Dana : Pemerintah daerah Kota Bandung dengan dukungan dari pihak swasta Lokasi : Jln. Pelajar-Pejuang, Bandung Luas Lahan : ± 12.000m 2 Luas Bangunan : ± 5.662m 2 9

Batas Lahan Perancangan Batas Utara : Gedung ABG Batas Timur : Jln. Maskumambang Batas Selatan : Hotel Horison Batas Barat : Jln. Pelajar Pejuang Peraturan yang Berlaku: KDB : 70% KLB : 2 GSB : 15 m Berdasarkan studi banding dan beberapa literatur yang ada, pemilihan lokasi yang tepat untuk sebuah Auditorium Musik adalah lokasi yang memiliki sarana infrastruktur jalan raya yang dapat menampung kapasitas besar. Hal ini disebabkan karena adanya aktivitas seperti pagelaran musik yang dapat mendatangkan pengunjung dalam jumlah banyak. Diharapkan beban transportasi dalam pusat kota tidak bertambah. Selain itu pula, jalan raya sebagai sarana transportasi utama harus dapat menampung kemungkinan beban kendaraan yang tinggi apabila suatu saat diadakan pagelaran musik. Lebar jalan tersebut haruslah cukup besar, sehingga tidak menimbulkan simpul kemacetan. Pemilihan lokasi seperti ini sangat ideal bagi sebuah Auditorium Musik untuk menarik masyarakat menggunakan fasilitas ini mengingat agar sebuah Auditorium Musik tetap hidup, kegiatan komersial di dalamnya harus terus berlangsung. Lokasi yang dipilih untuk perancangan Auditorium Musik ini tepatnya berada di Jalan Pelajar Pejuang, di sebelah utara Hotel Horison Bandung. Lokasi ini memiliki lahan dengan luas kurang lebih 12.000m². Adanya perluasan ke belakang di masa mendatang pun masih dimungkinkan. Selain itu lokasi ini dipilih karena masih berada di koridor jalan Pelajar Pejuang yang memiliki lebar jalan cukup besar dan ramai dengan kegiatan masyarakat. 10

2.2 PERATURAN DAN STANDAR YANG DIGUNAKAN Sesuai dengan tema yang diajukan, perancangan auditorium ini dilakukan dengan pendekatan fungsi keselamatan bagi para pengguna bangunan. Beberapa peraturan dan standar yang digunakan diperoleh dari pedoman yang dikeluarkan oleh Health and Safety Executive Inggris yaitu The Event Safety Guide. Dalam pedoman ini penulis menyaring bab-bab yang berkaitan dan ada hubungannya dengan kriteria arsitektur. Bab-bab tersebut adalah : Keamanan Kebakaran Dalam perancangan bangunan publik, perhatian terhadap kemungkinan terjadinya kebakaran sangat penting, terutama pada perancangan auditorium ini karena jumlah masa yang terlibat dapat mencapai lebih dari seribu orang. Keamanan akan kebakaran meliputi : 1. Pintu darurat : kebanyakan orang mencari jalan keluar dari tempat mereka masuk, namun pintu darurat diperlukan apabila pintu utama terblokir oleh asap atau api. Lebar pintu ini tidak kurang dari 1,05 m, membuka 90, tahan api dan asap, serta mampu menutup dengan sendiri. Akses menuju pintu tidak lebih dari 30 m. Jalur menuju pintu tidak memakai permukaan yang licin. Terdapat penanda yang jelas dengan ketinggian antara 2 hingga 2,5 m 2. Alat proteksi : fire extinguisher dan selang pemadam. Alat-alat ini disediakan dengan jarak tidak lebih dari 30 m Kapasitas Penentuan kapasitas sebuah auditorium Kepadatan yang dapat diterima, (D) D (Person /m2) = 1 Floor Space Allowance (m2/person) 11

Auditorium dirancang dengan luas 1344m². Dengan adanya fungsi penunjang seperti : - pemeriksaan tiket = 72m² - ruang kontrol = 54m² - toilet = 64m² - panggung = 128m² Total : 318m² Maka luas yang dapat dipakai (a) : 1344-318 = 1026m² Standar luasan perorang = 1,2m² Sehingga : d = 1/1,2 x a 0,83 x 1026 = 851 orang Untuk mengantisipasi kelebihan pemakai standar luas perorang dapat diturunkan maksimal hingga 0,5m²/orang Penentuan lebar pintu berdasar flow capacity D (Person /m2) = 1 Floor Space Allowance (m2/person) (Sumber: The Event Safety Guide) Dimana standar (f) yang digunakan adalah 60 ; (t) yang digunakan adalah 2,5 ; lebar perorang 0,55 m² ; lebar pintu yang dirancang 6,7m Apabila kapasitas lantai dasar 851 orang dan penonton yang berada di balkon 200 orang, maka total menjadi 1051 orang. Untuk antisipasi lebar pintu harus dapat menampung lebih dari 1051 orang. Sehingga : flow capacity = 6,7/0,55 x 60 x 2,5 = 1827 orang Untuk itu lebar pintu yang dirancang telah memenuhi syarat karena dapat menampung lebih dari kapasitas standar 1051 orang 12

Barrier Gambar II.2 Barrier (Sumber: The Event Safety Guide) Barrier merupakan sebuah solusi untuk mengendalikan perilaku penonton pada saat menonton konser. Untuk itu penonton di cluster (kelompok) dalam sebuah barrier atau pagar pengaman. Tiap kelompok ini dikelilingi oleh jalur sirkulasi untuk memudahkan pencapaian. Salah satu perusahaan yang memproduks barrier ini adalah Mojo barrier. Melalui penelitian dan pengalaman,konfigurasi yang paling baik adalah berupa kotak-kotak yang dikelilingi oleh jalur sirkulasi. Efek Khusus Gambar II.3 Konfigurasi Barrier (Sumber: The Event Safety Guide) Efek khusus yang akan digunakan pada bangunan auditorium ini adalah fog machine dan pyrotechnic. Kedua efek khusus ini berada 13

diatas panggung dan jarak antar panggung tertinggi dengan ceiling tidak kurang dari 3m. Alat ini dioperasikan pada sebuah ruang kontrol dengan luasan tidak kurang dari 6m² oleh seorang operator, yang dapat dibantu oleh beberapa orang yang berada di sekitar alat. Dalam ruang kontrol ini harus dapat melihat alat, sehingga dapat dipastikan tidak ada orang yang berada di dekat alat. Instalasi Peralatan Elektrik Ruang-ruang kontrol elektrikal harus disediakan untuk memudahkan pengoperasian.kabel-kabel yang digunakan dalam operasional harus berada diatas 5,8m dari tanah. Daya yang dikonsumsi dalam auditorium ini mencapai 8-10kw. Angka ini merupakan rata-rata daya yang digunakan pada sebuah konser indoor berskala menengah (1000-2000 orang) Pengeras suara yang digunakan harus memiliki jarak minimal 3m dari penonton terdepan (terdekat dari panggung) 2.3 PEMAHAMAN UNTUK TIPOLOGI BANGUNAN 2.3.1 Auditorium Definisi mengenai auditorium diantaranya sebagai berikut : 1. An auditorium is the area within a theatre, concert hall or other performance space where the audience comes to see the show and to hear the show. It wants a maximum comfort, a minimum of distraction, and complete safety (Harold Burris- Meyer,1949:1) 2 Auditorium adalah area penonton pertunjukan duduk untuk mendengarkan dan menonton pertunjukan. ( Kate Pickard,2008:361) 14

Bangunan auditorium memiliki persyaratan bentuk panggung yang didasarkan pada kapasitas yang akan diakomodasi. Menurut fungsi yang diakomodasi auditorium dibagi menjadi : 1. Auditorium frontal tetap : tidak dapat berubah dengan mudah 2. Auditorium frontal semi fleksibel : dapat berubah komposisi tempat duduknya 3. Auditorium konvertibel : memiliki kemampuan berbagai macam konfigurasi auditorium 4. Auditorium bebas : memberi kebebasan konfigurasi 5. Auditorium multi fungsi : fleksibilitas aktifitas dan fungsi 6. Outdoor : Menyatukan penonton, pemain, dan lingkungan Sedangkan menurut bentuk auditorium dibagi menjadi : 1. Proscenium, panggung pertunjukan manghadap penonton pada satu sisinya, dan penonton melihat panggung melalui suatu bingkai arsitektural 2. Arena, letak panggung berada di tengah-tengah dan dikelilingi penonton pada keempat sisinya. 3. Open thrust, bentuk dasar proscenium yang dibuat menjorok ke arah penonton sehingga penonton mengelilingi dari 3 sisi. 4. Multiform, memiliki kemampuan untuk merubah bentuk panggung dan susunan auditoriumnya. 5. Mulitiuse, suatu bentuk auditorium yang kosong tanpa panggung dan tempat duduk permanen.*) (*Sumber : Harold Burris-Meyer & Edward C.Cole, Theatres and Auditoriums, 1949:5) 15

2.3.2 Musik Pengertian musik menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah ilmu atau seni menyusun nada atau suara dalam urutan kombinasi dan hubungan temporal yang menghasilkan komposisi yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan. Adapun pengertian lain, yaitu Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan. (Poerwadaminta) Nada atau suara yang disusun sedemikian rupa sehingga mengandung irama lagu dan keharmonisan. 2.3.3 Auditorium Musik Bandung Gedung konser diberi nama Auditorium Musik untuk menunjukkan bahwa gedung ini adalah tempat orang duduk mendengarkan dan menonton pertunjukan musik itu sendiri. Auditorium Musik merupakan sarana untuk mengapresiasikan hasil karya musik kepada masyarakat. Selain itu pula masyarakat dapat menikmati hasil karya musik tersebut dengan fasilitas yang memadai sehingga tercipta sebuah kenyamanan yang selama ini kurang diperhatikan. Fasilitas auditorium diposisikan sebagai daya tarik utama bangunan (anchor facilities). Auditorium memiliki fungsi yang sangat spesifik, yang dikhususkan untuk mewadahi kegiatan penyelenggaraan pertunjukan musik Auditorium sebagai fasilitas utama yang ditunjang dengan berbagai fasilitas hiburan dan komersial lainnya seperti restoran, toko, studio, dan kantor. Restoran adalah suatu tempat yang diorganisasi secara komersial, yang menyelenggarakan pelayanan dengan baik kepada semua tamunya baik 16

berupa makan maupun minum. Fasilitas restoran merupakan fasilitas yang dapat menarik bagi konsumen dan menjadi fasilitas primer bagi semua kalangan karena semua orang membutuhkan tempat makan dengan berbagai keperluan lainnya. Fasilitas ini dapat pula menjadi daya tarik pengunjung selain auditorium. Fasilitas kantor merupakan fasilitas pendukung sehingga fasilitas lain yang ada dapat dimanfaatkan secara maksimal dengan adanya kegiatan bisnis yang berkaitan. Fasilitas toko merupakan fasilitas pendukung dimana kegiatan bisnis terjadi dan dispesifikan dengan bidang musik. Fasilitas studio merupakan fasilitas pendukung, dimana pengunjung dapat mengapresiasikan kemampuan musikalitas mereka dan berinteraksi sosial dengan sesama pelaku musik. 2.4 TINJAUAN TEORI 2.4.1 Spesifikasi peruntukan pada auditorium Auditorium bukan hanya ruang yang digunakan untuk pertunjukan musik, namun bisa juga berfungsi sebagai ruang pidato/pertemuan, ruang drama/teater atau ruang serbaguna. Masing-masing memiliki standar nilai akustik murni yang berbeda-beda. Namun seperti judul kasus ini maka kriteria dan persyaratan auditorium yang akan digunakan sebagai bahan acuan adalah auditorium yang diperuntukkan pertunjukan musik. Secara umum, pemintakatan interior auditorium adalah daerah penonton, daerah penampil, daerah latar belakang panggung, serta areal ganti penampil. Pemintakatan seperti ini sudah awam sejak pertunjukan masa Romawi kuno. Pada ruang tertutup ada dua hal mendasar yang harus dipahami yaitu sound-reflecting dan sound-absorbtion. Peletakan material dan bentuk 17

yang tepat sehingga kedua faktor ini menjadi optimal akan menciptakan ruang dengar yang nyaman baik bagi penonton maupun penampil. Istilah yang sering digunakan untuk mengukur tingkat kenyamanan audial ini disebut reverberation time (RT) atau waktu dengung. Waktu dengung yang baik untuk auditorium tergantung pada peruntukannya. Apakah untuk ruang pertunjukan musik, ruang opera, ruang pidato/pertemuan, ruang drama/teater atau ruang serbaguna. Selain dari peruntukan, karakterisitik dengung optimum suatu ruang juga tergantung pada volume ruang. Optimasi yang terjadi maksudnya : Karakteristik waktu dengung terhadap frekuensi yang disukai. Perbandingan bunyi pantul terhadap bunyi langsung yang tiba di penonton menguntungkan Pertumbuhan dan peluruhan bunyi berada pada kondisi yang optimum. Waktu dengung ini tidak begitu berperan dalam menentukan bentuk auditorium yang akan dipilih, namun penting untuk menentukan luasan ruang yang akan dirancang. Dengan mengikuti saran sesuai tabel, maka penanganan teknis detail material lantai, dinding, material nantinya akan lebih mudah karena secara volume, ruang yang bersangkutan sudah memiliki proporsi yang memungkinkan untuk mempunyai akustik murni yang baik.*) (*Sumber : Leslie L. Doyle,1986:22) 18

Diagram II.1 Tingkat waktu dengung yang berbeda pada peruntukan auditorium yang berbeda ( Sumber : Akustik lingkungan hal.34 ) Diagram II.2 Hubungan volume per tempat duduk dengan optimasi waktu dengung ( Sumber : Akustik lingkungan hal.37 ) 2.4.2 Dinding Karakteristik dinding bisa dibagi menjadi 2 yaitu dinding penyerap dan dinding pemantul. Dinding pemantul adalah dinding yang diberi soundreflecting dan diffusing dengan ketidakteraturan sebanyak mungkin. Dengan banyaknya permukaan tidak teratur dengan ukuran yang cukup, maka kondisi mendengar pada ruang dengan RT yang panjang, seperti ruang untuk pertunjukan musik contohnya, menjadi lebih baik. Dinding 19

penyerap adalah dinding yang diolah sedemikian rupa untuk mengurangi kemungkinan suara pantul. Biasanya dinding yang digunakan pada ruang pertunjukan musik adalah dinding pemantul. Gambar II.4 Permukaan dinding penyerap ( Sumber : Akustik lingkungan hal.56 ) 2.5 KRITERIA PERANCANGAN Tema perancangan Auditorium Musik ini ialah Safe Concert dimana selain desainnya didasarkan kebutuhan fungsional dan akustik, kriteria keamanan menjadi perhatian penting untuk mengurangi kecelakaan yang mungkin dapat terjadi. Sedangkan untuk konsep bangunan mengambil unsur-unsur yang berhubungan dengan musik rock, seperti penciptaan kesan bangunan yang keras sebagai analogi dari kerasnya musik rock 20