BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

dokumen-dokumen yang mirip
RANCANG ULANG KURSI TAMAN DENGAN EVALUASI ERGONOMI - ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TUGAS AKHIR USULAN PERANCANGAN PRODUK KURSI DENGAN EVALUASI ERGONOMI ANTROPOMETRI DAN BIOMEKANIK

BAB III METODE PENELITIAN

B A B III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

BAB II LANDASAN TEORI

DAFTAR ISI. 2.2 Teori Domino Penyebab Langsung Kecelakaan Penyebab Dasar... 16

PERANCANGAN ULANG KURSI ANTROPOMETRI UNTUK MEMENUHI STANDAR PENGUKURAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MANUAL PROSEDUR PENGGUNAAN KURSI ANTROPOMETRI

INSTRUKSI KERJA. Penggunaan Kursi Antropometri Tiger Laboratorium Perancangan Kerja dan Ergonomi Jurusan Teknik Industri

METODE PENGUKURAN DATA ANTROPOMETRI

BAB 2 LANDASAN TEORI. tersebut digunakan sebagai dasar dan penunjang pemecahan masalah.

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM DAN PETA KERJA UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

1 Pendahuluan. 2 Tinjauan Literatur

Perancangan Ulang Alat Perajangan Daun Tembakau Untuk Mengurangi Keluhan Pada Pekerja

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

IMPLEMENTASI KONSEP ERGONOMI PADA PEMBUATAN ALAT TENUN TRADISIONAL MENGGUNAKAN PRINSIP PERANCANGAN YANG DAPAT DISESUAIKAN

BAB 6 HASIL PENELITIAN

LAPORAN AKHIR PRAKTIKUM PERANCANGAN SISTEM KERJA DAN ERGONOMI PENGUKURAN DIMENSI TUBUH MANUSIA (ANTROPOMETRI)

BAB III DATA DAN ANALISA PERANCANGAN

PERANCANGAN DESAIN KURSI DAN MEJA KOMPUTER YANG SESUAI UNTUK KENYAMANAN KARYAWAN DI PT. BUMI FLORA MEDAN

LAMPIRAN. Universitas Sumatera Utara

Desain Troli Ergonomis sebagai Alat Angkut Gas LPG

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III MOTODE PENELITIAN

KATA PENGANTAR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri dan Informasi -- 1

ANTROPOMETRI TEKNIK TATA CARA KERJA PROGRAM KEAHLIAN PERENCANAAN PRODUKSI MANUFAKTUR DAN JASA

MODUL PRAKTIKUM KAJIAN PUSTAKA ANTROPOMETRI & ERGONOMI FASILITAS DUDUK

PERANCANGAN MEJA-KURSI YANG ADJUSTABLE BAGI ANAK SEKOLAH DASAR

Seminar Nasional IENACO ISSN:

Perancangan ulang alat penekuk pipa untuk mendukung proses produksi pada industri las. Sulistiawan I BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

DAFTAR ISI. vii. Unisba.Repository.ac.id

PERANCANGAN KURSI KERJA BERDASARKAN PRINSIP-PRINSIP ERGONOMI PADA BAGIAN PENGEMASAN DI PT. PROPAN RAYA ICC TANGERANG

ERGONOMI DESAIN MEJA DAN KURSI SISWA SEKOLAH DASAR

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB V HASIL DAN ANALISA

Lampiran 1. Daftar pertanyaan wawancara (kuesioner) KUESIONER PENGGUNAAN KNAPSACK SPRAYER

METHOD ENGINEERING & ANTROPOMETRI PERTEMUAN #10 TKT TAUFIQUR RACHMAN ERGONOMI DAN PERANCANGAN SISTEM KERJA

DAFTAR ISI ABSTRAK KATA PENGANTAR DAN UCAPAN TERIMA KASIH

Bab 3. Metodologi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

III. METODOLOGI PENELITIAN

Analisa Ergonomi Fasilitas Duduk Ruang Kuliah Bagi Pengguna dengan Kelebihan Berat Badan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PERANCANGAN GERGAJI LOGAM UNTUK PENGURANGAN KELUHAN FISIK DI BENGKEL LAS SEJATI MULIA JAKARTA SELATAN

BAB IV PEMBAHASAN 4. Pembahasan 4.1 Pengumpulan Data 4.2 Pengolahan Data

PERANCANGAN ALAT BELAJAR DAN BERMAIN YANG ERGONOMIS DI TAMAN KANAK-KANAK ISLAM PERMATA SELAT PANJANG

USULAN PERBAIKAN RANCANGAN MEJA-KURSI SEKOLAH DASAR BERDASARKAN PENDEKATAN ERGONOMI PADA SISWA/I DI SDN MERUYUNG

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI PADA ALAT PEMOTONG BULU INDUSTRI SHUTTLE COCK MERK T3 BERDASARKAN PENDEKATAN ANTROPOMETRI DI KELURAHAN SERENGAN SURAKARTA

BAB 4 PENGUMPULAN DAN ANALISA DATA

Gambar. Postur Batang Tubuh REBA Tabel. Skor Batang Tubuh REBA Pergerakan Skor Skor Perubahan Posisi normal 1

Universitas Sumatera Utara

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Modul ke: Studio Desain II 10FDSK. Lalitya Talitha Pinasthika M.Ds Hapiz Islamsyah, S.Sn. Fakultas. Program Studi Desain Produk

BAB V HASIL DAN ANALISA

basah, kelembaban relatif serta gerakan angin pada desain interior lama dan ergodesain

BAB 4. Pengolahan Data dan Perancangan Produk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ergonomi adalah suatu cabang ilmu yang secara sistematis memanfaatkan

BAB V ANALISA HASIL. 5.1 Hasil Perhitungan Seluruh Tahapan Menggunakan Metode REBA, REBA, OWAS & QEC

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III PENGUMPULAN DATA

PERANCANGAN MEJA KURSI ERGONOMIS PADA PEMBATIK TULIS DI KELURAHAN KALINYAMAT WETAN KOTA TEGAL

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS POSTUR KERJA DAN KELUHAN PEKERJA PADA AKTIVITAS PEMOTONGAN BAHAN BAKU PEMBUATAN KERIPIK

PERANCANGAN MEJA DAN KURSI TAMAN UNTUK MAHASISWA (STUDI KASUS : MAHASISWA UNIVERSITAS KADIRI)

ABSTRAK. vii Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan setelah perang dunia kedua, tepatnya tanggal 12 Juli 1949 di Inggris

REDESAIN BONCENGAN ANAK PADA SEPEDA MOTOR DENGAN PENDEKATAN ANTHROPOMETRI

Desain Kursi Kerja Ergonomis bagi Perajin Karawo

PENERAPAN METODE KANSEI ENGINEERING DAN ANTHROPOMETRI PADA PEMILIHAN DESAIN FASILITAS RUANGAN WARNET

LEMBAR PENGAMATAN PENGUKURAN DIMENSI TUBUH

PERANCANGAN STASIUN KERJA OPERATOR PADA LINI PACKING PT. X SURABAYA

PERANCANGAN DAN PEMBUATAN SANDAL BAKIAK REFLEKSI YANG ERGONOMIS

Perancangan Meja Laboratorium Analisis Perancangan Kerja (APK) yang Ergonomis di Program Studi Teknik Industri Univet Bantara Sukoharjo

TUGAS AKHIR PERANCANGAN MEJA DAN KURSI WARNET ERGONOMIS BERDASARKAN DATA ANTHROPOMETRI

HALAMAN JUDULN ABSTRAK DAN EXECUTIVE SUMMARY PENELITIAN DOSEN PEMULA

BAB III METODE PENELITIAN

PERANCANGAN MESIN PENYAYAT BAMBU SECARA ERGONOMIS

KAJIAN ERGONOMI PADA FASILITAS DUDUK UNIVERSITAS KRISTEN PETRA SURABAYA

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Simposium Nasional Teknologi Terapan (SNTT) ISSN : X

BAB V PEMBAHASAN. lebih tinggi dari perempuan. Hal tersebut dipengaruhi oleh faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. disokong oleh beberapa kaki dan ada yang memiliki laci, sedangkan kursi adalah

RANCANG BANGUN ULANG MEJA DAN KURSI BELAJAR UNTUK USIA PRA SEKOLAH BERDASARKAN DATA ANTROPOMETRI PADA TK RAUDHATUL ATFAL PONTIANAK

BAB 4 PENGUMPULAN, PENGOLAHAN DAN ANALISA DATA

PERANCANGAN INTERIOR/ RUANG BELAJAR YANG ERGONOMIS UNTUK SEKOLAH LUAR BIASA (SLB)

PENGUKURAN ANTROPOMETRI MURID TAMAN KANAK- KANAK SEBAGAI ACUAN PERANCANGAN KURSI ANAK YANG ERGONOMIS STUDI KASUS DI TAMAN KANAK- KANAK SWASTA X

MODUL I DESAIN ERGONOMI

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB III PENGUMPULAN DATA

Perbaikan Fasilitas Kerja Divisi Decal Preparation pada Perusahaan Sepeda di Sidoarjo

ANALISIS ERGONOMI TERHADAP RUANG KENDALI PADA TRAKTOR RODA EMPAT KINTA SB55

Transkripsi:

BAB IV PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1 Pengumpulan Data Pengumpulan data yang diperlukan dalam penelitian ini yaitu Ukuran dan model dari kursi taman/teras yang lama. Data anthropometri tentang ukuran dimensi tubuh manusia yang diperlukan untuk mendesain kursi yang baru Data anthropometri diambil secara random/acak dengan cara melakukan pengukuran langsung sebanyak 50 sampel dari mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik industri universitas Mercu Buana. 4.. Ukuran Kursi Lama Untuk dapat melalukan analisa pembanding antara hasil desain kursi teras/taman yang baru maka diperlukan data dari ukuran dan model dari kursi teras/taman yang lama sebagai pembanding desain yang baru. Untuk ukuran dari kursi teras/taman yang lama dapat dilihat pada table 4.1. 43

44 Tabel.4.1. Ukuran Kursi Lama KOMPONEN DIMENSI UKURAN (mm) Tinggi 410 Alas kursi Panjang 490 lebar 430 Tinggi (dari alas duduk) 460 Sandaran punggung Lebar 490 Sudut 90 0 Sandaran tangan Tinggi (dari alas duduk) 50 Panjang 560 Jarak antar sandaran 490 4.3. Pengumpulan Data Anthropometri Data anthropometri yang dikumpulkan dan diolah adalah data yang berhubungan dengan perancangan kursi teras. Pengukuran data anthropometri dilakukan dengan bantuan kursi anthropometer. Data anthropometri diambil secara random/acak dengan cara melakukan pengukuran langsung sebanyak 50 sampel dari mahasiswa fakultas teknik jurusan teknik industri universitas Mercubuana. Untuk kepentingan perancangan produk, diperlukan data ukuran tubuh manusia (anthropometri) dari segmen konsumen yang diharapkan. Adapun data anthropometri yang relevan dengan rancangan kursi adalah tinggi bahu duduk (TBD), tinggi siku duduk (TSD), tinggi popliteal (TP), jarak pantat popliteal/panjang popliteal (PP), siku ke tangan (ST), rentang bahu (LB), rentang pinggul (LP), dan rentang antar siku (RAS). Selanjutnya untuk memperoleh data biomekanika yang berkaitan dengan perhitungan gaya dan momen yang terjadi pada bagian tubuh, dilakukan pengukuran terhadap berat badan dan tinggi badan responden. Agar diperoleh data yang representatif untuk tahap pembahasan, maka perlu dilakukan

45 pengujian data. Pengujian dilakukan agar data yang akan digunakan merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis permasalahan, seperti uji keseragaman, dan kecukupan data. Tabel.4.. Hasil Pengukuran Data Anthropometri (Satuan dalam Cm) N Tinggi Popliteal (PP) Tinggi Bahu Duduk (TBD) Panjang Popliteal (PP) Tinggi Siku Duduk (TSD) Rentang Antar Siku (RAS) Rentang Pinggul (LP) Siku ke Tangan (ST) Rentang Bahu (LB) 1 35 44 5 48 8 47 33 46 35 41 47 38 5 44 37 35 3 36 41 58 44 6 49 39 37 4 37 43 56 36 5 44 36 38 5 37 47 49 46 4 45 34 38 6 37 44 47 46 4 4 34 46 7 37 4 58 43 3 46 41 43 8 38 45 49 38 46 41 36 9 38 48 55 48 4 49 40 33 10 39 48 54 47 6 47 35 40 11 39 49 51 38 4 45 3 39 1 39 46 49 38 1 45 40 35 13 39 44 54 49 6 45 37 34 14 39 45 53 36 3 45 35 34 15 39 41 51 37 3 46 33 46 16 40 4 58 48 1 46 39 41 17 41 47 56 35 3 43 39 40 18 41 49 57 36 1 47 38 34 19 41 41 61 34 4 37 38 0 41 49 53 36 6 47 37 37 1 41 46 54 38 8 48 36 37 41 48 53 45 8 47 39 36 3 41 4 49 46 5 4 39 36 4 41 4 58 33 6 4 35 33 5 4 45 61 33 8 45 3 46 6 4 43 61 34 9 45 35 45 7 4 43 55 35 48 34 33 8 4 43 53 39 5 45 41 33 9 4 44 51 37 8 48 35 33 30 43 49 49 35 4 46 38 35 31 43 4 53 36 9 46 39 34 3 44 46 55 33 5 47 39 34 33 44 49 50 36 8 48 38 35 34 44 44 57 4 8 4 36 37 35 45 41 57 45 3 49 33 35 36 45 47 51 36 1 49 35 35 37 45 4 53 37 3 48 36 36 38 45 46 55 48 3 47 36 35 39 45 43 56 48 8 47 37 36 40 45 43 5 51 5 43 34 37 41 45 45 56 51 7 48 34 35 4 45 49 51 40 5 4 36 36 43 46 45 61 40 8 48 38 38 44 47 43 61 35 4 46 37 36 45 48 44 53 37 4 34 40 46 49 43 55 40 5 49 34 43 47 49 45 57 39 6 43 36 35 48 49 44 55 50 4 44 37 45 49 49 44 53 51 4 48 37 46 50 49 46 58 41 4 46 34 44

46 Kemudian data anthropometri yang telah dikumpulkan sesuai dengan kelompok dimensi tubuh, selanjutnya akan dilakukan beberapa pengujian data terhadap data anthropometri yang telah dikumpulkan pengujian data itu meliputi: 1. Uji kecukupan data. Uji keseragaman data 3. Perhitungan mean dan standar deviasi 4. Perhitungan persentil 4.4. Pengolahan Data Anthropometri Untuk menghasilkan perancangan yang baik maka data anthropometri yang sudah diambil harus diuji secara statistik untuk menunjukan bahwa data anthropometri tersebut merupakan data yang valid atau layak untuk digunakan sebagai sarana menganalis permasalahan. 4.4.1. Uji Kecukupan Data Anthropometri Uji kecukupan data berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Sebelum dilakukan uji kecukupan data terlebih dahulu menentukan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 yang menunjukkan penyimpangan maksimum. Selain itu juga ditentukan tingkat kepercayaan 95% dengan k = yang menunjukkan besarnya keyakinan pengukur akan ketelitian data Antropometri, artinya bahwa rata-rata data hasil pengukuran diperbolehkan menyimpang sebesar 5% dari rata-rata sebenarnya. Rumus uji kecukupan data, yaitu:

47 kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX...1 Keterangan: k = tingkat kepercayaan s = derajat ketelitian Xi = data ke-i N = jumlah data pengamatan N = jumlah data teoritis Data dianggap telah mencukupi jika memenuhi persyaratan N <N, dengan kata lain jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.. Uji Kecukupan Data Tinggi Politeal (TP) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi popliteal (TP) dapat dilihat pada lampiran 1 tabel 4.3. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX

48 NN = 0.05 50 (89444 ) (106) 106 N = 13,33 Oleh karena N <N data pengamatan untuk tinggi popliteal (TP) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.3. Uji Kecukupan Data Panjang Politeal (PP) Untuk pengambilan data pengukuran panjang popliteal (PP) dapat dilihat pada lampiran tabel 4.4. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = 0.05 50 (84150) (03) 03 N = 30,40 Oleh karena N <N data pengamatan untuk panjang popliteal (PP) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan.

49 4.4.4. Uji Kecukupan Data Rentang Bahu (LB) Untuk pengambilan data pengukuran rentang bahu (LB) dapat dilihat pada lampiran 3 tabel 4.5. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = 0.05 50 (99944) (3) 3 N = 4,93 Oleh karena N <N data pengamatan untuk rentang bahu (LB) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.5. Uji Kecukupan Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi bahu duduk (TBD) dapat dilihat pada lampiran 4 tabel 4.6. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut:

50 kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = 0.05 50 (147671 ) (711) 711 N = 7,40 Oleh karena N <N data pengamatan untuk tinggi bahu duduk (TBD) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.6. Uji Kecukupan Data Tinggi Siku Duduk (TSD) Untuk pengambilan data pengukuran tinggi siku duduk (TSD) dapat dilihat pada lampiran 5 tabel 4.7. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = 0.05 50 (31110) (14) 14 N = 13,41

51 Oleh karena N <N data pengamatan untuk tinggi siku duduk (TSD) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.7. Uji Kecukupan Data Rentang Antar Siku (RAS) Untuk pengambilan data pengukuran rentang antar siku (RAS) dapat dilihat pada lampiran 6 tabel 4.8. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = 0.05 50 (104940 ) (88) 88 N = 3,68 Oleh karena N <N data pengamatan untuk rentang antar siku (RAS) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.8. Uji Kecukupan Data Rentang Pinggul (LP) Untuk pengambilan data pengukuran rentang pinggul (LP) dapat dilihat pada lampiran 7 tabel 4.9. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh

5 sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = N = 6,80 50 (66603 ) (181 ) 0.05 181 Oleh karena N <N data pengamatan untuk rentang pinggul (LP) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.4.9. Uji Kecukupan Data Siku ke Tangan (ST) Untuk pengambilan data pengukuran siku ke tangan (ST) dapat dilihat pada lampiran 8 tabel 4.10. Setelah data diperoleh selanjutnya dilakukan uji kecukupan data, berfungsi untuk mengetahui apakah data yang diperoleh sudah mencukupi untuk diolah. Uji kecukupan data dihitung dengan menetapkan tingkat ketelitian 5% dengan s = 0.05 dan tingkat kepercayaan 95% dengan k = berlaku rumus sebagai berikut: kk NN ss = NN ( XX ii ) ( XXXX) XXXX NN = 0.05 50 (709 ) (1889) 1889 N = 18,89

53 Oleh karena N <N data pengamatan untuk siku ke tangan (ST) telah mencukupi jumlah data secara teoritis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. Tabel.4.11. Hasil Perhitungan Uji Kecukupan Data Dimensi Tubuh N Xi Xi N Keterangan Tinggi popliteal (TP) 50 106 89444 13,33 Data dukup Panjang poplitel (PP) 50 03 84150 30,40 Data dukup Lebar bahu (LB) 50 3 99944 4,93 Data dukup Tinggi bahu duduk (TBD) 50 711 147671 7,40 Data dukup Tinggi siku duduk (TSD) 50 14 31110 13,41 Data dukup Rentang antar siku (RAS) 50 88 104940 3,68 Data dukup Rentang pinggul (LP) 50 181 66603 6,80 Data dukup Siku ke tangan (ST) 50 1889 709 18,89 Data dukup Pada tabel 4.10. terlihat semua data pengamatan setiap segmen tubuh telah mencukupi dimana nilai N <N, jumlah data secara teotitis lebih kecil dari pada jumlah data pengamatan. 4.5. Uji keseragaman Data Anthropometri Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Rumus yang digunakan dalam uji ini yaitu: x = x1+x..+xn nn = XXXX nn

54.... SSSS = (xxxx xx ) nn 1.....3 BKA = x + k SD.....4 BKB = x k SD.....5 Keterangan: SD Xi x k = standar deviasi = data ke-i = mean data = tingkat kepercayaan BKA = batas kendali atas BKB = batas kendali bawah Untuk melakukan uji keseragaman data maka terlebih dahulu harus diketahui nilai Mean (rata-rata) dan nilai standar deviasi dari masing masing data anthropometri yang sudah dikumpulkan. Untuk perhitungan nilai nilai Mean (ratarata) dan nilai standar deviasi dilakukan dengan bantuan software Microsoft Excel. Dengan terlebih dahulu data tersebut diurutkan dari nilai terkecil ke nilai yang terbesar dan disajikan dalam bentuk tabulasi tabel untuk data tersebut dapat dilihat pada lampiran 9.

55 Tabel 4.1. Perhitungan Nilai Mean (rata-rata) dan Standar Deviasi (TP) (PP) (LB) (TBD) (TSD) (RAS) (LP) (ST) Mean 4.1 40.64 44.64 54. 4.84 45.76 36.4 37.74 SD 3.88 5.65.50 3.7.9.1.39 4.0 4.5.1. Uji Keseragaman Data Tinggi Popliteal (TP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data tinggi popliteal (TP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 4,1 +.(3,88) = 49,88 BKB = 4,1.(3,88) = 34,36 Ukuran(Cm) 60 50 40 30 0 10 0 MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 Gambar.4.1.Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Popliteal (TP)

56 Pada gambar 4.1 terlihat semua data tinggi popliteal (TP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.. Uji Keseragaman Data Panjang Popliteal (PP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Panjang popliteal (PP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 40,64 +.(5,65) = 51,49 BKB = 40,64.(5,65) = 9,34 Ukuran(Cm) 60 50 40 30 0 10 0 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.. Peta Kontrol Untuk Dimensi Panjang Popliteal (PP)

57 Pada gambar 4. terlihat semua data panjang popliteal (PP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.3. Uji Keseragaman Data Rentang Bahu (LB) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data rentang Bahu (LB) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 44,64 +.(,50) = 49,64 BKB = 44,64.(,50) = 39,64 Ukuran(Cm) 60 50 40 30 0 10 MEAN BKA BKB N 0 Jumlah pengamatan 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 Gambar.4.3. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang bahu (LB)

58 Pada gambar 4.3 terlihat semua data rentang bahu (LB) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.4. Uji Keseragaman Data Tinggi Bahu Duduk (TBD) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data tinggi bahu duduk (TBD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 54, +.(3,7) = 61,66 BKB = 54,.(3,7) = 46,78 Ukuran(Cm) 70 60 50 40 30 0 10 MEAN BKA BKB N 0 Jumlah pengamatan 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 Gambar.4.4. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Bahu Duduk (TBD)

59 Pada gambar 4.4 terlihat semua data tinggi bahu duduk (TBD) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.5. Uji Keseragaman Data Tinggi Siku Duduk (TSD) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Tinggi siku duduk (TSD) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 4,84 +.(,9) = 9,4 BKB = 4,84.(,9) = 0,6 Ukuran(Cm) 35 30 5 MEAN 0 BKA 15 10 5 BKB N 0 Jumlah pengamatan 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 Gambar.4.5. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Siku Duduk (TSD)

60 Pada gambar 4.5 terlihat semua data tinggi siku duduk (TSD) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.6. Uji keseragaman Data Rentang Antar Siku (RAS) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Rentang antar siku (RAS) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu : BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 45,76 +.(,1) = 50,18 BKB = 45,76.(,1) = 41,34 Ukuran(Cm) 60 50 40 30 0 10 0 MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 Gambar.4.6. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang Antar Siku (RAS)

61 Pada gambar 4.6 terlihat semua data rentang antar siku (RAS) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.7. Uji Keseragaman data Rentang Pinggul (LP) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Rentang Pinggul (LP) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 36,4 +.(,39) = 41, BKB = 36,4.(,39) = 31,64 Ukuran(Cm) 50 40 30 0 10 0 MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 Gambar.4.7. Peta Kontrol Untuk Dimensi Rentang Pinggul (LP)

6 Pada gambar 4.7 terlihat semua data rentang pinggul (LP) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.5.8. Uji Keseragaman Data Siku Ke Tangan (ST) Uji keseragaman data berfungsi untuk pengendalian proses data yang ditolak atau tidak seragam. Jika ada data yang berada diluar batas kendali atas ataupun batas kendali bawah maka data tersebut dibuang. Perhitungan uji keseragaman data Siku Ke tangan (ST) dengan tingkat kepercayaan yang digunakan 95%, maka k = yaitu: BKA = x + k SD BKB = x k SD BKA = 37,78 +.(4,14) = 46,06 BKB = 37,78.(4,14) = 9,5 Ukuran(Cm) 50 40 30 0 10 0 1 4 7 10 13 16 19 5 8 31 34 37 40 43 46 49 MEAN BKA BKB N Jumlah pengamatan Gambar.4.8. Peta Kontrol Untuk Dimensi Tinggi Siku Ke Tangan (ST)

63 Pada gambar 4.8 terlihat semua data tinggi siku ke tangan (ST) berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. Hasil uji keseragaman data dari setiap data anthropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabulasi tabel sebagai berikut: Tabel.4.13. Hasil Perhitungan Uji Keseragaman Data Dimensi Tubuh BKA BKB XMin XMaks Keterangan Tinggi popliteal (TP) 49,88 34,36 35 49 Data seragam Panjang poplitel (PP) 51,49 9,34 33 51 Data seragam Lebar bahu (LB) 49,64 39,36 41 43 Data seragam Tinggi bahu duduk (TBD) 61,66 46,78 47 61 Data seragam Tinggi siku duduk (TSD) 9,4 0,6 1 9 Data seragam Rentang antar siku (RAS) 50,18 41,43 4 49 Data seragam Rentang pinggul (LB) 41, 31,64 31 41 Data seragam Siku ke tangan (ST) 46,14 9,34 31 46 Data seragam Pada tabel 4.1 terlihat semua data pengamatan setiap segmen tubuh telah berada diantara batas kendali atas (BKA) dan batas kendali bawah (BKB). Jadi data yang telah dikumpulkan sudah seragam. 4.6. Perhitungan Persentil Data anthropometri yang sudah diperoleh selanjutnya ditentukan nilai persentilnya. Dalam pengukuran data anthropometri ini digunakan 50 sample data. Data yang diperoleh telah mencukupi dan seragam sehingga ditentukanlah data yang mewakili perancangan produk kursi berdasarkan

64 nilai persentil. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan jika nilai mean (rata-rata) dan SD (standar deviasi) sudah ketahui. Besarnya nilai persentil dapat ditentukan berdasarkan table probabilitas distribusi normal sehingga perhitungan nilai persentil dapat dilihat pada gambar 3.8. 4.6.1. Perhitungan Persentil Tinggi politeal (TP) Untuk perhitungan nilai persentil segmen tubuh tinggi politeal (TP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 4,1 SD = 3,88 P5 th = x 1,645 SD = 4,1 1,645 (3,88) = 35,75 P50 th = x = 4,1 P95 th = x + 1,645 SD = 4,1 + 1,645 (3,88) = 48,48 4.6.. Perhitungan Persentil Panjang Popliteal (PP) Untuk perhitungan persentil panjang politeal (PP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 40,64 SD = 5,65

65 P5 th = X 1,645 SD = 40,64 1,645 (5,65) = 31,38 P50 th = X = 40,64 P95 th = X + 1,645 SD = 40,64 + 1,645 (5,65) = 49,93 4.6.3. Perhitungan Persentil Rentang Bahu (LB) Untuk perhitungan persentil lebar bahu (LB) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 44,64 SD =,50 P5 th = x 1,645 σx = 44,64 1,645 (,50) = 40,5 P50 th = x = 44,64 P95 th = x + 1,645 σx = 44,64+ 1,645 (,50) = 48,75 4.6.4. Perhitungan Persentil Tinggi Bahu Duduk (TBD) Untuk perhitungan persentil tinggi bahu duduk (TBD) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 54, SD = 3,7 P5 th = x 1,645 SD = 54, 1,645 (3,7) = 48,10 P50 th = x = 54, P95 th = x + 1,645 SD = 54,+ 1,645 (3,7) = 60,33

66 4.6.5. Perhitungan Persentil Tinggi Siku Duduk (TSD) Untuk perhitungan persentil tinggi siku duduk (TSD) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 4,84 SD =,9 P5 th = x 1,645 SD = 4,84 1,645 (,9) = 1,07 P50 th = x = 4,84 P95 th = x + 1,645 SD = 4,84 + 1,645 (,9) = 8,61 4.6.7. Perhitungan Persentil Rentang Antar Siku (RAS) Untuk perhitungan persentil rentang antar siku (RAS) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 45,76 SD =,1 P5 th = x 1,645 SD = 45,76 1,645 (,1) = 4,1 P50 th = x = 45,76 P95 th = x + 1,645 SD = 45,76 + 1,645 (,1) = 49,39

67 4.6.8. Perhitungan Persentil Rentang Pinggul (LP) Untuk perhitungan persentil rentang pinggul (LP) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut : Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 36,4 SD =,39 P5 th = x 1,645 SD = 36,4 1,645 (,39) = 3,48 P50 th = x = 36,4 P95 th = x + 1,645 SD = 36,4 + 1,645 (,39) = 40,36 4.6.9. Perhitungan Persentil Panjang Siku Ke Tangan (ST) Untuk perhitungan persentil panjang siku ke tangan (ST) dalam 5 Persentil, 50 Persentil dan 95 persentil adalah sebagai berikut: Dimana: x = mean data SD = Standar deviasi dari data x x = 37,78 SD = 4,14 P5 th = x 1,645 SD = 37,78 1,645 (4,14) = 30,96 P50 th = x = 37,78 P95 th = x + 1,645 SD = 37,78+ 1,645 (4,14) = 44,59 Hasil dari perhitungan persentil dari setiap data anthropometri dimensi tubuh yang telah diolah disajikan dalam bentuk tabulasi tabel sebagai berikut:

68 Tabel.4.14. Hasil Perhitungan Nilai Persentil Hasil Perhitungan (Cm) Dimensi Tubuh P5 th P50 th P95 th Tinggi popliteal (TP) 35,75 4,1 48,48 Panjang poplitel (PP) 31,38 40,64 49,93 Rentang bahu (LB) 40,5 44,64 48,75 Tinggi bahu duduk (TBD) 48,10 54, 60,33 Tinggi siku duduk (TSD) 1,07 4,84 8,61 Rentang antar siku (RAS) 4,1 45,76 49,39 Rentang pinggul (LP) 3,48 36,4 40,36 Siku ke tangan (ST) 30,96 37,78 44,59 4.7. Perancangan Ukuran Dan Bentuk Kursi Ada beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam merancang kursi: 1. Sudut yang terbentuk antara paha dan punggung harus tidak boleh kurang dari 105 0. Apabila kurang dari 105 0 akan menyebabkan ketidak nyamanan.. Hasil perancangan harus dapat membuat pemakainya dapat mengganti sikap badannya dengan mudah, misalnya untuk duduk dan berdiri. 3. Permukaan kursi sedapat mungkin dibuat membentuk sudut kemiringan untuk mencegah agar badan tidak condong kedepan. 4. Apabila sudut antar sandaran dan garis vertikal melebihi sudut 30 0, maka sangat mutlak di perlukan sandaran kepala. 5. Sandaran lengan harus di buat horisontal sesuai dengan permukaan kursi.

69 4.7.1. Alas Duduk 4.7.1.1. Ketinggian Alas Duduk Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merancang kursi adalah ketinggian dari kursi yaitu jarak dari permukaan kursi ke lantai. Tinggi kursi yang tidak sesuai akan mempengaruhi kenyamanan pemakainya. Jika permukaan dari kursi terlalu tinggi akan menyebabkan penekanan pada daerah paha dan menyebabkan terjadinya penekanan yang berlebihan pada daerah otot kaki. Gambar.4.9. Akibat Alas Duduk yang Terlalu Tinggi Selain itu jika tinggi permukaan kursi tidak menyebabkan terjadinya kontak antar kaki dengan permukaan lantai akan menyebabkan stabilitas tubuh berkurang. Permukaan duduk yang terlalu rendah akan menyebabkan kaki melonjor kedepan, serta cenderung untuk menarik tubuh kedepan. Keadaan ini akan mengurangi kemampuan kaki untuk memberi kesetabilan pada tubuh. Namun demikian, umumnya seseorang yang tinggi akan merasa duduk pada kursi yang pendek dari pada orang yang pendek duduk di kursi yang tinggi.

70 Gambar.4.10. Akibat Alas Duduk Yang Terlalu Rendah Gambar 4.11. Dimensi Tubuh Untuk Tinggi Alas Duduk Perhitungan tinggi alas kursi adalah sebagai berikut : Dimensi tubuh : Tinggi Popliteal (TP) Persentil : 5 th Keterangan : dalam menetukan tinggi tempat duduk, data persentil ke 5 yang harus digunakan. Tinggi tempat duduk yang dapat mengakomodasi pemakai dengan tinggi popliteal terkecil juga dapat membuat nyaman pengguna yang memiliki tinggi popliteal yang lebih besar.

71 Tabel 4.15. Perhitungan Tinggi Alas kursi Tinggi popliteal Tinggi alas kursi persentil (cm) (cm) 5 35,75 35,75 36 Tinggi alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 35,75 cm dibulatkan menjadi 36 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi alas kursi adalah 36 cm. 4.7.1.. Panjang Alas Kursi Panjang alas kursi yang terlalu kecil akan menyebabkan pantat tidak terakomodasi dengan baik. Apabila panjang alas kursi terlalu besar tidak akan memberikan pengaruh pada kenyamanan. Gambar.4.1. Dimensi Tubuh Untuk Panjang Alas Duduk. Perhitungan panjang alas duduk adalah sebagai berikut: Dimensi tubuh : Lebar pinggul (LP) Persentil Keterangan : 95 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku, dengan memperhitungkan 95 persentil diharapkan semua

7 pengguna dapat dengan mudah mengubah posisi tubuhnya baik pada saat hendak duduk maupun berdiri. Tabel 4.16. Perhitungan Panjang Alas Kursi Lebar pinggul (LP) Panjang alas kursi persentil (cm) (cm) 95 40,36 40,36 41 Panjang alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 40,36 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Jadi dalam perancangan ini panjang alas kursi adalah 41 cm. 4.7.1.3. Lebar Alas Kursi Lebar alas Kursi adalah jarak dari belakang pantat sampa politeal. Jika kursi terlalu lebar maka permukaan atau ujung dari alas kursi akan menekan daerah belakang lutut. Penekanan dari jaringan otot tersebut akan menyebabkan terjadinya pengumpulan darah jika pemakai kursi tersebut tidak merubah posisi duduknya. Untuk mengurangi ketidaknyamanan pada kaki, pemakai kursi akan memajukan pantatnya ke depan yang menyebabkan punggung tidak tersangga sehingga stabilitas tubuh berkurang dan memerlukan kerja otot yang lebih besar untuk mempertahankan keseimbangan. Gambar.4.13.Akibat Alas Duduk yang Terlalu Lebar

73 Alas duduk yang terlalu pendek pun akan menyebabkan reaksi pada pemakai yaitu adanya kecenderungan tubuh untuk maju atau jatuh kedepan. Selain itu alas duduk yang terlalu pendek akan menyebabkan paha tidak memperoleh sanggahan. Menurut Grandjean dkk, merekomendasikan untuk kedalaman kursi tidak melebihi 16,8 inci atau 43 cm dan untuk lebar permukaan kursi tidak kurang dari 15,7 inci atau 40 cm. berdasarkan referensi tersebut penentuan nilai persentil yang sesuai bagi para pemakainya dimana tidak akan terjadi penggumpalan darah akibat popliteal yang tertekan dan menyebabkan paha tidak memperoleh sanggahan adalah 50 persentil dimana menurut hasil perhitungan adalah sebesar 40,64. data ini akan mengakomodasi jumlah terbesar para pemakainya, sehingga mereka dapat duduk lebih nyaman. Gambar.4.14.Akibat Alas Duduk yang Terlalu Pendek Gambar.4.15. Dimensi Tubuh Untuk Lebar Alas Kursi.

74 Perhitungan lebar alas kursi adalah sebagai berikut: Dimensi tubuh : jarak pantat popliteal/panjang popliteal (PP) Persentil Keterangan : 50 th : dengan memperhitungkan 50 persentil diharapkan semua pengguna tidak akan mengalami politeal yang tertekan dan paha tidak memperoleh sanggahan dan data ini akan mengakomodasi jumlah terbesar para pemakainya, sehingga mereka dapat duduk lebih nyaman. Tabel 4.17. Perhitungan Lebar Alas Kursi Panjang Popliteal (PP) Lebar alas Kursi persentil (cm) (cm) 50 40,64 40,64 41 Lebar alas kursi berdasarkan perhitungan persentil adalah 40,64 cm dibulatkan menjadi 41 cm. Jadi dalam perancangan ini lebar alas kursi adalah 41 cm. 4.7.. Sandaran Punggung Pembuatan sandaran punggung baik ukuran, bentuk, maupun letaknya merupakan hal yang paling penting yang harus di perhatikan untuk memastiakan ukuran yang tepat antara kursi dan pemakainya. Fungsi utama dari sandaran punggung adalah menyediakan penyangga untuk daerah lumbar sehingga sandaran punggung harus cukup lebar supaya daerah punggung terutama daerah lumbar dapat terakomodasi dengan baik. Penentuan besarnya sudut kemiringan sandaran punggung akan menentukan kenyamanan yang akan diperoleh. Kenyamanan akan diperoleh

75 apabila sudut yang terbentuk antara alas duduk dan sandaran punggung sebesar 130 0. Meskipun demikian ada beberapa pendapat lain yang mengatakan kenyamanan masih dapat dicapai meskipun memiliki sudut kemiringan yang lebih kecil. Menurut Croney, kenyamanan dapat dicapai apabila sudut kemiringan minimum 95 0-115 0 terhadap permukaan kursi. Sedangkan menurut Panero-Zelnik sudut dari sandaran punggung sebaiknya antara 95 0-105 0. Dalam perancangan ini sudut sandaran punggung ditentukan 105 0. 4.7..1. Tinggi Sandaran Punggung Kursi taman yang dirancang ini diharapkan dapat digunakan untuk berelaksasi. Dalam perancangan ini ditentukan bahwa sandaran punggung tidak harus sampai pada daerah kepala dengan alasan untuk kursi taman sandaran punggung tidak perlu sampai dikepala tetapi cukup sampai dibahu, dengan demikian proses relaksasi pada otot-otot bahu tetap dapat berlangsung dengan baik. Gambar.4.16. Dimensi Tubuh Untuk Tinggi Sandaran Punggung

76 Perhitungan tinggi sandaran punggung adalahsebagai berikut: Dimensi tubuh : Tinggi bahu duduk (TBD) Persentil Keterangan : 95 th : dengan memperhitungkan 95 persentil diharapkan bahu dapat terakomodasi dengan baik Tabel 4.18. Perhitungan Tinggi Sandaran Punggung Tinggi bahu duduk (TBD) Tinggi sandaran punggung persentil (cm) (cm) 95 60,33 60,33 61 Tinggi sandaran punggung berdasarkan perhitungan persentil adalah 60,33 cm dibulatkan menjadi 61 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran punggung adalah 61 cm. 4.7... Lebar Sandaran Punggung Yang dimaksud dengan lebar sandaran punggung adalah jarak dari bahu kiri sampai bahu kanan. Jarak ini haruslah cukup lebar supaya punggung dapat terakomodasi dengan baik. Perhitungan lebar sandaran punggung dalah sebagai berikut: Gambar.4.17. Dimensi Tubuh Untuk Lebar Sandaran Punggung.

77 Dimensi tubuh : Lebar bahu duduk (LB) Persentil Keterangan : 95 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 95 persentil yang harus digunakan, diharapkan kenyamanan dapat lebih tercapai. Tabel 4.19. Perhitungan Lebar Sandaran Punggung Lebar bahu (LB) Lebar sandaran punggung persentil (cm) (cm) 95 48,75 48,75 49 Lebar sandaran punggung berdasarkan perhitungan persentil adalah 48,75 cm dibulatkan menjadi 49 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran punggung adalah 61 cm. 4.7.3. Sandaran Tangan 4.7.3.1. Tinggi Sandaran Tangan Sandaran tangan memiliki beberapa fungsi. Sandaran tangan dapat digunakan untuk memudahkan seseorang bangkit dari tempat duduk dan juga membantu memudahkan seseorang saat akan duduk. Selain itu juga berfungsi sebagai alat bantu tubuh untuk menjaga kestabilan duduk. Tanpa sandaran tangan, kelelahan akan mudah terjadi pada otot bahu serta lengan bagian atas. Meskipun demikian, jika penggunaan sandaran tangan ternyata tidak sesuai tingginya justru akan menyebabkan

78 kelelahan serta rasa pegal pada otot sekitar tulang belikat, bahu, serta lengan bagian atas. Perhitungan tinggi sandaran tangan adlah sebagai berikut: Gambar.4.18. Dimensi tubuh Untuk Tinggi Sandaran Tangan. Dimensi tubuh : tinggi siku duduk (TSD) Persentil Keterangan : 50 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 50 persentil yang harus digunakan, agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada suatu permukaan data persentil 50 merupakan pilihan yang tepat akan sesuai bagi banyak pemakainya. Tabel 4.0. Perhitungan Tinggi Sandaran Tangan Tinggi siku duduk (TSD) Tinggi sandaran tangan persentil (cm) (cm) 50 4,84 4,84 5

79 Tinggi sandaran tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 4,84 cm dibulatkan menjadi 5 cm. Jadi dalam perancangan ini tinggi sandaran tangan adalah 5 cm. 4.7.3.. Panjang Sandaran Tangan Yang dimaksud dengan Panjang sandaran tangan merupakan jarak dari siku sampai ujung jari tengah tangan. Jarak ini haruslah cukup panjang supaya lengan bawah dapat terakomodasi dengan baik dan dapat menjaga kesetabilan duduk. Perhitungan panjang sandaran lengan adalah sebagai berikut: Gambar.4.19. Dimensi Tubuh Untuk Panjang Sandaran Tangan. Dimensi tubuh : panjang siku ke tangan (ST) Persentil Keterangan : 5 th : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 5 persentil yang harus digunakan, agar lengan dapat berada dalam posisi istirahat yang nyaman pada suatu permukaan data persentil 5 merupakan pilihan yang tepat akan sesuai bagi banyak pemakainya.

80 Tabel 4.1. Perhitungan Panjang Sandaran Tangan Panjang siku ke tangan (ST) panjang sandaran tangan persentil (cm) (cm) 5 30,96 30,96 31 Panjang sandaran Tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 30,96 cm dibulatkan menjadi 31 cm. Jadi dalam perancangan ini panjang sandaran tangan adalah 31 cm. 4.7.3.3. Jarak Antara Sandaran Tangan Jarak ini tidak boleh terlalu kecil sehingga mempersulit orang bila duduk maupun bangkit dari duduknya. Jarak ini juga tidak boleh terlalu lebar karena akan menyebabkan tangan tidak dapat tersangga dengan baik. Gambar.4.0. Dimensi Tubuh Untuk Jarak Antara Sandaran Tangan. Perhitungan jarak antara sandaran tangan adalah sebagai berikut: Dimensi tubuh : Rentang antar siku (RAS) Persentil : 95 th

81 Keterangan : karena jarak bersih adalah faktor perancangan yang berlaku maka data 95 persentil yang harus digunakan, diharapkan tidak mempersulit pengguna bila hendak duduk maupun berdiri. Tabel 4.. Perhitungan Jarak Antara Sandaran Tangan Rentang antar siku (RAS) Jarak antar sandaran tangan persentil (cm) (cm) 95 49,39 49,39 50 Jarak antara sandaran tangan berdasarkan perhitungan persentil adalah 49,39 cm dibulatkan menjadi 50 cm. Jadi dalam perancangan ini jarak antara sandaran tangan adalah 50 cm. Berdasarkan perhitungan nilai persentil yang sudah di tetapkan, secara keseluruhan hasil perancangan sementara kursi teras yang baru adalah sebagai berikut: Tabel.4.3. Dimensi dan Ukuran Kursi Hasil Perhitungan KOMPONEN DIMENSI UKURAN (cm) Tinggi 36 Alas kursi Panjang 41 lebar 41 Tinggi (dari alas duduk) 61 Sandaran punggung Lebar 49 Sudut 105 0 Tinggi (dari alas duduk) 5 Sandaran tangan Panjang 31 Jarak antar sandaran 50 Berpedoman pada pedoman penentuan dimensi kursi tersebut di atas maka dapat dibuat gambar dimensi kursi tersebut.