A P E C APEC adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik.

dokumen-dokumen yang mirip
ASIA PACIFIC ECONOMIC COOPERATION (APEC) GAMBARAN UMUM

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang berdirinya APEC 1.2. Sejarah Lahirnya APEC

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KESEMPATAN KERJA PERDAGANGAN. Rahma Iryanti Direktur Tenaga Kerja dan Pengembangan Kesempatan Kerja. Jakarta, 5 Juli 2013

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARY FORUM (APPF)

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

Gambaran Umum G20. Asisten Deputi Kerja Sama Ekonomi Multilateral dan Pembiayaan. Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian

1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Laporan Delegasi Indonesia pada High-level Dialogue Regional Economic Cooperation and Integration, UN-ESCAP 21 April 2017

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

SIARAN PERS Pusat HUMAS Departemen Perdagangan Jl. M.I. Ridwan Rais No. 5, Jakarta Phone/Fax:

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

4. Membentuk komite negara-negara penghasil minyak bumi ASEAN. Badan Kerjasama Regional yang Diikuti Negara Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Asosiasi negara- negara Asia Tenggara (ASEAN) didirikan pada tanggal 8

Pedoman Standardisasi Nasional Nomor 301 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) secara Wajib

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

PROTOCOL TO IMPLEMENT THE SIXTH PACKAGE OF COMMITMENTS UNDER THE ASEAN FRAMEWORK AGREEMENT ON SERVICES

BAB IV PEMBANGUNAN PERTANIAN DI ERA GLOBALISASI (Konsolidasi Agribisnis dalam Menghadapi Globalisasi)

Pertama-tama, perkenanlah saya menyampaikan permohonan maaf dari Menteri Luar Negeri yang berhalangan hadir pada pertemuan ini.

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

Press Release The Asia Pacific Regional Parliamentarian and CSO Forum on MDG Acceleration and the Post 2015 Development Agenda

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

MENTERI PERINDUSTRIAN DAN PERDAGANGAN RI, M E M U T U S K A N :

PENDAHULUAN Latar Belakang

KERJASAMA ASEAN DALAM BERBAGAI BIDANG

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 130 TAHUN 1998 TENTANG PENGESAHAN ASEAN AGREEMENT ON CUSTOMS (PERSETUJUAN ASEAN DI BIDANG KEPABEANAN)

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

Pilar 1, MEA 2015 Situasi Terkini

Perumusan Strategi dan Posisi Indonesia Menghadapi G20 Turki Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan RI Jakarta, 3 Maret 2015

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

MEMANFAATKAN KERJASAMA PARIWISATA ASEAN UNTUK MENDORONG INDUSTRI PARIWISATA INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN STANDARDISASI NASIONAL. SNI. Pemberlakuan. Pedoman.

ASIA PACIFIC PARLIAMENTARIANS CONFERENCE ON ENVIRONMENT AND DEVELOPMENT (APPCED)

Indonesia, G20 dan Komitmen Anti Korupsi

BAHAN KULIAH HUKUM PERNIAGAAN/PERDAGANGAN INTERNASIONAL MATCH DAY 10

Rio Deklarasi Politik Determinan Sosial Kesehatan Rio de Janeiro, Brasil, 21 Oktober 2011.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

Renstra Pusat Akreditasi Lembaga Sertifikasi BSN Tahun RENSTRA PUSAT AKREDITASI LEMBAGA SERTIFIKASI TAHUN

APA ITU IORA? Indian Ocean Rim Association (IORA)

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

INSTRUMEN INTERNASIONAL DI BIDANG INFORMASI DAN TRANSAKSI ELEKTRONIK

Background Paper PEMBIAYAAN UNTUK PEMBANGUNAN

Daya Saing Industri Indonesia di Tengah Gempuran Liberalisasi Perdagangan

IV. GAMBARAN UMUM. 4.1 Gambaran Umum Perekonomian di Negara-negara ASEAN+3

Kerangka Kebijakan Pengembangan Dan Pendayagunaan Telematika Di Indonesia

KERANGKA STRATEGIS Jejaring Asia-Pasifik untuk Kepemimpinan Global

MENGENAI KERJA SAMA EKONOMI). DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. informasi (e-commerce), dan akhirnya ke ekonomi kreatif (creative economy).

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

TINJAUAN TENTANG HAKI

Bapak Mohamad Aliamsyah, Kepala Pusat Data dan

Tinjauan Kebijakan Ekonomi Indonesia Yose Rizal Damuri

NASKAH PENJELASAN PENGESAHAN

PERDAGANGAN INTERNASIONAL DAN INVESTASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Di era globalisasi saat ini, tingkat daya saing menjadi tolak ukur yang

TUGAS MATA KULIAH HUKUM EKONOMI INTERNASIONAL. Posisi Indonesia dan Perkembangan Perundingan WTO (Doha Development Agenda) APRILIA GAYATRI

PEMANFAATAN KERJASAMA LUAR NEGERI UNTUK PENINGKATAN KEPENTINGAN NASIONAL

SEKOLAH PASCASARJANA USU MEDAN 2009

Isu Strategis Pengelolaan Industri Dalam Perpekstif Kebijakan Fiskal (Kementerian Keuangan)

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

PERAN INDONESIA DALAM ORGANISASI REGIONAL

Departemen Internasional BANK INDONESIA 27 Januari 2017

MEMBANGUN TIM EFEKTIF

DAFTAR ISI. Halaman Judul... i. Halaman Persetujuan Pembimbing... ii. Halaman Pengesahan Skripsi... iii. Halaman Pernyataan... iv

RENCANA STRATEGIS KEDEPUTIAN BIDANG PENERAPAN STANDAR DAN AKREDITASI BADAN STANDARDISASI NASIONAL TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. maupun sektor keuangan. Interaksi kegiatan ekonomi sektor rill bisa dilihat dari

PERBANKAN YANG BERKELANJUTAN DAN UNEP FI

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

KERJASAMA EKONOMI INTERNASIONAL. Bab 3

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

DAFTAR ISI. I.6.1 Kelemahan Organisasi Internasional secara Internal I.6.2 Kelemahan Organisasi Internasional dari Pengaruh Aktor Eksternal...

BAB I PENDAHULUAN. < diakses 16 Juni 2016.

Deputi Menko Bidang Perniagaan dan Kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. perkembangan industrialisasi modern saat ini. Salah satu yang harus terus tetap

LAMPIRAN INSTRUKSI PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2001 TENTANG KERANGKA KEBIJAKAN PENGEMBANGAN DAN PENDAYAGUNAAN TELEMATIKA DI INDONESIA

1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, nilai serta norma masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan sistem ekonomi dari perekonomian tertutup menjadi perekonomian

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

RENCANA KEGIATAN DESK REGIONAL BADAN KERJASAMA ANTAR PARLEMEN (Januari - Desember 2013)

BAB I PENDAHULUAN. Pergerakan globalisasi perekonomian yang dewasa ini bergerak begitu

BAB I PENDAHULUAN. Dalam mewujudkan pembangunannya, suatu negara membutuhkan biaya yang

Transkripsi:

A P E C APEC adalah suatu forum kerjasama untuk memfasilitasi pertumbuhan ekonomi, perdagangan dan investasi di kawasan Asia Pasifik. Forum tersebut berdiri tahun 1989 dan beranggotakan 21 ekonomi - Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Indonesia, Jepang, Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, Papua New Guinea, Peru, Philipina, Russia, Singapore, China Taipei, Thailand, dan Amerika serikat. APEC merupakan forum kerjasama yang penting dan strategis dalam perekonomian dunia mengingat dengan jumlah penduduk 2,5 miliar, secara keseluruhan anggotanya mempunyai produk domestik bruto sebesar 19 triliun US dollar dan mencakup 45 persen perdagangan dunia. Dalam sepuluh tahun terakhir, forum kerjasama ekonomi tersebut telah membuktikan diri sebagai kawasan ekonomi yang dinamis dan menyumbangkan 70 persen dari pertumbuhan ekonomi dunia. Dengan keragaman sistem politik, tingkat pembangunan/kemakmuran dan nilai sosial-budaya, maka APEC perlu mengembangkan suatu proses yang cocok untuk mencapai tujuannya. Keberhasilan dalam hal ini akan mendorong APEC

memainkan peran yang semakin penting, bahkan menjadi salah satu kunci bagi peningkatan kesejahteraan dan stabilitas dunia di masa mendatang. SEJARAH (langkah-langkah penting yang dicapai) 1989 - Canberra, Australia APEC mulai melakukan pembicaraan informal tingkat Menteri (12 anggota ekonomi) 1993 - Blake Island, United States Para pemimpin eonomi APEC bertemu untuk pertama kalinya dan menyusun Visi APEC stabilitas, keamanan dan kemakmuran bagi masyarakat. 1994 - Bogor, Indonesia APEC mencetuskankan Bogor Goals Perdagangan dan Investasi yang terbuka dan bebas pada tahun 2010 bagi ekonomi maju dan tahun 2020 bagi ekonomi berkembang. 1995 - Osaka, Japan APEC menerima Osaka Action Agenda (OAA) yang memuat kerangka kerja untuk mencapai Bogor Goals melalui liberalisasi perdagangan dan investasi, fasilitasi bisnis dan kegiatan sektoral. Upaya tersebut didukung dengan dialog kebijakan dan kerjasama ekonomi. 1996 - Manila, The Philippines menyetujui the Manila Action Plan for APEC (MAPA) yang menekankan langkahlangkah liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi dalam mencapai Bogor Goals, dan untuk pertama kalinya menyusun Rencana Aksi kolektif (Collective Action Plans CAPs) dan Rencana Aksi individu (Individual Action Plans IAP) yang menjelaskan bagaimana anggota ekonomi APEC akan mencapai tujuan perdagangan bebas.

1997 - Vancouver, Canada APEC menyetujui usulan percepatan liberalisasi 15 sektor (Early Voluntary Sectoral Liberalization EVSL) dan memutuskan bahwa Rencana Aksi Individu harus diperbaharui setiap tahun. 1998 - Kuala Lumpur, Malaysia APEC menyetujui sembilan sektor pertama untuk percepatan liberalisasi (EVSL) dan mencari suatu EVSL Agreement dengan non anggota APEC di WTO. 1999 - Auckland, New Zealand APEC menyatakan komitmen mengenai paperless trading pada tahun 2005 bagi anggota ekonomi maju dan tahun 2010 bagi ekonomi berkembang. APEC menyetujui skema APEC Business Travel Card dan mengesahkan Mutual Recognition Arrangement on Electrical Equipment and a Framework for the Integration of Women in APEC. 2000 - Bandar Seri Begawan, Brunei Darussalam APEC berhasil membuat electronic Individual Action Plan (e-iap) system, menyediakan IAPs online dan menyatakan komitmennya untuk meneruskan Action Plan for the New Economy yang bertujuan untuk meningkatkan penggunaan internet di kawasan Asia Pasifik. 2001 - Shanghai, People's Republic of China APEC menyetujui Shanghai Accord yang difokuskan untuk memperluas Visi APEC, menegaskan kembali langkah-langkah mencapai Bogor Goals dan memperkuat mekanisme implementasi. Menyetujui e-apec Strategy guna memperkuat struktur pasar dan institusi, memfasilitasi investasi infrastruktur dan teknologi untuk transaksi secara elektronik dan mendorong kewirausahaan dan peningkatan kapasitas manusia. Untuk pertama kalinya APEC s Counter-Terrorism Statement dicetuskan. 2002 - Los Cabos, Mexico APEC menerima Trade Facilitation Action Plan, Policies on Trade and the Digital

Economy and Transparency Standards. Disampaikan APEC's second Counter- Terrorism Statement bersamaan dengan the Secure Trade in the APEC Region (STAR) Initiative. 2003 Bangkok, Thailand Thema APEC tahun 2003 adalah : A World of Differences: Partnership for the Future - membawa kekuatan individu dari semua anggota APEC untuk meningkatkan kemakmuran. Promoting Human Security memberdayakan masyarakat untuk lebih aktif dan dapat mengandalkan ekonomi regional. Knowledge Based Economy (KBE) for all KBE sebagai landasan pertumbuhan ekonomi dikawasan APEC. FinanciaArchitecture for a World of Differences meningkatkan investasi dan perdagangan ( best practices of financial regulations and corporate governance yang dapat diterapkan disemua anggota ekonomi). Growth Enterprises: SMEs and Micro Business mendorong usaha kecil dan menengah dalam transaksi lintas batas yang akan memperkuat ekonomi dan menciptakan lapangan kerja. Act of Development Pledge.- penting untuk mendukung proses yang berjalan di APEC untuk mencapai kemakmuran di kawasan Asia Pasifik VISI APEC Pada pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC yang pertama pada tahun 1993 di Seattle-Blake Island, Amerika Serikat disepakati sebuah Visi bagi APEC,yaitu: terciptanya suatu komunitas yang dilandasi semangat keterbukaan dan upaya kerjasama untuk menghadapi perubahan, memperlancar arus barang, jasa dan investasi, mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata, mencapai standar hidup dan pendidikan yang lebih tinggi, dan mewujudkan pertumbuhan berkelanjutan dan berwawasan lingkungan. BOGOR GOALS Kunci utama dalam mencapai visi tersebut tertuang dalam Bogor Goals yaitu; tercapainya perdagangan dan investasi yang bebas dikawasan Asia Pasifik pada

tahun 2010 bagi ekonomi berkembang dan pada tahun 2020 bagi ekonomi maju. Hal ini telah disetujui pada pertemuan para Pemimpin Ekonomi APEC tahun 1994 di Bogor, Indonesia. PERAN APEC APEC yang berdiri tahun 1989 dimaksudkan untuk lebih jauh mendorong pertumbuhan ekonomi dan kemakmuran serta memperkuat komunitas Asia Pasifik. Sejak terbentuknya, APEC telah berupaya untuk menurunkan hambatan tariff dan non tariff dengan maksud untuk menciptakan ekonomi domestik yang effisien dan meningkatkan ekspor. Perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka akan mendorong pertumbuhan ekonomi, menciptakan lapangan kerja dan memberikan peluang yang lebih luas bagi perdagangan internasional dan investasi. Selain itu, biaya produksi yang lebih rendah akan mendorong terciptanya harga barang dan jasa yang lebih murah. Untuk itu APEC berusaha menciptakan lingkungan yang aman dan effisien bagi pergerakan barang, jasa dan manusia melintasi batas negara dikawasan Asia Pasific melalui pengaturan kebijakan dan kerjasama ekonomi dan teknik. STRUKTUR - APEC Catatan: 1. CTI membawahi Sub Committee/Experts Groups: Sub Committee on Standards (SCSC) and Conformance, Sub-Committee on Customs Procedures (SCCP), Market Access Group (MAG), Group on Services (GOS), Investment Experts Group (IEG), Intellectual Property Rights Experts Group (IPEG), Government Procurement Experts Group (GPEG), Informal Experts Group on Business Mobility, Competition Policy/Deregulation Group (CPDG), WTO Capacity Building Group (WTOCB),Strengthening Economic Legal Infrastructure (SELI).CTI juga membawahi Business-Government Dialogues: APEC Automotive Dialogue dan APEC Chemical Dialgoue. 2. SOM Special task Groups membawahi: Streering Group on E-commerce, Counter Terrorism Task Force, Gender Focal Point Network.

3.Working Group yang berada dibawah Sectoral Ministerial Meeting: Agricultural Technical Cooperation, Energy, Fisheries, Human Resources Development, Industrial Science and Technology, Marine Resources Conservation, Small & Medium Enterprises, Telecommunication & Information, Tourism, Trade Promotion, Transportation. RUANG LINGKUP APEC APEC menggunakan tiga pilar utama sebagai kunci pencapaian tujuannya; Liberalisasi Perdagangan dan Investasi Liberalisasi Perdagangan dan Investasi dimaksudkan untuk mengurangi dan apabila memungkinkan menghapuskan hambatan tariff dan non tariff. Upaya tersebut difokuskan pada pembukaan pasar untuk meningkatkan perdagangan dan investasi. Fasilitasi bisnis Fasilitasi bisnis memfokuskan kegiatan pada upaya untuk mengurangi biaya transaksi, meningkatkan akses pada informasi perdagangan, memaksimalkan manfaat dari teknologi informasi dan menyesuaikan kebijakan dan strategi bisnis untuk mendorong pertumbuhan dan mencapai keterbukaan perdagangan dan investasi. Kerjasama Ekonomi dan Teknik ECOTECH memberikan kesempatan pada anggota ekonomi APEC untuk meningkatkan kapasitasnya melalui pelatihan dan kerjasama sehingga mampu menarik manfaat dari perdagangan dunia dan ekonomi baru (new economy). Hasil dari ketiga pilar tersebut akan memperkuat ekonomi anggota APEC melalui pemanfaatan maksimal sumber daya dan meningkatkan efisiensi BAGAIMANA APEC BEROPERASI APEC adalah suatu forum kerjasama ekonomi yang unik karena merupakan satusatunya forum kerjasama multilateral yang tidak mengikat anggotanya secara legal (non legally binding). Forum tersebut dinilai berhasil menyelenggarakan dialog yang seimbang dan menghargai pandangan anggotanya yang memiliki keragaman kepetingan. Keputusan yang diambil berkaitan dengan isu-isu yang dibahas dilakukan berdasarkan konsensus anggota.

Tingkat Kebijakan (policy level) o APEC Economic Leaders` Meeting Setiap tahun para Pemimpin Ekonomi APEC (Kepala Negara/Pemerintahan) mengadakan pertemuan untuk menyusun deklarasi yang akan menjadi agenda kebijakan bagi APEC. o APEC Ministerial Meeting Pertemuan tahunan para Menteri Luar Negeri dan Menteri Ekonomi/Perdagangan dilakukan sebelum diselenggarakannya pertemuan Para Pemimpin Ekonomi untuk membahas kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tahun yang bersangkutan dan menyusun rekomendasi bagi para Pemimpin untuk dipertimbangkan lebih lanjut. o Sectoral ministerial meeting Pertemuan para Menteri Sektoral dilakukan secara teratur meliputi bidang; pendidikan, energi, lingkungan dan pembangunan berkelanjutan, keuangan, sumberdaya manusia, kerjasama ilmu IPTEK, usaha kecil dan menengah, telekomunikasi dan infirmasi, pariwisata, perdagangan, perhubungan, dan peranan wanita. APEC Business Advisory Council (ABAC) Pertemuan tahunan ABAC dimaksudkan untuk memberikan pandangan dari sisi bisnis kepada para Pemimpin berkaitan dengan isu-isu APEC dan menyampaikan laporan dan rekomendasi untuk meningkatkan lingkungan bisnis dan investasidikawasan APEC. ABAC juga mengadakan pertemuan empat kali setahun dan menghadiri Minsiterial Meeting. Tingkat Pelaksanaan (working level) o Senior Official`s Meeting Para Pejabat Senior bekerja berdasarkan arahan dari para Menteri, dan selanjutnya para Pejabat Senior akan membimbing committee, working groups dan task force. Pertemuan Para Pejabat Senior yang dilaksanakan tiga atau empat kali setahun dimaksudkan untuk menyusun rekomendasi kepada para Menteri dan Pemimpin. - Committee on Trade and Investment (CTI) Komite yang terbentuk pada tahun 1993 bertugas mengkoordinir langkah-langkah APEC dalam mengurangi hambatan kegiatan bisnis di 15 bidang utama yang

tercantum dalam Agenda Aksi Osaka; tariff, non tariff, services, investment, standards and conformance, customs procedures, intellectual property rights,competition policy, government procurement, deregulation, rules of origin, dispute mediation, mobility of business people, dan implementation of WTO obligations. Beberapa isu penting yang dibahas terakhir dalam CTI meliputi : i) Collective Action Plans (CAP) : meningkatkan CAP untuk bidang-bidsang yang tercantum dalam Osaka Action Agenda. CAP merupakan alat utama untuk mendorong kemajuan liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi. ii) Multilateral Trading System: Mempercepat implementasi rencana strategis APEC - WTO related capacity building dan melakukan confidence building untuk mendukung Doha Development Agenda. iii) Trade Facilitation: mengurangi biaya transaksi sebesar 5% pada tahun 2006 dengan mengidentifikasi dan mengimplementasikan langkah-langkah nyata yang telah ditetapkan (menu of Options). iv) implementation of transparency standards: mengimplementasikan Leaders statement on Transparency Standards by 2005 dan mengembangkan atau memperbaharui standar transparansi untuk bidang-bidang spesifik (services, investment, government procurement, competition policy, standard and conformance, trade facilitation) v) APEC Policies on Trade and Digital Economy: menyusun rencana kerja untuk mencapai target Leaders s Statement to implement APEC Policies on Trade and the Digital Economy dan mengidentifikasi bidang baru yang dapat dimasukan serta menentukan targetnya. vi) Pathfinder Initiatives: memonitor dan me-review kemajuan yang dicapai dalam implementasi initiatif yang telah disetujui (Electrical and Electronic Equipment MRA parts II & III, Revised Kyoto convention simplification and harmonization of Customs Procedures, Unilateral Advance Passenger Information system,electronic SPS & electronic Certificates of Origin) vii) Strengthening Economic Legal Infrastructure (SELI) : memperkuat berfungsinya pasar melalui implementasi kerangka kerjasama untuk memperkuat infrastruktur

legal, inisiatif kerjasama APEC-OECD dalam regulatory reform dan peningkatan competition and regulatory reform. viii) Industry Dialogues (Automotive and Chemical) : menggalang dialog antara kalangan industri kimia dan antara kalangan industri otomotif. Juga diadakan dialog antaran kalangan industri dengan anggota ekonomi APEC untuk mengembangkan kebijakan dan meningkatkan kerjasama dalam meningkatkan effisiensi. - Economic Committee (EC) EC bertugas melakukan penelitian tentang perekonomian dan isu-isu yang menjadi prioritas APEC, sekaligus menjadi forum pertukaran informasi dan pandangan mengenai hal tersebut. Isu-isu penting yang telah dicapai sejak berdirinya EC tahun 1994 adalah; i) 2003 APEC Economic Outlook, ii) Investigation of Corporate Restructuring, iii) Knowledge Based Economy (KBE), iv) Project in support of APEC`s Trade and Liberalization and Facilitation. - SOM Committee on Economic and Technical Cooperation (SOM Committee on ECOTECH) SOM on ECOTECH yang berdiri tahun 1988 bertugas melakukan koordinasi dan mengelola agenda kerjasama ekonomi dan teknik, selain mengidentifikasi inisiatif kerjasama yang dapat dilakukan oleh anggota APEC. Kegiatan yang dilakukan oleh komite ini dimaksudkan untuk mempertahankan pertumbuhan ekonomi dan keseimbangan pembangunan sekaligus mengurangi perbedaan perekonomian dan meningkatkan kemakmuran. Kegiatan-kegiatan tersebut meliputi penelitan, pertukaran informasi dan pengalaman serta pelatihan. Isu terakhir yang dibahas dalam SOM ECOTECH meliputi; i) integration to global economy, ii) counter terrorism Capacity Building, iii) Promoting the Development of Knowledge Based Economies

, iv) Addressing the social Dimension of Globalization. BAGAIMANA APEC MENCAPAI TUJUAN DAN VISINYA Untuk mencapai tujuan Bogor Goals, anggota APEC menggunakan suatu strategi yang dikenal sebagai Osaka Action Agenda (OAA). Strategi tersebut telah disetujui para Pemimpin Ekonomi APEC tahun 1995 di Osaka Jepang. OAA dijabarkan lebih lanjut dalam Rencana Aksi individu (individual Action Plans) dan Rencana Aksi Kolektif (Collective Action Plans). RAK dan Rai dimaksudkan untuk melihat kemajuan yang telah dicapai oleh anggota ekonomi dalam mencapai Bogor Goals free and open trade and investment. Pengembangan dan pelaksanaan RAK dikoordinasikan oleh sebuah komite yang bernama Committee on Trade and Investment. Sedangkan penyempurnaan dan pelaksanaan RAI dilakukan oleh masing-masing ekonomi anggota. AGENDA AKSI OSAKA (AAO) Agenda ini yang dicetuskan pada pertemuan para pemimpin APEC di Osaka, Jepang tahun 1995 memberikan kerangka kerja bagi APEC untuk mencapai Bogor Goals melalui liberalisasi perdagangan dan investasi, falitasi bagi kalangan binis dan kegiatan sektoral didukung dengan kerjasama dan ekonomi dan teknik. prinsip-prinsip umum yang dianut oleh APEC dalam proses liberalisasi dan fasilitasi; i) Comprehensiveness - - mencakup semua hambatan terhadap sistem perdagangan dan investasi. ii) WTO-Consistency -- langkah liberalisasi dan fasilitasi akan konsisten dengan ketentuan WTO. iii) Comparability -- mewujudkan kesebandingan langkah liberalisasi dan fasilitasi perdagangan dan investasi yang ditempuh anggota. iv) Non-Discrimination hasil liberalisasi dan fasilitasi dinikmati oleh anggota maupun non anggota APEC. v) Transparency -- menjamin transparansi perundangan, peraturan dan prosedur administrasi disemua anggota APEC. vi) Standstill -- menahan diri untuk tidak menerapkan kebijakan yang menambah

tingkat proteksi. vii) Simultaneous start; continuous process and differentiated timetables -- proses liberalisai dan fasilitasi dimulai segera, berkesinambungan namun tetap memperhatikan perbedaan tingkat pembangunan masing-masing anggota. viii) Flexibility -- fleksibilitas dimungkinkan untuk menghadapi isu yang muncul dari perbedaan tingkat pembangunan masing-masing anggota. ix) Cooperation - kerjasama ekonomi dan teknik yang mendukung liberalisasi dan fasilitasi. Dalam proses liberalisasi dan fasilitasi, AAO juga menetapkan kerangka kerja untuk aksi yang dilakukan oleh masing-masing anggota ekonomi, aksi yang dilakukan oleh Sub Fora, dan aksi APEC berkaitan dengan upaya untuk memperkuat sistem perdagangan multilateral. Anggota ekonomi APEC akan melakukan aksi-aksi meliputi 15 bidang spesifik untuk mencapai tujuan. ß Tariff: melakukan penurunan tariff sampai Bogor Goals tercapai dan mengusahakan adanya transparansi dari regim tariff yang dianut. ß Non Tariff Measures: mengurangi hambatan non tariff dibidang perdagangan, menghapuskan ketentuan yang tidak konsisten dengan WTO dan menyesuaikan diri dengan perjanjian-perjanjian dalam WTO serta mengusahakan adanya transparansi kententuan yang berkaitan dengan non tariff. ß Services: mengurangi hambatan dalam akses pasar, mengupayakan most favored nation (MNF) treatment dan National treatment, mengupayakan adanya transparansi dari sektor-sektor yang diatur (regulated), mengakui bahwa ecommerce penting dalam perdagangan jasa. ß Investment: mengupayakan liberalisasi regim investasi dan lingkungan investasi di APEC, menfasilitasi kegiatan investasi. ß Standard and Conformance: menyesuaikan standar nasional dengan standar internasional, mengikuti aktivitas dibidang standarisasi, mendorong good regulatory pratice, berupaya untuk mencapai saling pengakuan sektor-sektor yang diatur (regulated) maupun sektor yang sifatnya sukarela (voluntary), mendorong

kerjasama pengembangan infrastruktur teknik dan mengupayakan adanya transparansi penilaian (assessment) standar dan kesesuaian dilingkungan APEC. ß Customs Procedures: menyederhanakan dan menyesuaikan prosedur kepabeanan, mendorong penggunaan teknologi dan e-commerce (new economy), meningkatkan kerjasama lintas batas dalam pergerakan barang dan jasa untuk mencegah aksi teror. ß Intellectual Property Rights: TRIPS Agreement menjamin adanya perlindungan yang efektif dan memadai, mendorong penyesuaian sistem IPR dikawasan APEC, meningkatkan kesadaran publik, mendorong dialog tentang isu kekayaan intelektual. New Economy menciptakan legal framework untuk mendukung aktivitas on-line, mengusahakan adanya keseimbangan diantara stakeholders, termasuk content providers. ß Competition Policy: memperkenalkan dan mempertahankan kebijakan persaingan yang efektif, memadai dan transparan, mendorong kerjasama diantara anggota ekonomi, meningkatkan kemampuan pihak yang berwenang dalam menangani kebijakan persaingan. ß Government Procurement: membangun kesamaan pandangan dalam kebijakan dan sistem pengadaan barang/jasa oleh pemerintah, mengupayakan liberalisasi pasar, meningkatkan penggunaan media elektronik dalam pengadaan barang/jasa oleh pemerintah. ß Deregulation/Regulatory Review: meningkatkan transparansi peraturan perundangan, menghapuskan peraturan domestik yang menghambat atau membatasi perdagangan, investasi atau persaingan dan mempercepat reformasi yang akan mendorong produk yang efisien, tenaga kerja dan pasar modal. ß WTO Obligation: mengupayakan agar implementasi Uruguay Round secara penuh dan efektif dalam kerangka waktu yang ditetapkan. Rules of Origin mengupayakan agar international harmonized rules of origin digunakan dalam fora internasional yang relevan, disamping mengupayakan agar rules of origin dipersiapkan dan diimplementasikan secara transparan. ß Dispute Mediation: mendorong anggota untuk secara kooperatif menangani perselisihan sejak awal, memfasilitasi dan mendorong penggunaan prosedur yang tepat dan solusi yagn efektif, mengupayakan transparansi undang-undang, peraturan dan prosedur adminsitratif.

ß Mobility of Business People: meningkatkan mobilitas kalangan bisnis dan penggunaan teknologi informasi dan komunikasi. ß Information Gathering Analysis: mengamankan landasan untuk perluasan dan perbaikan bidang spesifik dan rencana aksi ekonomi APEC dengan melakukan cross sectoral work. SHANGHAI ACCORD Shanghai Accord dicetuskan pada pertemuan para pemimpin APEC di Shanghai China tahun 2001 dengan maksud untuk memperluas visi APEC. Untuk menegaskan kembali langkah-langkah dalam mecapai Bogor Goals, maka dilakukan perluasan dari Osaka Action Agenda, menyetujui pendekatan Pathfinder untuk mendorong inisiatif APEC, mendorong trade policies for the New Economy, mendindaklanjuti langkah-langkah trade facilitation, dan menerima Transparency Principles. Memperkuat mekanisme implementasi melalui perbaikan IAP Peer Review Process dan memperkuat ECOTECH dan capacity building. RENCANA AKSI INDIVIDU (RAI) IAP digunakan untuk melaporkan kemajuan yang dicapai oleh masing-masing anggota ekonomi dalam membuka perdagangan dan investasi. Anggota ekonomi mengambil langkah-langkah yang diperlukan menyangkut 15 bidang spesifik secara sukarela dan tidak mengikat serta menetapkan target dan waktu pencapaiannya. Setiap tahun beberapa anggota ekonomi secara sukarela menyatakan dirinya siap untuk di-review atau dikenal sebagai Peer Review Process yang melibatkan Independent Review Team. Tim tersebut terdiri dari ahli yang melakukan riset dan analisa terhadap masing-masing RAI, pembahas (discussant) dan moderator. Peer Review Process juga melibatkan ABAC dan kalangan bisnis untuk memberikan tanggapan atau masukan. RENCANA AKSI KOLEKTIF (RAK) Rencana Aksi Kolektif memuat langkah-langkah kolektif anggota APEC yang

mencakup 15 bidang spesifik yang telah disepakati sebelumnya oleh seluruh anggotanya. Seperti halnya RAI, maka RAK digunakan untuk menjabarkan cara mencapai perdagangan dan investasi yang terbuka sekaligus untuk memantau kemajuan yang telah dicapai secara kolektif. Untuk mencapai kondisi ekonomi yang kuat maka pemerintah dan mitranya, yaitu kalangan bisnis, dunia pendidikan, peneliti kebijakan dan pihak-pihak yang terkait lainnya perlu bekerjasama. APA MANFAAT APEC BAGI EKONOMI KAWASAN ASIA PASIFIC? Dalam sepuluh tahun terakhir, anggota ekonomi APEC telah menghasilkan 70 persen dari pertumbuhan ekonomi global. Disamping itu kawasan Asia Pasifik secara konsisten telah menunjukan keunggulannya atas kawasan lainnya bahkan dalam masa krisis keuangan di Asia. Secara bersama-sama, anggota APEC berusaha mempertahankan pertumbuhan ekonomi dengan tetap menjaga komitmennya dalam membuka perdagangan, investasi dan melakukan reformasi ekonomi. Dengan mengurangi hambatan tariff dan non tariff dibidang perdagangan, anggota ekonomi APEC menjadi lebih efisien dan berhasil mendorong ekspornya secara signifikan. Sebagai gambaran dalam 10 tahun pertama, ekspor APEC meningkat 113 persen atau mencapai 2,5 triliun US dollar. Penanaman modal asing meningkat 210 persen secara keseluruhan, sedangkan di ekonomi berkembang meningkat 475 persen. Pendapatan Domestik Bruto ( Real GDP ) meningkat dengan sepertiga secara keseluruhan, sedangkan di ekonomi berkembang meningkat 74 persen. Pendapatan Domestik Bruto perkapita di ekonomi berkembang naik dengan 61 persen. BAGAIMANA MASYARAKAT DIKAWASAN ASIA PASIFIK MENDAPATKAN MANFAAT? Aksi kolektif maupun individual memberikan manfaat bagi masyarakat di Asia Pasifik. Manfaat langsung yang dirasakan adalah meningkatnya kesempatan kerja dan program pelatihan, semakin baiknya jaring pengaman sosial dan menurunnya kemiskinan. Secara umum, anggota ekonomi APEC dapat menikmati turunnya biaya hidup karena menurunnya tingkat hambatan perdagangan. Munculnya suatu ekonomi yang lebih kompetitif membantu menurunkan tingkat harga barang dan jasa yang dibutuhkan sehari-hari. Dalam sepuluh tahun sejak berdirinya APEC, telah

tercipta kesempatan kerja sebanyak 195 juta di kawasan APEC, dimana 174 juta diantaranya di anggota ekonomi berkembang. Perjalanan bisnis menjadi lebih efisien dan prosedur kepabeanan lebih ringkas serta informasi kunjungan bisnis di APEC dapat diketahui lebih mudah dan cepat. Adanya pelatihan dan kerjasama untuk mendukung usaha kecil dan menegah. Masyarakat mendapatkan manfaat dengan meningkatnya penggunaan internet dikalangan masyarakat dan keamanan di kawasan meningkat dengan adanya kegiatan penanggulangan terorisme dan pencegahan penyakit menular. HASIL PERTEMUAN PUNCAK APEC 2003 ( APEC ECONOMIC LEADER S MEETING APEC MINISTERIAL MEETING ) Thema APEC tahun 2003 adalah A World of Differences: partnership Promoting Trade and Investment Liberalization Enhancing Human Security Using APEC to Help People and Societies Benefit from Globalization Para Pemimpin ekonomi APEC mensahkan the Joint Statement yang disetujui pada pertemuan para Menteri ke 15. o The WTO and the Multilateral Trading System o Para M o Trade and Investment Liberalization and Facilitation o Structural Reform o Capacity Building to Share Prosperity o Knowledge-Based Economy for All o Counter-Terrorism and Secure Trade o Creating a New Financial Architecture for APEC o Supporting SMEs and Micro-enterprises - the New Growth Enterprises o APEC Reform