BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

Tabel 6. Hasil Pendugaaan Faktor Penentu Produktivitas Kelapa Sawit

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

1BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. yang penting di Indonesia dan memiliki prospek pengembangan yang cukup

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

HASIL DAN PEMBAHASAN Metode Pewarnaan Blok

TINJAUAN PUSTAKA. produksi dan mutu kelapa sawit mengingat tanaman kelapa sawit baru akan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. antara hasil keluaran dan masukan (output dan input). Adapun berbagai macam

PEMBAHASAN. Komponen Produksi (Faktor Pengali Produksi)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... v. DAFTAR TABEL... ix. DAFTAR GAMBAR...

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PEMBAHASAN Manajemen Panen Teluk Siak Estate

KONDISI UMUM LOKASI MAGANG

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Pemupukan

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

METODE MAGANG. Tempat dan Waktu

TINJAUAN PUSTAKA. Faktor Lingkungan Tumbuh Kelapa Sawit

INOVASI TEKNOLOGI KOMPOS PRODUK SAMPING KELAPA SAWIT

TINJAUAN PUSTAKA Akar Tanaman Kelapa Sawit Ekologi Kelapa Sawit

TINJAUAN PUSTAKA. Di Indonesia umumnya jahe ditanam pada ketinggian meter di

BAB I PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan komoditas perkebunan unggulan

III KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. PT. Suryaraya Lestari 1 merupakan salah satu industri berskala besar yang

I. PENDAHULUAN. Tanaman jagung manis merupakan tanaman yang sangat responsif terhadap

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Dalam 5 tahun terakhir produksi nasional kedelai tergolong rendah berkisar 600-

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA Produktivitas Tanaman Kelapa Sawit Potensi produksi tanaman kelapa sawit ditentukan oleh beberapa faktor sebagai berikut.

KEADAAN UMUM Letak Wilayah Administratif Keadaan Iklim dan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. dalam realita ekonomi dan sosial masyarakat di banyak wilayah di Indonesia.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN Kualitas Lahan

TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Botani Kelapa Sawit

BAB 4 ANALISIS DAN BAHASAN. Pada bab ini, akan disajikan penjelasan mengenai analisis data dan

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG. Lokasi Kebun

Produktivitas Optimal PENDAHULUAN 13/07/2017 PT PADASA ENAM UTAMA. Bahan Tanaman. Manajemen Kebun. Oleh: Lambok Siahaan.

BAB I PROFIL PERUSAHAAN

I. PENDAHULUAN. Komoditas tanaman pangan yang sangat penting dan strategis kedudukannya

BAB I. PENDAHULUAN A.

X. KESIMPULAN DAN SARAN

PELUANG DAN PROSPEK BISNIS KELAPA SAWIT DI INDONESIA

KAJIAN KEMAMPUAN EKONOMI PETANI DALAM PELAKSANAAN PEREMAJAAN KEBUN KELAPA SAWIT DI KECAMATAN SUNGAI BAHAR KABUPATEN MUARO JAMBI

LAPORAN MONITORING INTERNAL PROGRAM INSENTIF PKPP TAHUN 2012 TAHAP I. 1. Lokus : Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Sumatera Selatan

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memiliki potensi sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia.

PENDAHULUAN. Latar Belakang. (pada tahun 2000) dan produksi rata-rata 1,4 ton/ha untuk perkebunan rakyat dan

Latar Belakang. meluasnya deforestasi. Di samping itu, lahan juga dapat menjadi kritis karena

KEADAAN UMUM. Letak Wilayah Administratif

TINJAUAN PUSTAKA Botani Kelapa Sawit

KEADAAN UMUM LOKASI MAGANG

I. PENDAHULUAN. tinggi perlu didukung oleh ketersediaan hijauan yang cukup dan kontinyu. Tetapi

Disampaikan oleh : Edison P. Sihombing dan Dimas H. Pamungkas

KONDISI UMUM KEBUN. Letak Geografis Kebun. Keadaan Iklim dan Tanah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB III PEMBAHASAN. telah mengembangkan konsep biaya menurut kebutuhan mereka masing-masing. akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.

KAJIAN KESENJANGAN GAP PRODUKTIVITAS KELAPA SAWIT PADA KELAS KESESUAIAN LAHAN S2 DI AFDELING I KEBUN PAYA PINANG PT. PAYA PINANG GROUP.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat besar dalam menyerap tenaga kerja di Indonesia. masak, minyak industri, maupun bahan bakar (biodiesel).

BAB I PENDAHULUAN Indonesia menguasai ekspor pasar minyak sawit mentah dunia sebesar

Gambar 8. Citra ALOS AVNIR-2 dengan Citra Komposit RGB 321

Seminar Nasional BKS PTN Barat Manurung et al.: Implementasi Pemupukan Kelapa Sawit 643 Bandar Lampung, Agustus 2014

TEKNOLOGI PEMUPUKAN TANAMAN KAKAO. Oleh. Ir. Azri, MSi.

LAPORAN KEMAJUAN TAHAP II PROGRAM INSENTIF PKPP KAJIAN PENGELOLAAN HARA DI PERKEBUNAN KELAPA SAWIT BERBASIS EFISIENSI PEMUPUKAN

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i. KATA PENGANTAR... iii. UCAPAN TERIMA KASIH... iv. DAFTAR ISI... vii. DAFTAR TABEL... xi. DAFTAR GAMBAR...

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PEMBAHASAN Penetapan Target

I. PENDAHULUAN. atau jamu. Selain itu cabai juga memiliki kandungan gizi yang cukup

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman Kelapa sawit dapat diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom:

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian khususnya subsektor perkebunan merupakan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Desa Pandu Senjaya merupakan wilayah dengan potensi pengembangan

III KERANGKA PEMIKIRAN

KAJIAN KORELASI KARAKTERISTIK AGROEKOLOGI TERHADAP PRODUKSI KELAPA SAWIT DAN KARET DI PROVINSI LAMPUNG

DAFTAR ISI. ABSTRAK... i KATA PENGANTAR... ii DAFTAR ISI... v DAFTAR TABEL... ix DAFTAR GAMBAR... xiii

PENGARUH PEMBERIAN NITROGEN DAN KOMPOS TERHADAP KOMPONEN PERTUMBUHAN TANAMAN LIDAH BUAYA (Aloe vera)

I. PENDAHULUAN. Untuk tingkat produktivitas rata-rata kopi Indonesia saat ini sebesar 792 kg/ha

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tabel 14 Kebutuhan aktor dalam agroindustri biodiesel

TINJAUAN PUSTAKA Botani Tanaman Kelapa Sawit

VI. REKOMENDASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang

I. PENDAHULUAN. Tanaman kacang hijau (Vigna radiata L.) sampai saat ini masih merupakan

PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem,

KEADAAN UMUM. Letak Geografi

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kedelai (Glycine max L.) merupakan tanaman pangan yang penting sebagai

TEBU. (Saccharum officinarum L).

TINJAUAN PUSTAKA. Teknis Panen

I. PENDAHULUAN. bercocok tanam. Berdasarkan luas lahan dan keragaman agroekosistem, peluang

REKOMENDASI PEMUPUKAN TANAMAN KEDELAI PADA BERBAGAI TIPE PENGGUNAAN LAHAN. Disusun oleh: Tim Balai Penelitian Tanah, Bogor

TINJAUAN PUSTAKA. kehidupan rakyat, dan pembangunan dijalankan untuk meningkatkan produksi dan

2015 KAJIAN PENGARUH APLIKASI BIONUTRIEN S267 TERHADAP PRODUKTIVITAS TANAMAN KELAPA SAWIT TM-08

BAB I PENDAHULUAN an. Namun seiring dengan semakin menurunnya produktivitas gula

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1. Produktivitas Produktivitas mengandung pengertian perbandingan hasil yang dicapai (output) dengan keseluruhan sumberdaya yang digunakan (input). Menurut Dewan Produktivitas Nasional dapat didefinisikan dari segi ekonomis (finansial) dan teknis. 2.1.1. Secara Ekonomis Produktivitas merupakan usaha memperoleh hasil yang sebesar-besarnya dengan pengorbanan sumber daya yang sekecilkecilnya. Produktivitas secara finansial adalah pengukuran produktivitas atas output dan input yang dikuantifikasi. 2.1.2. Secara Teknis Pengertian produktivitas secara teknis adalah pengertian efisiensi produksi terutama dalam pemakaian ilmu dan teknologi. Produktivitas diformulasikan sebagai rasio output terhadap input (output/input). Jadi produktivitas merupakan pembagian nilai dari output produksi terhadap biaya input produksi. 8

9 Produktivitas = Output Input 2.2. Konsep Dasar Produktivitas Sistem produksi modern selalu melibatkan komponen struktural dan fungsional, seperti modal, bahan baku (material), prosedur, mesin, sumber daya manusia, informasi dan lain lain. Menurut Gaspersz (2000) sistem produksi memiliki beberapa karakteristik sebagai berikut : 1. Mempunyai komponen komponen atau elemen elemen yang saling berkaitan satu sama lain dan membentuk struktural yang utuh. Hal ini berkaitan dengan komponen struktural yang membangun sistem produksi. 2. Mempunyai tujuan yang mendasari keberadaannya, yaitu menghasilkan produk (barang atau jasa) berkualitas yang dapat dijual dengan harga kompetitif di pasar. 3. Mempunyai aktivitas berupa proses transformasi nilai tambah input menjadi output secara efektif dan efisien. 4. Mempunyai mekanisme yang mengendalikan pengoperasiannya berupa optimasi pengalokasian sumber daya. Produktivitas tidak sama dengan produksi, tetapi produksi, performasi kualitas merupakan komponen dari usaha produktivitas. Apabila ukuran keberhasilan produksi hanya dipandang dari sisi output, maka produktivitas dipandang dari dua sisi sekaligus, yaitu : sisi input dan sisi ouput. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa produktivitas

10 berkaitan dengan efisiensi penggunaan input dalam memproduksi output. Selain itu produktivitas juga merupakan suatu kombinasi dari efektivitas dan efisiensi, sehingga produktivitas dapat diukur berdasarkan pengukuran berikut : Produktivitas = Output yang dihasilkan Input yang dipergunakan = Pencapaian tujuan Penggunaan sumber daya = Efektivitas Efisiensi 2.3. Faktor faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Secara Umum Beberapa terdapat faktor faktor yang mempengaruhi naik turunnya produktivitas menurut Sinungan (2005), yaitu : 2.3.1. Investasi Komponen pokok dari investasi ialah modal, karena modal merupakan landasan gerak suatu usaha. Namun dalam melakukan investasi juga diperlukan komponen teknologi yang mampu mendukung kemajuan perusahaan. Besar kecilnya investasi akan menentukan modal usaha dan hal ini akan berpengaruh terhadap promosi produk dan market share atau penggunaan kapasitas.

11 2.3.2. Manajemen Kelompok manajemen dalam organisasi bertugas pokok menggerakkan orang lain untuk bekerja sedemikian rupa sehingga tujuan dapat tercapai dengan baik. Hal hal yang dihadapi dalam manajemen, terutama dalam organisasi modern, ialah semakin cepatnya cara kerja sebagai pengaruh langsung dari kemajuan kemajuan yang diperoleh dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi yang mempengaruhi seluruh aspek organisasi seperti proses produksi, distribusi, pemasaran dan lain lain. Kemajuan teknologi yang berjalan cepat maka harus diimbangi dengan proses yang terus-menerus melalui pengembangan sumber daya manusia, yakni melalui pendidikan dan pengembangan. Dari pendidikan, latihan dan pengembangan tersebut maka antara lain akan menghasilkan tenaga skill yang menguasai aspek aspek teknis dan aspek aspek manajerial. Aspek Aspek tersebut, yaitu : 1. Technical Skill Tenaga yang mempunyai standarisasi tertentu, terampil dan ahli dibidang teknis. 2. Managerial Skill Kemampuan dan keterampilan dalam bidang manajemen tertentu, mampu mengadakan atau melakukan kegiatan kegiatan analisa kuantitatif dan kualitatif dalam memecahkan masalah malasah yang dihadapi organiosasi.

12 3. Tenaga Kerja Hal hal yang harus diperhatikan dalam kaitannya dengan faktor faktor tenaga kerja ialah : a) Motivasi pengabdian, disiplin, etos kerja produktivitas dan masa depannya. b) Hubungan industrial yang serasi dan harmonis dalam suasana keterbukaan. Menurut Sinungan (2005) produktivitas tenaga atau alat dalam menyelesaikan suatu pekerjaan dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain sebagai berikut : a) Kondisi pekerjaan dan lingkungan b) Keterampilan tenaga kerja/kapasitas alat c) Motivasi tenaga kerja/operator d) Cara kerja (Metode) e) Manajemen (Sumber Daya Manusia dan Alat) 2.4. Pengukuran Produktivitas Pengukuran produktivitas selama ini cenderung lebih banyak mengacu kepada suatu poses produksi yang bersifat fisik, yaitu dengan melakukan konversi terhadap sumber daya ke dalam bentuk nilai mata uang. Konsep ini sesungguhnya belum memadai sebagai indikator ekonomi yang dapat menjelaskan bagaimana proses ekonomi berjalan dengan baik, terutama dalam hal pemanfaatan sumber daya yang ada. Ada kalanya terdapat masukan dan juga keluaran yang sulit dikonversikan ke

13 dalam nilai mata uang, tetapi mempunyai peranan penting dalam penentuan tingkat produkivitas. Masukan ini dikenal dengan istilah masukan bayangan (invisible input). Masukan bayangan mencangkup aspek manajemen dan organisasi, tingkat pendidikan atau pengetahuan, kemampuan teknis, metodologi kerja, sistem insentif, motivasi kerja, lingkungan kerja, dan sebagainya. Di samping masukan yang sulit diukur secara eksak dalam bentuk nyata dan kuantitatif, pengukuran produktivitas juga menemui kendala dalam kaitannya dengan adanya keluaran yang sulit diukur dengan jelas. Keluaran organisasi pemerintah, yayasan yayasan yang menyediakan produk jasa pelayanan, seperti pelayanan pendidikan, kesehatan, keamanan, aktivitas kemanusiaan, dan sebagainya sulit untuk diukur dengan jelas. Sampai sekarang ini yang paling banyak dipakai sebagai faktor pengukuran produktivitas adalah tenaga kerja. Indeks produktivitas tenaga kerja pada umumnya diukur dengan menghitung jumlah keluaran per jumlah tenaga kerja. Konsep pengukuran produktivitas di sini mengacu kepada suatu proses produksi yang bertujuan untuk mengukur prestasi organisasi dalam lingkungan fisik, yaitu mengukur efisiensi organisasi dalam mentransformasikan sumber daya sumber daya fisik menjadi keluaran fisik. Dalam proses pengukuran ini, untuk menghasilkan keluaran diperlukan lebih dari satu macam masukan. Sehingga terdapat dua macam pengukuran produktivitas, yaitu partial productivity (produktivitas parsial), multifactor productivity (produktivitas multifaktor), dan total productivity (produktivitas total).

14 Produktivitas parsial adalah rasio antara keluaran dengan salah satu masukan saja. Misalkan yang dihitung hanya tenaga kerja atau modal atau bahan baku saja. Produktivitas multifaktor adalah rasio antara keluaran dengan lebih dari satu macam sumber daya. Sedangkan produktivitas total adalah rasio antara keluaran dengan semua masukan. Di samping macam macam pengukuran produktivitas seperti tersebut diatas, ada yang membagi pengukuran produktivitas menjadi dua kategori, yaitu rasio produktivitas statis dan indeks produktivitas dinamis. Rasio produktivitas statis adalah perbandingan keluaran dengan masukan pada periode waktu yang sama. Sedang indeks produktivitas dinamis merupakan indeks yang menggambarkan perubahan tingkat produktivitas dari satu periode ke periode berikutnya. Indeks Produktivitas Tenaga Kerja = Output yang dihasilkan Jumlah tenaga kerja 2.5. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Produktivitas Kelapa Sawit Secara umum produktivitas kelapa sawit dipengaruhi oleh beberapa faktor yang dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu : 2.5.1. Manusia (Pekerja) Tenaga kerja dalam perkebunan kelapa sawit merupakan sumber daya paling penting, karena berperan utama dalam penggerak kegiatan opersionalnya. Tenaga kerja di perkebunan kelapa sawit yang paling berperan penting adalah tenaga kerja yang memiliki scope pekerjaan untuk kegiatan pemupukan dan panen.

15 a) Kegiatan Pemupukan Manusia (pekerja) merupakan faktor utama yang menentukan pemupukan yang berkualitas. Berjalan atau tidaknya apalikasi pemupukan di lapangan tergantung pada ketersediaan pekerja. Untuk menghasilkan pemupukan yang berkualitas untuk meningkatkan produktivitas kelapa sawit, setiap pekerja harus bekerja seoptimal mungkin dengan efektif, efisien dan produktitivitas yang tinggi. Basic atau dasar untuk bekerja dengan optimal dalam melakukan aplikasi pemupukan yang diperlukan oleh setiap pekerja adalah pengetahuan tentang teknis pemupukan yang berkualitas, fokus pada keberhasilan proses pemupukan dan standar opersional atau norma jumlah pekerja untuk melakukan aplikasi pemupukan dalam luasan 1 Ha (0,04 Hk/Ha). Dengan adanya pengetahuan yang menjadi dasar aplikasi pemupukan maka para pekerja mempunyai gambaran bagaimana agar target pemupukan dapat tercapai dengan kinerja yang optimal. b) Kegiatan Panen Kelancaran kegiatan pemanenan tidak terlepas dari faktor tenaga kerja, yaitu tenaga pemanen. Kualitas dan kuantitas TBS yang dipanen dipengaruhi oleh pemanen. Banyaknya tenaga pemanen yang diperlukan pada perkebunan kelapa sawit berbeda beda antara satu kebun

16 dengan kebun lainnya. Hal ini tergantung pada luasan hancak (kappel) yang di panen, kerapatan panen, BJR buah, populasi tanaman/ha, kapasitas panen/hk, jumlah hari kerja dan lain lain. Kebutuhan tenaga kerja pada semester I lebih sedikit daripada semester II. Hal ini disebabkan kerapatan buah pada semester I lebih rendah dibandingkan pada semester II. Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan dapat dilihat dari ITK kebun. ITK merupakan kebutuhan tenaga kerja per satuan luas (ha). ITK yang digunakan di SBHE adalah 0,06 yang berarti dalam 1 ha luas areal panen membutuhkan tenaga pemanen sebanyak 6 orang untuk setiap harinya. 2.5.2. Material a) Sumber bibit Sumber bibit merupakan salah satu faktor yang memperngaruhi produktivitas berdasar sifat genetik. Sifat genetic pada sumber bibit yang unggul akan mampu menghasilkan produktivitas kelapa sawit yang tinggi. Pada umumnya bibit yang memiliki potensi produktivitas yang tinggi berasal dari persilangan antar sumber bibit jenis dura dan pesifera serta produsen yang memproduksi bibit tersebut. Hasil dari persilangan kedua jenis bibit tersebut

17 adalah tenera yang memiliki potensi produktivitas yang cukup tinggi. Potensi produktivitas kelapa sawit dari setiap produsen disajikan pada Tabel 2.1. Gambar 2.1. Jenis/Varietas Buah Kelapa Sawit Tabel 2.1. Potensi Produksi Per Produsen No. Deskripsi Produsen PPKS Socfindo Lonsum 1 Umur mulai dipanen (bulan) 28 24 30 2 Jumlah tandan/pohon/tahun 13 10 13 3 Rata - rata berat tandan (kg) 19.2 22.3 23.5 4 Produksi minyak (ton/ha/tahun) 7.53 7.4 7.6 5 Ekstraksi minyak 26.5 26.8 26.4 6 Esktraksi inti 4.2 4.2 4.3 Sumber : Buku Panduan Lengkap Kelapa Sawit oleh Iyung Pahan-2008 b) Pupuk Kegiatan pemupukan di usaha perkebunan kelapa sawit sangat memegang peranan penting dalam keberhasilan dan produktivitas tanaman yang diusahakan. Pemupukan juga merupakan investasi biaya yang terbesar

18 dalam bidang usaha perkebunan. Oleh sebab itu, pemupukan harus dilakukan secara benar, tepat sasaran dan mempunyai manfaat yang optimal bagi pertumbuhan tanaman. Pemupukan yang berkualitas akan mampu mendorong dan meningkatkan produktivitas kelapa sawit. Ada lima faktor utama yang mempengaruhi pemupukan yang berkualitas, yaitu 1) Tepat Jenis, 2) Tepat Dosis, 3) Tepat Waktu, 4) Tepat Cara dan 5) Tepat Tempat). 2.5.3. Mesin Dalam perkebunan kelapa sawit, peralatan yang digunakan berpengaruh pada produktivitas kelapa sawit, khususnya pada peralatan yang digunakan dalam kegiatan pemupukan. Peralatan yang digunakan dalam aplikasi pemupukan yang menjadi fokus utama adalah takaran pupuk. Takaran merupakan tempat yang dijadikan ukuran banyak sedikitnya pupuk yang diberikan ke pokok kelapa sawit. Ukuran takaran pupuk harus sesuai dengan standar yang telah ditentukan dan sesuai dengan dosisi pupuk yang telah direkomendasikan. Apabila dianalisa lebih mendalam, takaran merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pemupukan berkualitas dengan tujuan meningkatkan produktivitas yang tinggi dari sisi pemberian pupuk yang tepat sesuai dengan kebutuhan pupuk dari pokok kelapa sawit. Pemberian pupuk yang tepat sesuai dengan

19 kebutuhan pokok kelapa sawit akan dapat meningkatkan produktivitasnya. Namun apabila kurang atau berlebih dalam pemberian pupuk maka produktivitas pokok kelapa sawit akan turun. 2.5.4. Kondisi Lingkungan a) Kondisi Iklim Kelapa sawit dapat tumbuh dengan baik pada daerah tropika basah di sekitar lintang utara selatan 12 o pada ketinggian 0 500 mdpal. Faktor iklim sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan, produksi dan produktivitas kelapa sawit. Menurut Fauzi et al. (2008) tanaman kelapa sawit memerlukan suhu optimum, yaitu sekitar 24 28 o C dan tertinggi 32 o C.Suhu berpengaruh terhadap masa pembungaan dan kematangan buah. b) Curah Hujan Menurut Mangoensoekarjo (2007) curah hujan optimal untuk tanaman kelapa sawit adalah 1.250 2.500 mm/tahun dengan distribusi merata sepanjang tahun serta tidak terdapat bulan kering berkepanjangan dengan curah hujan di bawah 120 mm dan tidak terdapat bulan basah dengan hujan lebih dari 20 hari.

20 c) Umur Tanaman Tinggi rendahnya produktivitas tanaman kelapa sawit dipengaruhi oleh komposisi umur tanaman. Lubis (1992) menyatakan bahwa produktivitas maksimal tanaman kelapa sawit dapat dicapai ketika tanaman berumur 7 11 tahun. Menurut pahan (2008) produktivitas optimal dapat dicapai saat rata rata umur tanaman 15 tahun. Acuan penentuan batasan 15 tahun didasarkan pada umur 15 tahun akan tercapai produksi puncak. d) Kemiringan Lereng Kondisi lahan yang ideal untuk kelapa sawit adalah yang memiliki tanah yang subur dan gembur, ph antar 5,0 sampai 5,5, kedalaman efektif yang tanpa ada lapisan padas, serta kelerangan antara 0 sampai 15 % (Setyamidjaja, 1993). Ketinggian tempat yang dikehendaki tanaman kelapa sawit adalah antara 0 sampai 400 m dari permukaan laut (Sugiyono et al., 2003). Karakteristik fisik lahan merupakan faktor penting dalam budidaya tanaman kelapa sawit. Lahan yang miring memiliki potensi terjadinya kerusakan tanah akibat erosi, seperti turunnya kandungan bahan organik tanah yang diikuti dengan berkurangnya kandungan unsur hara dan ketersediaan air tanah bagi tanaman. Tanah- tanah yang mengalami erosi berat umumnya memiliki tingkat kepadatan yang tinggi

21 sebagai akibat terkikisnya lapisan atas tanah yang lebih gembur. (Yahya et al., 2010). 2.6. Pengukuran Produktivitas Kelapa Sawit Pengukuran produktivitas kelapa sawit dilakukan dengan cara membandingkan luas lahan tanaman menghasilkan yang dibandingkan dengan produksi TBS (Tandan Buah Segar) yang dihasilkan. Pada prinsipnya perhitungan produktivitas kelapa sawit sama seperti perhitungan produktivitas secara umum. Data yang menjadi input adalah data luas lahan tanaman menghasilkan dan data ouputnya adalah total produksi TBS yang dihasilkan dari luasan lahan tersebut. Semakin tinggi produksi TBS yang dihasilkan maka nilai produktivitas kelapa sawitnya akan semakin tinggi pula. Satuan nilai produktivitas kelapa sawit dinyatakan dalan Ton/Ha. Perbedaaan perhitungan produktivitas kelapa sawit terletak pada waktu dalam proses peningkatan produktivitas dan melihat hasil peningkatakan yang cukup lama. Selain itu dalam proses operasional dalam perkebunan kelapa sawit bukan merupakan trial error pada industri umumnya dimana ketika dalam rangkaian operasional terdapat item yang error (bermasalah) langsung dapat dilakukan perbaikan dan hasil perbaikannya langsung dapat terlihat. Produktivitas (Ton/Ha) = Produksi TBS Luas Lahan