ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

dokumen-dokumen yang mirip
I PENDAHULUAN. terbesar di dunia. Hampir 60% produksi kakao berasal dari pulau Sulawesi yakni

PENGARUH PENAMBAHAN GULA AREN DAN SUHU PEMANASAN TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN KUALITAS SIRUP AIR KELAPA

I PENDAHULUAN. Bab ini akan membahas mengenai : (1) Latar Belakang Penelitian,

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesa Penelitian, dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

PENGARUH PENAMBAHAN VIRGINE COCONUT OIL (VCO) TERHADAP KARAKTERISTIK FISIK DAN ORGANOLEPTIK COKELAT BATANG ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

PENGARUH SUBSTITUSI GULA AREN (Arenga pinnata Merr.) DAN PENAMBAHAN NIB KAKAO (Theobroma cacao L.) TERHADAP KARAKTERISTIK ORGANOLEPTIK DARK CHOCOLATE

A. Tahapan Proses Pembuatan Coklat

I PENDAHULUAN. (2) Identifikasi Masalah, (3) Maksud dan Tujuan Penelitian, (4) Manfaat. (20,2%) dengan persentasi 13,6% (BPS, 2011).

BAB I PENDAHULUAN. penghasil devisa negara, penyedia lapangan kerja serta mendorong pengembangan

STEVIA ISSN No Vol. I No. 01-Januari 2011

ARTIKEL. Oleh : Annisa Nidya Nathania

Inspirasi Coklat yang Tiada Henti

LAPORAN PRAKTEK KERJA INDUSTRI PENGOLAHAN PANGAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

I PENDAHULUAN. (6) Hipotesis dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian. jumlah produksi sebesar ton per tahunnya. Biji kakao di Indonesia sekitar

IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pengkukusan kacang hijau dalam pembuatan noga kacang hijau.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Penyangraian bahan bakunya (tepung beras) terlebih dahulu, dituangkan

UJI ORGANOLEPTIK PRODUK PERMEN COKELAT DENGAN VARIASI PENAMBAHAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO)

BAB XII TUGAS KHUSUS

II. TINJAUAN PUSTAKA Nugget Ayam Menurut SNI (2002) nugget merupakan salah satu produk olahan daging

SIFAT KIMIA DAN TINGKAT KESUKAAN PERMEN KERAS (Hard Candy) SARI BUAH PALA (Myristica fragrans houtt famili myristicaseae)

POTENSI TEPUNG BIJI NANGKA (Artocarpus heterophyllus) DALAM PEMBUATAN KUKIS DENGAN PENAMBAHAN TEPUNG TEMPE. Riau. Riau

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. Hasil sidik ragam kadar protein kecap manis air kelapa menunjukkan

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

PEMANFAATAN DAUN KELOR (Moringa oleifera Lamk.) SEBAGAI BAHAN CAMPURAN NUGGET IKAN TONGKOL (Euthynnus affinis C.)

Padang, Maret Putri Lina Oktaviani

PENGARUH PENAMBAHAN LESITIN TERHADAP KUALITAS PERMEN COKLAT SELAMA PENYIMPANAN PADA SUHU KAMAR

PEMBUATAN MIE SUBTITUSI TEPUNG TERIGU DENGAN TEPUNG JAGUNG PUTIH (Zea mays L) AND SIFAT ORGANOLEPTIK ABSTRACT ABSTRAK

I PENDAHULUAN. Penelitian merupakan sebuah proses dimana dalam pengerjaannya

PENDAHULUAN. Bab ini menguraikan mengenai:(1.1) Latar Belakang Masalah, (1.2) Identifikasi

TEKNOLOGI PENGOLAHAN PRIMER DAN SEKUNDER BIJI KAKAO

PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG DAGING BEKICOT (ACHATINA FULICA) DALAM PEMBUATAN MIE BASAH TERHADAP KOMPOSISI PROKSIMAT DAN DAYA TERIMA NASKAH PUBLIKASI

KUALITAS MIE BASAH DENGAN SUBSTITUSI TEPUNG BIJI KLUWIH (Artocarpus communis G.Forst)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

KESIMPULAN DAN SARAN KESIMPULAN. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subtitusi pati ganyong pada

METODE Waktu dan Tempat Bahan dan Alat Tahapan Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. berarti bagi tubuh. Menurut Dewanti (1997) bahan-bahan pembuat es krim

PENGARUH TEMPERATUR ROASTING DAN ALKALISASI TERHADAP JENIS WARNA DAN MUTU BUBUK KAKAO *) Justus E.Loppies, Ruslan M.Yunus,Imran Thamrin,Yulius Sattu

PENGEMBANGAN ALTERNATIF STANDAR PENGUJIAN ORGANOLEPTIK PASTA KAKAO (KAJIAN PENAMBAHAN GULA DAN AIR)

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Pengaruh Teknik Inkubasi Pada Pembuatan Telur Asin Terhadap Sifat Kimia dan Organoleptiknya

KECEPATAN MELELEH DAN SIFAT ORGANOLEPTIK ES KRIM BIJI NANGKA

BAB V HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENGARUH PENGGUNAAN PEWARNA ALAMI, WAKTU PENGUKUSAN DAN SUHU TERHADAP PEMBUATAN SNACK MIE KERING RAINBOW

Peningkatan Mutu Biji Kakao Dengan Cara Perlakuan Perendaman Kapur Pada Saat Fermentasi

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sifat Kimia dan Palatabilitas Nugget Ayam Menggunakan Jenis dan Konsentrasi Bahan Pengisi yang Berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. mengandung 83-87,5 g air; 3,3 4,9 g protein dan; 4 7,3 g lemak. Susu kambing

M. Yogie Nugraha 1), Edison 2), and Syahrul 2) Abstract

MEMPELAJARI KUALITAS BIJI KAKAO KERING YANG BEREDAR DI PASARAN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA DAN KEMUNGKINAN PENGOLAHAN LANJUTAN

HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pengaruh Perlakuan terhadap Sifat Fisik Meatloaf. Hasil penelitian mengenai pengaruh berbagai konsentrasi tepung tulang

ABSTRAK. Kata kunci : puree labu kuning, tapioka, bika ambon.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Pendahuluan

BAHAN PENYEGAR. Definisi KAKAO COCOA & CHOCOLATE COKLAT 10/27/2011

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai dengan Juli 2013 di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tepung terigu yang ditambahkan dengan bahan bahan tambahan lain, seperti

PENGARUH PENAMBAHAN BUAH DURIAN (Durio zibethinus murr.) TERHADAP KADAR AIR, TEKSTUR, RASA, BAU DAN KESUKAAN KARAMEL SUSU KAMBING

Jurnal Pangan dan Gizi Vol 01 No. 02 Tahun 2010

BAB I PENDAHULUAN. disimpan cukup lama sebelum diproduksi. Biji kakao yang dihasilkan dari

FORMULASI BISKUIT KELAPA PARUT KERING DENGAN PERLAKUAN PENYANGRAIAN DAN TANPA PENYANGRAIAN

PENDAHULUAN. Salah satu keunikan dan keunggulan makanan dari bahan cokelat karena kandungan

PENERIMAAN KONSUMEN TERHADAP KARAKTERISTIK MUTU KERUPUK IKAN JELAWAT (Leptobarbus hoevenii)

5.1 Total Bakteri Probiotik

PENGARUH FORMULASI PENAMBAHAN TEPUNG SUKUN DALAM PEMBUATAN MIE KERING. Panggung, kec. Pelaihari, kab Tanah Laut, Kalimantan Selatan

Jurnal Teknologi dan Industri Pertanian Indonesia Open Access Journal

BAB III BAHAN DAN METODE

METODE. Waktu dan Tempat

BAB III METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kadar Air (%) Tempe Dengan Penambahan Tepung Belut dan Variasi Konsentrasi Usar Tempe

SIFAT FISIK DAN ORGANOLEPTIK BEEF NUGGET MENGGUNAKAN TEPUNG YANG BERBEDA (Physic and organoleptic characteristic of beef nugget using different flour)

Kajian Karakteristik Mutu Kerupuk Ikan Jelawat Leptobarbus hoevenii Selama Penyimpanan. Edison 1) dan Sumarto 1)*

KAJIAN PEMBERIAN ASAM ASKORBAT (VITAMIN C) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KETENGIKAN ABON IKAN LELE (Clarias batrachus)

III. METODE PENELITIAN. Biomedik Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Malang. Kegiatan

PENGARUH PENAMBAHAN KARAGENAN DAN JAHE TERHADAP ORGANOLEPTIK DAN SIFAT FISIKOKIMIA COKELAT BATANG ABSTRACT ABSTRAK PENDAHULUAN

I PENDAHULUAN. (3) Maksud dan Tujuan, (4) Manfaat Penelitian, (5) Kerangka Pemikiran, (6) Hipotesis Penelitian dan (7) Tempat dan Waktu Penelitian.

3.1. Produk Biskuit Brokoli dan Jambu Biji Fresh dan Bubuk B1 B2 B3 B4

J. Sains dan Teknologi Pangan Vol. 1, No. 3, P , Th. 2016

PENDAHULUAN. Buah-buahan tidak selalu dikonsumsi dalam bentuk segar, tetapi sebagian

SUBSTITUSI TEPUNG KACANG HIJAU (Phaseolus radiathus L) DALAM PEMBUATAN BISKUIT KIMPUL (Xanthosoma sagittifolium (L) schott)

BAB III MATERI DAN METODE. Penelitian dilaksanakan pada bulan Januari 2017 Februari 2017 di

HASIL DAN PEMBAHASAN Pembuatan Adonan Kerupuk

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian dan

Food Science and Culinary Education Journal

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. batok sabut kelapa (lunggabongo). Sebelum dilakukan pengasapan terlebih dahulu

EVALUASI MUTU MI INSTAN YANG DIBUAT DARI PATI SAGU LOKAL RIAU. Evaluation on the Quality of Instant Noodles Made From Riau Sago Starch

BAB 1 PENDAHULUAN. disukai oleh masyarakat mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 4.1 Pembuatan Ikan Tongkol (Euthynnus affinis) Asap. Pengolahan ikan tongkol (Euthynnus affinis) asap diawali dengan

1989).Sampel sebanyak 2 g dimasukkan ke dalam labu Erlenmeyer 500ml. balik. Didihkan selama 30 menit dan kadang kala digoyang- goyangkan.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Jurusan

I PENDAHULUAN. tahun Biji buah cokelat atau disebut buah kakao dikenal dengan nama

SUBSTITUSI TEPUNG COCOCAF PADA PEMBUATAN BROWNIES KUKUS SEBAGAI ALTERNATIF PENGGANTI TERIGU

I PENDAHULUAN. Hipotesis Penelitian, Tempat dan Waktu Penelitian. dapat diolah menjadi berbagai jenis makanan bernilai gizi tinggi seperti kacang

UJI KOMPOSISI BAHAN BAKU TERASI DENGAN MENGGUNAKAN ALAT PENCETAK TERASI

BAB I PENDAHULUAN. alternatif pengganti beras dan sangat digemari oleh masyarakat Indonesia.

PENGARUH PENAMBAHAN CRUDE STEARIN MINYAK KELAPA SAWIT TERHADAP KESTABILAN DARK CHOCOLATE

KAJIAN PEMBERIAN ASAM ASKORBAT (VITAMIN C) DENGAN KONSENTRASI YANG BERBEDA TERHADAP KETENGIKAN ABON IKAN LELE (Clarias batrachus) ABSTRAK

Transkripsi:

PENGARUH BAHAN PENYUSUN PRODUK COKELAT BATANGAN TERHADAP WAKTU LELEH DAN UJI ORGANOLEPTIK (Effect of Ingredients of Chocolate Bar on Melting Time and Organoleptic Test) Wahidin 1*, Tamrin 1, Erni Danggi 1 1 Jurusan Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Industri Pertanian, Universitas Halu Oleo *Email: wahidztc@gmail.com (Telp: +85394571693) ABSTRACT The purpose of this research was to determine the effect of ingredient of chocolate bar on melting time and organoleptic test. In this study consisted of 9 formulation (F), where each formulation containing materials includes pasta, cocoa butter, sugar, milk, lecithin and vanilla with different concentrations. Each formulation be repeated three times. The result showed that the best formulation of F6 sample (700 g pasta, 600 g fat, 650 g sugar, milk 28.8 g, 10 ml lecithin and 2 ml vanilla) with the organoleptic value of color, aroma, taste and texture ie. 4.11% (like), 3.95% (rather like), 4.05% (like) and 4.11% (like), respectively. Analysis of F6 sample produce characteristics of initial melting point, final melting point and fat content are 3.30 h, 9 h and 81.61%, respectively. Keywords: cocoa paste, cocoa butter, melting, organoleptic. ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh komposisi bahan penyusun pada produk cokelat batangan terhadap waktu leleh dan uji organoleptik. Pada penelitian ini terdiri dari 9 formulasi (F), dimana setiap formulasi mengandung bahan meliputi pasta, lemak kakao, gula, susu, lesitin dan vanili dengan konsentrasi yang berbeda. Setiap formulasi di lakukan pengulangan sebanyak 3 kali. Hasil penelitian menunjukkan bahwa formulasi terbaik pada produk F6 (pasta 700 g, lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) dengan nilai organoleptik terhadap warna, aroma, rasa dan tekstur berturut-turut yaitu 4,11% (suka), 3,95% (agak suka), 4,05% (suka) dan 4,11% (suka). Analisis pada sampel F6 menghasilkan karakteristik titik leleh awal, titik leleh akhir, kadar lemak berturut-turut yaitu 3.30 jam 9 jam dan 81,61%. Kata Kunci: pasta kakao, lemak kakao, titik leleh, organoleptik. PENDAHULUAN Produksi biji kakao di Indonesia secara signifikan terus meningkat, namun mutu yang dihasilkan sangat rendah dan beragam, antara lain kurang terfermentasi, tidak cukup kering, ukuran biji tidak seragam, kadar kulit tinggi, keasaman tinggi, cita rasa sangat beragam dan tidak konsisten. Hal tersebut tercermin dari harga biji kakao Indonesia yang relatif rendah dan dikenakan potongan harga dibandingkan harga produk sama dari negara produsen lain. Biji kakao merupakan akibat kandungan alkaloid, tetapi setelah melalui proses pengolahan akan menghasilkan cokelat untuk berbagai produk makanan/minuman. Salah stau upaya yang dapat di lakukan adalah 285

mengolah biji cokelat menjadi kembang gula atau permen cokelat. Cokelat mempunyai kandungan yang banyak mulai dari lemak 31%, karbohidrat 14%, dan Protein 9%. Protein cokelat kaya akan asam amino triptofan, fenilalanin,dan tyrosin. Meski cokelat mengandung lemak tinggi namun relative tidak mudah tengik karena cokelat mengandung polifenol 6% yang berfungsi sebagai antioksidan pencegah ketengikan. Berdasarkan uraian di atas, maka penulis akan melakukan penambahan lemak kakao dapat meningkatkan karakteristik fisik dan organoleptik cokelat batang sehingga upaya pengolahan biji cokelat kering menjadi cokelat batang, merupakan salah satu alternatif pemecahan masalah ekonomi dan kesehatan masyarakat perlu dilakukan penelitian untuk melihat pengaruh perbandingan persentasi lemak kakao terhadap titik leleh dan sifat fisik cokelat batangan. BAHAN DAN METODE Bahan Bahan yang digunakan dalam pembuatan cokelat adalah biji kakao yang diambil dari perkebunan rakyat dii Desa Lere Kecematan Basala Kabupaten Konawe Selatan Sulawesi Tenggara, lemak kakao, susu bubuk full cream, gula halus, lesitin nabati dan vanilli. Bahan yang digunakan untuk analisis lemak yaitu n-heksan. Persiapan Pasta Kakao Persiapan pasta kakao yaitu Biji kakao kering disangrai pada suhu 80 C selama 15 menit. Kemudian biji kakao dipisahkan dari kulitnya sehingga dihasilkan daging biji kakao tanpa kulit (nibs). Nibs yang dihasilkan selanjutnya disangrai kembali kemudian hasil sangrai tersebut dimasukan pada mesin stonmill (menghasilkan pasta kasar) lalu hasil pasta kasar dimasukan dalam mesin ball mill (menghasilkan pasta halus) hingga berbentuk cairan kental dan mengkilap berwarna cokelat gelap (pada tahap ini diperoleh pasta kakao). Setelah menjadi pasta halus dimasukan pada mesin storage tank (penyimpanan pasta). Pencampuran dan Pengadukan Bahan Pembuatan cokelat batang dilakukan dengan kategori jenis cokelat susu yang dapat dikonsumsi langsung. Prosedur pembuatan cokelat batang adalah sebagai berikut, untuk pembuatan cokelat batang digunakan, pasta kakao,lemak kakao, gula, susu full cream, bahan dicampur dan diaduk kecuali lesitin nabati dengan peralatan mixer selama 15 menit, kemudian diconching selama 5 jam, dimasukkan lesitin nabati setelah conching 2 jam. Setelah conching, adonan dilakukan proses tempering akhir, selanjutnya dilakukan pencetakan dan disimpan dalam refrigerator. Tempering Tempering bertujuan untuk membentuk salah satu jenis kristal tertentu yang terdapat pada lemak kakao. Cara yang paling umum adalah pertama-tama memanaskan cokelat sampai bersuhu lebih dari 36 C untuk melelehkan keenam jenis kristal. Melalui proses thermal ini, struktur cokelat akan leleh. (Faridah et al., 2008). Pencetakan Cokelat Batang 286

Pencetakan dilakukan setelah proses tempering akhir kemudian disimpan dalam refrigerator. Tujuannya agar permukaan cokelat bertahan pada suhu ruang. Penilaian Organoleptik Produk Cokelat Batang Untuk menentukan produk cokelat batang yang paling disukai oleh panelis dari setiap perlakuan, dilakukan penilaian organoleptik produk cokelat batang yang meliputi warna, rasa, tekstur dan aroma. Pengujian ini berdasarkan pada pemberian skor panelis terhadap warna, rasa, tekstur, dan aroma. Pengujian menggunakan 15 orang panelis. HASIL DAN PEMBAHASAN Uji Organoleptik Hasil rekapitulasi analisis sidik ragam penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap parameter kesukaan organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa, dan tekstur cokelat batang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Rekapitulasi analisis sidik ragam pengaruh penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik cokelat batang Analisis Sidik Ragam No. Variabel pengamatan Penambahan Penambahan P*L pasta (P) lemak (L) 1. Organoleptik Warna tn * * 2. Organoleptik Aroma tn ** ** 3. Organoleptik Rasa ** ** ** 4. Organoleptik Tekstur ** ** ** Keterangan: **=berpengaruh sangat nyata, *= berpengaruh nyata, tn=berpengaruh tidak nyata Berdasarkan data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa formulasi berpengaruh nyata terhadap karakteristik organoleptik rasa dan tekstur namun tidak berpengaruh nyata terhadap karakteristik organoleptik warna dan aroma. Sedangkan formulasi komposisi bahan penyusun berpengaruh sangat nyata terhadap karakteristik organoleptik rasa dan tekstur namun tidak berpengaruh nyata terhadap karakteristik organoleptik warna dan aroma. Interaksi antara penggunaan adonan dan penambahan komposisi bahan memberikan pengaruh sangat nyata terhadap karakteristik organoleptik aroma, rasa dan tekstur, serta memberikan pengaruh nyata terhadap karakteristik organoleptik warna. Warna Hasil penilaian organoleptik warna produk cokelat batang disajikan pada Tabel 2, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pengaruh bahan penyusun tidak berpengaruh nyata terhadap penilaian organoleptik warna, sedangkan bahan penyusun berpengaruh nyata terhadap penilaian organoleptik dari segi warna. Hasil uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT0,05) pengaruh mandiri penambahan lemak terhadap penilaian organoleptik warna cokelat batang.. Hasil uji lanjut DMRT pengaruh interaksi bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik warna cokelat batang disajikan pada Tabel 1. 287

Tabel 2. Pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik warna cokelat batang Formulasi Rerata Organoleptik Aroma DMRT0,05 F1 (P 600 g, L 500 g,g 800 g,s 38,8 g, Le 10 ml, V 2 ml) 3.62 c F2 (P 600 g, L 550 g,g 750 g,s 33,8 g, Le 10 g,v 2 g) 2.77 d 2=0.1939 F3 (P 600 g,l 600 g,g 700 g, S 38,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 2.51 e 3=0.2034 F4 (P700 g, L500 g,g 750 g,s 28,8 g, Le 10 ml,v 2 ml) 3.86 b 4=0.2094 F5 (P 700 g, L 550 g,g 550 g,s 28.8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.93 ab 5=0.2136 F6 (P 700 g,l 600 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 4.13 a 6=0.2167 F7 (P 800 g, L 500 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.97 ab 7=0.2190 F8 (P 800 g,l 550 g,g 600 g,s 28,8, g, Le 10 ml, V 2 ml) 3.97 ab 8=0.2207 F9 (P 800 g, L 600 g G 550 g, S 28,8 g, Le 10 ml, V 2ml) 3.91 b 9=0.2221 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunju40-3kkan beda nyata berdasarkan uji DMRT 0,05 taraf kepercayaan 95%. Berdasarkan data pada Tabel 1 diperoleh informasi bahwa formulasi pengaruh bahan penyusun terhadap produk cokelat batangan terhadap penilaian organoleptik warna tertinggi diperoleh pada F6 yaitu penggunaan pasta 700 g, lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml, dan vanili 2 ml. Hasil penilaian organoleptik warna pada formulasi F6 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F5 (Pasta 700 g, lemak 550 g, gula 700 g, susu 28.8 g, lesitin 10 ml, vanili 2 ml), F7 Pasta 80 g dan lemak 60 g dan F8 (Pasta 800 g, lemak 550 g, gula 600 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml, dan vanili 2 ml ), namun berbeda nyata dengan formulasi lainnya. Pada formulasi F5 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F7 dan F8, namun berbeda nyata dengan formulasi lainnya. Formulasi F4 Pasta 700 g, lemak 500 g, gula 750 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F9 (Pasta 800 g, lemak 550 g, gula 550 g, susu 28,8 g, lesiti 10 ml dan vanili 2 ml), namun berbeda nyata dengan formulasi F1 (Pasta 600 g, lemak 500 g, gula 800 g, susu 38,8 g, lesitin 10 ml, dan vanili 2 ml), F2 (Pasta 600 g, lemak 550 g, gula 750 g, susu 38,8 g, lesiti 10 ml, dan vanili 2 ml), dan F3 (Pasta 600 g, lemak 600 g, gula 700 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml). Formulasi F1 berbeda nyata dengan formulasi F2 dan formulasi F2 berbeda nyata dengan formulasi F3. Hubungan perlakuan penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik uji organoleptik warna cokelat batang dapat di lihat pada Gambar 1. 288

Warna Gambar 1. Grafik perlakuan penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik uji organoleptik warna cokelat batang. Berdasarkan Gambar 1 grafik hubungan antara penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik uji organoleptik warna cokelat batang memberikan informasi tingkat kesukaan tertinggi panelis terhadap warna cokelat batang yaitu pada perlakuan P2L3 (Pasta 35% dan lemak 30%) sebesar 4,11% (suka) dan penilaian terendah terdapat pada perlakuan P1L2 (Pasta 30% dan lemak 20%) sebesar 2,51% (agak tidak suka). Aroma F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 Aroma merupakan faktor yang sangat penting untuk menentukan tingkat penerimaan konsumen terhadap suatu produk, sebab sebelum dimakan. Menurut Winarno (2002), bahwa aroma yang enak dapat menarik perhatian konsumen dan kemungkinan besar memiliki rasa yang enak pula sehingga konsumen lebih cenderung menyukai makanan dari aromanya. Hasil penilaian organoleptik aroma produk cokelat batang disajikan pada Tabel 3, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pengaruh bahan penyusun tidak berpengaruh nyata terhadap penilaian organoleptik warna, sedangkan penambahan komposisi bahan penyusun dan interaksi antara penggunaan adonan dan penambahan bahan penyusun berpengaruh sangat nyata terhadap penilaian organoleptik dari segi aroma. Hasil uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT0,05) pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik aroma cokelat batangan. Hasil uji lanjut DMRT pengaruh interaksi bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik aroma cokelat batang disajikan pada Tabel 2. 289

Tabel 2. Pengaruh formulasi pada penilaian organoleptik aroma cokelat batang. Formulasi Rerata Organoleptik Aroma DMRT0,05 F1 (P 600 g, L 500 g,g 800 g,s 38,8 g, Le 10 ml, V 2 ml) 2.89 f F2 (P 600 g,l 550 g,g 750 g,s 33,8 g, Le 10 g,v 2 g) 2.97 ef 2=0.1381 F3 (P 600 g,l 600 g,g 700 g, S 38,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.07 e 3=0.1449 F4 (P700 g, L500 g,g 750 g,s 28,8 g, Le 10 ml,v 2 ml) 3.77 b 4=0.1492 F5 (P 700 g, L 550 g,g 550 g,s 28.8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.88 ab 5=0.1522 F6 (P 700 g,l 600 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.94 a 6=0.1544 F7 (P 800 g, L 500 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.27 d 7=0.1560 F8 (P 800 g,l 550 g,g 600 g,s 28,8, g, Le 10 ml, V 2 ml) 3.37 cd 8=0.1573 F9 (P 800 g, L 600 g G 550 g, S 28,8 g, Le 10 ml, V 2ml) 3.43 c 9=0.1583 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT0,01 taraf kepercayaan 99%. Berdasarkan data pada Tabel 2 diperoleh informasi bahwa formulasi pengaruh bahan penyusun produk cokelat batang terhadap penilaian organoleptik aroma tertinggi diperoleh pada F6 yaitu penggunaan adonan pasta 700 g penambahan lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g lesitin 10 ml dan vanili 2 ml. Hasil penilaian organoleptik aroma pada formulasi F6 menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F5 (Pasta 700 g, lemak 550 g, gula 700 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) namun berbeda nyata dengan formulasi lainnya. Formulasi F4 (Pasta 700 g, lemak 500 g, gula 750 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan berbeda nyata dengan formulasi lainnya. Pada formulasi F9 (Pasta 800 g, lemak 600 g, gula 550 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F8 (Pasta 800 g, lemak 550 g, gula 600 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) namun berbeda nyata dengan formulasi lainnya. Formulasi F7 (Pasta 800 g, lemak 500 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan berbeda nyata dengan formulasi F3 (Pasta 600 g, lemak 600 g, gula 700 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml), F2 (Pasta 600 g, lemak 550 g, gula 750 g, susu %28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) dan F1 (Pasta 600 g, lemak 500 g, gula 800 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml). Sedangkan formulasi F3 tidak berbeda nyata dengan formulasi F2, namun berbeda nyata dengan formulasi F1. 290

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 Gambar 2. Perlakuan penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik uji organoleptik aroma cokelat batang. Berdasarkan Gambar 2 grafik hubungan antara penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik uji organoleptik aroma cokelat batang memberikan informasi tingkat kesukaan tertinggi panelis terhadap aroma cokelat batang yaitu pada perlakuan P2L3 (Pasta 35% dan lemak 30%) sebesar 3,95% (agak suka) dan penilaian terendah terdapat pada perlakuan P1L1 (Pasta 30% dan lemak 20%) sebesar 2,89% (agak tidak suka). Tekstur Umumnya tekstur makanan ditentukan oleh kandungan air, lemak, protein dan karbohidrat (Fellows, 1990). Menurut Kartika, et al. (1988), tekstur merupakan sensasi tekanan yang dapat diamati dengan mulut (pada waktu digigit, dikunyah dan ditelan) ataupun perabaan dengan jari. Macam-macam penginderaan tekstur tersebut menurut Soekarto (1990) antara lain meliputi kebasahan (juiciness), kering, keras, halus, kasar dan berminyak. %. Hasil penilaian organoleptik aroma produk cokelat batang disajikan pada Tabel 3, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa pengaruh bahan penyusun berpengaruh sangat nyata terhadap penilaian organoleptik dari segi tekstur. Hasil uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT0,05) pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik tekstur cokelat batangan. Hasil uji lanjut DMRT pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik tekstur cokelat batang disajikan pada Tabel 3. 291

Tabel 3. Pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik tekstur cokelat batangan. Formulasi Rerata Organoleptik Aroma DMRT0,05 F1 (P 600 g, L 500 g, G 800 g,s 38,8 g, Le 10 ml, V 2 ml) 2.99 h F2 (P 600 g,l 550 g, G 750 g,s 33,8 g, Le 10 g,v 2 g) 3.11 g 2=0.7316 F3 (P 600 g,l 600 g,g 700 g, S 38,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.23 f 3=0.0767 F4 (P700 g, L500 g,g 750 g,s 28,8 g, Le 10 ml,v 2 ml) 3.82 b 4=0.0789 F5 (P 700 g, L 550 g,g 550 g,s 28.8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.89 b 5=0.0805 F6 (P 700 g,l 600 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 4.11 a 6=0.0816 F7 (P 800 g, L 500 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.53 e 7=0.0825 F8 (P 800 g,l 550 g,g 600 g,s 28,8, g, Le 10 ml, V 2 ml) 3.61 d 8=0.0831 F9 (P 800 g, L 600 g G 550 g, S 28,8 g, Le 10 ml, V 2ml) 3.71 c 9=0.0836 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT0,01 taraf kepercayaan 99%. Berdasarkan data pada Tabel 3 diperoleh informasi bahwa formulasi bahan penyusun pada produk cokelat batangan terhadap penilaian organoleptik tekstur tertinggi diperoleh pada F6 yaitu penggunaan pasta 700 g dan penambahan lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml dengan tingkat kesukaan 4,11%. Hasil penilaian organoleptik rasa pada formulasi F6 (Pasta 700 g, lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan berbeda nyata dengan perlakuan lainnya. Pada formulasi F5 (Pasta 700 g, lemak 550 g, gula 700 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F4 (Pasta 700 g, lemak 500 g, gula 750 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) namun berbeda nyata dengan formulasi lainnya. formulasi F9 (Pasta 800 g, lemak 600 g, gula 550 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan berbeda nyata dengan formulasi F8 (Pasta 800 g, lemak 550 g, gula 600 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml), formulasi F8 berbeda nyata dengan formulasi F7 (Pasta 800 g, lemak 500 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml), formulasi F7 berbeda nyata dengan formulasi F3 (Pasta 600 g, lemak 600 g, gula 700 g, susu 38,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml), formulasi F3 berbeda nyata dengan formulasi F2 (Pasta 600 g, lemak 550 g, gula 750 g, susu 38,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) dan formulasi F2 berbeda nyata dengan formulasi F3 (Pasta 600 g, lemak 600 g, gula 700 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml). Pengaruh formulasi karakteristik uji organoleptik tekstur cokelat batangan dapat di lihat pada gambar 3 292

F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 Gambar 3. Grafik perlakuan penggunaan pasta dan penambahan lemak terhadap karakteristik uji organoleptik tekstur cokelat batang. Berdasarkan Gambar 3 grafik formulasi bahan penyusun terhadap karakteristik uji organoleptik aroma cokelat batang memberikan informasi tingkat kesukaan tertinggi panelis terhadap aroma cokelat batang yaitu pada formulasi F6 (Pasta 700 g, lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) sebesar 3,95% (agak suka) dan penilaian terendah terdapat pada formulasi F1 (Pasta 600 g, lemak 500 g, gula 800 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) sebesar 2,89% (agak tidak suka). Rasa rasa makanan adalah aroma makanan, bumbu masakan dan bahan makanan, keempukan atau kekenyalan makanan, kerenyahan makanan, tingkat kematangan dan temperatur makanan (Meilgaard et al. 2000). Rasa juga merupakan persepsi dari sel pengecap meliputi rasa asin, manis, asam, dan pahit yang diakibatkan oleh bahan yang mudah terlarut dalam mulut (Meilgaard et. al., 1999). Penilaian konsumen terhadap bahan suatu makanan biasanya tergantung pada citarasa yang ditimbulkan oleh bahan makanan tersebut. Hasil penilaian organoleptik aroma produk cokelat batang disajikan pada Tabel 4, sedangkan hasil sidik ragamnya disajikan pada Tabel 1. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam diketahui bahwa formulasi pengaruh bahan penyusun berpengaruh sangat nyata terhadap penilaian organoleptik dari segi rasa. Hasil uji lanjut Duncan s Multiple Range Test (DMRT0,05) pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik rasa cokelat batang. Hasil uji lanjut DMRT pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik rasa cokelat batang disajikan pada Tabel 4. 293

Tabel 4. Pengaruh bahan penyusun terhadap penilaian organoleptik rasa pada cokelat batangan. Formulasi Rerata Organoleptik Aroma DMRT0,05 F1 (P 600 g, L 500 g,g 800 g,s 38,8 g, Le 10 ml, V 2 ml) 3.04 g F2 (P 600 g, L 550 g,g 750 g,s 33,8 g, Le 10 g,v 2 g) 3.23 f 2=0.0745 F3 (P 600 g,l 600 g,g 700 g, S 38,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 2.32 e 3=0.0781 F4 (P700 g, L500 g,g 750 g,s 28,8 g, Le 10 ml,v 2 ml) 3.83 b 4=0.0804 F5 (P 700 g, L 550 g,g 550 g,s 28.8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.90 b 5=0.0823 F6 (P 700 g,l 600 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 4.05 a 6=0.0831 F7 (P 800 g, L 500 g,g 650 g,s 28,8 g,le 10 ml,v 2 ml) 3.59 d 7=0.0840 F8 (P 800 g,l 550 g,g 600 g,s 28,8, g, Le 10 ml, V 2 ml) 3.69 c 8=0.0847 F9 (P 800 g, L 600 g G 550 g, S 28,8 g, Le 10 ml, V 2ml) 3.70 c 9=0.0852 Keterangan : Angka-angka yang diikuti oleh notasi huruf yang berbeda menunjukkan beda nyata berdasarkan uji DMRT0,01 taraf kepercayaan 99%. Berdasarkan data pada Tabel 4 diperoleh informasi bahwa formulasi bahan penyusun produk cokelat batang terhadap penilaian organoleptik rasa tertinggi diperoleh pada F6 yaitu penggunaan pasta 700 g dan penambahan lemak 600 g, gula 65 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml. Hasil penilaian organoleptik rasa pada formulasi F6 menunjukkan berbeda nyata dengan formulasi lainnya. Pada formulasi F5 (Pasta 700 g, lemak 550 g, gula 700 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) menunjukkan tidak berbeda nyata dengan formulasi F4 (Pasta700 g, lemak 750 g, gula 750 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) namun berbeda nyata dengan formulasi lainnya. formulasi F9 (Pasta 800 g, lemak 600 g, gula 550 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vamili 2 ml) menunjukkan berbeda nyata dengan formulasi F7 (Pasta 800 g, lemak 500 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml), F2 (Pasta 600 g, lemak 550 g, gula 750 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) dan F1 (Pasta 600 g, lemak 500 g, gula 800 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) namun tidak berbeda nyata dengan formulasi F8 (Pasta 800 g, lemak 550 g, gula 600 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml). Sedangkan formulasi F7 (Pasta 800 g, lemak 500 g, gula 650 g, susu 28,8%, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) berbeda nyata dengan formulasi F3, formulasi F3 berbeda nyata dengan formulasi F2 dan formulasi F2, berbeda nyata dengan formulasi F1. Pengaruh formulasi terhadap karakteristik uji organoleptik rasa cokelat batang dapat di lihat pada gambar 4. 294

Gambar 4. Grafik karakteristik uji organoleptik rasa cokelat batang. Berdasarkan Gambar 4, bahwa bahan penyusun terhadap karakteristik uji organoleptik rasa cokelat batang memberikan informasi tingkat kesukaan tertinggi panelis terhadap rasa cokelat batang yaitu pada formulasi F6 (Pasta 700 g lemak 650 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) sebesar 4,05% (suka) dan penilaian terendah terdapat pada formulasi F1 sebesar 3,04% (agak suka). Kadar Lemak F1 F2 F3 F4 F5 F6 F7 F8 F9 Rekapitulasi hasil analisis lemak cokelat batang yang menjadi pilihan panelis untuk formulasi F6 penggunaan pasta 700 g, 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml vanili 2 ml dan formulasi F1 penggunaan pasta 600 g dan penambahan lemak 500 g, gula 800 g, susu 38,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml yang merupakan perlakuan dengan tingkat kesukaan terendah panelis disajikan pada Tabel 5. Tabel 5. Nilai gizi lemak cokelat batang No. Komponen F1 F6 1 Kadar Lemak (%) 65,17 81,61 Tabel 6 menunjukkan bahwa semakin meningkatnya konsentrasi lemak kakao yang ditambahkan pada pembuatan cokelat batang memberikan kadar lemak cokelat batang berbeda nyata antar formulasi, dimana kadar lemak formulasi F1 (Pasta 600 g dan lemak 500 g, gula 800 g, susu 38,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml) memiliki kadar lemak sebesar 65,17% sedangkan pada formulasi cokelat batang terpilih F6 (Pasta 700 g dan lemak 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml, dan vanili 2 ml ) memiliki kadar lemak sebesar 81,61%. Meningkatnya kadar lemak cokelat batang yang dihasilkan tidak hanya diakibatkan oleh pengaruh bahan penyusun dari luar, juga disebabkan oleh kandungan lemak yang ada di dalam bahan lainnya, seperti pasta, lemak kakao, gula, susu, lesitin dan vanili. Hal ini disebabkan karena pada pembuatan cokelat batang ini digunakan bahan penyusun maka 295

kadar lemak dari cokelat batang tersebut akan mengalami peningkatan sebesar 5% sampai 7% pada setiap penambahan konsentrasi lemak kakao. Selain penambahan lemak kakao yang dapat mempengaruhi kadar lemak cokelat batang, faktor lain yang mempengaruhi kadar lemak cokelat batang adalah penambahan bahan lainnya yang juga memberikan kontribusi terhadap kadar lemak produk walaupun sedikit. Uji Waktu Titik Leleh a. Uji titik leleh awal No. Sampel Waktu Leleh Awal Cokelat Batangan ( T= 30 o C ) 1 F1 Uji Titik leleh awal di lakukan secara kualitatif, pada formulasi ini meleleh pada jam ke 2.30 dengan suhu ruang 30 o C sedangkan 2 F6 Uji analisis Titik leleh awal di lakukan secara kualitatif, pada formulasi ini meleleh pada jam 3.30 dengan suhu ruang 30 o C. b. Uji titik leleh akhir No. Sampel Waktu Leleh Akhir Cokelat Batangan ( T= 30 o C ) 1 F1 Uji Titik leleh akhir di lakukan secara kualitatif, pada formulasi ini meleleh 7 jam dengan suhu ruang 30 o C sedangkan 2 F6 Uji Titik akhir di lakukan secara kualitatif, pada formulasi ini meleleh sekitar 9 jam dengan suhu ruang 30 o C. KESIMPULAN Konsentrasi bahan penyusun produk cokelat batangan dapat mempengaruhi titik leleh. Formulasi terbaik tingkat kesukaan panelis dalam penilaian organoleptik yang meliputi warna, aroma, rasa dan tekstur semakin tinggi. formulasi F6 (pasta kakao 700 g, lemak kakao 600 g, gula 650 g, susu 28,8 g, lesitin 10 ml dan vanili 2 ml), dengan rata rata tingkat kesukaan pada organoleptik warna sebesar 4,11% (suka), aroma sebesar 3,95% (agak suka), rasa sebesar 4,05% (suka) dan tekstur sebesar 4,11% (suka). DAFTAR PUSTAKA Haryadi M, Supriyanto. 2001. Pengolahan kakao menjadi bahan pangan. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. Universitas Gajah Mada, Yogyakarta Indarti E. 2013. Kajian pembuatan cokelat batang dengan metode tempering dan tanpa tempering. Jurnal Teknologi Dan Industri Pertanian Indonesia. 5(1): 1-7. Kartika, Bambang, Puji H, Wahyu S. 1988. Pedoman uji inderawi bahan pangan. UGM. Yogyakarta. Meilgard M, Civille GV, Carr BT. 1999. Sensory evaluation techniques 3rd Ed. CRC Press, Boca Raton. 296

Mulato S, Widyotomo S, Misnawi E, Suharyanto. 2005. Pengolahan produk primer dan sekunder kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember. Smanda, 2010. Pengolahan Produk Primer dan Sekunder biji Kakao. Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jember Winarno FG. 2004. Kimia pangan. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. 297