Pedoman Wawancara Pengambilan Keputusan Membiara

dokumen-dokumen yang mirip
Keindahan Seni Pendatang Baru

Ingatan lo ternyata payah ya. Ini gue Rio. Inget nggak? Rio... Rio yang mana ya? Ok deh, gue maklum kalo lo lupa. Ini gue Rio, senior lo di Univ

"BOLA DAN CINTA" TRI ISTANTO S1TI-07

'hufft, aku cape selalu disakitin sama cowo yang aku sayang.' kata icha sambil menghela nafas. tanpa dia sadari air matanya menetes.

PEDOMAN WAWANCARA. 3. Pernahkah anda melakukan usaha untuk menggugurkan kandungan? tua/pasangan/orang-orang terdekat anda?

Transkrip Wawancara dengan Suami Broken Home

Rumah Ketua RT : (tok tok tok.) Assalamuallaikum.. permisi : Waallaikum salam eeeh perawat Evita.. apa kabar?

Marwan. Ditulis oleh Peter Purwanegara Rabu, 01 Juni :25

CINTA TELAH PERGI. 1 Penyempurna

"Ya ampun ini anak pikirannya makan terus. Hahahaha," jawab Ricky "Yah keliatan kali dari pipi Ki. Hahaha," timpal Cella Persahabatan yang nyaris

Mari belajar keliling dan Luas Lingkaran.

Dalam sehari, dia menghancurkan semua harapanku. Dalam sehari, dia membuatku menangis. Dalam sehari, dia menjadi mimpi terburukku

This is the beginning of everything

Persahabatan Itu Berharga. Oleh : Harrys Pratama Teguh Sabtu, 24 Juli :36

GURU. Anak-anak, hari ini kita kedatangan murid baru. Ayo silahkan perkenalkan diri.

LAPORAN KONSELING INDIVIDUAL

IBU DAN CINTA INT.DI DAPUR TEMPAT IBU MULYADI MEMASAK(PAGI)

Gambar tersebut adalah sebuah hati, ditengah-tengahnya terdapat sebuah gedung dan disamping kiri gambar tersebut ada angka satu besar sekali.

BAB II. 1. Pasangan WE dan ET (Mahasiswa perantauan asal Riau)

Aku menoleh. Disana berdiri seorang pemuda berbadan tinggi yang sedang menenteng kantong belanjaan di tangan kirinya. Wajahnya cukup tampan.

PERANCANGAN FILM KARTUN

23 April 2013 Introduction

It s a long story Part I

Lampiran 4. Verbatim Subjek 2. Waktu Wawancara : Rabu, 26 Maret 2014 PENELITI (P) SUBJEK2 (A)

Bab 1. Awal Perjuangan

Keberanian. Dekat tempat peristirahatan Belanda pada zaman penjajahan, dimulailah perjuangan nya.

SAHABAT PERTAMA. Hari Senin pagi, Lisha masih mandi. Padahal seharusnya ia sudah berangkat sekolah.

Tugas Mid Semeter. Membuat Naskah Film Pendek

vioooooo, udah jam 6 lewat, kamu mau sekolah apa gak sih jerit mama dari dapur ketika mendapati sarapan yang disiapkannya masih rapi di meja makan.

Lampiran 3. Verbatim Subjek 1. Waktu Wawancara : Sabtu, 08 Februari 2014 PENELITI (P) SUBJEK1 (YS)

Lika-liku Mencari Pasangan Hidup yang Seiman. Ditulis oleh Krismariana Senin, 30 Januari :02

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Kau Tetap Indonesiaku

Naskah Manajemen Complain dan Customer Care

Buku BI 3 (12 des).indd 1 16/12/ :41:24

Pagi hari di sekolah didalam kelas ada 3 orang anak murid yang sedang berbincang-bincang. Yaitu Ditra, Dila, Tantri, DITRA.

MODUL STRATEGI PELAKSANAAN PADA PASIEN DENGAN HALUSINASI DENGAR OLEH ANNISETYA ROBERTHA M. BATE

Transkrip Wawancara dengan Anak Korban Broken Home

Kring...kring...kring...pukul menunjukkan waktu 05:45 WIB.

Selesai mandi, istri keluar kamar mandi. Tubuhnya ditutupi handuk. Sambil mengeringkan rambut menggunakan handuk, istri berjalan menuju meja rias.

Dengan senyum aku menyapanya. Tapi dia tidak merespon dan tetap saja membaca sebuah novel. Sekali lagi aku mengulangi sapaanku.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA. maka akan dilakukan pembahasan dalam bentuk paparan dan analisis faktor-faktor

TUGAS UJIAN PERANCANGAN FILM KARTUN NASKAH FILM. Disusun Oleh :

BAB IV DESKRPSI DAN ANALISIS DATA. sebelumnya, maka untuk menjawab pertanyaan penelitian tersebut dilakukan

Menurut sekolah, saya sudah lulus. Menurut Tuhan, belon. :p Justru di saat-saat China, Tuhan mendidik saya dengan berbagai macam hal.

BAB IV HASIL PENELITIAN

LAMPIRAN I : PERTANYAAN PENELITIAN

S a t u DI PAKUAN EXPRESS

I. Arga ( tentang Dia dan Dia )

***** 2 Bintang Bersinar di Negeri Berlian

YANG TERHILANG Oleh: Yung Darius

Bab 1. Kehilangan mimpi

Wawancara Partisipan 1

STRATEGI PELAKSANAAN 1 (SP1) PADA KLIEN DENGAN KEHILANGAN DAN BERDUKA. No. MR : 60xxxx RS Dr. H. Marzoeki Mahdi Bogor

Lampiran 1. Panduan wawancara. Perilaku kesehatan ibu hamil yang menderita malaria pada suku Amungme di Timika

PIPIN, KAKEK, DAN KERETA API. El Johan Kristama

Alergi Gelembung. Girl and the Magic Tree 1

LAMPIRAN LAMPIRAN 71

Aduh 15 menit lagi masuk nih, gimana donk? Jalanan macet segala lagi, kenapa sih setiap hari jalanan macet kaya gini? Kayanya hari ini bakalan jadi

Part 1 : Aku Menghajar Nenek-Nenek Dengan Cangkul

BAB I PENDAHULUAN. memiliki tugas perkembangan yang sangat penting yaitu mencapai status

ALAT UKUR. Pengantar

Aku, Sekolah, dan Cita-citaku

LAMPIRAN-LAMPIRAN PEDOMAN WAWANCARA

Bodoh Sekali. Oleh: Ga Hyun

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

DATA DEMOGRAFI PARTISIPAN PENGALAMAN IBU PADA PERIODE INTRANATAL DENGAN KETUBAN PECAH DINI. Kode:

Pemilik jiwa yang sepi

Aku Tidak Mengerti Orang Biasa

Anam Rufisa. Catatan Anak Kelinci. Penerbit. Ana Monica Rufisa

Universitas Sumatera Utara

PELAYANAN ANAK. GPdI HALELUYA CIMAHI. Jalan Kolonel Masturi 67 Telepon: (022) No: 02/ V/ RH/ Pelnap/ 2008

Kata siapa mukjizat sudah berhenti?? Kata siapa Paskah cuman sekedar ritual agamawi semata?

Malang, 23 Pebruari 1980

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Secangkir Kopi. Intro. Saat ini aku tidak memiliki seorang kekasih, tidak memiliki pekerjaan dan mungkin juga tidak memiliki teman sesungguhnya.

Sepanjang jalan tiada henti bercerita dan tertawa, aku menghitung bintang-bintang dan tak terasa sudah sampai di tempat mie ayam rica-ricanya Pasti

Sejatinya, semua manusia terlahir untuk dua hal, mendapatkan berita terbaik dan terburuk. Berita ini adalah sebuah misteri, ketika mereka terus

KISAH DUA SAUDARA ADANG SUTEJA HADIYANTO TRUE STORY

DATA PERCAKAPAN. pada saat anak sedang mengerjakan tugas di dalam kelas)

Kanuna Facebook on September 07, 2011 Prolog

BUNDA MARIA IBU BIARAWAN-BIARAWATI Rohani, Oktober 2012, hal Paul Suparno, S.J.

Not Just A Friendship, We Are Big Family

BAB I MANUSIA BISA TUMBUH SAYAP

HASIL WAWANCARA INFORMAN 1

HANYA KAMU BAB 1 AMANDA

Guys, tulisan ini ngga ada hubungannya ama Tukul Arwana :p Cuman emank ada hubungannya ama laptop.

BAB IV DESKRIPSI DAN ANALISIS DATA PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

Ibu, Ibu tenang yah. Sella nanti akan cari di mana Andrie berada, yang penting Ibu sabar dan gak usah kawatir yah Bu..! Iya de, Ibu mohon de.

TRANSKIP DATA OBJEK PENELITIAN KEDUA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

LAMPIRAN I PEDOMAN WAWANCARA

Cinta memang tidak akan ada yang tahu kehadirannya, cinta bisa datang dan pergi tanpa diduga. Cinta bisa berdampak positive ataupun negative terhadap

PELAYANAN ANAK GPdI HALELUYA. Jalan Kolonel Masturi 67 Cimahi Telepon: (022)

LEMBAR HASIL WAWANCARA (INFORMAN)

[Fanfic] Sebuah gambar aneh menarik perhatianmu. Gambar itu jelek, tapi memiliki sesuatu yang membuatmu penasaran. Cast : Kalian yang membaca~

Mungkin mereka tidak akan menemuiku, ujarku dalam hati.

CINTA 2 HATI. Haii...! Tiara terkejut, dan menatap pada pria itu. Pada saat itu, ternyata pria itu juga menatap kearah Tiara. Mereka saling menatap.

gelap, dan kalau buat tidur tidak nyaman. Coba aja.

Transkripsi:

LAMPIRAN 213

214 Pedoman Wawancara Pengambilan Keputusan Membiara 1. Mengenali masalah a. Individu mulai menyadari adanya kesempatan bagi dirinya untuk menjalani hidup membiara 1) Adanya kehampaan dalam dirinya sebelum menjalani hidup dalam biara. 2) Adanya perasaan menjadi lebih baik jika menjalani hidup membiara. 3) Pandangan individu pada kehidupan membiara b. Melihat bahwa tantangan dalam membiara sebagai peluang bagi individu. 1) Mulai menyadari akan adanya resiko yang mungkin dihadapi kedepan saat memutuskan hidup membiara 2) Mulai mempertimbangkan akan kehidupan membiara dengan melihat resiko yang mungkin terjadi. 2. Mencari alternatif a. Individu mulai mencari informasi sebelum mengambil keputusan membiara 1) Mencari informasi-informasi dari berbagai sumber mengenai kehidupan membiara, dan mencari orang-orang yang lebih kompeten dalam bidang tersebut.

215 2) Siapa sajakah orang-orang yang memberi informasi atau pengetahuan akan hidup membiara. 3) Informasi digunakan sebagai pengetahuan individu untuk mengambil keputusan. 3. Menimbang alternatif a. Individu mempertimbangkan resiko-resiko dari keputusannya untuk membiara 1) Melihat sisi positif dan negatif dari pengambilan keputusan hidup membiara. 2) Mulai mengambil keputusan yang sesuai dengan tujuannya. 3) Perasaan partisipan dan keluarga jika mengambil keputusan membiara. 4. Menimbang komitmen a. Individu menjalankan keputusan yang diambilnya dan berhati-hati pada celaan yang ada. 1) Partisipan mulai menjalani hidup membiara yang sudah menjadi keputusannya. 2) Partisipan bersiap untuk menerima resiko dan konsekuensi dari pengambilan keputusannya. 3) Perasaan partisipan dalam menerima konsekuensi.

216 b. Individu mulai menyampaikan keputusannya pada orang lain. Individu menyampaikan secara langsung pada orangorang terdekat mengenai keputusannya untuk hidup membiara dan menjadi biarawati. 5. Menghadapi umpan balik a. Individu tanpa ragu-ragu mengambil keputusan Partisipan dengan mantap mengambil keputusan untuk menjalankan hidup membiara dan menjadi biarawati. b. Mempertahankan pada keputusan yang telah diambilnya Partisipan melakukan usaha-usaha untuk tetap setia pada panggilannya untuk hidup membiara.

217 Partisipan 1 Wawancara 1 (P1W1) Waktu : Jumat, 16 November 2012; pukul 10.30-11.43 WIB Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga MTU : Selamat pagi suster? 1 P : Pagi. 2 MTU : Seperti kesepakatan sebelumnya, hari ini saya akan mewawancarai suster mengenai pengambilan 3 keputusan suster untuk hidup membiara. 5 P : Iya. 8 MTU : Baik suster, bisa kita mulai? 9 P : Iya, silahkan. 10 MTU : Baik, pertama-tama bisa suster ceritakan, kapan suster tertarik untuk hidup membiara dan menjadi seorang suster? P : Bagaimana ya, saat saya melihat seorang suster itu kayak anggun banget, kayak bahagia begitu berpakaian putih, kok bisa seperti itu bagaimana ya, saya pingin tahu. Trus saya SD dan SMP kebetulan, SMP itu kebetulan kepala sekolah kami suster. Kelas satu kelas dua saya masih tinggal di rumah keluarga terus kelas 3 saya masuk asrama, diasrama itu digembleng bener-bener sama suster ya, hidup doanya teratur, belajar, istirahat, makan jadi teratur, terus saya jadi ada tertarik juga untuk menjadi suster, tapi dalam hati saya, saya tidak ungkapkan, jadi disimpan dalam hati, terus saat kelas 3 SMP itu, bapak besar saya masih hidup, dia bilang kamu mau jadi suster ya, saya tidak langsung bilang iya, saya lihat dulu kalau saya memang ada panggilan saya mau masuk tapi kalau tidak ada, saya tidak masuk, lalu dia bilang kamu pasti bisa..sebenarnya saya SMP itu di kota di Ende, tapi saya takut kalau meneruskan SMA di kota saya tidak bisa belajar, jadi ya biar nanti saja jika memang orang tua punya biaya untuk kuliah saya, kuliahnya nanti baru di kota, jadi saya memilih SMA di desa saja. Terus saya SMA di Bai, disana memang asrama tuh bebas tidak ada diatur-atur lagi kayak di asrama seperti waktu SMP, paling hari minggu, terus 4 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37

218 doa pribadi, misa jumat pertama itu juga ada. Ya namanya apa ya, udah SMA itu kan pergaulan juga sudah, apa ya pacaran tu, juga ada memang, dan memang panggilan saya itu hilang disana, saya tidak ada panggilan lagi. MTU : Hmmm, jadi pada saat SMP panggilan itu ada, dan saat SMA sempat hilang? P : He eh, sempat hilang hilang, ya mungkin pergaulan juga ya, dan teman-teman juga kita hidup diluar tidak terarah, asrama memang ada tapi kan, kepala asramanya orang awam, kita bebas, mau belajar kita belajar sendiri, masak sendiri, asrama itu kan kayak kost-kostan gitu. Waktu itu juga ada dari salah satu kesusteran disana, melakukan aksi panggilan, tapi memang kami gak ada tertarik, kami tidak ada satu pun yang daftar, tidak ada, dan saya saat itu tidak ada, tidak ada niat lagi ke situ kayak hilang gitu. Setelah itu saya tamat, keluarga saya itu kan tidak mampu untuk biayai kuliah, sudah saya memikirkan begini, kalau saya di luar saya tidak bisa untuk bekerja seperti orang di luar kan diluar itu kerjanya macam-macam ya, ya selain dulu kan masuk MUDIKA, kan masuk MUDIKA muda mudi katolik itu kegiatannya juga banyak berkebun, bercocok tanam, nah kalau kita diluar itu hidupnya apa ya, itu orang tidak lama hidupnya akan cepat menikah, ya kadang tergantung juga dari keputusan pribadi seseorang, saat itu saya tidak mau tinggal diluar sudah, waktu itu saya juga pingin kerja, dan saya waktu itu bekerja di SPSS, kerja di Biara SPSS di Ende, kerja sebagai karyawati, satu bulan saya percobaan di dapur memasak, sudah selama dua bulan, ada suster yang melihat saya beda dengan teman-teman lain, karyawati lain kan mereka Cuma tamat SMP, SD, begitu, saya disitu memang tamat SMA, saat itu yang tamat SMA ada sekitar tiga sampai empat orang, ada juga kami sempat dekat juga dengan calon suster SPSS, teman saya itu ajak saya ayo masuk sini, ikut di SPSS dengan saya (menjadi suster), saya jawab, saya kalau di SPSS tidak bisa, terus dia bertanya, lalu mau masuk dimana, ya saya 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78

219 lihat dulu, mungkin ada biara yang cocok untuk saya, saya bilang begitu MTU : Suster, kalau boleh tahu Biara SPSS itu apa bedanya dengan biara lain? P : SPSS itu, Abdi Roh Kudus, jadi mereka dalam biara itu, satu kamar sendiri, hidup dalam biara,mereka tidak seperti kami, di dalam itu ruangan khusus untuk mereka kamar tidur sendiri, kamar mandi sendiri, pakaian dicucikan oleh karyawati, jadi namanya biara itu kan hidup dalam tembok biara, nah kalau kami kan hidup di tengah-tengah masyarakat, hidup membaur dengan umat dengan masyarakat. MTU : Berarti saat itu suster belum menemukan biara yang cocok dengan suster? P : Belum, memang teman saya itu mengajak masuk di biara SPSS, dan waktu itu ada empat biara lain yang ada di sana, tapi keempat ini saya tidak ada tertarik, saya tidak ada satu pun yang saya tertarik. Terus tibatiba tahun 1994, saya kerja di SPSS itu sejak saya tamat 92, angkatan 92, saya kerja sejak bulan Juni, dan kebetulan saat itu ada tiga suster dari biara AM untuk cari panggilan, cari panggilan kan tidak ada keluarga, tidak ada umat yang mereka kenal untuk nginap, nah mereka nginap di SPSS yang kebetulan saya kerja disana, dan dari ketiga suster ini ada teman saya yang sama-sama tamat SMA dan satu kelas. Saat bulan Juni saya sempat pulang, dan saya tanya pada kakak ipar saya mengenai teman saya, dan katanya dia sudah di Malang, sekarang dia sudah pakai kerudung, pakai pakaian, sudah terima cincin, dan salib, nah saya bingung kan namanya masuk biara kan ada prosesnya, prosesnya itu kan dua tahun tiga tahun itu baru terima pakaian, terima kerudung, terima cincin, terima kalung salib, tapi kok langsung, saya penasaran, biara apa sih, saya penasaran. Tapi saya tidak tahu visi misinya apa, karyanya apa saya belum tahu, dan tiba-tiba suster ini datang, saya tu tidak tahu, apa memang kehendak Tuhan juga tiba-tiba ketemu dengan teman saya itu, setelah itu saya bertemu dengan ketiga suster ini, dan wawancara dan mereka juga kasih brosur, dan dijelaskan visi misinya hidup 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119

220 bersama dengan anak-anak, kita ini melayani anakanak cacat, hidup serumah dengan mereka. Sudah, saya tu pingin, sudah saya masuk disini saja, saya tuh pingin melayani seperti ini. Saat saya ambil keputusan masuk dalam biara AM, saya kirim surat ke orang tua, saya minta ijin ke mereka, kami kan sembilan bersaudara, memang kami bersebelas, tetapi meninggal dua, tinggal kami bersembilan, saya nomor tujuh, saya minta ijin orang tua, apakah orang tua mengijinkan saya untuk menjadi suster, kalau mengijinkan saya juga masuk suster, tapi kalau orang tua dan keluarga tidak mengijinkan berarti saya tidak bisa. Saya minta persetujuan dari orang tua, mereka setuju, ya sudah. 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 MTU : Dari kesembilan saudara, hanya suster ya yang sekarang menjadi suster? 134 135 P : Iya, hanya saya sendiri, dan memang ditempat saya itu satu-satunya susternya baru saya, kalau imamnya 2 tapi susternya baru saya. Saat menerima keputusan, saya langsung, saya juga sempet bohong ya, sempet bohong sama suster yang disana (SPSS), saya sebenarnya sudah direncanakan dikuliahkan untuk kebidanan, sudah daftar, sudah tes tinggal tunggu masuknya, tapi saya punya panggilan lebih kuat, akhirnya saya tinggalkan untuk profesi itu untuk kemudian masuk di komunitas AM 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 MTU : Kalau boleh tahu suster, komunitas A ini, apakah tidak ada hidup membiaranya, dan langsung ditahbisakan dan hidup dalam masyarakat? 146 147 148 P : Untuk kami komunitas AM itu, langsung, langsung dalam pembinaan. 149 150 MTU : Tapi juga sempat novis dulu suster? 151 P : Iya, tapi gak lama, kalau sekarang ada perkenalan postulan, habis postulan nanti novis, lalu profesi, jadi dulu kami novis langsung profesi. 152 153 154 MTU : Saat itu suster pembinaan novis berapa tahun? 155 P : Kalau novis waktu itu satu tahun, tapi sekarang dua tahun. 156 157 MTU : Saya ingin mengajak, suster untuk mengingat lagi, saat dalam pembinaan, bisa suster ceritakan saat masih menjadi novis? 158 159 160

221 P : Waktu itu, sekitar ada 15 orang novis calon suster, di pembinaan, diperkenalkan cara berdoa, hidup dengan anak-anak, itu dilatih selama satu tahun itu. 161 162 163 MTU : Selama satu tahun menjalani novis itu, bagaimana perasaan suster? 164 165 P : Perasaan waktu itu, ada perasaan dua-duanya, ada perasaan senang ada perasaan pingin pulang juga. 166 167 MTU : Rasa senang seperti apa 168 P : Senang melihat anak-anak, bertemu dengan sustersuster yang lain, bergabung, dan bisa sampai disini (Malang), impian saya tercapai, maksudnya saya kan punya cita-cita ingin menjadi suster kok bisa tercapai seperti itu perasaan saya waktu itu. Terus tidak senangnya waktu itu saya, kalau saya sakit, saya ingat semua dirumah, soalnya kalau saya sakit saya ingat semua dirumah yang lebih saya ingat itu mama, kalau saya sakit itu di rumah mama saya pasti ada. Saya juga tahun 1995 saya sempat pulang, pulang itu karna bapak saya sakit, tapi saya pulang saya sudah terima kerudung, kalung salib, dan cicncin di rumah saat itu 3 bulan. Kemudian saya ditugaskan untuk membuka baru di daerah itu, saya sendiri. 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 MTU : Berarti suster yang memang merintis dari awal dibangunnya panti? 183 184 P : Iya, kami bertiga suster juga, sekitar 1997-2000, kamudian kami kembali ke Malang, kami dikuliahkan jurusan PLB, pendidikan luar biasa. Kemudian dari tahun 2000 sampai 2002 awal saya dipindahkan di Maumere lagi, terus 2002 Februari saya pindah ke Madiun sampai 2007 September, kemudian dari 2007 Oktober sampai sekarang, saya di sini. 185 186 187 188 189 190 191 MTU : Luar biasa perjalanan suster ya, dari suster 9 bersaudara hanya suster yang memiliki keinginan untuk menjadi seperti sekarang. Apakah sempat mungkin sebelum orang tua dan keluarga menyetujui untuk menjadi suster, sempat tidak mereka melarang? 192 193 194 195 196 P : Gak tau ya, waktu itu tu setelah saya mengirim surat ke rumah, misalnya saya mengirim surat hari ini, besok tuh mamak saya, kaka saya nomor 3 sama nomor 5, sama adek saya yang bungsu mereka langsung datang ke Ende (sambil tersenyum), saat 197 198 199 200 201

222 mereka sampai sana saya tuh kaget, kenapa harus datang, lha mamak saya bilang, kan surat saya mereka baca bersama keluarga, mereka minta persetujuan bersama-sama, jadi ini dia punya niat seperti ini apakah kita mau mendukung dia, terus mereka serentak mengatakan iya, ya kalo ini memang sudah jalannya mereka mendukung, ya mereka bilang kalau memang sudah punya pilihan seperti ini ya jalani terus, jangan menolah ke belakang, jangan ingat kami, hidup kami seperti ini, kamu harus menjalani hidup kamu disana. 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 MTU : Bagaimana perasaan suster, saat mendengar hal tersebut dari keluarga? 213 214 P : Ya rasa sedih ada ya, karena disana itu kalau ada anaknya yang mau masuk biara, biasanya kumpulkumpul ya, kumpul-kumpul keluarga, umat, untuk doa bersama, terus acara makan-makan bersama, saya juga waktu itu dirumah tidak lama, cuma 3 malam dan karena sejak lama saya hidup dalam asrama, waktu itu kan kita makan-makan bersama sebagai perpisahan, dalam hati saya juga sempat saya mampu tidak ya menjalani ini, tapi karena doa keluarga dan pesan dari bapak besar saya yang mengatakan ingat pilihanmu. 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 MTU : Wahhh keluarga luar biasa mendukung ya suster 225 P : Iya, tapi memang ada saudara, bukan dari keluarga inti tidak setuju ya, sempet mereka berkata bahwa begini ah sekolah-sekolah sudah sampai SMA kok tidak bantu orang tua malah masuk biara, kan kalau disana mereka berpikir kalau masuk biara kan terlepas ya dengan keluarga, tidak melihat kebelakang lagi, dan hidup untuk berkarya. Terus ada pengalaman saat saya berkarya melayani orang-orang yang didesa saat itu belum ada kendaraan, tiap hari saya berjalan kaki pergi untuk berkarya, pergi untuk mengunjungi dan terapi anak-anak di rumah-rumah mereka masingmasing. Sempat om kandung bilang begini, kenapa tidak ikut masuk sama teman-temanmu di SPSS kan enak, kenapa memilih panggilan seperti ini tiap hari jalan terus kok miskin sekali, sampai bilang begitu, lalu saya bilang, ya tidak apa-apa om, Tuhan pasti punya rencana untuk saya, tidak mungkin Tuhan 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242

223 meninggalkan saya, saya pilih jalan ini, pasti Tuhan akan membantu saya. 243 244 Partisipan 1 Wawancara 2 (P1W2) Waktu : Jumat, 23 November 2012; pukul 11.30-11.43 WIB Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga MTU : Selamat pagi suster... 1 P : Selamat pagi, ini pintunya saya tutup saja (pintu samping panti), biar anak-anak tidak pada masuk dan berisik. 2 3 4 MTU : Oiya suster... Baik, begini, setelah wawancara yang pertama, ada beberapa hal yang belum saya mengerti dan tanyakan sehingga diperlukan untuk wawancara kedua. 5 6 7 8 P : Oh iya, tidak apa. 9 MTU : Suster, saat wawancara pertama, suster sempat menyebutkan bapak besar, saya kurang mengerti, apakah bapak besar itu bapak kandung atau bapak rohani? 10 11 12 13 P : Bukan... bukan bapak rohani, bapak saya dengan bapak yang meninggal itu (bapak besar) itu masih kakak adik, masih satu turunan. 14 15 16 MTU : Oh, jadi seperti om begitu ya? 17 P : He...eh, masih keluarga dari bapak gitu, kalau kami punya di NTT itu kan kakak dari bapak, dipanggilnya bapak besar, kalo adek dari bapak dipanggilnya bapak kecil, kalau di sini kan pakde, pakle gitu. 18 19 20 21 MTU : Bagaimana hubungan suster dengan bapak besar, sehingga bapak besar ini tahu bahwa suster ingin menjadi seorang suster? 22 23 24 P : Sangat dekat sekali. 25 MTU : Apakah suster pernah bilang pada bapak besar mengenai keinginan menjadi seorang suster? 26 27 P : Saya ndak bilang, hanya waktu itu dia sempet bilang gini, tapi saya gak jawab iya, dia bilang nanti kamu jadi suster saja ya, bilang gitu. Sebetulnya dia sudah 28 29 30

224 daftarin saya sekolah di Ende, tapi dalam pikiran dan hati saya kan, ah saya tidak mau sekolah di kota, ketimbang saya sekolah di kota nanti saya hanya main saja, pergi jalan-jalan terus saya tidak ingat belajar, lebih baik sekolah di desa dulu, nanti kalau memang ada biaya ya kuliah di kota boleh, tapi saya belum sempet tamat beliau sudah duluan meninggal ya sudah. 31 32 33 34 35 36 37 MTU : Jadi suster gak bilang keinginan untuk menjadi suster pada bapak besar, tapi tiba-tiba bapak besar bertanya seperti itu? 38 39 40 P : Ndak bilang, iya dia bertanya seperti itu tiba-tiba. Makanya saya saat beliau meninggal itu saya sangat kehilangan sekali, awal saya menajdi seorang suster ini, saya sempat, aduh seandainya bapak besar masih ada, saya memang paling bahagia. Saya tuh seperti di lindungi, bapak besar ini kan orangnya dengan siapa saja tuh orangnya baik gitu (menekankan katakatanya), suster-suster yang di SPSS itu pun menganggap bapak besar ini seperti keluarga sendiri, dia tidak pandang asal keluarga sendiri, tidak, orang yang datang sama dia, dia anggap keluarganya sendiri. 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 MTU : Oh, jadi bapak besar ini memiliki hubungan yang dekat dengan para suster ya? 52 53 P : Iya kan bapak besar ini hidup di biara ya. Bapak besar ini seorang pastur SVD. 54 55 MTU : Apa bapak besar ini salah satu yang menginspirasi suster untuk mejadi seorang suster? 56 57 P : Iya, gimana ya, bapak besar ini, saya tidak bisa mengungkapkan dengan kata-kata, saya dan beliau itu dekat sejak SD, tapi saat SD belum terlalu dekat, saat SMP itu, saat SMP kan saya sering pergi ke biaranya, kalau libur tuh sambil pergi ke biaranya pergi liburan di sana, kadang-kadang 1 minggu, pernah juga SMP dia datang mengunjungi saya. 58 59 60 61 62 63 64 MTU : Kemarin suster mengatakan bahwa dari sembilan bersaudara dalam keluarga suster, hanya suster yang mengambil profesi suster, apakah saudara suster yang lain juga pernah didorong oleh bapak besar untuk menjadi seorang suster, seperti perlakuan bapak besar pada suster? 65 66 67 68 69 70 P : Enggak. 71

225 MTU : Saat suster memutuskan untuk menjadi seorang suster, siapa yang paling pertama suster beritahu mengenai hal itu? P : Orang di rumah. 75 MTU : Boleh lebih spesifik suster, siapa? 76 P : Waktu itu kan saya tulis surat, jelas di rumah kalau mereka menerima surat itu mereka kumpul semua, satu orang yang baca, yang lain dengarkan. MTU : Ooo, kalau dari teman-teman suster ada yang diberitahu? P : Kalau teman-teman itu...(sambil tertawa), temanteman itu mereka gak tau ya, kan saya tutup mati, maksudnya saya gak mau beritahu gitu, jadi disimpen sendiri, tapi temen-temen saya itu kayaknya feelingnya kuat, soalnya kan mereka melihat kok saya dekat banget sama suster yang baru datang itu, mereka bilang, kamu mau jadi suster itu ya (AM)?, siapa bilang saya mau jadi suster?, kok deket gitu?, saya bilang enggak, ya akhirnya mereka tahu sendiri saat 1 minggu sebelum saya keluar dari situ (SPSS), bahkan suster yang di biara itu (SPSS) saya bohong sih, seandainya saya tidak bohong mungkin saya tidak diijinkan untuk masuk komunitas AM. Persis 1 minggu saya mau keluar, suster itu bilang saya tahu kamu bohong, terus saya bilang suster kalau saya tidak bohong mungkin saya tidak bisa keluar dari sini, bahkan saya bilang ke mereka saya mau kuliah di Kupang, mereka bilang buat apa kuliah di Kupang jauh-jauh, udah di sini kamu sambil kerja sambil kuliah, biar nanti biayanya kami yang biayai. MTU : Jadi yang diberitahu pertama kali benar-benar keluarga, teman-teman tidak ada yang diberitahu ya. Oke, kalau di keluarga suster siapa yang paling berperan dalam suster mengambil keputusan ini? P : Yang berperan ya kakak-kakak saya, mereka yang mengumpulkan keluarga, mereka terus bilang kalau memang panggilan dia, kita harus mendukung. Saat ada kumpul-kumpul keluarga sebelum saya pergi, ya mungkin mereka juga sedih ya, bagaimana saya yang tidak pernah kumpul keluarga, sudah mau pergi lagi, saya waktu itu sedih juga ya. Waktu itu mereka juga 72 73 74 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112

226 pernah bilang kok saya pergi jadi suster, tapi saya menjanjikan, saya minta doa, saya akan jalan terus ke depan, dan saya harap keluarga di rumah juga baikbaik. 113 114 115 116 MTU : Kalau di keluarga sendiri, siapa yang paling dekat? 117 P : Yang paling dekat dengan saya ya, maksudnya kalau saya punya masalah atau apa cerita gitu, itu kakak yang nomor enam, kalau memang ada masalah, saya cerita sama dia, dan itu juga yang pertama kali tau saya mau jadi suster dia juga, kan dia juga waktu itu salah satu karyawan di biara di Ende. 118 119 120 121 122 123 MTU : Apakah keluarga langsung menyetujui pilihan suster, bagaimana saat itu proses mereka menyetujui? 124 125 P : Saya tidak tahu waktu itu saya tidak ada di rumah, tapi waktu itu lewat 2 hari setelah saya kirim surat ke rumah, saya juga kaget, mamak dan kakak saya nomor tiga dan nomor lima, sama adek bungsu saya itu datang ke biara ke Ende, saya kaget, lho mereka ini buat apa, terus mamak saya langsung bilang sambil nangis, dia bilang begini, ya saya datang karena dekat di sini, kalau besok-besok sudah pergi jauh tidak mungkin saya bisa datang gitu. Ya saya mau bagaimana, saya harus mengikuti keputusan ini. 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 MTU : Bagaimana perasaan suster waktu melihat mamak menangis? 136 137 P : Ya sedih juga ya, mau bagaimana ya namanya anak sama ibu, ya sedih. 138 139 MTU : Apakah ada keraguan saat melihat mamak menangis? 140 P : Saya tidak ada rasa ragu ya, mungkin kan saya punya keinginan itu dari tamat SMA itu, setelah di SPSS itu, mau masuk itu juga tidak mungkin, saat waktu itu ada orang cari panggilan di biara AM ini, saya pikir ini ni. Ya saat diadakan perpisahan dengan keluarga itu memang sedih, saya memang sedih tapi ya... 141 142 143 144 145 146 MTU : Saya mengajak suster untuk berandai-andai, andaikan saat suster mengirimkan surat untuk keluarga, mereka tidak setuju untuk pilihan suster? 147 148 149 P : Kalau mungkin mereka gak setuju, ya saya ikut mereka, yah mungkin mereka tau saya, mereka juga lebih tau hidup saya, kalau mereka tidak setuju tidak mungkin saya... 150 151 152 153

227 MTU : Lalu bagaimana perasaan suster andaikan saat itu tidak diijinkan? P : Kalau tidak diijinkan pasti kecewa berat ya, kecewa sekali kalau memang gak diijinkan, yang pasti kalau gak diijinkan saya gak seperti ini, saya gak tau dimana. MTU : Jika suster tidak diijinkan menjadi seorang suster oleh keluarga, ada gak terbesit keinginan lain atau pilihan lain? P : Mungkin saya jadi bidan, karena di SPSS sebenarnya saya dikuliahkan, tapi saya tidak jadi masuk karena saya lebih memilih di komunitas AM (sambil tertawa), saya lebih kuat keinginan untuk jadi suster, saya mau masuk ke sini (AM) itu, saya pernah bermimpi Bunda Maria datang dia itu pegang kepala saya, tidak omong apa terus hilang, waktu itu saya tidur, lalu saya bangun saya ingat mimpi itu waktu saya masih di SPSS, waktu itu saya cerita pada mamak saya, lalu saya ingat mimpi ini saat saya mau masuk ke biara AM. MTU : Saat suster mengirim surat ke keluarga, ada kekhawatiran gak dalam diri suster? P : Saya waktu itu gak ada, karena saya pikir pasti mereka senang sekali karena diantara sembilan bersaudara ada yang mau jadi suster, itu pasti mereka senang, pikiran saya seperti itu. MTU : Saat pertama kali suster melihat seorang suster yang membuat suster terkagum-kagum itu saat SD atau SMP? P : Saat SD saat saya liburan ke bapak besar, suster itu sudah tua... sekali bantu-bantu masak di dapur. MTU : Bagaimana sih perasaan suster sehingga saat suster melihat suster yang sudah tua itu, suster bilang kok kayaknya hidupnya damai? P : Iya ya, waktu itu saya melihat suster ini tidak ada beban dalam hidupnya, kok kayaknya hidupnya damai, hidupnya aman, maksudnya kok kayaknya tidak ada beban dia mikir apa gitu, mungkin hanya mikirnya berdoa berdoa gitu, suster itu hidupnya kayak tenang seperti itu. MTU : Apakah saat SD, saat suster melihat suster yang lanjut usia pertama kali itu, suster langung berpikir ingin menjadi seorang suster? 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194

228 P : Iya, waktu itu sempat mikir juga, tapi SD kan, saat itu saya SD mau ke SMP tahun 86. 195 196 MTU : Bagaimana suster memelihara keinginan suster untuk menjadi seorang suster? 197 198 P : Waktu itu kan pernah yang saya bilang pernah hilang kan (saat SMA keinginan hilang), ya terus kan tamat SMA kan kerja di SPSS, di SPSS itu kan muncul lagi, kan di SPSS kan hidup doanya teratur, ada jam doa, jadi keinginan saya muncul lagi. Waktu itu kan ada teman saya yang juga calon suster SPSS mengajak saya untuk masuk menjadi suster SPSS, tapi saya tidak mau, saya bilang mungkin ada biara yang cocok dengan saya. Ya sudah dia bilang saya mau masuk SPSS karena saya memang ingin masuk SPSS kata dia. Sampai sekarang kami masih sering kontak. 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 MTU : Saat suster dari komunitas AM datang, kenapa suster langsung tertarik? 210 211 P : Ya itu tadi saya tertarik lewat brosur, kan suster yang kepala, yang tiga itu kan jelaskan mendetail, hidup serumah dengan anak, sekamar, satu meja makan sama anak-anak, mereka kan yang cacat, yang kakinya buntung, yang tidak punya tangan, saya tuh senang jadi suster untuk melayani mereka. 212 213 214 215 216 217 MTU : Wah kalau saya pikir sangat berat ya suster pekerjaannya? 218 219 P : Memang suster SPSS yang wakil itu sempet bilang saya, apakah kamu bisa merawat anak-anak seperti itu, ya saya jawab, saya coba dulu jikalau saya tidak bisa ya saya mundur, tetapi suster, selagi saya mampu dan kuat saya bisa. 220 221 222 223 224 MTU : Yang mendasari suster benar-benar memilih profesi menjadi suster di komunitas AM ini apa? 225 226 P : Pelayanan. 227 MTU : O iya suster, saat bapak besar itu bilang untuk menjadi suster saja itu, saat SD atau SMP? 228 229 P : Saat SMP, kebetulan suster asrama SMP saat itu juga dekat dengan bapak besar saya, sempet pesan sama suster itu, ya nanti ponakan saya itu dia mau jadi suster tolong kamu bimbing dia, padahal saya gak bilang punya keinginan menjadi suster. Makanya saat saya ketemu sama ibu asrama saya itu dia kaget (sambil 230 231 232 233 234 235

229 tertawa), dia kira saya di SPSS karena kan pernah ketemu juga di SPSS, dia kaget saya jadi suster di kumunitas AM. Kan dia kuliah di UPI Malang, dia kaget, dia keluar kampus tuh dia ngeliat kami, kami tuh kan ada lima, namanya masih calon kan kami masih bersih-bersih halaman itu tuh, kan kampusnya berhadapan dengan rumah pusat (AM), ya udah dia kaget, kan sempat ketemu, dia bilang hah kok kamu di biara AM?, dia sempet marah-marah juga, tapi saya bilang ya suster saya masuk komunitas AM, terus dia bilang kok kamu bisa dan kuat?, ya saya bilang ya biar saja. MTU : Suster saat suster awal SD memiliki keinginan untuk menjadi suster, apakah keinginan itu terus menguat? P : Yah, sempet hilang juga, waktu, saya tuh sekolahnya putus-putus, yah namanya orang tuatidak mampu ya, saya tuh kelas 1 ke kelas 2, saya sempat keluar, bahkan saya saat ujian sempat tidak ikut karena SPP belum di bayar, yah namanya juga dari keluarga petani ya, tapi saya tuh memang punya niat untuk sekolah, dulu sempat saya putus asa, keinginan untuk menjadi suster sempat gak ingat karena banyaknya masalah. Saya tuh lebih kuat lagi keinginan itu tuh, saat bapak besar saya meninggal itu, itu kayaknya saya ada apa mungkin, tapi saya tidak ungkap, saya tidak ungkap mungkin saya janji dalam hati, saya tidak tahu, waktu itu memang sempet bilang gini bapak saya ikut bapak seperti yang bapak omong ke saya itu, tapi memang saya tidak ungkap, waktu itu saya hanya menangis saja, hanya menangis didepannya dia itu, terus setiap kali saya pulang itu pasti pergi bakar lilin, janji pada bapak, minta doa untuk saya tetap kuat seperti bapak gitu. MTU : Bapak besar meninggal itu saat suster kelas berapa? 269 P : Waktu saya SMA kelas satu. 270 MTU : Berarti keinginan suster masih kuat ya waktu SMA kelas satu kelas dua, dan sempat hilang saat di SMA kelas tiga, begitu suster? P : He...em (sambil mengangguk). 274 MTU : Suster pernah gak selama pelatihan novis timbul 275 keraguan bahwa suster tidak kuat menjalani kehidupan 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 271 272 273 276

230 membiara? 277 P : Pernah, ada...ada, saat awal-awal itu memang banyak tantangan berat, pernah saya itu benar-benar gak kuat, tapi karena doa dari teman-teman, saya sendiri, seandainya orang mungkin kalau tidak kuat mungkin keluar. 278 279 280 281 282 MTU : Tantangan seperti apa? 283 P : Situasi komunitas, situasi pribadi, dari lingkungan, kadang dari keluarga, kadang saya pikir untuk apa saya jadi suster kalau keluarga saya ada masalah, tapi memang saya ada kekuatan dengan mengingat motivasi awal saya. 284 285 286 287 288 MTU : Apa yang membuat suster kuat? 289 P : Dari komunitas, mereka bantu doa, bantu sharing, mengingat kembali motivasi awal. Kalau saya putus asa, kalau saya merasa berat kehidupan kedepan itu, saya mengingat motivasi awal, sudah sampai seperti ini sayang jika dilepaskan. 290 291 292 293 294 MTU : Apakah hubungan dengan Tuhan semakin dekat? 295 P : Hahaha..., iya saya merasa saat saya ada masalah tantangan, malah saya semakin kuat. Tuhan itu baik sama saya setiap saya doa itu selalu terkabul, untuk tantangan kedepan dapat membuat saya lebih kuat lagi. 296 297 298 299 Partisipan 1 Wawancara 3 (P1W3) 300 Waktu : Senin, 11 Pebruari 2013; pukul 10.00-10.45 WIB Lokasi : Panti Asuhan 2, Salatiga MTU : Selamat pagi suster? 1 P : Pagi 2 MTU : Suster pernah mengatakan bahwa suster mengambil keputusan hidup membiara juga tidak terlepas dari pengaruh dari dukungan orang-orang disekitar suster seperti keluarga, teman komunitas, nah bisa ceritakan secara spesifik, dalam hal apa saja bentuk dukungan mereka? 3 4 5 6 7 8 P : Mereka mendukung saya lewat doa dan memotivasi saya. 9 10

231 MTU : Baik, dukungan tersebut seberapa besar pengaruhnya bagi suster dalam mengambil keputusan? 11 12 P : Ya mereka mendukung saya lewat doa, ya mungkin bukan doa secara berkelompok, tapi mereka ada yang berdoa secara pribadi mendoakan saya, kalau saya pulang mereka keluarga itu kumpul ya seperti itu mba. 13 14 15 16 MTU : Apakah tanpa dukungan mereka suster akan lanjut? 17 P : Yah kalau memang mereka gak mendukung saya, gak mungkin saya lanjut terus. 18 19 MTU : Apa yang suster lihat pada orang tua suster yang mendukung suster? 20 21 P : Wah saya sama orang tua saya deket banget mba, bahkan bapak saya itu inginnya saya tu tugasnya di sana aja biar deket sama keluarga, kalau saya pulang liburan atau pas ada tugas di sana, mereka inginnya saya gak cepet-cepet pulang ke sini (Salatiga), biar saya lama-lama di sana. Menjelang saya selang satu minggu mau pulang mereka tu kayak sedih banget, mereka senang kalau saya dekat mereka. Mereka sangat menyayangi saya. 22 23 24 25 26 27 28 29 30 MTU : Lalu bagaimana dengan saudara-saudara suster? 31 P : Mereka pun mendukung, mereka itu sangat sayang sama saya. 32 33 MTU : Baik, suster juga pernah bercerita bahwa suster mengalami tantangan saat menjalani kehidupan membiara, bagaimana tantangan tersebut mempengaruhi suster dalam mengambil keputusan? 34 35 36 37 P : Saya itu ya saya tuh selalu ingat kalau saya mendapatkan tantangan yang berat saya selalu maju, pokoknya kalau saya sepertinya mau keluar saya inget sama ih kenapa saya hidup seperti ini, kok kenapa saya seperti ini, tapi saya ingat lagi yang menyuruh kau masuk itu siapa kan saya yang mau, saya berpikir di situ, saya mikir lagi untuk apa saya memilih hidup di luar lagi pula toh kehidupan di luar juga sama dengan orang hidup di dalam komunitas. Saya merasa kalau saya mendapatkan tantangan saya merasa lebih apa ya saya melihat kembali apa hikmahnya di balik tantangan itu bahwa dengan tantangan ini memberi lebih lebih memberi kekuatan atau mendorong saya agar lebih kuat untuk 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51

232 bisa menghadapi masalah tersebut. 52 MTU : Berarti saat ada tantangan suster malah maju tidak menyerah gitu ya? 53 54 P : Iya iya 55 MTU : Suster sebelumnya pernah bercerita pada wawancara sebelumnya bahwa, suster pernah merasakan ingin pulang atau keluar dari komunitas/kehidupan membiara saat suster melihat ada masalah dalam keluarga suster. Nah usaha apa yang suster lakukan untuk mengatasi masalah dalam keluarga? 56 57 58 59 60 61 P : Kalau saya seperti itu ya saya masuk kapel terus saya duduk, duduk di depan kapel itu, saya duduk diam saya duduk diam saya gak ngomong apa-apa saya berdoa (mengucapkan doa yang pernah dipanjatkan dengan suara yang sangat pelan), hanya Engkau yang tau, hanya Engkau yang memberikan jalan keluarnya memberikan yang terbaik, jadi saya berdoa seperti itu, pokoknya kalau saya mendapat tantangan saya duduk di kapel, kalau gak di kapel di kamar dan merenung dengan tenang. 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 MTU : Lalu bagaimana suster jika suster mengalami masalah dalam komunitas, usaha apa yang di lakukan untuk mengatasinya? 72 73 74 P : Saya kalau punya masalah dengan komunitas, dengan teman, atau mungkin dengan perawat, misalnya mereka melakukan kesalahan, itu pertama saya diam dulu, saya lihat mereka apakah mereka sadar kesalahan mereka kalau mereka gak sadar saya beritahu, kenapa saya diam seperti ini karena kamu begini, lalu saya bawa ke dalam doa, ke dalam doa, Tuhan seperti ini keadaannya kiranya Tuhan ampuni mereka dan juga saya, dan Tuhan buka jalan buka hati mereka biar mereka menyadari kesalahan yang mereka lakukan. Saya itu kalau punya masalah saya ke kapel duduk diam saya merenung, itu kayaknya lega, itu kayaknya maslaah-masalah itu semuanya habis. 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 MTU : Ya suster, nah itu tantangan yang terjadi dalam keluarga dan komunitas, lalu bagaimana saat terjadi fase pasang surut dalam diri pribadi suster, usaha apa yang suster lakukan untuk mengatasinya sehingga 89 90 91 92

233 suster tetap yakin dengan keputusan suster? 93 P : Saya kalau mengalami fase pasang surut begitu saya menyibukan dengan pekerjaan dan juga berdoa seperti tadi, nanti lupa sendiri. 94 95 96 MTU : Suster kalau di dalam lingkungan komunitas siapa sih yang terus memotivasi suster untuk lanjut? 97 98 P : Oh ya tentunya pimpinan, pimpinan terus memotivasi kami, teman juga. 99 100 MTU : Bagaimana suster memandang pimpinan suster itu? 101 P : Saya memandang pimpinan, pimpinan saya itu sebenarnya sudah meninggal, pimpinan saya itu aduh seperti figur seorang ibu, saya anggap seperti ibu saya sendiri, orangnya kan orang Jawa ya, lembut dia, kalau kita sakit atau kita ada apa orangnya itu perhatian, terus kalau saya pergi libur itu dia bilang ya baik-baik ya, sehat, nanti pulang ya (balik lagi) takut gak balik lagi, nanti pulang ya jangan di sana terus. 102 103 104 105 106 107 108 109 110 MTU : Usianya berapa? 111 P : Dia umur 70an, setiap bulan itu mesti ke makamnya pergi doa gitu, kadang sampe sekarang pun walau beliau gak ada, kalau saya lagi kritis sakit atau ada suster yang sakit saya doa sama dia, aduh ibu kenapa sih kok suster ini kakak ini kok sakit terus, apa yang harus saya buat, terus ibu tahu kan situasi sekarang seperti ini, kadang saya ngomong seperti berhadapan padahal saya ngomong pada gambarnya hehehe (sambil tertawa), atau kalau saya ke Malang saya ngomong ibu saya mau ke Malang, sampe ketemu di Malang ya giu saya ngomog. 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 MTU : Berarti hubungan suster dengan suster pemimpin itu dekat sekali ya? 123 124 P : Iya saya dekat banget, waktu itu kan pas saya ditugaskan di sini, beliau sudah digantikan kan karena dia sakit-sakitan makanya di ganti, makanya saya waktu itu saat hari rabu ketemu saya..ketemu saya.. kok rabu besoknya dia meninggal itu, kok sedih banget saya. Sebelum meninggal itu saya berangkat dari sini ke Malang, saya itu peluk dia, dia tanya kok kamu ke sini, kan saya panggil ibu, saya bilang iya bu saya ke sini, mau beli keperluan, dia bilang 125 126 127 128 129 130 131 132 133

234 kamu baik-baik ya, ibu doakan saya ya, dia bilang iya saya doakan kamu. Saya diberitahu minggu besoknya udah gak ada itu mendadak banget, sebelum saya tau itu saya sedang mengerjakan laporan, saya gak tau apa dia ingin saya kesana atau bagaimana, saya itu melakukan pekerjaan itu kayak ngambang, kayak gak ada pekerjaan yang bisa di buat gitu, aneh dengan tinta mengetik kan baru beli saya mengetik kok tidak keluar tintanya kok malah kosong, padahal ini kan tinta baru, terus teman saya ada yang sms Lud kamu ke sini ibu sudah kritis, iya besok pagi aja, tapi mungkin ibu ingin saya pergi kesana, saya ngetik itu bekerja itu tidak bisa. Akhirnya saya doa, saya lepas pekerjaan saya pergi ke Malang, sampe Jombang di bis itu saya menangis, saya menangis, sebelum saya sampai beliau sudah meninggal. Setelah beliau meninggal saya pernah mimpi beliau dua kali, datang menemui saya, dia bilang bilang pada saya kamu baik-baik ya. Dia itu baik banget, perhatian banget. 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153

235 Partisipan 2 Wawancara 1 (P2W1) Waktu : Jumat, 15 Pebruari 2013; pukul 10.05-11.09 WIB Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga MTU : Selamat pagi suster 1 P : Pagi mba. 2 MTU : Suster, sejak kapan suster memiliki ketertarikan akan kehidupan membiara? 3 4 P : Sejak sekolah dasar kelas tiga saya tertarik kehidupan membiara sejak kelas tiga. Saya melihat seorang suster saat di gereja. Kemudian saya ikut pembinaan, lalu masuk dalam biara PRR. Tapi gak lama saya waktu itu sakit, terus disuruh pulang sama keluarga dan diijinkan oleh pemimpin biara, setelah saya pulang dan waktu sembuh saya ditawarkan sama keluarga mau balik lagi ke biara atau mau kuliah aja, waktu itu om saya yang menawarkan, saya tanya kuliah di mana, terus katanya di IPI di Malang, akhirnya saya pilih kuliah. Nah di kampus itu kan ada kita pergi ke panti-panti gitu, setiap beberapa kali dalam seminggu, di situ saya lihat langsung mereka anak-anak yang cacat, di situ kami biasanya bantu bersih-bersih panti, bantuin kasih makan, setelah pulang dari situ saya putuskan saya pengen jadi suster, biar bisa rawat langsung mereka, akhirnya saya masuk komunitas AM. 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 MTU : Saat itu, apa yang dilihat dari suster tersebut? 23 P : Pokoknya mereka itu saya lihatnya itu sopan, anggun seperti itu, rajin berdoa, kelihatan itu saya tertarik itu di situ. 24 25 26 MTU : Bagaimana perasaan suster saat melihat suster-suster tersebut? 27 28 P : Gak tau ya mba, pokoknya saat melihat itu pingin jadi suster. 29 30 MTU : Baik, suster saat kelas tiga SD itu, keinginan untuk hidup membiara dan menjadi suster itu apakah selalu ada? 31 32 33 P : Oh setelah kelas tiga SD keinginan itu hilang tow, tidak ada. Jadi setelah kelas tiga SD itu sudah tidak 34 35

236 ada niat tidak ada kepikiran itu, gak sampe kepikiran untuk masuk dalam kehidupan membiara. Waktu kelas tiga SD ya liat terus tertarik gitu tapi kan masih anakanak jadi cuma begitu saja, aa terus muncul lagi pas SMA kelas dua. 36 37 38 39 40 MTU : Apa yang membuat keinginan itu muncul kembali? 41 P : aa karena itu kan saya nengok kakak kelas saya, dia kan tinggal di kesusteran tow he..eh.., terus saya ada.. ingin lagi kan ha..ah.. ingin lagi, ya muncul tiba-tiba, jadi saya ikut pembinaan. Awalnya saya tanya apakah di biara itu ada pembinaan calon suster gak, terus katanya biasanya ada tapi setiap minggu, jadi saya ikut setiap minggu. 42 43 44 45 46 47 48 MTU : Jadi kakak kelas suster itu tinggal di biara PRR ya suster? 49 50 P : e.. he..eh.. dia tinggal asramanya bukan masuk jadi suster. 51 52 MTU : Nah apakah suster saat memiliki keinginan untuk hidup membiara saat SMA dan suster mengikuti pembinaan, apakah suster memberitahu keluarga? 53 54 55 P : Belum, sama sekali belum, cuma saya beritahu kakak itu bilang masa kamu gak boleh kamu kan jurusan IPA, saya kan jurusan Fisika, saya diam-diam saja.. tapi saya diam-diam ikut pembinaan itu hehe diam-diam 56 57 58 59 60 MTU : Hmm, kalau boleh tahu suster berapa bersaudara? 61 P : Tujuh. 62 MTU : Oke, yang diberitahu itu kakak nomor berapa? 63 P : Kakak yang nomor tiga, saya sendiri nomor enam. 64 MTU : Apakah hanya kakak nomor tiga saja yang diberitahu? 65 P : Iya 66 MTU : Lalu, setelah ikut pembinaan suster memberitahu orang tua? 67 68 P : Iya. 69 MTU : Bagaimana reaksi mereka? 70 P : Hmmm.. sebelum waktu itu kan saya beritahu sudah.. ini tow.. sudah lulus om saya itu guru agama setuju sekali sama bapak itu setuju sekali, nah mamak ini yang gak setuju tapi ya mamak juga ya lamalama ikut setuju lah. Mamak saya sudah meninggal, mamak meninggal itu waktu saya SMP kelas tiga 71 72 73 74 75 76

237 hmm.. 77 MTU : SMP kelas tiga mamak sudah meninggal, berarti mamak gak tahu suster ikut pembinaan? 77 78 P : ee he..eh... iya mamak belum tau.. 79 MTU : Berarti bapak suster reaksinya setuju sekali ya dengan keputusan suster? 80 81 P : Iya bapak itu setuju sekali. 82 MTU : Nah suster kan tujuh bersaudara, nah yang keenam saudara suster itu bagaimana reaksi mereka setelah mengetahui keputusan suster? 83 84 85 P : Mereka mengikuti saja. 86 MTU : Berarti reasksi mereka mendukung semua sejak awal? 87 P : Ya memang kalau kita di sana kan, kalau anak perempuan itu kan kalau kita masuk biara kan kita tidak punya keturunan dan mungkin mereka rasa awalnya kayak apa..kecewa.. keliatan muka pada sedih kayak begitu tapi ya lama-lama mereka ikut juga sih keputusan. Ya kalau memang itu keputusan kamu ya jalani saja he..eh..kami mendukung. 88 89 90 91 92 93 94 MTU : Kalau boleh tau suster di dalam keluarga suster paling dekat dengan siapa? 95 96 P : Kalau saya itu kan dipiara, saya sejak kecil dipiara..saya paling dekat itu sama mamak kecil saya (tante), adek dari mamak saya gitu lho.. ha..eh.. terus saya lebih dekat dengan mamak piara saya gitu ha..eh.. 97 98 99 100 MTU : Nah, apakah mamak kecil itu setuju dengan keputusan suster untuk hidup membiara? 101 102 P : Oh.. setuju, memang awalnya ya..berat ya, awalnya berat, terus kan saya.. mereka ikut saya hehe 103 104 MTU : Usaha apa yang suster lakukan sehingga mereka setuju dengan keputusan suster? 105 106 P : E.itu kan dari saya, saya sudah memutuskan.. mereka ikut aja hehe 108 MTU : Apa suster meyakinkan mereka? 109 P : ee..ha..eh.. meyakinkan mereka 110 MTU : Sulit apa tidak suster meyakinkan mereka? 111 P : Ya dengan kita penuh dengan keyakinan dan kita harus doa, doa terus, doa untuk mendapatkan hati mereka supaya mereka setuju he eh gitu hehe MTU : Lama gak suster untuk meyakinkan mereka akan keputusan yang suster ambil? 107 112 113 114 115 116

238 P :..e..agak lama juga sih ya (sambil tertawa), memberikan pengertian pada mereka ha..eh.. ya memang agak..agak..lama sih, tapi ya akhirnya juga mereka setuju mendukung. MTU : Suster siapa sih yang memiliki peran yang besar bagi suster, sehingga suster mengambil keputusan hidup membiara? P : Itu bapak saya bapak, bapak itu.. bapak itu orangnya kuat doa.. pokoknya setiap setiap jam doa, sampe sekarang pun umur 80 tahun tapi tetep doa doa kuat. Yah sejak saya awal memberitahu kalau saya punya niat untuk masuk biara dia setuju. Itu saya kan sering sakit sering sakit, kakak saya yang lain bilang sudah keluar saja, pulang saja, kalau seperti itu bapak saya bilang ya..kalau kamu suruh keluar keluar aja, tapi nanti besok kamu tanggung jawabnya sama Tuhan Allah, bapak saya ngomong gitu sama kakak-kakak saya. MTU : Baik suster, lalu apakah suster pernah mengalami fase pasang surut dalam proses menuju kehidupan membiara? P : Ya ada sih, waktu itu ada ada dari temen saya, temen deket saya, saya kan punya kenalan itu kami dari kenalan itu dari SMP kelas 2 sampe tamat pun masih aaa gitu awalnya tidak tidak mendukung tow tapi kemudian dia mendukung. MTU : Apakah ketidaksetujuan mereka membuat suster mundur dari niatan hidup membiara? P : Oh.. itu.. saya itu nekat, keinginan ya.. bagaimanapun ya akan gitu Nah kalau setelah di dalam itu (dalam komunitas) itu banyak pasang surutnya. MTU : Itu baru saja mau saya tanyakan suster hehe.., baik apa yang mungkin menjadi tantangan bagi suster saat di komunitas? P : Hal yang berat buat saya itu..apa..dalam komunitas antara bersama pokoknya antar sesama gitu, itu yang membuat membuat aa waktu itu hampir mau hampir mau..hampir mau keluar.. waktu itu juga pernah apa..aa..tinggalkan tinggalkan komunitas pergi ke tempat lain, setelah itu memang waktu itu saya sudah..saya sudah tidak kuat lagi di dalam komunitas 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157

239 itu saya mau pergi saja, pergi saja sudah pokoknya sudah tidak kuat lagi kayaknya mau pergi saja, waktu saya pergi pun gak memberitahu siapa-siapa, tapi saya pergi bukan ke rumah orang tua tapi di rumah komunitas di tempat lain masih rumah punya komunitas tapi di tempat lain gitu, setelah itu.. setelah saya pergi diam-diam, malemnya itu saya memutuskan apakah saya harus tinggalkan tinggalkan panggilan atau malam itu sepanjang malam saya tidak bisa tidur saya doa, saya doa rosario dan saya duduk sepanjang malam itu paginya saya kan waktu itu di rumah itu cuma ada satu orang tow aa.. satu orang saja, saya masih tidur tow, paginya, waktu itu kan belum bawa hp, jadi saya telpon ke wartel, pagi-pagi saya telpon dari wartel saya telpon keluarga ini mamaknya kakak ipar saya kakak yang nomor tiga ini, mamak itu kan aktif aktif kegiatan-kegiatan di gereja kan aktif, terus saya telpon, saya bilang saya di sini ini saya tidak kuat lagi saya mau..saya mau keluar saja mengundurkan diri saja, mamak saya bilang kenapa?, kamu tidak boleh begitu, kamu ada masalah ya? kalau kamu ada masalah kamu ketemu sama pimpinan saja tow, sama pimpinan omong minta pindah ke tempat lain kalau kamu gak cocok kamu pindah ke tempat lain saja, ya nanti kami doakan kamu tidak boleh pikir untuk keluar kalau kamu sudah memilih itu ya teruskan. Pokoknya kamu kembali kamu ketemu dengan pimpinan nanti ceritakan apa masalah kamu, pimpinan yang putuskan mau pindahkan atau bagaimana. Sudah saya pulang kembali ke rumah itu bagaimana ya saya ini, bagaimana mamak ini saya belum memberitahu keluarga saya, saya mau kembali itu rasanya berat kembali ke komunitas itu, memang malamnya itu pimpinan menelpon, tanya ke teman itu, ditanya saya ada di rumah itu tidak, oh ada di sini tapi dia tidur, tadi dia datang itu kepala pusing padahal saya duduk di samping, terus ini setelah dari wartel, temen saya dari gereja belum pulang, sambil tunggu teman saya saya pikir ulang bagaimana ya saya ini apa kembali ke sana, saya pikir-pikir, akhirnya ya sudah apapun yang terjadi 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198

240 saya kembali ke sana, pokoknya saya hadapi saja, sekitar jam sepuluh saya kembali lagi ke komunitas itu, terus saya ke sana itu, orang yang pokoknya yang tidak suka dengan saya itu di asrama itu kan gak ketemu, saya langsung ke pimpinan. Mereka pagi itu sudah gossip bilang saya sudah minggat, terus saya bicara sama pimpinan terus Em itu saya baru datang Em, apa sih kamu itu kok katanya kamu minggat, Em ngopo sih kamu?, terus saya disuruh duduk ngopo tow kamu itu? cerita, baru saya ceritakan semua, setelah cerita semua, sekarang kamu pilih mau pindah ke asrama mana?, saya bilang saya gak mau pilih ibu, pokoknnya ibu suruh saya di mana saja saya ikut, akhirnya ibu tunjukan satu tempat, saya kesitu terus.. dua dua bulan saja saya di rumah itu di asrama yang baru terus saya pindah lagi ke tempat yang sama, tapi orang itu sudah pindah ke tempat lain, saya pindah lagi ke asrama lama sampai dua tahun dari tahun 2000 sampai tahun 2002, saya ngurus di sekolah terus saya ngurus di kapel. Saya dua tahun di situ saya dipindahkan ke Flores, di Flores itu sepuluh tahun. MTU : Apa yang suster lakukan untuk tetap setia pada pilihan suster? P : Ya, satu-satunya itu berdoa berdoa ya berdoa supaya kita itu kuat, sambil berdoa,juga dukungan dari teman-teman yang lain kalau enggak bisa-bisa itu kan..keluar. MTU : O iya suster, saat pilihan suster untuk hidup membiara tidak mendapatkan sepenuhnya dukungan dari keluarga (kakak dan adik), bagaimana sih perasaan suster saat itu? P : Iya, waktu itu ada yang tidak mendukung tapi saya punya prinsip, punya prinsip saya sudah memilih ini biar apapun resikonya saya akan hadapi begitu MTU : Suster saat pertama kali melihat seorang suster, suster melihat mereka itu sopan, anggun, dan rajin berdoa, mengapa hal-hal itu menjadi hal yang penting buat suster? P : Hehehehehe..gimana ya hehehe.. pokoknya waktu itu saya melihat mereka itu sopan, anggun, rajin berdoa.. pokoknya. Waktu itu juga waktu saya 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239

241 kelas enam ini, apa guru bahasa Indonesia minta ini lho aaa.. mengarang.. mengarang tentang cita-cita terus saya itu pilihan saya itu saya ingin mau jadi suster dan perawat nah dari dua pilihan itu, memang dari kecilnya sudah pingin begitu. MTU : Baik suster, saat suster di biara PRR, dan suster keluar dan memilih untuk berkuliah di Malang, apakah keinginan itu juga hilang? P : Waktu saya keluar dari biara itu, saya masih punya niat..punya niat.. tapi kan waktu itu kakak dan paman memberi alternatif buat saya saya pilih kuliah dan waktu itu tidak ada pikiran lagi untuk kembali ke biara PRR dan tidak ada niat lagi untuk membiara. Waktu itu kan kakak tanya mau kursus, mau kuliah, atau mau kembali lagi, saya pilih kuliah. Nah waktu itu pas kaka kantar saya itu di kapal tiba di Kupang ketemu suster AM (komunitas AM), belum saya belum tau itu AM atau biara apa ha ah suster dua orang itu orang Timor semua ha terus waktu itu mereka kenalan terus mereka sebut, kami ini biara AM, terus kan kok AM itu di mana, o itu di ini Malang, o ini kakak saya bilang, adek ini juga mau masuk IPI Malang, terus suster bilang o pak, IPI itu dikelola oleh AM. Akhirnya kami sama-sama dengan suster itu, terus suster tanya ini adek sama bapak mau turun dimana, kami jawab kami itu mau masuk IPI itu bagaimana?, kita ke biara dulu, sampe Surabaya kita turun sama-sama naik travel, terus kita ke biara AM di Malang itu, kami turun langsung pimpinannya datang salaman trus suster yang itu bilang ini mau masuk IPI, terus kami diantar, saya itu terlambat training 2 hari saya terlambat, setelah kakak antar saya langsung ke Bandung. MTU : Hmm.. oke suster juga bilang bahwa saat pertama suster masuk biara PRR kemudian keluar dan memilih kuliah dan kemudian memilih masuk pada komunitas AM, apa yang membuat suster lebih bertahan di AM daripada di PRR? P : Saya itu kuatnya karna anak-anak he em, kalo anakanak itu kalau mau tinggalkan mereka itu gak tega, kita ini sudah normal kok kita ini melihat penderitaan 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280

242 sedikit pun kita masih enak mereka itu penderitaannya luar biasa, anak-anak itu, kalau saya mau tinggalkan itu saya masih pikir tapi kadang juga saat emosi saat kita emosi kan kita sembarang mengambil keputusan, tapi kita kembali merenungkan kembali berdoa saat doa itu apa maksudnya keinginan kita untuk pergi itu hilang dengan berdoa gitu. Apalagi dengan anak yang kita rawat dari bayi itu rasanya kalau kita mau tinggalkan mereka itu sudah kita anggap anak kita sendiri, kalau mau meninggalkan mereka itu berat, saya senangnya di AM itu dengan anak-anak itu memberikan penghiburan, saat hati geram rasa apa..kita pulang dari mana-mana lalu lihat mereka itu kita rasa semua itu hilang. MTU : Suster seberapa besar dukungan dari bapak dan paman yang mendukung dari awal? P : Bapak itu wah gak tau ya, saya juga, mereka itu kok mendukung ya, gimana ya mereka itu kuat doa, mereka itu bener-bener selalu mendukung, bapak itu selalu mendukung, a baru-baru ini kan saya menceritakan ke mereka kalau ada temen-temen saya yang tinggalkan, teman saya, teman saya satu kampung tow, he eh dia sudah di komunitas dia tinggalkan komunitas, nah saya cerita sama keluarga saya, kakak ini yang awalnya tidak mendukung ini saya sempat cerita itu, kakak bilang kenapa mereka seperti ini?, saya bilang ya tidak tau lah katanya alasannya itu capek, lho semua orang di dunia ini harus capek, orang mau makan itu harus bekerja dulu baru dapet sesuatu, masak hanya itu, alasan itu tidak masuk akal, pokoknya kalau kamu merasa seperti itu kamu harus terus, jadi saya itu tidak bisa kata-kata lagi, mau bicara gak bisa lagi hahahahaha.. MTU : Oke suster, berarti keluarga sepenuhnya mendukung ya, nah bagaimana dukungan tersebut nyata dalam diri suster? P : Apa ya, mereka itu mendukung doanya itu kuat, mereka berpesan kalau ada masalah kamu harus hadapi, jadi saya saat ada masalah saya ingat pesan mereka. 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320

243 Partisipan 2 Wawancara 2 (P2W2) Waktu : Minggu, 10 Maret 2013; pukul 10.34-11.28 WIB Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga MTU : Selamat pagi suster. 1 P : Pagi mba 2 MTU : Suster kalau boleh saya tahu suster itu asalnya dari daerah mana ya? 3 4 P : Saya dari NTT di Atambua, saya di pulau Timornya. 5 MTU : Oh iya suster. Baik, suster pada wawancara yang pertama suster mengatakan saat suster mengambil keputusan hidup membiara, ayah setuju sedangkan ibu tidak setuju, nah kalau boleh tau yang dimaksud ibu di sini, ibu kandung suster atau ibu yang mengasuh suster (mamak kecil)? Karena suster sebelumnya juga cerita bahwa ibu kandung meninggal sebelum suster mengambil keputusan hidup membiara. 6 7 8 9 10 11 12 13 P : Ooo itu, maksudnya itu mamak kecil saya, mamak kandung saya kan meninggal dan belum tahu saya punya keinginan untuk hidup membiara, jadi mamak kecil saya waktu itu kan memang ada dia gak setuju saya memilih menjadi seperti ini. 14 15 16 17 18 MTU : Ohh jadi yang gak setuju itu mamak kecil ya, lalu suster kalau boleh tau suster anak ke berapa dari berapa bersaudara? 19 20 21 P : Saya anak ke enam dari tujuh bersaudara, tapi anak ke lima yang pas di atas saya itu sudah meninggal sejak masih kecil. 22 23 24 MTU : Apakah suster satu-satunya anak perempuan? 25 P : Enggak, dari ketujuh itu perempuannya empat dan lakilakinya tiga. 26 27 MTU : Suster kalau boleh tau sejak kapan suster diasuh oleh mamak kecil? 28 29 P : Saya, diasuh, waktu itu sejak kecil, sejak usia.. aduh usia berapa saya gak tau pokoknya sejak masih bayi saya diasuh sama mamak kecil. 30 31 32 MTU : Bisa suster ceritakan alasan suster diasuh oleh mamak kecil? 33 34

244 P : Ohh begini kan mamak kecil saya itu belum punya anak, sudah menikah tapi belum punya anak, jadi saya itu diasuh sama mamak kecil, istilahnya itu lho mba buat pancingan supaya mamak kecil bisa punya anak. 35 36 37 38 MTU : Oo, lalu sampai usia berapa suster diasuh oleh mamak kecil? 39 40 P : Waktu itu sampai saya kelas enam, karena saya sudah dengar-dengar begitu kalau mamak saya itu bukan mamak kandung saya tapi itu tante saya, terus kan sekolah saya kan waktu itu jauh dari rumah mamak kecil dan lebih dekat dengan rumah orang tua kandung saya, jadi saya sering pulang ke rumah. 41 42 43 44 45 46 MTU : Ooo, baik suster kalau begitu bagaimana sih relasi suster dengan mamak kecil itu? 47 48 P : Mamak itu dia itu eh apa itu omongnya banyak cerewet gitu hehehe, jadi misalnya kalau udah ngomong itu banyak dan bapak kalau dengar biasanya ngomong, itu seperti radio begitu haha 49 50 51 52 MTU : Lalu apakah suster dengan mamak kandung dan mamak kecil suster merasa lebih dekat dengan yang mana? 53 54 P : Em.ya karena sudah diasuh sejak kecil ya, jadi ya sama mamak kecil saya lebih dekat. Saya itu sudah dianggap anak pertamanya. 55 56 57 MTU : Kalau dengan mamak kandung bagaimana? 58 P : Mamak kandung saya itu ya gimana ya, ya biasa-biasa aja gitu heem, waktu meninggal juga ya sedih sih tapi ya gimana ya, ya gitu 59 60 61 MTU : Suster lalu bagaimana relasi suster dengan bapak kandung suster? 62 63 P : Bapak, hubungannya ya baik ya, ya biasa, ya bapak itu rajin doanya. 64 65 MTU : Hmm, baik suster suster sebelumnya bercerita pada awalnya mamak kecil gak setuju ya saat awal-awal suster tertarik mengambil keputusan menjadi suster di biara PRR, nah tapi lama-lama kemudian setuju. Bagaimana sih prosesnya sampai mamak kecil itu setuju? 66 67 68 69 70 71 P : Bagaimana ya, ya memang awalnya tidak setuju tapi lama-lama mereka setuju, setelah melihat saya masuk dalam pelatihan ya akhirnya setuju juga. 72 73 74 MTU : Kalau boleh tau kalau mamak kecil itu alasan gak 75

245 setujunya itu karena apa? 76 P : Yah, mungkin mamak (mamak kecil) itu pikir kan saya anak paling pertama, jadi nanti siapa yang mungkin menjaga dan mengurus adik-adik begitu. 77 78 79 MTU : Usaha apa yang suster lakukan saat itu agar keluarga (mamak besar dan kakak-kakak) setuju? 80 81 P : Apa ya, ya saya itu nekat aja, saya ikut pembinaan, saya waktu itu lulus tesnya dan saya diterima, terus saya bilang sama mereka, ya saya akhirnya diijinkan, waktu itu sebelum saya pergi kan biasanya ada acara kumpulkumpul gitu ya untuk perpisahan, ya saya gak tau ya dalam hati mereka, tapi saat itu mereka gak mengucapkan mereka gak setuju. 82 83 84 85 86 87 88 MTU : Bisa diceritakan saat itu apa sih yang suster lakukan untuk meyakinkan keluarga? 89 90 P : Apa ya, ya setelah mereka melihat saya ikut pembinaan ya mereka juga setuju. 91 92 MTU : Ada gak waktu itu yang membantu suster agar keluarga setuju? 93 94 P : Ya ada, om saya itu, itu guru agama, om saya itu yang bilang sama kakak-kakak saya, bapak saya, kasih pengertian sama keluarga. Akhirnya keluarga juga setuju. 95 96 97 98 MTU : Saat itu suster waktu awal mengambil keputusan suster mantap gak? 99 100 P : iya saat itu pokoknya saya mau jadi suster, ya mantap. 101 MTU : Berarti tidak ada keraguan saat mengambil keputusan itu? 102 103 P : Hmmm.. waktu itu sempat ada ya ada ragu juga ya Ada teman saya teman ya kami sudah dari SMP itu dekat, ya saya sempat kirim surat sama dia bilang kalau saya memutuskan memilih menjadi suster, waktu itu dia juga kaget gitu ya, dia bilang kenapa saya itu gak bilang punya keinginan seperti itu, kenapa saya itu memberi harapan sama dia, kan saya dengan orang tuanya kan sudah kenal juga. Tapi setelah masuk saya jadi novis begitu, sempat dia kirim surat bilang kalau dia mendukung saya, dia mendukung pilihan saya, dia bilang kalau memang sudah keputusan kamu itu ya jalani jangan menengok ke belakang begitu. Waktu itu saya ingat kalau pas dia itu sedang skripsi ya, waktu itu 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116

246 pas saya kasih tau mau jadi suster, ya begitu heee 117 MTU : Suster juga sebelumnya pernah menceritakan saat di komunitas ada tantangan yang besar yang membuat suster ingin meninggalkan hidup membiara, bisa suster ceritakan bagaimana perasaan suster saat itu? 118 119 120 121 P : Waktu itu ya, saat saya ada tantangan itu, saya satu malam itu saya gak bisa tidur, saya pikir bagaimana ya kalau saya keluar, kalau saya keluar apa yang akan saya lakukan di luar, saya juga ingat dengan saat-saat saya memutuskan pilihan ini, saya ingat juga suka dukanya menjalani ini, saya tidak bisa tidur. Saya besok pagi saya telpon keluarga, itu mamak besarnya kakak ipar saya, dia kan aktifis begitu ya di gereja, saya telpon bagaimana ini, dia bilang saya tidak boleh keluar, kalau ada masalah bilang sama pimpinan biar pimpinan yang bantu cari jalan keluar, apa mau dipindah atau bagaimana, begitu, saya akhirnya tidak jadi keluar itu. 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 MTU : Lalu saat itu perasaan apa sih yang muncul suster? 134 P : Ya sedih juga, ya saya pikir kalau saya tinggalkan bagaimana apa yang saya lakukan di luar. 135 136 MTU : Berarti saat itu yang membantu meyakinkan suster adalah mamak besar dari kakak ipar ya suster? 137 138 P : Iya. 139 MTU : Suster saat di AM ini, suster merawat anak-anak itu apakah sudah terbiasa pengalaman mengurus anakanak? 140 141 142 P : Iya kan saya itu juga sudah terbiasa mengurus adik-adik saya, mamak kecil saya kan buka usaha jadi sibuk, jadi sering pergi, saya yang di rumah jagain dan ngurus adik-adik. 143 144 145 146 MTU : Lalu suster bagaimana hubungan suster dengan keluarga dengan kakak-kakak? 147 148 P : Baik ya. 149 MTU : Kalau suster pulang itu, apakah bertemu dengan keluarga? 150 151 P : Iya bertemu, kalau saya pulang mereka pada datang dan kumpul, kalau mereka gak datang saya yang mengunjungi mereka. 152 153 154 MTU : O iya suster waktu pertama keluarga tau suster masuk dalam pembinaan di biara PRR itu keluarga gak setuju ya seperti yang baru suster ceritakan, nah bagaimana 155 156 157

247 saat di AM, mereka setuju gak? 158 P : Waktu itu, kalau waktu saya di AM ini saya gak ada cerita sama mereka, jadi kan mereka taunya saya kuliah di IPI (Institut Pastoral Indonesia) padahal saya masuk jadi suster, waktu itu waktu saya jadi novis saya ditugaskan ke Atambua, terus mereka melihat saya, mereka juga kaget melihat saya sudah pakai kerudung, ya mereka kaget. 159 160 161 162 163 164 165 MTU : Suster berarti selama itu gak cerita sama keluarga? 166 P : Enggak, saya ada telpon mereka tapi saya gak bilang saya ikut di AM. 167 168 MTU : Apa sih reaksi mereka saat itu? 169 P : Ya mereka juga kaget, kok kamu sudah seperti ini, he 170 MTU : Saat itu apakah suster sempat pulang, saat ditugaskan di Atambua? 171 172 P : Iya saya itu pulang, saya di rumah selama dua minggu. 173 MTU : Waktu itu mereka bertanya pada suster, bisa diceritakan? 174 175 P : Ya mereka tanya kok sudah seperti ini, kok gak bilang gitu, ya mereka kaget. 176 177 MTU : Mereka setuju gak dengan keputusan suster? 178 P : Mereka gak bilang apa-apa sih mereka kaget, waktu itu saya juga bawa anak yang cacat juga tinggal di rumah, ya mereka melihat anak itu, saya juga menceritakan kita ini karyanya merawat anak-anak miskin, cacat seperti itu, ya mereka setuju. 179 180 181 182 183 Partisipan 2 Wawancara 3 (P2W3) Waktu : Kamis, 4 April 2013; pukul 10.10-10.28 WIB Lokasi : Panti Asuhan, Salatiga. MTU : Selamat pagi suster 1 P : Selamat pagi mba Maria 2 MTU : Suster, sebelumnya suster pernah cerita, saat suster nekat ikut pembinaan, lulus, baru terbuka sama keluarga, baru bilang, nah kenapa suster saat itu bisa nekat? 3 4 5 6 P : Iya ha ah, ya karena itu kan keinginan mau jadi suster 7

248 itu kan dari dari SD, dari SD kelas tiga tow, tapi karna setelah tamat SD terus hilang ya..apa gak ada lagi pikiran untuk itu, setelah SMA kelas dua baru saya apa..ingin, keinginan itu mulai muncul lagi akhirnya saya ini apa, tanya teman yang tinggal dengan suster itu untuk pembinaan, akhirnya saya ikut pembinaan gitu. MTU : Apa sih yang mungkin membuat suster nekat, saat itu perasaan suster bagaimana? P : Pokoknya perasaan itu pingin jadi, pingin jadi suster, ingin sekali gitu jadi suster. MTU : Walaupun mungkin ada tantangan (keluarga tidak setuju) tetap ingin? 20 P : Ingin ha ah begitu. 21 MTU : Kenapa saat itu mesti nekat? 22 P : Ya memang saya pingin sekali ya untuk ini, mau masuk suster gitu, saya kan sebelumnya belum beritahu diamdiam saja ikut ini pembinaan, kemudian ikut tes, setelah lulus tes baru saya beritahu kalau saya sudah lulus begitu, nanti tanggal ini saya berangkat, berangkat ke Flores begitu. MTU : Berarti, keinginannya sangat besar ya suster. Berarti suster tidak beritahu karna tidak diijinkan, makannya diam-diam begitu suster? P : Iya, sebelumnya saya beritahukan kakak waktu kelas dua, saya sampaikan keinginan saya sama kakak, terus kata dia buat apa kamu kan jurusan IPA, buat apa kamu masuk suster?, gitu kan, nah diam-diam saya ikut pembinaan itu hehehe.. MTU : Apa sih alasannya waktu itu suster tidak memberitahu keluarga misalnya yang dekat dengan suster seperti mamak kecil? P : Iya, alasannya itu ya saya takut kan untuk mereka gak setuju kalo beritahu dulu kan, jadi saya apa diam-diam ikut begitu, setelah saya lulus baru beritahu, itu kan pasti mau tidak mau mereka itu kan sudah (sambil tertawa) itu kan, terlanjurlah. MTU : Apa yang membuat suster itu berani untuk melakukan hal yang nekat itu? P : Ya pokoknya itu, saya pinginlah jadi suster seperti itu, keinginan saya kerinduan saya, itu kan kerinduan itu 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48

249 dari kecil ya, dari SD tapi ya karna situasi hilang muncul begitu tow. 49 50 MTU : Berarti sejak keinginan itu kembali muncul suster itu selalu terpikir sampai bertanya pada teman itu? 51 52 P : Iya ha ah, pokoknya saya senang mau ikut pembinaan mau jadi suster itu gitu senang. 53 54 MTU : Berarti selama suster tidak memberitahu pada keluarga waktu ikut pembinaan itu berarti selama satu tahu itu suster? 55 56 57 P : Iya, setiap minggu, tapi itu pergi saya juga tidak beritahu, saya pergi diam-diam mau iji ya saya mau ke tempat teman begitu, tiap hari minggu. 58 59 60 MTU : Nah berarti satu tahun itu suster menyimpan rahasia besar, bagaimana sih saat itu perasaan suster? 61 62 P : Ya pokoknya saya biasa saja hanya diam-diam gitu. 63 MTU : Ada gak perasaan takut ketahuan? 64 P : Pernah juga sih. 65 MTU : Berarti saat itu suster merasa senang ikut pembinaan tapi juga ada rasa takut ketahuan, begitu suster? 66 67 P : Iya, saya itu senang ikut pembinaan kan ketemu suster, tapi ada rasa khawatir juga sih. 68 69 MTU : Apa yang menjadi pertimbangan suster untuk berbuat nekat? 70 71 P : Saya takut nanti gak boleh tow orang tua gak mau lebih baik saya diam-diam saja, baru saya nanti tow beritahu kalau sudah lulus. 72 73 74 MTU : Saat suster mengalami masalah dalam komunitas, suster bercerita kalau saat itu suster menghubungi ibu dari kakak ipar, nah kenapa saat itu ibu dari kakak ipar yang dihubungi/ditelpon? 75 76 77 78 P : Ya itu karna, waktu itu yang bisa saya hubungi itu, saya hanya tau nomor itu, dulu kan kita belum ada hp jadi ini apa pake nomor telpon rumah, nah yang bisa dihubungi itu mamak itu gitu, kan yang lain itu gak ada, kakak saya kan waktu itu di Timor Leste, jadi gak bisa dihubungi begitu. 79 80 81 82 83 84 MTU : Ada faktor lain, mungkin karna suster dekat dengan beliau? 85 86 P : Enggak, gak dekat juga sih, itu mamak besar kakak ipar saya bukan mamak kandung, sering ke rumah tow, waktu saya di Atambua sering datang ke rumah dan 87 88 89

250 mamak itu juga orangnya aktif, aktif di gereja tow, aktif gitu he eh. Waktu itu saya telpon itu saya kan pasti mamak ini bisa bantu, saya kan mau mau keluar, pokoknya mau mengundurkan diri, tapi mamak itu nasihat kamu tidak boleh tinggalkan panggilan, lebih baik sekarang kamu ketemu dengan pimpinan kamu, nanti pimpinan kamu pindahkan kemana ya terserah, mungkin mau ke komunitas lain gitu. 90 91 92 93 94 95 96 97 MTU : Berarti saat itu, mamak kecil pun saat itu tidak tahu karena tidak bisa dihubungi ya? 98 99 P : Ya ya, gak bisa dihubungi, karna kan di kampung, yang bisa dihubungi ya mamak itu (mamak dari kakak ipar) he eh. 100 101 102 MTU : Saat masalah itu terjadi, siapa saja yang mempengaruhi suster supaya suster itu lanjut terus selain dari mamak dari kakak ipar? 103 104 105 P : Oh itu, itu dari temen-temen saya, teman-teman banyak yang mendukung saya supaya saya tetap ha ah, terus yang mamak, teman-teman, terus ini pimpinan ha ah pimpinan itu yang member apa arahan, pembinaan biar saya tetap. 106 107 108 109 110 MTU : Sebelumnya suster pernah bercerita saat suster kuliah di Malang dan kemudian suster memutuskan untuk masuk pembinaan menjadi suster di AM itu, suster kan kemudian mendapatkan tugas untuk pergi ke daerah suster tinggal, dan saat keluarga lihat mereka kaget, nah reaksi apa yang timbul selain daripada kaget? 111 112 113 114 115 116 P : Waktu itu kan saya tugas di Atambua tow padahal saya kan baru dua tahun di Malang ha ah, terus diutus ke Atambua, saya pulang ke rumah, mau kunjung saja, kunjung ke orang tua tow, terus saya tiba di sana mereka kaget kok kok kamu jadi suster ya?, iya saya jadi suster, katanya kamu ini apa kuliah kok, iya saya kuliah tow, sambil kuliah sambil masuk suster, ya awalnya kaget reaksinya kaget gitu ya sudah (sambil tertawa). 117 118 119 120 121 122 123 124 125 MTU : Ada gak yang mungkin marah begitu? 126 P : Enggak, enggak, gak marah, ya ada yang meneteskan air mata ya gitu keluarga. 127 128 MTU : Meneteskan air mata itu mereka bagaimana? 129 P : Hah, maksudnya mereka itu merasa terharu. 130

251 MTU : Siapa itu suster yang menangis saat itu? 131 P : Yah itu ada kakak, adek, mamak kecil itu yang menangis, mereka itu terharu. 132 133 MTU : Kalau dari bapak itu reaksinya bagaimana? 134 P : Begitu saja, mau bagaimana, ya senang..senang. 135 MTU : O iya suster, suster kelahiran tahun berapa? 136 P : Oh iya, oh sudah tua sih hehehe..., 27 Oktober 1972. Sudah tua ya hehe 137 138 MTU : Oh hehehe, sekitar kepala 4 ya suster. 139 P : Iya, sudah tua ya. 140 MTU : Waktu suster diasuh oleh mamak kecil itu, sejak dari bayi ya? 141 142 P : Iya, sejak bayi, waktu itu usianya saya kurang tau, ya kurang lebih sekitar usia satu tahun. 143 144 MTU : Lalu, kapan tepatnya, suster mengetahui kalau mamak kecil itu bukan ibu kandung suster? 145 146 P : Oh itu dari SD, SD kelas enam, hah SD kelas enam sudah tahu he eh. Jadi saya apa.. pulang sekolah sering ke rumah orang tua saya itu. 147 148 149 MTU : Berarti sejak saat itu suster, tinggalnya dengan keluarga yang mana? 150 151 P : Sejak kelas enam itu, tinggal dengan orang tua, orang tua kandung. Karena saya juga sering ke rumah orang tua saya itu, mereka biar saja lepas, tapi saya juga sering pergi ke rumah mamak kecil. 152 153 154 155 MTU : Berarti adiknya suster, dari mamak kecil, itu ada berapa? 156 157 P : Ada lima ha ah, lima anak, tapi yang satu sudah meninggal SMP kelas dua, dia yang bungsu, yang bungsu itu yang meninggal. 158 159 160 MTU : Suster kalau dengan bapak, suster lebih dekat dengan bapak kandung, atau bapak asuh (suami mamak kecil)? 161 162 P : Setelah mamak saya meninggal itu, dekat dengan ya, bapak saya, bapak dari mamak kecil juga dekat, ya begitu-begitu saja, kan saya sudah jauh tow, kalau pulang ya ketemu begitu. 163 164 165 166 MTU : kalau suster memandang bapak (suami dari mamak kecil) itu bagaimana sih? 167 168 P : Orangnya itu baik, sayang sih, hanya dari sayangnya saja, tapi lebih ke orang tua kandung saya. 169 170 MTU : Berarti SMP itu sudah tinggal sama orang tua kandung 171

252 ya? 172 P : SMP itu saya sudah di luar tow, saya tinggal dengan kakak dan om saya di Timor Leste. Jadi libur baru pulang, liburan natal, liburan besar. SMP dan SMA di Timor Leste. 173 174 175 176 MTU : Jadi pulang itu setelah selesai SMA? 177 P : Memang sih setiap tahun itu pulang sih, sebentar ya, liburan besar dan natal ya pulang. 178 179 MTU : Waktu SMA itu kan suster mengikuti pembinaan yang suster tidak bilang itu. Berarti itu di Timor Leste? 180 181 P : Iya. 182 MTU : Berarti, waktu suster cerita kalau tidak memberitahu keluarga dan diam-diam mengikuti pelatihan itu, yang dimaksud itu berbohong pada kakak dan keluarga om? 183 184 185 P : Iya, keluarga om, keluarga orang tua ka nada di kampung, di Atambua gitu he eh. 186 187 MTU : Berarti, bapak di Atambua, gak tau sama sekali ya? 188 P : Iya, bapak gak tau. 189 MTU : Berarti suster itu, ingin masuk PRR yang ada di Timor Leste? 190 191 P : Iya ha ah 192 MTU : Berarti setelah selesai, suster pulang ke rumah, bilang sama orang tua kalau mau masuk kesusteran? 193 194 P : Iya. 195 MTU : Suster kan pernah cerita, kembali ke rumah dari biara PRR, karena sakit, itu pulang ke rumah yang di Timor Leste, atau yang di Atambua? 196 197 198 P : Pertama pulang ke Timor Leste dulu baru ke Atambua, karena kebetulan kakak saya juga ada yang nikah. 199 200 MTU : Suster kalau boleh tahu, saat di PRR, suster sakitnya itu apakah sering, sehingga biara pun mengijinkan suster untuk pulang ke rumah? 201 202 P : Sering sakit 204 MTU : Boleh tahu suster sakit apa saat itu? 205 P : Sakitnya itu aneh lho, periksa di dokter gak ada penyakit, sering ke dokter periksa tapi normal aja rasanya, tapi yang saya rasa sakit gak tahu ya. Hanya saya lambung sama malaria itu, memang saya dari kecil. MTU : Selama di biara itu, suster sakit berapa kali kira-kira? 210 P : Di biara itu saya berapa kali waktu itu. Itu kan hanya 211 saya di sana Sembilan bulan, itu terus saya ke rumah 203 206 207 208 209 212

253 sakit itu berapa kali ya, sekitar tiga atau berapa kali gitu selama Sembilan bulan. 213 214 MTU : Suster masuk PRR itu tahun berapa? 215 P : Tahun 1995, berangkatnya itu kan bulan Juli, pulangnya itu bulan Maret 1996. Saya berobat di Ende, sekitar satu minggu, setelah itu ke Timor Leste. Pulang ke Atambua sekitar tiga bulan. 216 217 218 219 MTU : Berangkat ke Jawa Timur tahun berapa suster? 220 P : Dari Timor Leste, tanggal 29 Juni 1996, tiba di Malang 1 Juli. Kan dengan kapal laut tow, jadi tiga malam di perjalanan. Di Malang kan untuk kuliah di IPI, terus selang ikut training, sekitar kurang lebih tiga minggu untuk masuk IPI. 221 222 223 224 225 MTU : Saat masuk biara AM ini kapan ya suster tepatnya? 226 P : Pertama itu kan perkenalan aspiran, perkenalan itu tiga bulan, saya waktu itu perkenalannya bulan Agustus sampai Desember, setelah itu tanggal 30 Desember itu kita diterima, diterima sebagai aspiran satu tahun, postulant satu tahun, terus novis itu tiga tahun, terus kaul pertamanya sembilan tahun, terus 27 September tahun 2010 baru kaul kekal. 227 228 229 230 231 232 233 MTU : Nah keluarga itu tahu saat suster ditugaskan ke Atambua, berarti masih novis? 234 235 P : Waktu ke Atambua itu saya masih novis. 236 MTU : Kuliahnya dilanjutkan atau tidak? 237 P : Dilanjutkan, setelah saya masuk biara AM itu kuliahnya dilanjutkan, sembil kuliah begitu. 238 239 MTU : Berarti kuliah selesai ya, saat itu kuliah suster S1? 240 P : Enggak, saya yang D3. 241 MTU : Saat ke Atambua, saat orang tua tahu itu tahun berapa suster? 242 243 P : Eee.., pertama saya ke Atambua itu ya waktu saya novis itu ya, saya di sana itu satu tahun, tugas di Atambua, sekalian melayani pengungsi. Januari 1999 saya ke Atambua, kembali lagi ke Malang Desember 1999. 244 245 246 247 248 MTU : Saat orang tua ketemu sama suster, kuliah sudah selesai ya? 249 250 P : Sudah selesai. 251 MTU : Keluarga ada yang menjenguk gak? 252 P : Ada, keluarga ada yang menjenguk, ada mamak kecil, 253

254 ada om-om, ada kakak. 254 MTU : Waktu di Atambua, suster pulang ke rumah berapa kali? 255 P : Pulangnya dua kali lah, pertama kali datang terus mau pas mau pulang itu. 256 257

255 Partisipan 3 Wawancara 1 (P3W1) Waktu : Sabtu, 12 Januari 2013; pukul 13.25-14.02 WIB Lokasi : Vihara Ampel MTU : Selamat siang samaneri 1 P : Selamat siang. 2 MTU : Terima kasih sudah bersedia melakukan wawancara hari ini. 3 4 P : Iya. 5 MTU : Baik, jadi begini samaneri, saya ini tertarik dengan kehidupan membiara yang dijalani oleh beberapa orang yang banyak orang tidak mengambil keputusan seperti ini, seperti yang samaneri jalani. Kalau boleh saya tahu sejak kapan samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? 6 7 8 9 10 11 P : Keinginan ini timbul waktu saya SMA kelas 2, nah mama masih hidup waktu itu, kan saya anak cewek satu-satunya adik saya dua cowok, nah saya ijin sama mama tapi gak dikasih ya udah saya urungkan niatnya, nah udah gitu mama meninggal akhir saya SMA kelas 2 mau naik kelas 3 mama meninggal, kemudian waktu 2004 orang tua saya kena tsunami, nah kena tsunami sama adik saya jadi tinggal saya sendiri, jadi saya berpikir ulang kenapa tidak saya ambil membiara gitu kan, e sedangkan kedua orang tua saya sudah tidak ada gitu kan, akhirnya saya memutuskan keluar dari pekerjaan saya, saya hidup membiara. 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 MTU : Hmmm iya jadi sebelum hidup membiara samaneri pernah bekerja? 24 25 P : Iya. 26 MTU : Kalau boleh tau dibidang apa? 27 P : Selama berapa tahun ya (sambil melihat keatas mencoba mengingat), saya tamat tahun 99 sampai tahun 2004 kemaren saya bekerja di Medan bagian finance itu 4 tahun, habis itu kepala kasir di Jakarta dan kemudian pernah kerja di Malaysia, baru kesini (sambil menunjuk tempat wawancara kami). 28 29 30 31 32 33 MTU : Apakah samaneri sejak kecil pernah terpikir untuk hidup membiara? 34 35

256 P MTU P MTU P MTU P MTU P : Enggak (menggelengkan kepala), nah waktu kecil kan kita tinggal di Aceh, jarang sekali ada bhikkhu yang kesana, jadi pas bhikkhu datang itu kita liat, ih hidupnya tenang, orangnya anggun, akhirnya saya suka, nah pas SMA itu saya memutuskan untuk ikut pelatihan tapi ternyata tidak direstui. : Jadi sebelum menjadi samaneri itu sudah ada latihannya ya? itu berapa lama samaneri? : Tergantung gurunya, jadi ini kan bajunya coklat (menunjuk baju/jubahnya), ada juga yang putih, nah saya latihan selama 5 bulan, baru saya jadi samaneri, sebelum itu anagarini. : Samaneri tadi mengatakan tertarik untuk hidup membiara karena melihat seorang bhikkhu yang datang melayani ke Aceh, bisa samaneri jelaskan lebih rinci lagi mengapa sehingga samaneri benar-benar tertarik dengan kehidupan membiara? : Karena gini, saya kan dari keluarga yang dibilang kaya tidak, dibilang miskin juga tidak karena kita hidup sederhana nah kita liat, kan orang tua kadang kan masalah keuangan kan ada cekcoknya, nah kemudian saya merasa bosan dengan cekcok-cekcok orang tua, nah saya liat ternyata seorang bhikkhu itu hidupnya damai, jadi saya ingin kehidupan yang damai itu jadi saya ingin sekali latihan tapi gak direstui orang tua (sambil tersenyum). : Samaneri, bagaimana perasaan samaneri ketika gak direstui oleh orang tua untuk ikut pelatihan? : ee, waktu itu mungkin masih anak SMA ya jadi gak direstuin ya udah cuek gitu, konsentrasi dengan sekolah dan pelajaran lagi. : Hmm, mungkin ada perasaan lain yang timbul yang samaneri rasakan saat keinginannya tidak didukung oleh orangtua? : Kecewa pasti, tapi ya mungkin mereka orangtua jadi tidak terlalu mengambil hati, mungkin karena alasan mama begini, saya cewek satu-satunya di keluarga nah kalau saya membiara, ee mama gak rela, jadi ya udah saya menerima, apalagi setelah mama meninggal kan, tinggal papa sama adik, nah habis itu saya merasa ooo, ya udah saya ngurus keluarga 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

257 MTU : Jadi keinginan samaneri sempat terpendam lagi saat mama meninggal? 77 78 P : Hehehe iya. 79 MTU : Baik, kalau begitu samaneri, kapan dan seberapa besar keinginan untuk hidup membiara itu timbul? 80 81 P : Setelah saya mengetahui orang tua saya meninggal, papa kena tsunami, adik kena tsunami, jadi satu keluarga 3 orang kena tsunami, kan mama meninggal dan yang ketiganya itu kena tsunami, settelah itu saya berpikir, memang kerja saya gaji lumayan, tetapi saya berpikir ulang, saya kan bertekad tidak ingin berumahtangga, tidak berumahtangga, saya berpikir ulang saya cari uang banyak-banyak untuk apa, jadi ya udahlah saya memutuskan saya ingin hidup membiara aja. 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 MTU : Berarti itu sejak papa sama adik gak ada (meninggal) ya? 92 93 P : Ha ah, habis tsunami saya sempat bekerja di Malaysia selama 2 tahun, jadi saya berpikir kerja berat-berat banyak uang untuk apa, jadi saya memutuskan untuk membiara. 94 95 96 97 MTU : Apakah samaneri saat akan mengikuti pelatihan, samaneri sudah tahu akan peraturan-peraturan dalam biara? apakah samaneri tetap ingin hidup membiara setelah mengetahui peraturan-peraturan tersebut? 98 99 P : Iya (menganguk sambil tertawa), karena saya tahu saat saya menjadi anagarini saya menjalankan 8 peraturan, sedangkan samanerinya 10 peraturan, nah bagi saya 10 peraturan itu gak masalah, karna kan tidak terlalu berat bagi saya, jadi saya merasa mampu MTU : Samaneri bagaimana samaneri menumbuhkan keinginan untuk hidup membiara? Bagaima samaneri mengembangkan keinginan itu? P : Waktu saya SMA itu saya kan.. kita kan di agama Buddha ada 3 aliran, nah aliran Mahayana, Theravada, dan Tantrayana, nah yang Theravada kan memakai jubah begini (sambil menunjuk jubahnya), nah kalau Mahayana kan pake jubah kayak yang di Taiwan- Taiwan di film-film itu kan yang kuning itu kan, kalau yang Tantra kan merah, jubah merah nah kalau itu Tantra. Saya dari dulu ingin sekali memakai jubah 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117

258 seperti ini yang Theravada nah dialiran Theravada itu bhikhuni itu belum ada, jadi saya memutuskan ya udahlah saya enggak latihan dulu, saya enggak membiara dulu, nah kemudian kan saya bekerjabekerja, nah waktu mulai aktif facebook, facebook mulai membooming nah kita main-main di facebook, nah lihat kok ada samaneri yang pakai jubah ini, nah saya merasa tertarik kan, saya tanya kok, eee tukar no telpon, kemudian dibilang saya (orang yang bertukar no telpon) sekarang pelatihan di Jawa Tengah katanya, jadi saya bilang saya ingin sekali latihan, waktu itu saya pulang dari Malaysia, dia bilang kalau misal mau latihan nanti kita ketemuan dulu di Jakarta, waktu itu saya domisili di Jakarta, kemudian kita jumpa dan ketemu dengan guru saya sekarang ini, bhante S, kita jumpa di Vihara Ekayana, kemudian saya merasa saya dekat dengan bhante S, jadi kita sering kontek-kontek, akhirnya saya memutuskan, sudah ternyata sudah ada samaneri yang jubah kayak gini, jadi saya ingin latihan. 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 MTU : Jadi samaneri mencari informasi terus ya? 138 P : He eh, karena bhikkhuni untuk Theravada belum ada, tetapi sekarang saya tahu ada tetapi dithabiskan di Srilangka. 139 140 141 MTU : Jadi dari waktu ke waktu keinginan samaneri untuk hidup membiara tidak pernah hilang, tapi terhalang, begitu ya samaneri? 142 143 144 P : He eh, iya, tetap ada hanya tinggal cari kesempatan kapan (hehehe ) 145 146 MTU : Waktu itu, siapa yang samaneri beritahu pertama kali kalau samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? 147 148 149 P : Mama, karna kan saya satu kamar sama mama, jadi sering curhat sama mama. Nah saya memang waktu memutuskan hidup membiara itu memang saya aktif di vihara, saya aktif di vihara kan, tapi mama kan memang agama Buddha tetapi tidak mengerti ajaran Buddha itu apa, mereka hanya ke klenteng, hanya sembahyang-sembahyang bakar hio, nancep gitu udah permohonan-permohonan gitu, mama cuma tau begitu, mama tidak aktif, jadi waktu saya bilang ingin menjadi 150 151 152 153 154 155 156 157 158

259 MTU P MTU P MTU P samaneri gitu kan ikut pelatihan membiara mama langsung gak setuju, karna kan pendapat orang tua itu kalau kita sudah hidup membiara itu tidak boleh ketemu orang tua lagi begitu pemikiran mereka, jadi waktu itu kan saya masih vakum gak mengerti apa-apa tentang membiara itu, jadi saya bilang boleh lah, boleh pulang, kata mama gak boleh, itu anaknya siapa (teman) jadi biksu gak boleh pulang, jadi mama gak kasih karna kan saya cewek satu-satunya. Padahal boleh kalau kita memang ada waktu, mengunjungi orang tua boleh. : Selain keluarga inti, ada gak mungkin yang tidak setuju dengan keputusan samaneri? : Ada dari paman saya, kan perlu ijin dari keluarga terdekat untuk ikut latihan, karena keluarga saya gak ada, saya ijin ke keluarga paman, nah waktu saya minta ijin dia bilang, gak usahlah, nikah aja, aduh saya gak kepikiran nikah gitu, ya kata paman kalau memang kamu merasa ingin seperti ini, ya kamu jalani, jangan buat yang jahat-jahat, jangan terpengaruh dengan teman yang enggak-enggak, kalau kamu mau membiara ya silahkan yang penting kamu bisa jaga diri. : Berarti samaneri membuat surat ijin untuk ditandatangani oleh paman selaku keluarga? : Waktu itu saya gak jadi buat (sambil tertawa), karena kan saya tuh gak tau apa-apa bagaimana formatformatnya, terus saya telephone bhante, saya tanya bagaimana bhante format suratnya seperti apa?, terus kata bhante ya sudah tidak usah buat yang penting keluarga kamu mengijinkan, sehingga kalau ada apaapa keluarga gak nyari. : Siapa yang berperan sangat besar, sehingga samaneri mengambil keputusan untuk hidup membiara? : Waktu saya aktif di vihara Ekayana Jakarta, di Ekayana Buddhist Center, saya punya temen banyak, dan mereka mendukung, sebenarnya mereka juga ingin seperti saya, ikut latihan hidup membiara, tetapi mereka kan masih dari keluarga yang lengkap jadi mereka terbebani, belum bisa, tapi mereka tetap mendukung saya. Nah dukungan kedua mungkin 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199

260 dari samaneri yang saya kenal itu, samaneri T namanya, waktu saya kesini ke Jawa ini, saya tuh gak kenal Jawa tuh kayak gimana, kotanya bagaimana, saya gak tau, tapi bhante S, guru saya itu bilang, kamu datang ke Jawa, nanti dijemput sama samaneri T, jadi saya datang sendiri kayak orang ilang (tersenyum dan tertawa), nah habis itu ketemu sama samaneri, kita gak saling kenal hmmm akhirnya dimana kamu?, saya disini, dan yang keluar pake jubah gini (menunjuk jubahnya), ya berarti dia ( sambil tersenyum), baru kita kenalan. Padahal saya belum kenal apakah orang baik atau tidak, tapi saya memberanikan diri. 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 MTU : Bentuk dukungan mereka itu seperti apa? 213 P : Kasih support terus karna untuk latihan membiara itu tidak mudah, sangat tidak mudah karna pertama harus adaptasi dulu, nah saya sampai disini pertama sampai disini, saya dibiarkan lepas gitu, gak ditegur, gak disuruh makan, jadi dilepasin, saya kan bingung saya masih awam sekali, saya tanya samaneri, kalau ke vihara itu kita harus gimana, nah kalau guru saya bhante S, itu biasanya kalau bawa murid, dibawa kesini terus disuruh adaptasi selama satu atau dua minggu, biar beradaptasi kehidupan disini itu seperti apa dan bagaimana kebiasaannya, setelah itu kita akan ditanya, mau lanjut apa lepas (keluar dari hidup membiara). Nah setelah 7 minggu, bhante S, suruh samanera gundulin, kamu sudah siap?, siap, biar kita terbiasa hidup dilingkungan seperti ini. 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 MTU : Jadi adaptasi sekitar 7 minggu itu ya? 229 P : Iya, kalau saya adaptasinya selama 7 minggu. 230 MTU : O berarti setiap orang berbeda? 231 P : Iya, tergantung gurunya, kalau gurunya tanya sudah siap dan kita siap y, ada juga yang 2 bulan. 232 233 MTU : Berarti, tergantung kesiapan dari individunya sendiri ya samaneri, apakah dia siap untuk lanjut apa belum atau malah lepas. 234 235 236 P : He eh, tergantung dari orangnya sendiri juga, tidak dipaksa. Guru saya juga selalu beri dukungan dengan berkata yang penting semangat kalau sudah ada niat tapi gak semangat sama aja boong, kalau sudah ada niat 237 238 239 240

261 MTU P MTU P MTU P MTU P MTU P dan tetap semangat itu baru gitu. 241 : Tadi samaneri mengatakan bahwa tidak mudah untuk 242 menjalani hidup membiara, bagaimana perasaan 243 samaneri saat pertama kali masuk ke kehidupan 244 tersebut? 245 : Pertama masuk saya jadi anagarini, kalau waktu masih 246 umat awam kan kita makan 3 kali sehari, setelah kita 247 masuk kan kita 2 hari sekali, lewat dari jam 12 kita 248 tidak makan lagi, nah itu mungkin berat bagi saya 249 waktu awal-awal, tapi saya berusaha saya bisa, saya 250 bisa, tapi malemnya keroncongan (sambil tertawa), tapi 251 saya minum teh akhirnya bisa. 252 : Lalu bagaimana dengan kehidupan dengan orang-orang 253 didalam komunitas samaneri? dengan berbagai ragam 254 orang, apakah ada kesulitan? 255 : Kita teman biasa, walaupun kita dibedakan oleh jubah 256 dan pemikiran kita masih awam, tapi seawamawamnya 257 pikiran samaneri, kita harus mengalah, 258 misalnya ada masalah kita ya selesaikan dengan cepat, 259 pertengkaran pasti ada, selisih paham pasti ada tetapi 260 kita selesaikan secepatnya kalau bisa, kita bertanya ada 261 apa, misalnya mereka bilang kamu gini-gini, ya wes 262 besok saya gak kayak gitu, nah gitu. 263 : Apakah samaneri, merasa kangen dengan keluarga 264 samaneri di Aceh sana? 265 : Ada, karna masih ada, apalagi ada mama angkat, mama 266 angkat sangat baik, nah saya ni liburan rencana pengen 267 pulang, tapi KKN nanti, nanti kalau udah tamat nanti 268 pulang, kan saya rencananya saya diwisuda suruh 269 mereka datang, tapi kalau gak bisa saya yang kesana. 270 : Waktu samaneri memutuskan untuk hidup membiara, 271 mama angkat setuju gak? 272 : Ooooo, setuju banget, mama angkat kan rajin ke 273 vihara, dia malah seneng. 274 : Samaneri kan lihat seorang bhikku, bagaimana itu bisa 275 terpengaruh untuk hidup membiara? 276 : Nah karna itu kan, bosen sama cekcok orang tua itu 277 kan pertama karena saya merasa di Aceh itu kan di 278 kampung, walaupun kampung pun masih agak kota, 279 misalnya gini, kita pulang malam aja, kita bisa jadi 280 gossip satu RT, aduh manusia ini, kita bosan dengan 281

262 yang seperti itu, kalau bilang saya ingin mengasingkan diri, memang mungkin itu, tetapi saat kita lihat kehidupan seorang bhante sangat damai, kenapa saya mesti mengasingkan diri, kalau saya bisa seperti mereka gitu kan, punya keluarga yang akur, itu yang membuat saya ingin sekali latihan membiara. 282 283 284 285 286 287 MTU : Bagaimana perasaan samaneri setelah menjadi samaneri? 288 289 P : Senang sekali tentunya, dan oo jadi samaneri itu gini ya ternyata, saya ini dulunya penakut dibebani dengan tugas ceramah di depan orang banyak sangat sangat membuat saya kedinginan (hehehehe..), aduh keringatan tapi sekarang saya seneng kalau disuruh ceramah saya seneng, ketemu sama ibu-ibu, bapakbapak, itu tidak beban lagi bagi saya, mungkin awalawal iya. 290 291 292 293 294 295 296 297 MTU : Samaneri, berarti samaneri saat pelatihan anagarini di sini ya? Di Ampel? 298 299 P : Iya, jadi saya disini, setelah saya siap lalu samanera menggundul kepala saya, saya juga menerima 8 sila (peraturan), saya dibawa sama guru saya ke vihara di Pati, disitu saya pembinaan selama 5 bulan menjadi seorang anagarini ini seperti ini. 300 301 302 303 304 MTU : Nah, bagaimana perasaan samaneri saat pelatihan tersebut? 305 306 P : Disitu saya ketakutan, ketakutannya gini bagaimana ya saya jika berjumpa dengan umat, nanti umat tanya a saya jawabnya c, karna waktu saya di Aceh itu pendidikan agama Buddha itu kurang sekali, nah disini saya kuliah, awalnya saya gak niat kuliah, disini untuk latihan membiara, tetapi saya ingat lagi umatnya aja sudah pinter-pinter nanti saya diatanya a jawabnya c, kan gak nyambung banget, ketakutan, was-was, kadang saya berpikir ingin pulang aja, tetapi gak ah aku udah sampe sini, ngapain pulang lagi gitu kan pokoknya berkecambuk disitu, akhirnya disitu bhante menyuruh latihan membaca parrita, membaca sutra, mantra, pokoknya setiap hari tuh ada latihannya, jadi nanti untuk terjun ke masyarakat kita bisa jadi setiap hari latihan-latihan ya itulah. 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 MTU : Samaneri pernah gak mengalami fase keinginan untuk 322

263 P hidup membiara sangat kuat tapi juga suatu waktu sangat lemah, seperti itu? : Pasti ada, waktu awal-awal, saat saya menjadi samaneri diwajibkan ceramah, saya tuh kesulitan aduh saya pingin pulang aja, jadi umat biasa bekerja begitu, tetapi setelah dijalani ceramahnya, saya gak takut lagi, malah beberapa orang bilang samaneri sukses lho, umatnya pada senang, ibu-ibunya pada suka, jadi itu yang membuat saya termotivasi banget. 323 324 325 326 327 328 329 330 331 Partisipan 3 Wawancara 2 (P3W2) Waktu : Rabu, 30 Januari 2013; pukul 14.27-15.01 WIB Lokasi : Vihara Ampel MTU : Selamat sore samaneri, maaf ni samaneri mengganggu. 1 P : Iya gak apa, selamat sore. 2 MTU : O iya samaneri mohon maaf, saya mau tanya samaneri kelahiran tahun berapa ya samaneri? 3 P : Saya kelahiran 79. 5 MTU : Baik, samaneri pada interview yang pertama samaneri menceritakan bahwa ibu samaneri sudah gak ada atau meninggal, setelah ibu gak ada, kemudian juga samaneri juga kehilangan anggota keluarga yang lain seperti ayah dan kedua adik samaneri karena terkena bencana tsunami, bagaimana sih arti peristiwa itu bagi samaneri? 6 7 8 9 P : Begini kan setelah tamat sekolah SMA, saya kan sudah keluar kota, awal ke Medan lalu ke Jakarta, nah tahun 2004 itu kan tsunami nah setelah itu a saya masih apa, setelah tsunami itu saya masih sempat kerja ke Malaysia, nah setelah ke Malaysia kan balik, balik saya pikir ulang kalo misalnya saya masih kerja terus gitu kan, kan keinginan saya untuk latihan ini kan sudah dari dulu, jadi saya berpikir lagi, selesai nabung uang begitu banyak untuk apa gitu kan, keinginan menikah memang tidak ada, tidak ada jadi ya sudah saya bilang ya sudah saya mau latihan saja apalagi waktu itu udah 4 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23

264 kenal dengan samaneri T dari facebook, nah udah kenalan itu ya udah itu yang membuat tekad saya makin bulat. MTU : Kalau dari peristiwa tsunami itu, apa arti peristiwa itu bagi samaneri? P : Itu sangat apa.. piye ya a peristiwa itu sangat melukai saya, karna tiba-tiba dulu tiba-tiba saya harus kehilangan ibu karna saya dekat sama ibu apalagi saya cewek satu-satunya di rumah tapi setelah ibu meninggal kan sedikit demi sedikit sempat tinggal dengan adik mama di Biak, setelah itu saya memutuskan ya saya kembali ke bapak sama adek-adek saya. Nah setelah kita apa tinggal bersama, walaupun tetap kan saya tamat sekolah saya berpisah sama orang tua, saya kerja keluar kota tetapi kita tetap misalnya setahun sekali kadang setengah tahun sekali saya pulang ke Aceh, jumpa jumpa walaupun kita jarang jumpa tapi lebih akrab gitu, sekali pulang itu akrab banget, nah tiba-tiba harus kehilangan semuanya sak rumah-rumahnya gitu kan, jadi seperti.. ya bisa di bilang waktu itu selama dua bulan saya berpikir kayak orang gila sempat jatuh dari motor kan nah kayak orang gak bener gitu, ya saya kadang pergi sama temen sampe malem gitu, habis itu saya saya berpikir yang ngalamin hal itu bukan saya sendiri karna kan temanteman lain juga seperti itu ada temen saya juga kehilangan sekeluarga tinggal dia sendiri tapi dia masih bersemangat ya udah saya kembali lagi saya memutuskan itu kerja dulu, ada yang ngajak ke Malaysia. MTU : Iya samaneri, samaneri bisa untuk bangkit kembali luar biasa ya. P : Sempet down, karna kan kejadiannya minggu, nah sabtu malem itu kita masih sempat teleponan, nah papa kan suka liat film-film serial-serial drama gitu kan, yang serial drama Taiwan, Korea, nah saya dah beli banyak udah packing, mau kirim minggu ini, ternyata belum kirim udah gak ada duluan itu. MTU : Samaneri saat interview pertama samaneri bilang kalau keinginan samaneri untuk ikut pelatihan itu sudah ada sejak dulu tapi ijin dari orang tua belum ada, lalu 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64

265 samaneri juga pernah bilang mungkin setelah keluarga sudah gak ada mungkin ini kesempatan bagi samaneri kembali pada minat awal samaneri. Nah saya mau mengajak samaneri berandai-andai, andaikan keluarga samaneri masih ada apakah keinginan untuk hidup membiara tetap ada? 65 66 67 68 69 70 P : Mungkin pada saat itu jika orang tua saya masih lengkap, mungkin saya tidak memutuskan untuk latihan, karna kan bagaimanapun mama saya ingin saya menikah, waktu mama meninggal kan saya masuk SMA kelas 1, nah dari situ seperti remaja biasa yang sempat pacaran, ketika mama meninggal masih pacaran kemudian aa agama kita beda tapi setelah itu tamat SMA papa gak setuju, nah saya memutuskan kerja di luar kota kita pisah, nah setelah itu saya gak kepikiran untuk menikah tetapi saya kepikirannya pengen kerja kerja kerja gitu, karna walapun keluarga kita tidak kaya banget sederhana, saya tidak pernah menyusahkan orang tua, nah saya kan suka jalan-jalan ke luar negeri, jadi kerja itu saya sempet ke luar negeri jalan, nabung jalan, nah kalo keluarga masih ada mungkin saya masih ingin kerja, ingin jalanjalan gitu. 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 MTU : O kemana saja tu samaneri jalan-jalannya? 88 P : Sempat ke Malaysia, sebelum kerja itu sempat ke Malaysia, ke Thailand, sempet jalan sampe ke sana. Jadi pas diminta kerja ke Malaysia kenapa enggak disana enak juga. 89 90 91 92 MTU : Oke, samaneri juga kemarin bilang ada seorang bhikkhu yang datang ke Aceh, nah samaneri juga bilang ingin hidup damai seperti bhikkhu itu, selain itu apa sih perasaan samaneri saat samaneri bertemu pertama kali dengan bhikkhu itu? 93 94 95 96 97 P : Partama sekali lihat bhikkhu itu takut, rasa takut ada, karna kan kita jarang ketemu sama orang-orang kayak gitu karna di Aceh kan jarang, nah sekali ketemu kita merasa takut pernah ketemu tetapi jarang-jarang sekali, jadi sekali ketemu itu kita takut, jarang berkomunikasi, nah pada saat itu saya mulai aktif di Vihara kan, aktif aktif jadi kita akrab dengan guru agama di sana, bukan guru agama spesial ngajar agama enggak 98 99 100 101 102 103 104 105

266 tapi ngurus Vihara gitu kan, nah kita akrab jadi suatu hari bhikkhunya datang ngajak kita keluar, misalnya ni Banda Aceh kan ibukotanya nah ada Aceh Besar misalnya ke Melaboh ke Langsa gitu kan, nah kita diajak, jadi yang pergi saya sama temen saya berdua nah sama guru agama itu kemudian ada bhikkhunya satu, nah kemudian kita akrab di situ sama bhikkhu, yah ooo ternyata seorang bhikkhu itu bawaannya tenang, santai, baik, da sebagainya, itu yang memotivasi oo ternyata kehidupan bhikkhu itu begitu menyenangkan. 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 MTU : Jadi timbul perasaan ingin seperti bhikkhu? 117 P : Ya, kan sebelum kenal itu, kita gak ngerti gimana sih aa seorang bhikkhu itu, ya taunya bawaannya tenang gitu kan tapi setelah akrab enak oo ternyata sama bhikkhu itu begini baik. 118 119 120 121 MTU : Pada interview yang pertama samaneri juga melihat bahwa bhikkhu itu tenang, apa yang membuat hal itu penting, rasa tenang itu penting bagi samaneri? 122 123 124 P : Begini, karna pada waktu itu apa masih anak-anak gitu saya sering liat orang tua saya bertengkar, bertengkar kan kayaknya kalo udah bertengkar itu kan namanya anak-anak, waktu itu remaja yak an merasa gak tenang hidupnya, jadi setiap hari ada warna warni pertengkaran gitu kan, kita rasanya sebel gitu, jadi gimana sih rasanya biar damai. Habis itu mama itu sering..eee apa, mungkin dulu saya bandel banget jadi sering dipukul mama gitu, jadi waktu itu saya ingin sekali apa, punya keluarga yang bahagia, yang tenang gitu, tidak ada pertengkaran itu yang membuat saya pengen cari suasana yang tenang bebas dari cekcok cekcok. 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 MTU : Nah kalau itu tenang dan damai ya, nah kalau dari anggunnya saat samaneri lihat seorang bhikkhu, mengapa hal itu penting bagi samaneri? 138 139 140 P : Begini e, gimana ya seorang bhikkhu itu kalau berjalan kan kayaknya damai liatnya, dia membuat..membuat saya itu seperti nyaman, nyaman berada di sisi dia gitu kan, jadi seperti saya berjumpa dengan guru saya ini saya liat jiwa bapaknya itu ada gitu jadi saya merasa nyaman, tenang di sisi dia gitu 141 142 143 144 145 146

267 kan, jadi ya udah, padahal saya belum kenal banget sama guru saya pertama saya jumpa, baru ketemu dua kali, tapi beda perasaannya ada perasaan yang berbeda, mungkin saya tidak mendapatkan perasaan itu ketika orang tua saya masih lengkap, ya kata sekarang ini kurang perhatian lah, nah jadi sekali liat seorang bhikkhu itu ooo seorang bhikku itu seorang yang melindungi. MTU : Hmmm, jadi perasaan itu yang tidak samaneri dapat dari kedua orang tua samaneri? P : He eh mungkin, jadi seorang bhikkhu itu seperti orang tua yang saya harapkan, seorang ayah yang saya harapkan. MTU : Jadi, mengapa hal-hal tersebut bagi samaneri harus ada dalam hidup samaneri? P : Gak mengerti ya, mungkin saya kurang nyaman hidup dengan ayah dan ibu, nah habis itu saya pernah denger cerita dari tetangga-tetangga itu, waktu itu saya masih kecil orang tua saya hidupnya mapan, ya bisa di bilang orang kaya gitu kan mapan, sejak itu jatuh usahanya, nah kira-kira apa saya gak ngerti karna waktu itu masih kecil, nah sejak itu orang tua sering bertengkar, kalo dulu waktu mapan kata tetangga saya kan mama kan sering jalan-jalan ke rumah tetangga maen, saya sering dibawa, mama sayang kok katanyanya, tetapi setelah jatuh itu mungkin, yah dari kaya tiba-tiba miskin mungkin gak menerima ya jadi kita sebagai anak merasa kok orang tua kita gak perhatian sama kita, waktu kejadian saat kecil kan kita gak mengerti tetapi setelah SMP SMA, kita mengerti kok ayah dan ibu gitu. MTU : Kemarin kan samaneri mengatakan bahwa saat ingin ikut pelatihan samaneri tidak diijinkan, dan samaneri merasa kecewa, nah seberapa dalam sih rasa kecewanya itu? P : Dalem sih gak dalem, karna saya kan berpikir begini, ya saat ini mungkin belum, mungkin nanti kan karna waktu itu saya mikirnya gini, kan umur saya masih panjang kok saya masih muda, nanti saya umur tiga puluh saya umur empat puluh saya masih bisa latihan gitu, ya udah saya gak terlalu kecewa banget. 147 148 149 150 151 152 153 154 155 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187

268 MTU : O, waktu itu samaneri masih SMA juga ya? 188 P : Iya, jadi ada temen maen, masih ada kegiatan lain, jadi saya lupa gak terlalu kecewa banget. 189 190 MTU : Baik, lalu saat tidak diijinkan itu, rasa minat itu sempat hilang? 191 192 P : Sempat hilang, tapi tetap saat jumpa dengan bhikkhu itu tetap tetap pengen. Kan karena pelatihan kita juga kan gak di batasi umur, jadi kapan pun kita siap kita bisa. 193 194 195 196 MTU : Berarti minat untuk ikut pelatihan itu ada, tapi saat untuk menjalani itu belum ada? 197 198 P : He eh. 199 MTU : Nah samaneri, sewaktu samaneri bekerja di Jakarta dan di Malaysia, seringkali muncul gak minat untuk mengikuti pelatihan hidup membiara itu? 200 201 202 P : Gak, sewaktu di Malaysia gak muncul, gak muncul mungkin terlalu nyaman dengan kehidupan di sana, ataupun terlalu disibukan oleh kerjaan di sana, karna kan saya kerja sehari dua belas jam, jadi pergi pagi pulang malam jam tujuh, kadang kita tukar shift jam tujuh malem pulangnya jam tujuh pagi, jadi sibuk sibuk jadi gak kepikiran kesana, nah setelah dua tahun kan kita namanya gak punya tanggungan hidup jadi nabung kan banyak gitu, nah pulang-pulang pengen usaha tapi usaha apa gitu kan pengen ini penen itu tapi buat apa gitu, nanti kalau saya sakit atau meninggal sapa yang ngurus semua itu gitu kan, ya udahlah pas chatingchating di facebook ketemu sama samaneri T, baru kepikiran lagi gitu. 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 MTU : Nah itu saat udah di Jakarta ya? 217 P : Iya, kan sempat kerja lagi di Jakarta tapi itu gak lama, jumpa dengan samaneri T, jumpa dengan apa sama guru saya ini, jadi saya memutuskan mengundurkan diri dari pekerjaan. 218 219 220 221 MTU : Berarti keinginan untuk menjadi samaneri itu muncul sekian lama setelah samaneri kembali ke Jakarta, nah karena apa samaneri keinginan itu kembali muncul? 222 223 224 P : Pada saat saya ketemu lagi dengan samaneri T. 225 226 MTU : O jadi sebelumnya samaneri sudah pernah bertemu dengan samaneri T? 227 228

269 P : Belum, jadi setelah saya dari Malaysia, saya kan bekerja di Jakarta, nah saat itu kan mulai heboh facebookan nah kita mulai chatingan cari teman gitu kan cari dapetlah samaneri T, samaneri T ini pake jubah Theravada nah dulu kan saya ingin pake jubah Theravada nah saya liat kok sekarang ada yang cewek pake jubah Theravada ya udah tak chating-chating kenalan-kenalan, pernah samaneri T datang ke Jakarta jumpa sama saya bareng guru saya sekarang ini. 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 MTU : Bagaimana perasaan samaneri saat keinginan itu timbul lagi? 239 240 P : Oo, waktu dulu kan belum ada wanita yang memakai jubah Theravada, dan itu yang mungkin membuat saya juga mengurungkan niat untuk mengikuti pelatihan, karna saya merasa kalau pake Mahayana yang kayak baju Taiwan itu kan ritualnya banyak, sembayang sana, jadi lebih fokusnya ke ritual, saya gak suka, saya lebih suka Theravada, karna Theravada itu lebih ke meditasi jadi lebih simpel daripada Mahayana, nah itu mungkin faktor yang membuat saya mengurungkan niat saya dulu, nah ketika saya melihat samaneri T, lho kok sudah ada oo ya udah saya ajak chating saya tanya samaneri sekarang memang wanita uda boleh pake jubah Theravada, kata samaneri T, boleh saya latihan di Jawa, di sini ada beberapa orang samaneri katanya gitu, nah anagarini juga ada, nah kalo gitu kalo latihan harus nunggu pabbaja atau kita boleh datang langsung, kata samaneri datang langsung boleh nunggu pabbaja boleh, tapi setelah bertemu sama guru sudah merasa nyaman gitu dan siap untuk latihan boleh datang sendiri katanya gitu, ya udah saya bilang saya pengen ketemu saya pengen ketemu nah samaneri sama guru saya ada acara di Jakarta kita jumpa. 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 MTU : Nah itu rasanya bagaimana? 263 P : Dag dig dug, gak tau dari dulu saya kalo ketemu sama bhikkhu itu takut, tapi setelah ngobrol itu nyaman, waktu pertama kali jumpa itu takut, jadi kita duduk gak kenal kan ngobrol-ngobrol, bhante tanya keluarga gimana, kedua kali jumpa udah akrab, yang ketiga kali saya memutuskan, selang lama juga ya tiga bulan apa 264 265 266 267 268 269

270 empat bulan kita jumpa lagi lalu saya bilang bhante saya mau ke Jawa, yah kalau udah niat nanti datang ntar dijemput sama samaneri. MTU : Samaneri waktu selang selama tiga empat bulan itu, apa yang samaneri lakukan untuk memantapkan diri untuk mengambil keputusan itu? P : Iya saya sempat.. rambut saya kan panjang saya potong pendek temen-temen kan bilang ngapain lu potong pendek mungkin teman-teman saya kan teman akrab saya mereka aktif di Vihara jadi mereka dukung seratus persen, jadi waktu saya potong pendek, mereka tanya ngampain kamu potong pendek, saya ingin nanti sampe di sini gak susah-susah lagi kan digundulinnya gak susah, oo ya udah mereka ngasih dukungan, dukungan mereka juga memantapkan saya. Saya juga latihan tidak makan malem, latihan tidak makan daging, latihan memberika sedekah-sedekah, misalnya panti asuhan ini butuh, jadi kita berlatih melepaskan uang itu lebih banyak dari biasanya gitu, jadi tabungan saya itu sedikit demi sedikit saya lepas. MTU : Baik samaneri, lalu bagaimana samaneri memantapkan hati samaneri untuk memutuskan pergi pelatihan? P : Hati saya, waktu saat itu senang sekali tidak ada keragu-raguan sama sekali, malah temen-temen bilang, enak ya kamu punya keinginan sebentar lagi terkabul, kami punya keinginan tapi belum bisa menjalaninya. MT : Seberapa besar pengaruh guru samaneri dalam pengambilan keputusan samaneri? P : Mungkin pertama kali saya ambil keputusan bukan karna dia hebat atau bagaimana, karna saya tidak mengenal guru saya ini, saya gak kenal, saya kenalnya bhante Utomo di Jawa Timur di Blitar, sering melakukan ceramah. Waktu pertama ketemu dengan guru saya ini saya buta sama dia, apa hebatnya dia, apa pinternya dia, waktu pertama ketemu itu yang saya rasakan saya nyaman, saya merasa nyaman kok bhante ini baik gitu kan, ayah yang saya harapkan, habis itu samaneri T juga baik gitu kan seperti ibaratnya seorang kakak, jadi saya merasa oo mungkin inilah inilah guru yang bisa membimbing saya, samaneri T bilang mungkin bhate Sur bisa menjadi guru yang baik buat 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310

271 kita ya udah itu yang membuat saya mengambil keputusan dengan mantep, padahal saya gak kenal awalnya. MTU : Pandangan samaneri pada guru samaneri itu seperti apa sih sekarang? 315 P : Setelah jadi murid? 316 MTU : Iya, setelah jadi murid. 317 P : Setelah jadi muridnya saya melihat oo ternyata murid bhante S banyak juga sudah pada tingkatannya sudah tinggi, padahal bhante S kan umurnya masih empat puluh delapanan, tetapi muridnya sudah banyak, habis gitu saya juga mendengar bahwa bhate Sur tidak suka membatasi muridnya harus seperti ini kamu harus gini..gini.. gak, bhante membiasakan pada muridmuridnya untuk mengambil keputusan sendiri karna murid-muridnya sudah di anggap dewasa, jadi segala keputusan yang di ambil adalah yang benar, nah nanti kalo ada salah nanti bhante S yang bimbing lagi, nah begitu banyak masukan-masukan itu yang membuat saya mulai yakin bener gak sih, jadi setelah saya lihatlihat dan alami memang bhante orang yang seperti itu, dia tidak pernah misalnya gini, bhante saya mau gini, oh itu gak bagus kamu gak boleh gini gini gak itu gak pernah, misalnya kami bilang mau seperti ini bhante bilang kalau memang itu yang baik kamu ambil. Jadi bagi saya itu bhante itu bijaksana kalo kamu mau ambil keputusan seperti ini kamu ambil, kita kan gak merasa terbebani karna kita sebagai orang tua kita tidak boleh mengatakan kata-kata jangan, karna kata-kata itu membuat pikologis anak ini terganggu. Jadi saya merasa nyaman. MTU : Lalu ada gak tokoh lain? 342 P : Ya kalo dulu kan dari seorang bhikkhu doang, yah saya waktu itu sering melihat bhante Utomo saya melihat dari luar belum tau dalamnya, kan dia sering talkshow, banyak orang seneng sama dia karna dia lucu menyenangkan ramah salah satunya, saya sempat ke Blitar saya ingin tau oo bagini kehidupan bhante Utomo, kan saya sempat mengikuti pelatihan meditasi, setelah kita ngobrol-ngobrol ternyata bhante tidak menerima muid, jadi bhante masih ingin melatih 343 344 345 346 347 348 349 350 311 312 313 314 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 351

272 dirinya dulu. Tapi sampe sekarang bhante Utomo mungkin sesosok bhante yang yang membuat saya oo bhante itu begini lho begini dalam hal bhante itu bisa jadi panutan bagi banyak orang, mungkin salah satu faktor saya menjadi seperti ini salah satunya juga dari beliau, karna saya suka ngeliat talkshownya. 352 353 354 355 356 357

273 Partisipan 4 Wawancara 1 (P4W1) Waktu : Sabtu, 12 Januari 2013; pukul 14.07-14.37 WIB Lokasi : Vihara Ampel MTU : Sejak kapan sih, samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? P : Keinginan itu dateng semenjak saya kelas 2 SMA (ehem ), ketika itu kakak saya kuliah di Jakarta, beliau baru semester 3, beliau juga mengambil keputusan untuk hidup menjadi samanera untuk hidup membiara. Nah beliau itu, ketika kuliah di Jakarta itu kan tinggalnya di asrama, dia tidak ijin ke orang tua dulu, enggak, tetapi dia langsung, ketika pulang langsung bawa surat, meminta ijin. Nah ketika itu bapak saya enggak setuju, kedua orang tua saya nggak setuju dengan apa dengan kasarnya orang tua saya itu menyobek surat persetujuan itu tadi. Mulai dari situ saya mempunyai keinginan mempunyai niatan, kenapa enggak untuk mencoba gitu, nah mungkin kakak saya gak bisa, mungkin saya bisa seperti itu. Nah, setelah saya tahun 2010 itu lulus, bulan Juni.. eh bulan Mei kalo gak salah, nah tanggal 22 Juni saya mengikuti apa ya.. eee pabaja, pabaja itu pelatihan samanera samaneri di Palembang, nah disitu selama ½ bulan dan akhirnya saya, saya sendiri samanerinya saya sendiri, sekian banyak orang cuma saya sendiri perempuan itu dan akhirnya selama ½ bulan teman-teman saya sudah lepas, sudah menjadi umat biasa lagi, nah saya masih tetep lanjut, waktu itu yang lanjut laki-lakinya cuma dua perempuannya satu saya dan akhirnya bertahan selama 3 bulan, 3 bulan itu yang bertahan cuma saya, temen dua saya yang dua itu lepas, saya yang masih bertahan sampai sekarang dan kenapa saya kuliah di Agama Buddha karna waktu itu saya mau ambil ke umum, tetapi saya belum paham dengan agama Buddha walaupun dari kecil saya sudah beragama Buddha cuma saya belum paham agama Buddha itu seperti apa, saya belum paham, aliran-aliran agama Buddha itu saya 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

274 belum paham, nah guru saya bilang, kamu harus ambil ke jurusan agama Buddha dulu biar kamu tau, kalau kamu seperti ini kamu gak tau bagaimana, agama Buddha itu seperti apa, sama aja percuma bohong itu, nah akhirnya saya dikirim ke Jawa sampe sekarang. 35 36 37 38 39 MTU : Waktu samaneri ikut pelatihan itu, bilang gak sama keluarga/orang tua? 40 41 P : Sebenernya., gini saya waktu itu kan kakak saya yang dari Jakarta itu, saya sebenernya gak ada rencana, gak ada rencana mau jadi samaneri atau gimana-gimana gak ada, cuma pas saat itu, saya mau nerusin di umum saya udah daftar di universitas lampung di UNILA, saya sudah daftar, saya sudah bayar, saya sudah ikut tes, nah pas saat itu datanglah formulir pelatihan itu, nah saya itu tertarik dan saya tinggalin semuanya itu, dan saya ijin sama orang tua itu saya gak dapet, dapetnya cuma untuk latihan, akhirnya saya gak jadi mengundurkan diri dari tes itu, saya lanjut cuman masuknya bulan Mei Juli, eh bulan Juli, nah saya latihan bulan Juni, nah disitu saya cuma dapet ijin ½ bulan dari orang tua untuk mengikuti pelatihan. Saat itu saya mulai tertarik-tertarik, saya tinggalin orang tua, saya tinggalin orang tua saya tinggalin semuanya sampe sekarang. Saya setahun, minta persetujuan orang tua, saya gak dapet, sampe sekarang belum dapat. Cuma yang menginjinkan waktu itu saya dianter kakak saya yang dari Jakarta itu, dia anterin saya ke Palembang, nemenin saya ketika saya baru ditahbiskan menjadi samaneri terus saya ditinggal di Palembang. 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 MTU : Berarti kakak laki-laki samaneri gak jadi hidup membiara? 65 66 P : Enggak. 67 MTU : Nah waktu itu samaneri kok dapat berpikiran kalau bisa hidup membiara, padahal kakak samaneri aja gak diijinkan? Dan bagaimana perasaaan saamneri saat itu? 68 69 70 P : Karna kan saya berpikiran seperti ini, keluarga saya banyak, saudara saya ada delapan, saya anak ke delapan, saya anak terakhir dan saya anak perempuan sendiri seperti itu, jadi merupakan suatu tantangan gitu lho, kenapa enggak untuk mencoba, terus entah kenapa, saya juga gak tau kenapa saya punya niatan gitu, 71 72 73 74 75 76

275 pokoknya punya niatan gitu, kenapa enggak dicoba. Keluarga saya banyak, anak-anak dari orang tua saya juga banyak delapan, kenapa enggak salah satu mungkin bisa jadi istilahnya bisa jadi samaneri, kenapa enggak. Saya juga gak dapet ijin, sampe orang tua saya juga sakit dirumah sakit, saya gak peduli (sambil menggelengkan kepala), saya bisa dikatakan saya egois atau gimana-gimana, bisa dikatakan seperti itu tapi, saya bertujuan saya itu baik karna saya meninggalkan mereka itu bukan karna lari ke jalan yang negatif tetapi saya menuju jalan yang positif gitu, saya berpikir seperti ini kalau saya apa (suara motor membuat samaneri mengeraskan suara), saya sadar, saya sadar saya, kalau saya itu juga sudah negatif gitu lho, namanya juga anak kost-kostan, anak apa, masih SMA, keingintahuannya sangat tinggi gitu, saya sadar kalau saya sudah terjun ke hal yang negatif, misalnya yaaa pergi gak pulang seperti itu, saya sudah sadar it uterus, karna-karna orang tua saya itu gak tau kalau saya itu seperti itu di kost-kostan, jadi masih melarang saya untuk seperti ini, saya berpikir dengan seperti ini saya bisa merubah diri saya ke hal yang positif. MTU : Apa yang membuat samaneri ingin meninggalkan kehidupan bebas? P : Karna saya sadar bebas saya itu dalam hal yang negatif, saya sadar kalo itu negatif saya sadar, misalnya, misalnya kan saya masih SMA dapet jatah dari orang tua itu enam ratus ribu per bulan, saya masih dapet tambahan saya ngajar nari, itu saya masih dapet tambahan itu perbulan tiga ratus ribu, tapi itu tanpa sepengetahuan orang tua, orang tua tu gak tau kalau saya ngajar nari gitu, karna orang tua saya gak tau saya punya bakat nari itu gak tau karna mungkin dari pola asuh orang tua saya sendiri, dari SMP orang tua saya sibuk mungkin saya berangkat pagi sekolah sampe jam satu siang saya pulang, jam dua berangkat lagi les sampe jam empat saya gak ketemu sama orang tua, orang tua saya sibuk. Mungkin ketemu nanti saya jam tujuh sudah berangkat kerja kelompok atau kemanakemana jam tujuh malem, pulang jam sembilan, saya juga pulang jam sembilan orang tua saya istirahat, 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117

276 mungkin ngobrol sama orang tua saya, ngobrol sama orang tua saya itu cuma hari minggu ketika ke vihara paling satu jam dua jam, sudah. Orang tua saya sibuk dengan pekerjaan sendiri-sendiri, jadi orang tua saya gak tau saya punya bakat gak tau gitu. Jadinya saya seperti bebas, bebas saya itu seperti hidup sendiri, SMA ngekost jauh dari orang tua saya, orang tua saya sayang, maksudnya minta apapun dikasih, cuman saya tidak butuh itu, mikirnya saya, saya tidak butuh materi tapi saya butuh kasih sayang..kasih sayang..kasih sayang orang tua gitu, saya memang merasa saya kurang kasih sayang orang tua (tertawa tapi menunjukan wajah murung), jadinya ya sadar kalau itu negatif terus mungkin saya juga punya pikiran mungkin dengan seperti ini saya bisa mendapat perhatian orang tua, ternyata benar, setelah saya seperti ini, apa kasih sayangnya itu bener-bener gitu, pas pertama kali saya pulang, satu tahun kan saya baru pulang pertama kali. 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 MTU : Sudah menjadi samaneri? 136 P : He em, sudah menjadi samaneri satu tahun, saya baru pulang, ketika itu saya bener-bener merasakan yang namanya keluarga, yang namanya keluaraga itu saya bener-bener merasakan. Dan pas saat itu, saya sudah menjadi samaneri 3 bulan, kakak saya yang ada di Jakarta sudah lulus kuliah, sudah wisuda, setelah wisuda pulang, dia ikut saya ke Palembang. Kakak saya ikut saya, ikut saya ke Palembang jadi samanera. Dia bilang saya mau ngapain?, sebenernya dia sudah bisa ngajar cuma sudah ngajar di deket rumah, mungkin orang tua saya juga mikir gak papa setelah dia lulus gak papa, kenapa karena orang tua untuk mengiklaskan untuk nemenin saya gitu, jadi orang tua saya gak iklas gitu lho saya sendiri, gak iklas, jadi kakak saya diperbolehkan menjadi samanera untuk nemenin saya, padahal, nemeni saya itu untuk jadi samaneri, kami pisah, dia di Palembang tetep aja kami pisah. Tapi akhirnya dia boleh. 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 MTU : Samaneri, samaneri untuk mendapatkan tanda tangan sebagai ijin dari orang tua bagaimana? 155 156 P : saya itu yang tanda tangan kakak saya, karena yang nganter itu kakak saya, tapi secara moral belum, dari 157 158

277 orang tua itu belum, cuma sedikit demi sedikit itu sudah dapet ijin. Kami berdua itu juga sambil membimbing orang tua, karna kan orang tua saya sudah tua, maksudnya jangan sibuk dalam pekerjaan terus menerus, waktu ke vihara itu juga harus ada gitu, untuk berbuat baik itu gimana. Jadi kami itu sebenernya berdua itu punya prinsip untuk membing keluarga saya lah, supaya gak melupakan sama keyakinannya gitu, karna sibuk dengan pekerjaannya jadi sibuk, apa lupa dengan keyakinannya gitu uhuk. (sambil terbatuk). 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 MTU : Samaneri bilang bahwa keinginan itu datang pada kelas 2 SMA, seberapa besar keinginan itu? 169 170 P : Belum besar, kalau diukur belum besar, keinginannya itu belum besar tetapi setelah lulus SMA, saya punya keyakinan yang bener-bener itu ketika saya lulus SMA, ketika saya ngobrol-ngobrol sama kakak saya, saya sharing saya tanya-tanya dulu gimana sih, kan dia sudah pernah gitu, gimana sih latihan jadi samanera samaneri ya gini-gini diceritakan seperti itu, coba dulu aja gak papa, kenapa enggak gitu. 171 172 173 174 175 176 177 178 MTU : Ketika orang tua tidak setuju samaneri mengikuti pelatihan, bagaimana sih respon tindakan mereka? 179 180 P : Tidak setujunya, yang pertama sih dengan tidak memberikan surat ijin, saya pulang itu sudah buat surat ijin tapi gak juga ditandatangani gitu lho sama bapak saya, gak disobek gak diapain, dibaca aja enggak, cuma pak ini pak tandatangan ketika kumpul, diambil sama bapak saya ditaroh habis itu ngobrol lagi dibiarin aja suratnya, sudah saya pun gak mau memaksa gitu toh ketidaksetujuannya itu bapak saya tidak memperlihatkan jangan gini-gini sampe saya di musuhi enggak, enggak cuman kan kadang ketika telpon, ketika telpon itu mencoba untuk apa ya, pembicaraannya itu selalu menarik saya untuk kembali gitu lho, ketika ngomong itu pembicaraannya selalu menarik saya kembali gitu lho. 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 MTU : Sampe sekarang? 195 P : He em, tapi kalo sekarang sih udah gak terlalu, cuma kalo sekarang ketika saya bilang mo jadi bhikkhuni, kan ada tingkatannya kan setelah samaneri nah itu tuh selalu bicara seperti ini, saya masih ingat pembicaraannya gitu 196 197 198 199

278 ketika saya minta ijin kan, kalo seumpamanya kamu jadi bhikkhuni terus kamu gak nikah?, saya jawab ya enggaklah pak, kan kalo perempuan itu seumur hidup sekali jadi bhikkhuni, kalau jadi samaneri bisa berkalikali kalau jadi bhikkhuni cuma sekali, anak perempuanku tuh cuma satu, saya pingin ikut anak perempuanku, saya pengen melihat anak perempuan saya itu berkeluarga gitu, tetapi beliau tidak bilang kamu tuh jangan gini-gini enggak cuman beliau ngomongnya secara halus seperti itu, kadang kan dihati kan wah gini kan (sambil mata berkaca-kaca dan hidung memerah) tetapi enggak, kalau bapak mau ikut saya bapak juga bisa, kalau saya jadi bhikkhuni besok beli rumah tinggal disitu, tinggal di vihara juga bisa seperti itu selalu kalau bapak saya ngomong seperti itu saya jawab seperti itu. MTU : samaneri bagaimana sih samaneri terus memilihara keinginan itu agar tidak hilang dengan adanya tantangan dari orang tua? P : Karna saya berpikir seperti ini, kalo saya pulang saya kembali ke yang dulu otomatis pasti negatif lagi pikiran saya negatif lagi saya berpikir seperti ini saya malah bisa membahagiakan orang tua. Logikanya saja dari hal yang terkecil, pasti tiap bulan saya masih minta jatah terus saya kuliah pasti masih minta orang tua, yang kedua pergaulan itu pasti mempengaruhi kehidupan saya dan selamanya saya gak gak punya pemikiran yang apa ya istilahnya positif yang bener-bener gitu, saya masih menimbang ulang, memikirkan ulang tentang hal itu. MTU : Samaneri saat samaneri tertarik untuk hidup membiara dan menjadi samaneri, siapa yang pertama kali samaneri beritahu? P : Kakak saya, kakak saya yang nomor tujuh, dia nomor tujuh saya nomor 8, jadi delapan bersudara itu semuanya sudah berkeluarga cuma dua yang tidak. MTU : Ada gak kekhawatiran dalam mengahadapi tantangan dari keluarga atau lingkungan yang tidak setuju samaneri untuk mengambil keputusan itu? P : Enggak, saya gak ada kekhawatiran, kesulitan saya hadapi aja, hadapi sendiri, kehidupan jadi samaneri kan 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240

279 kita juga hidup dengan masyarakat sekitar to, saya harus hidup dengan komunitas-komunitas dari tempat yang berbeda dari pemikiran yang berbeda, suku yang berbeda itu juga sulit gitu kan, harus berkumpul dengan mereka juga kadang itu kesulitannya tapi saya mencoba menimbang ulang dan ketika saya bener-bener mengahadapi masalah bener-bener sulit sekali bagi saya pasti cerita sama kakak saya, walau saya punya guru pertama saya cerita pada kakak saya walaupun dia cuma samanera gitu kan saya pasti pasti pertama itu ke kakak saya dulu baru ke guru saya kalau kakak saya tidak bisa memutuskan saya harus gimana, saya harus seperti apa saya baru ke guru. 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 252 253 MTU : Siapa yang paling berperan dalam samaneri mengambil keputusan hidup membiara? 254 255 P : Ya kakak saya itu, kakak saya yang menjadi samanera itu, saya paling deket sama dia, beliau itu bener-bener motivasi saya, walaupun saya punya orang tua yang luar biasa tetapi beliau itu motivasi saya gitu, mulai dari kuliah dari saya pertama jadi samaneri. 256 257 258 259 260 MTU : Bagaimana samaneri memandang kakak samaneri? 261 P : Kakak saya itu ya kakak, ya teman, ya ayah saya gitu, memandang orangnya itu bijaksana, orangnya itu bijaksana beliau tidak egois menurut saya, menurut saya lho tidak egois, beliau masih mementingkan keluarga daripada dirinya sendiri. Pernah dulu, ini saya cerita ya, beliau punya pacar, pacarnya itu ada di Tangerang, dia di Jakarta sama-sama kuliah di situ dan beliau itu pas wisuda saya sudah jadi samaneri disini ketika itu, saya mau kesana tetapi pas ada bencana gunung merapi meletus, sama pacarnya gak boleh kesana, alasannya gini..gini..gini.. ternyata enggak, alasannya pesawatnya seperti ini seperti ini jadi gak bisa lewat gitu, dengan bodohnya saya itu dibohongi, ternyata setelah saya tahu saya ditanya sama guru saya kenapa kamu gak datang, ternyata bisa gitu, guru saya pun juga kesana, akhirnya dari situ saya kecewa sama mantan, mantan kan karna dia juga sudah jadi samanera. Dan pernah juga saya sakit dan pacrnya juga sakit pacarnya dirumah sait dijakarta, saya juga dirumah sakit di Lampung, beliau rela meninggalkan pacarnya yang sakit untuk jenguk 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281

280 saya, dan dia pulang saya sembuh, kalo saya kangen sama dia pengen ditemeni saya pasti sakit. Waktu saya jadi baru mau jadi samaneri, saya sama kakak itu pergi berdua ke Palembang, bekel dari Lampung ke Palembang itu berdua dua ratus lima puluh, uang saya kan pas itu hilang jadinya berdua cuma bawa uang dua ratus tujuh puluh lima, jadi sisa uang itu dua puluh lima ribu, sehari itu untung saya dibawain bekel sama kakak ipar, bawain bekel satu tempat makan itu dimakan berdua, nyampe Palembang di vihara Palembang untung ada acara disitu jadi kita makan disitu, sisa uang dua puluh lima ribu malem itu saya kan mabok, sakit dibeliin obat tinggal sisa sepuluh ribu, makan pagi kan itu belum penahbisan jadi samaneri itu masih acara pengarahan, acara potong rambut, belajar pake jubah itu masih 2 hari, cuma sisa uang sepuluh ribu, jadi saya makan vihara, walaupun dia bukan peserta dia ikut makan dan uang sepuluh ribu itu gak diapa-apain, nah pas acara potong rambut rambut saya kan panjang, samape sekarang masih disimpen sama dia, rambut itu guru saya kan yang motong sama dia diambilin disimpen sama dia, nah terus kan guru saya sudah kenal sama kakak saya duluan akhirnya sama guru saya itu diongkosin dikasih uang dua juta lima ratus untuk pulang. Sampe waktu itu kan ada anagarini dia kira kakak saya itu pacar saya bukan kakak saya, karna waktu itu dia nungguin saya, yah kakak saya itu ya teman ya kakak ya ayah. 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 MTU : Ada gak kesulitan yang samaneri hadapi saat di komunitas saat pelatihan? 310 311 P : Pas pelatihan, pas pelatihan itu gak ada kesulitan, yang perempuan itu yang paling banyak peraturannya itu saya karna kan yang lainnya kan anagarini, jadi mungkin mereka kan segen sama saya, mereka begitu baik dengan saya, jadi saya sama temen-temen itu gak mengalami kesulitan baik sama samanera sama anagarini. Cuma saat itu kesulitannya itu saya sakit maag, makan kan cuma 2 hari, saya kaget malemnya saya cuma minum jus jadi saya kaget, saya sempet masuk rumah sakit tiga hari. 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 MTU : Pernah gak samaneri mengalami fase pasang surut 322

281 dalam kehidupan membiara? 323 P : Suatu kali pernah waktu saya sudah jadi samaneri selama 1 tahun, saya ingin pulangnya itu karna ibu saya masuk rumah sakit. Saya sudah pulang satu tahun itu saya sudah pulang saya liburan, kalau gak Juli ya Agustus saya pulang pas lebaran di rumah berdua sama kakak saya, dirumah itu sudah satu minggu berkumpul sama keluarga, saya pulang duluan kesini soalnya saya mau masuk kuliah ikut mos kakak saya juga sudah beberapa hari di rumah pulang, setelah saya pulang dia dirumah dulu beberapa hari, saya pulang. Ketika saya pulang itu ibu saya kaget kok seperti ini, saya sudah gak punya rambut, pakaiannya sudah seperti ini kan, mungkin pikirannya kacau walaupun pas kami kumpul keluarga itu fine-fine aja, tidak menunjukan emosi cuma menunjukan kasih sayangnya, rasa kangennya pada seorang anak, beliau menunjukan seperti itu saya gak tau batinnya itu menolak saya gak tau, saya pulang. Tetapi saya ingetnya seperti ini pas saya pulang pertama kali saya pulang dulu ke rumah saya liburan, saya dirumah itu 3 hari saya pulang kalau mau pulang ke Lampung kan harus ke Palembang, harus nemuin guru saya dulu nah waktu itu saya nemuin orang tua saya dulu 3 hari pas waktu itu katanya Saya kan punya uang waktu itu entah uangnya jumlahnya berapa nah ibu saya itu bilang gak punya duit saya pergi ke atm saya tarik uang semua, dittany saya punya uang sekian, pinjem dulu semua nanti saya kembalikan pas mau ke Palembang, jadinya tak tarik semua uang itu, nah pas 3 hari setelah itu 2 hari saya sudah kode hari apa gitu saya mau pulang (ke Palembang) orang tua saya bilang gini pas hari H malemnya saya sudah kode uangnya mana mau beli tiket, gak usah balikin semua cukup dua ratus aja kalo gak seratus lima puluh saya bilang seperti itu, orang tua saya diem aja, tertanya orang tua saya itu gak boleh saya kembali, aduh pikiran saya kan kacau aduh gimana sudah pake jubah kok seoerti ini pas itu saya bingung saya telpon kakak saya, kakak saya sudah telpon orang tua jangan seperti ini gini-gini secara bauk-baik saja kita bicarakan di Palembang, bapak ke Palembang ngomong sama bhante, bapak saya gak 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363

282 gubris gak peduli gitu omongan kakak saya gak peduli, saya telpon samaneri yang ada di dini (ampel), tolong kirim uang enam ratus ribu pinjem dulu nanti ketika saya pulang ke Jawa, untungnya samaneri punya ditransfer, malem itu juga saya pergi ke atm saya minta tolong tetangga saya saya ambil uang jam 20.30 itu saya sudah tidur, ibu saya ke kamar bingung gak saya pedulikan, mungkin rasa kangennya itu masih, mungkin saya yang egois tapi saya udah gak mikirin perasaan orang tua sudah sembuh belum kangennya itu saya mikir sampe situ gitu loh, saya itu mikirnya dirumah jangan lama-lama saya mikirnya kalau lama-lama dirumah saya bahaya gitu dengan pikiran saya sendiri, saya takut dengan pikiran saya sendiri gitu sudah, saya tidur saya dipeluk, dicium saya pengen nangis (menghapus air matanya saat bercerita) tapi saya gak mau menunjukan hal itu, saya tahan saya takut dengan pikiran saya sendiri, akhirnya besok paginya jam 4 ibu saya belum bangun, saya jam 4 berusaha bangun, saya gak mandi gak apa, gak makan, gak minum, saya ambil tas pake sandal saya minta tolong tetangga saya anterin ke kotanya naik travel ke Palembang. Saya nunggu travelnya itu dari jam 5 sampe jam 8, akhirnya saya sms tapi mereka gak nyari, gak dikejar anehnya, kan sempat nunggunya di Begadang, saya sms bapak saya saya sudah dibegadang saya pamit, saya juga sms ibu saya, saya itu smsnya jam 6, kalau memang mereka itu ngejar saya tapi itu enggak, ibu saya ngebalesin hati-hati ya sayang, aneh kan aneh sekali, ya sudah saya pulang ke Palembang. Setelah saya pulang ke Jawa, selang beberapa hari ibu saya masuk rumah sakit lagi, nah itu, saya duduk..waktu itu saya sempet nangis ada samaneri-samaneri, saya nangis bener-bener saya nangis harus gimana saya bingung, waktu itu kakak saya lagi ikut ret-ret jadi hpnya tidak bisa dihubungi sama guru saya juga, ret-retnya di Thailand. Saya bingung harus gimana kalau saya gak lepas orang tua saya gimana nasib ibu saya gimana kalau seperti ini saya durhaka atau enggak, saya masih mikirin perasaan orang tua saya, kan namanya nyawa kan cuma satu saya sampe mikirin sampe situ, akhirnya saya sembahyang 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379 380 381 382 383 384 385 386 387 388 389 390 391 392 393 394 395 396 397 398 399 400 401 402 403 404

283 disini, saya jam 3 pagi saya bangun saya merenung merenung merenung dan merenung, saya berpikir berpikir harus gimana akhirnya saya berpikir kalau saya lepas saya pulang belum tentu sembuh namanya penyakit sembuh hanya sesaat dan saya gak pulang belum tentu sembuh belum tentu juga gak sembuh akhirnya saya sering telpon, akhirnya sembuh juga, saya juga ditelpon tetangga, ditelpon temen, ditelpon kakak suruh pulang cuma ya tadi perempuan satu-satunya, yang mau diikuti sama orang tua saya itu cuma saya, saya juga berusaha ngasih perhatian sama mereka, ngasih sesuatu lah, misalnya lebaran saya beliin apa, waisak perlunya apa, saya belikan, walaupun mereka sebenernya bisa beli sendiri bahkan lebih mahal dari yang saya berikan, tapi kan berpikir kalau saya kasihnya dengan iklas dengan tulus orang tua saya juga kan seneng, ya akhirnya ya iya, kenyataannya walaupun itu barang murah tapi selalu mereka pake gitu. 405 406 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420 421 422 423 MTU : Bagaimana dengan respon dari teman-teman samaneri? 424 P : Ya mereka mendukung, kalau pulang kita makan bareng sama-sama bahkan ada ni teman saya yang bilang, s ebenernya gue pengen kayak elu, tapi belum siap, ya saya bilang ya tunggu aja, pasti nanti bisa. 425 426 427 428 MTU : Berarti sampe sekarang orang tua masih terus menerus menarik, agar lepas dari kehidupan membiara? 429 430 P : Ya kadang-kadang kan saya berbicara seperti itu menuju kesana (untuk mrnjadi samaneri), nah itu saya bicara pelan dan mereka pun menariknya secara pelan, keinginan bapak saya tinggi kalau ibu saya suka ngomong ya gak papa gimana lagi udah pilihannya ya yang penting kamu kuat, ya kalo bisa kamu pulang ya kalau enggak sih gak papa tapi sebenernya ya ibu kangen. Ini bapak saya ya bilang kalau sudah lulus kuliah, silahkan kamu kerja dan silahkan kamu pulang, saya petik pembicaraannya itu seperti itu, setelah selesai kuliah setahun istilahnya mengabdi sama masyarakat dulu setelah itu yuk kita pulang, kamu berkeluarga setelah itu saya ikut kamu. 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 443 MTU : Lalu bagaimana denga perasaan samaneri? 444 P : Untuk saat ini, namanya juga perasaan, pikiran orang 445

284 bisa berubah, tapi sekarang saya masih mau lanjut. 446 MTU : Ada kekhawatiran untuk peraturannya gak samaneri? 447 P : Kalau untuk peraturannya saya gak khawatir, sebenernya kalau peraturan sendiri sih gak masalah, gak boleh makan lebih dari dua kali, gak boleh make make up, perhiasan, menikah, berbohong, membunuh dan seperti itu, saya rasa saya bisa. Tapi yang lebih sulit itu dengan lingkungan sekitar, hidup dengan komunitas itu lebih sulit. 448 449 450 451 452 453 454 MTU : Sulit dalam hal apa, kalau saya boleh tau? 455 P : Pemikiran, pemikiran berbeda kan walaupun hidup di vihara kan organisasi kan, misalnya dalam hal kecil saja misalnya, makan itu harus gimana, itu sudah suatu kesulita, atau kita ngomong, kami kan orang Sumatra kan kasar kan ngomongnya, jujur saya sendiri kasar, saya sendiri kasar ngomongnya dan menurut saya itu bukan suatu kata-kata yang kasar, tetapi kan menurut orang jawa sini kan sudah kasar gitu, kadang mereka tersinggung, kadang juga kata-kata mereka itu gak etis menurut saya tapi etis menururt mereka. 456 457 458 459 460 461 462 463 464 465 MTU : Jadi kesulitannya lebih ke komunitas ya? 466 P : Iya, kalau peraturan lebih ke misalnya tidak boleh membiacarakan orang lain, kadang-kadang hal itu yang masih sulit bagi saya, karena kita juga kan masih manusia biasa, ya hal-hal seperti itu. 467 468 469 470 Partisipan 4 Wawancara 2 (P4W2) Waktu : Rabu, 30 Januari 2013; pukul 13.21-14.13 WIB Lokasi : Pondok Meditasi Ampel MTU : Selamat sore samaneri 1 P : Selamat sore 2 MTU : Sebenarnya samaneri, apa yang menjadi alasan (melatarbelakangi) samaneri mengambil keputusan untuk hidup membiara dan menjadi samaneri? 3 4 5 P : Kenapa saya menjadi samaneri? bukannya sudah saya ceritakan ya? 6 7 MTU : Iya samaneri, kalau boleh, saya ingin tau lebih mendalam. 8 9

285 P : Yang melatarbelakangi saya ya keinginan saya untuk hidup membiara, yang melatarbelakangi dari awal sudah saya jelaskan pergaulan saya dan tingkah laku saya sepertinya itu kurang pas, kurang pas untuk di masyarakat dalam hidup berkeluarga gitu dan saya itu sadar itu dan akhirnya saya memutuskan untuk latihan membiara seperti itu supaya ada perubahan. 10 11 12 13 14 15 16 MTU : Samaneri, boleh dijelaskan kurang pasnya itu seperti apa? 17 18 P : Misalnya kan e.., misalnya pergaulan, pergaulan sama temen, kan saya dulu ngekos SMA nah saya sering keluar malem kumpul, tetapi saya enggak gak, istilahnya gak mabuk gak itu enggak cuman saya sering keluar sama temen-temen gak tau waktu dan tidak memprioritaskan sekolah tidak memprioritaskan pendidikan tapi taunya hanya maen gitu, seneng gitu sama temen saya tapi tidak memikirkan bahwa uang itu yang di dapet dari mana, orang tua gimana ngedapetin uang saya gak mikir, seperti itu. Saat saya kelas tiga sudah lulus saya punya pikiran untuk jadi samaneri atau hidup membiara itu. 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 MTU : Apa yang membuat samaneri berubah / konflik apa yang terjadi dalam diri samaneri sehingga samaneri memiliki keinginan untuk hidup membiara? 32 33 34 P : Yang bener-bener mendukung yang pertama itu tadi, yang ke dua kan saya udah pernah bilang kalo orang tua saya itu istilahnya cuman ngasih itu materi gitu tetapi untuk apa ya.. perhatian apa itu saya itu merasa kurang jadi sama aja saya hidup membiara sama saya hidup jadi umat biasa sudah sama aja gak diperhatikan mungkin seperti itu dan pasti juga diperbolehkan, dan ternyata ketika saya ijin untuk hidup membiara saya itu tidak diijinkan. 35 36 37 38 39 40 41 42 43 MTU : Berarti samaneri berpikiran kalau samaneri pasti diberi ijin karena biasanya keluarga tidak memberi perhatian (cuek), apakah seperti itu maksud samaneri? 44 45 46 47 P : Iya. 48 MTU : Nah saat ternyata orang tua tidak mengiijinkan, apakah keinginan/minat itu hilang atau semakin 49 50

286 kuat? 51 P : Saya semakin kuat, saya berpikir kalo saya masih punya niatan aja dilarang berarti mereka masih perhatian, apalagi setelah saya masuk otomatis mereka akan berubah gitu, dan ternyata iya, ketika saya sudah masuk memang iya berubah, perubahan dalam orang tua saya sendiri, perubahan untuk diri saya sendiri juga ada 52 53 54 55 56 57 58 MTU : Berarti perubahan dari orang tua semakin memberi perhatian ya? 59 60 P : He eh, yang pertama itu, nah misalnya kan dari diri orang tua sendiri misalnya tiap hari rabu kalo di vihara saya itu ada.. kalo ibu-ibu itu kan ada kayak arisan kayak kumpul-kumpul gitu kan, nah dulu mamak saya ibu saya itu gak pernah namanya ikut itu apa, kumpul dengan wanita buddhis, WBI itu namanya kan perkumpulannya, itu gak pernah gitu, ibu saya sibuk dengan pekerjaannya nah mulai saya masuk (peatihan), mulai saya masuk itu lama-lama pelan-pelan di arahkan, kan saya sama kakak jadi saya sama kakak itu mengarahkan orang tua, pelanpelan diarahkan diarahkan dan akhirnya ada perubahan juga walaupun dikit demi sedikit ibu saya kalau hari rabu mulai ikut kegiatan sama wanita buddhis itu, terus bapak saya juga, setiap malem rabu itu kan misalnya kebaktian sembahyang bapakbapak, kalau hari rabunya kan ibu-ibu, nah bapak saya juga mau ikut dan ibu saya juga mau ikut jadinya kan seneng tambah tertarik gitu lho, kalau misalnya saya jadi umat biasa kan belum tentu ibu saya mau ke vihara, orang saya aja males ke vihara gitu. 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 MTU : Jadi kegiatan-kegiatan vihara yang sebelumnya tidak pernah diikuti mulai diikuti oleh kedua orang tua samaneri ya, setelah samaneri memilih ikut hidup membiara? 83 84 85 86 P : He eh 87 MTU : Oke, samaneri saya mau mengajak samaneri berandai-andai, pada interview yang pertama samaneri menceritakan bahwa kakak samaneri memiliki peran yang sangat besar pada kehidupan 88 89 90 91

287 samaneri, nah andaikan kakak samaneri tidak masuk dalam hidup membiara, kakak tidak memiliki minat untuk hidup membiara, apakah samaneri tetap akan mengambil keputusan untuk mengikuti pelatihan membiara menjadi samaneri? P : Iya tetap mengikuti, karna kan itu keinginan pertama, kan waktu itu pas kelas tiga, saya sadar kalo perbuatan saya itu tingkah lakunya sudah menyimpang gitu lho, jadinya ya pasti ada, pasti ada niatan seperti itu pasti ada walaupun kakak saya sendiri enggak enggak awalnya gak masuk, saya pasti ada niatan gitu. MTU : Berarti keinginan menjadi samaneri itu sudah ada sebelum kakak samaneri berniat ikut pelatihan? P : Sudah ada, karna kan dulu ketika masih kelas satu SMA, ini cerita ya ada namanya mba VI gitu kan dia itu mau jadi samaneri gitu nanti kalo lulus kuliah eh lulus sekolah mau jadi samaneri gitu, namanya mba VI. Aku bilang iya mba, kalo nanti jadi samaneri aku juga ikutan tapi itu masih kelas satu, aku juga ikutan ya, nanti sampean yang motong rambut ku, iya dek iya gitu ya udah, tetapi akhirnya mba VI itu gak jadi sih, dia kuliah di umum gak kuliah di agama, ya sudah gitu tapi nah.. terus yang kedua kali kakak saya itu, kakak saya di rumah kan gak disetujui, nah itu saya punya niatan kayak punya tantangan gitu.. MTU : Andaikan lagi kalau samaneri tidak memiliki kakak seperti yang sekarang ini yang perhatiannya sangat besar pada samaneri, apakah keinginan samaneri untuk hidup membiara itu ada? P : Tetep ada, saya deket sama kakak saya itu sudah dekat dari dulu, karna waktu saya SD kelas lima kelas enam kakak saya itu pergi kan dia ngekos juga jauh, dia malah hidupnya itu lebih sengsara disbanding saya gitu, dia itu orangnya itu nerima gitu lho, walaupun dia gak dikosin gitu suruh tinggal di vihara, dia tinggal di vihara itu harus membantu vihara untuk dapetin makan itu dia itu harus membantu, dari ngangkat beras ngangkat apa gitu nanti, pagi pun bangun pagi bersih-bersih nah setelah 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132

288 itu baru berangkat sekolah gitu, gitu kan pulang sore nanti masih bersih-bersih vihara lagi masih apa kerja di situ kan kadang ada kegiatan gitu nah, dia SMA saya SD, saya masih inget nah dia itu udah beberapa bulan gak pulang, dia itu pertama kali dia itu ngirimin apa, ngirimin celana, celana sama jeket itu hasil kerja dia, itu saya bener-bener terharu, nah akhirnya pas ada hajatan di rumah saya, kakak saya nikah yang nomor tiga dia pulang, itu saya benerbener ketemu dia, ketika dia pulang saya itu gak di rumah, nah dikabarin dia pulang, saya pulang ya udah saya peluk bener-bener saya peluk, saya nangis padahal saya masih SD, saya itu sudah deket gitu, memang kan kami berdua yang paling kecil. 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 MTU : Usianya beda berapa tahun samaneri dengan kakak? 147 P : Dia 1987, saya 1991. Berdua itu, kakak saya kan sudah dewasa-dewasa semua jadinya ketika di SMP saya masih kecil dia bawa uang saku seribu misalnya kadang gak bawa uang saku, terus bawa uang saku, itu pun pulang masih bawa jajan buat saya gitu, memang dari kecil memang deket. 148 149 150 151 152 153 MTU : Samaneri mengetahui kehidupan membiara itu dari kakak ya? 154 155 P : Iya, kemaren kan sempet cerita kalau jadi samanera itu seperti ini lho, gak mungkin terlepas dari masalah, masalah itu tetep ada diarahin, dicontohi seperti ini, dikasih tau kalau sama aja, tetapi masih mungkin masih dalam komunitas dia bilang seperti itu ya, sama aja kehidupannya ada makan minum, nyuci sendiri, apa sendiri, ya cuman itu kamu dalam komunitas, komunitas di masyarakat bukan tetapi kamu komunitas di vihara gitu, masih banyak peraturan yang harus kamu patuhi. Sama aja sebelum saya masuk, sebelum saya berangkat ke Palembang ini, itu sudah dikasih arahan-arahan gitu, seperti ini lho, seperti ini lho, seperti ini. Kemaren kan baru kesini, ngajak orang tua kesini juga, ke Borobudur yuk. Ya memang misinya itu sama untuk keluarga gitu, gak ada niatan gimana-mana. Kalau dia ada masalah gitu yang pertama kali dia tanya itu pasti saya, ini gimana, misalnya dia punya uang dia mau 156 157 158 159 160 161 162 163 164 165 166 167 168 169 170 171 172 173

289 beli apa, dia tanya saya dulu boleh apa gak, saya bilang kira-kira itu bermanfaat gak, kira-kira itu berguna apa gak, kalo gak bermanfaat buat apa gitu sama sebaliknya saya juga begitu. MTU : Pada interview pertama samaneri juga bercerita, bahwa samaneri pernah mendaftar di Universitas Lampung, sebelum masuk pelatihan, bahkan samaneri sudah ikut tes dan sudah membayar, dan itu samaneri tinggalkan, padahal ijin dari orang tua untuk ikut pelatihan pun belum dapat, nah apa sih yang benar-benar memotivasi (mendorong) samaneri untuk berani mengambil langkah itu? P : Yang bener-bener. Nah ketika itu malem hajatan itu kan saya e.. pas sesudah itu kan kakak saya yang nomor lima itu kan nikah nah pas itu kan memang ada hajatan di rumah, ada pesta rame, nah itu kan memang ada konflik dari keluarga terutama dengan orang tua saya memang ada konflik tapi gak mungkin dong saya ceritakan, nah ada konflik dan itu benerbener memicu saya untuk pergi dari rumah gitu, tapi sebelum itu pas hari H, orang itu kakak saya, yang kakak saya yang samanera itu pulang sama pacarnya, dia itu ngajak pulang ke Lampung itu sama pacarnya dari Jakarta, dan itu saya sudah tanya, memang saya sudah tanya, sudah tanya gimana apa kalo saya jadi samaneri, nah itu masih, ya itu tadi dijelasin kalau kehidupan samaneri seperti ini seperti ini, dijelasin sama dia gitu nah pas hari H hajatan itu kan sampe malem nah itu memang ada konflik ya sudah, terus saya kan sakit, memang saya ada penyakit gitu, ada penyakit nah saya sudah santai gitu, santai sudah, makan sudah selesai nah saya berobat, saya berobat dan memang sudah parah kan, nah.. itu saya pas itu saya, kalo di Lampung itu namanya kota Metro saya di bawa kesitu nah bener-bener parah kan, kok sudah seperti ini kemarin belum seperti ini kok sudah seperti ini gitu, dokternya tanya. Ya saya juga bingung kan harusnya kalau saat ini belum seperti ini gitu dan ya sudah saya pulang, saya kan sama pacar kakak saya itu, sama orang tua sama bapak sama kakak saya ibu saya gak ikut, sudah saya pulang ke 174 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 287 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215

290 rumah, besoknya saya berangkat, mulai dari itu saya sudah punya niatan kalau memang saya mau mati ya sudah gitu, mending saya kalau seperti ini kan istilahnya saya punya karma baik gitu kalau memang saya mau mati ya saya setidaknya saya sudah punya, cita-cita saya itu sudah sampe gitu, nah saya kemarin juga kan pernah cerita ini lho, pas saya ketika pelaksanaan pabbaja itu yang 14 hari ya atau 15 hari yang dua minggu itu, selama pelatihannya yang bener-bener pelatihannya itu digembleng itu kan selama 14 hari itu kan saya meditasi nah, makan itu kan yang sebelumnya makan saya gak teratur itu kan, nah disitu itu saya kan bangun tidur, meditasi, sambahyang, makan sarapan pagi, siangnya dengerin materi pokoknya selama 14 hari itu pola hidup saya bagus gitu lho sama kan pikirannya positif, pikirannya positif ya udah kok saya ngerasa kan, kan setiap pagi itu, gak setiap pagi sih, pokoknya setiap pagi itu kan ada meditasi jalan, meditasi duduk, terus yoga gitu kan, pokoknya pas 14 hari itu saya merasa bener-bener dalam mmm... apa ya, hati saya itu tenang sekali, pokoknya enak gitu lho kok kondisi fisik saya, o.. padahal saya makan itu cuma dua kali malem cuman minum jus, tapi kok enak ya saya pikir, 14 hari itu sudah selesai pabbajanya terus saya telpon kakak saya, saya sudah selesai, ya sudah kamu mau lanjut apa enggak?, saya bilang lanjut, saya coba tiga bulan dulu, tiga bulan lagi seperti itu seperti itu, terus habis itu setelah saya tiga bulan kan kakak saya nyusul saya ke Palembang, kakak saya nyusul ke Palembang saya di bawa chek up gitu nah penyakitnya itu sudah a istilahnya yang dari 4 gitu kan tinggal 2 gitu, menurun ya kakak saya kaget dan kemudian memotivasi juga langsung gitu, nah itu yang bener-bener. Terus ya itu kakak saya kan tiga bulan terus ikut. 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 231 232 233 234 235 236 237 238 239 240 241 242 243 244 245 246 247 248 249 250 251 MTU : hmmm wah terima kasih semakin diperjelas. 252 P : Saya itu lho, dulu gak bisa lho ngomong seperti ini, ngomong dengan orang-orang yang katrok gitu lho, maksudnya itu misalnya kan saya tinggal lama di kota, saya pulang ke desa kan, tempat saya kan juga 253 254 255 256

291 desa, saya tuh walaupun tinggalnya di kampung dulu, saya itu tidak bisa berkomunikasi dengan tetangga saya, saya itu tidak bisa bersosialisasi gitu lho, saya walaupun ketika saya sakit gitu tetangga saya ya nengok semuanya, tapi kan karna bawaan dari orang tua gitu kan. MTU : Samaneri maksudnya gak merasa dekat dengan mereka? P : Enggak, enggak saya kan gak bisa bersosialisasi gitu, tetapi ketika sekarang ini kalo saya pulang bisa gitu lho, makanya kadang tetangga saya pada heran kok, saya dulu gak bisa bersosialisasi, berkomunikasi itu gak bisa saya nah ketika saya kan walaupun saya di desa gitu kan, saya kan SMPnya juga jauh, saya laju, SD pun saya itu di rumah, saya pulang sekolah gitu, pulang sekolah saya main sama temen-temen juga gak begitu istilahnya saya itu orangnya tertutup gitu, saya gak itu nah ketika SMP, SMP kan sudah mulai di kota saya laju, nah itu saya bisa bergaul dengan mereka (teman-teman di kota), tetapi ketika pulang nyampe rumah gitu ada kegiatan apa, di tetangga itu misalnya apa apa, saya cuma keluar aja nengok udah gitu saya pergi naek motor gitu, saya gak bisa bergaul sama mereka, sampe tetangga saya itu lho, bilang orang kok hidup sendiri, saya cuek gak papa. MTU : Berarti maksud samaneri dengan teman-teman di kota samaneri bisa bergaul, sedangkan dengan yang satu daerah malah gak bisa? P : Iya gak bisa, gak cocok gitu ngomongnya gitu lho mungkin, nah tetapi anehnya ketika saya sudah jadi samaneri saya itu bisa pulang pun saya juga ngobrol, ketika ada orang sakit saya juga jenguk, itu yang membuat orang tua saya itu mungkin tersentuh gitu lho, kok anak saya bisa berubah seperti ini, kenapa saya enggak gitu, mungkin dengan seperti itu, dengan anehnya saya sendiri perasaan saya ketika ada umat gitu sakit dia bener-bener udah tua gitu sakit saya lho mau nengok gak ada yang nganter, itu padahal jauh saya jalan, jalan itu baru dapet.. kalo di desa susah kan, itu baru dapet tumpangan itu sesudah 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 273 274 275 276 277 278 279 280 281 282 283 284 285 286 287 288 289 290 291 292 293 294 295 296 297

292 jalan jauh, saya nekat mau nengok mbah itu, walaupun jauh saya tengok gitu, gak tau, saya sekarang juga gak tau gimana perasaan saya itu gak tau tapi rasa belas kasihan saya itu muncul, cinta kasih saya itu muncul ketika saya jadi samaneri, saya dulu kaku orangnya kaku. sekali. Dulu saya angkuh, angkuh sekali, ketika pas lebaran itu bisa pulang sama kakak saya berdua itu, kalo di desa kan kalo lebaran itu masih kunjungan ke tempat tetangga ya, nah itu silahturahmi ke tetangga-tetangga saya aja, tetangga saya pada heran kok, mereka bilang akhirnya rumah ku ini kamu injek, kalo bahasa Jawanya oalah akhire awakmu iso ngidek omahku, bahasa Jawanya gitu, aneh saya juga cuman tersenyum gitu. MTU : Jadi belas kasih itu muncul ya setelah menjadi samaneri? P : Iya, bener-bener, kalo liat orang itu rasanya kalo liat orang yang misalnya orang tua, orang apa itu bener-bener wah gimana perasaannya itu, kasihan MTU : Baik samaneri, sebelumnya samaneri juga pernah mengatakan bahwa ingin menjauhi hal-hal yang negatif, pikiran-pikiran yang negatif, bisa samaneri jelaskan lagi maksudnya negatif itu seperti apa? P : Ingin mejauhkan diri itu ya misalnya seperti tadi, ya kebalikan dari itu tadi tow, saya sombong, angkuh, itu saya pengen menghilangkan rasa angkuh, wong sekarang aja kadang saya masih ada angkuh gitu, di dalam diri saya masih ada perasaan angkuh itu masih ada gitu, sombong itu masih ada gitu, ya saya itu pengen menghilangkan itu gitu. Misalnya angkuh, sombong itu pengen saya hindari gitu. MTU : Baik, kalau begitu apakah masalah dalam keluarga, penyakit yang diderita, dan sikap samaneri yang mungkin samaneri anggap sebagai hal yang negatif? P : Iya, dulu saya pikir kalo saya mati yang penting citacita saya terlaksana walaupun sebentar gitu kan, waktu itu juga mungkin orang tua tidak memperbolehkan itu karena itu, karna ya saya sakit itu, ada rasa khawatir. Sebenernya keluarga kakak 298 299 300 301 302 303 304 305 306 307 308 309 310 311 312 313 314 315 316 317 318 319 320 321 322 323 324 325 326 327 328 329 330 331 332 333 334 335 336 337 338

293 saya itu ketika saya sakit mereka perhatian kalo ndak ya enggak cuek gitu lho, saya mau ngapain.. mau ngapain terserah, tapi pas saya sakit ya mereka perhatian gitu, misalnya pas kumat gitu, saya di koskosan kambuh penyakitnya saya pulang, ya dijemput ya apa gitu, jadi kalo sehat ya udah enggak, tapi ketika sakit cepet-cepet, tapi ketika sembuh saya itu merasa mereka gak ada perhatiannya, mereka sibuk sendiri. MTU : Baik, selama interview awal kan samaneri selalu menceritakan kakak yang ke tujuh, nah saya mau tanya, bagaimana respon ke enam kakak samaneri saat mendengar samaneri ingin ikut pelatihan hidup membiara? P : Mereka gak mendengar sih, mereka langsung tau gitu, kaget gitu, saya kan tadinya ikut pabbaja 14 hari itu, nah kok lanjut gitu, mereka ya.. ya responnya seneng, kalo kakak saya itu responnya seneng, mungkin yang pertama mereka pikirnya gak ngerepotin orang tua mikirnya juga gitu, mereka responnya seneng kakak-kakak saya yang satu sampe enam, responnya seneng mereka sering telpon, apa kalo telpon itu jadwal, mereka bikin jadwal sendiri gitu, satu bulan kan sekali telpon itu, jadi giliran gitu. Dulu ada ya kakak ipar saya, dulu gak pernah yang namanya telpon ngomong jarang, sama saya itu hanya kebencian yang mereka tanamkan ke saya itu hanya kebencian, kenapa kebencian karna mereka kan, kalo saya itu pulang, saya minta uang ke kakak saya gak mungkin enggak, namanya pulang ke koskosan saya minta uang gitu, pokoknya kalo gak dikasih saya gak pulang, saya minta uang walaupun saya cuma dikasih dua puluh ribu saya terima tapi hati saya sudah seneng, nah dari itulah kakak ipar saya itu benci, ya mereka negur apa bareng tapi kan kita juga bisa membedakan kan antara orang yang suka dengan yang gak suka, yang seneng dengan yang gak seneng, nah ketika saya sudah jadi samaneri, saya sudah seperti ini saya sudah setaun itu saya pulang mereka nangis, salaman gak pernah namanya salaman paling salaman cium tangan tok 339 340 341 342 343 344 345 346 347 348 349 350 351 352 353 354 355 356 357 358 359 360 361 362 363 364 365 366 367 368 369 370 371 372 373 374 375 376 377 378 379

294 gak pernah namanya sampe nyium, apa itu, kemaren sampe alah nyium sampe pelukan sampe apa gitu ngelihat saya seperti ini, ketika mereka ada masalah sama kakak saya, masalah dalam keluarga mereka, mereka pasti telpon kalo gak telpon saya telpon samanera (kakak), ngomong curhat. MTU : Maksud saya samaneri respon saat awal, saat samaneri minta ijin sama orang tua, semua keluarga tau kan? 388 P : Enggak, orang tua saya aja kok. 389 MTU : Berarti mereka taunya kapan? 390 P : Taunya itu saya sudah dipanggil, saya sudah masuk pabbaja, mereka tau.. tau saya mau ke Palembang itu tau, tetapi mereka taunya saya itu ikut pabbaja gitu. MTU : Ooo, berarti mereka gak tau kalo ternyata samaneri lanjut ikut menjadi samaneri? 394 395 P : H eh 396 MT : Nah, ada gak repon mereka yang mungkin gak setuju? 397 398 P : Enggak, kalo kakak saya, gak tau seneng malah saya seperti ini, yang pertama mungkin pola hidupnya, pola hidupnya jadi bagus gitu lho, hidupnya jadi terpola gitu lho, makannya rutin saya kan dulu gak, contohnya saya itu gak bisa makan bakso, tetapi saya nekat dan jadi sakit, nah kakak saya itu besoknya pasti bilang beli bakso segerobaknya, apalagi kakak saya yang ketiga, jadi dia tau klo saya sakit itu kenapa. 399 400 401 402 403 404 405 406 MTU : Jadi sebenarnya kakak-kakak samaneri perhatian juga ya P : Saya tuh gak tau, saya tuh gak bisa membedakan apakah mereka itu perhatian atau tidak sama saya, tapi mereka senang saya menjadi samaneri, kalo kakak-kakak ipar saya, yang istilahnya gak merespon, mungkin mereka iri gitu, irinya itu ya gak tau dalam hal apa, mungkin saya itu kalo minta itu harus, karna kan, misalnya saya minta motor, ya diturutin sama orang tua saya ya diturutin. Tapi kan, mbanya (peneliti) sendiri misalnya kalo materi selalu diturutin terus, tetapi kayak apa ya, perhatian gak pernah dikasih kan sama aja hampa kan, ketika 380 381 382 383 384 385 386 387 391 392 393 407 408 409 410 411 412 413 414 415 416 417 418 419 420

295 mbanya sendiri ketika ada masalah gak ada tempat untuk ngadu, gak ada tempat untuk berbicara, orang tua gak bisa untuk bersandar kan otomatis merasa gak bisa kan tetep aja, sedangkan yang dirumah kakak-kakak yang lain ya gimana ya, yang merespon ya kakak saya yang nomor tujuh itu, yang lain ya biasa-biasa aja, kalo kakak saya yang nomor tujuh itu ya sudah tau orang tua saya seperti itu sudah tau kalo gak tau gak mungkin dong dia itu mau nerima misalnya orang tua, ada orang tua mampu tapi dia kuliah di Jakarta nerima sepeserpun gak ada dapet biaya dari orang tua kecuali pas pulang, ongkos pulang ke Jakarta, mana mau kalo dia itu udah tau sifat orang tua, ya kalo dia gak tau kan otomatis gak mau dong karna dia sudah memahami sifat orang tua saya, karakter orang tua saya jadi ya dia berusaha sendiri, dia berusaha cari beasiswa, cari makan ya hidup di asrama hidup bantu vihara itu tadi, dan SMA pun setahu saya orang tua juga gak ada, gak mengeluarkan biaya, ya mengeluarkan biaya ya ketika pulang, lebaran beliin baju, itu aja, makanan juga gak pernah dikirm gitu setahu saya. 421 422 423 424 425 426 427 428 429 430 431 432 433 434 435 436 437 438 439 440 441 442 MTU : Mungkin orang tua samaneri pola asuh pada anak laki-lakinya lebih keras begitu, dari pada yang perempuan? 443 444 445 P : Sebenernya kakak saya kalo mau minta juga dituruti, cuma kakak saya gak mau minta, gak mau memang sifatnya beda, orangnya rendah hati.. sekali, memang beda sama saya, dia SMA sekolah sepedanya butut dia nerima, saya baru masuk SMP dibelikan sepeda baru, habis itu baru beberapa bulan saya minta dibelikan motor, langsung dibelikan. 446 447 448 449 450 451 452 MTU : Baik, berarti kalo dari kakak-kakak samaneri tidak ada yang tidak mendukung keputusan samaneri ya? 453 454 P : Iya, mereka mendukung, walaupun ada kakak saya yang dari agama yang berbeda, ada dua itu ikut muslim, malahan kakak ipar saya yang muslim itu suka telpon saya walaupun telpon sambil nangis, bilang gini, bilangin kakakmu itu lho gini gini gini 455 456 457 458 459 460 MTU : Ada gak samaneri kakak-kakak yang mungkin 461

296 membantu samaneri untuk orang tua memberikan samaneri ijin? 462 463 P : Ya kakak saya yang ke tujuh itu tow. 464 MTU : Lalu bagaimana dengan kakak yang lain? 465 P : Enggak, mereka sih mendukung kalo hal itu baik buat saya, tapi mereka gak pernah bilang ke orang tua untuk kasih ijin ke saya, ya kakak saya yang nomor tujuh itu yang pelan-pelan memberikan pengertian sama orang tua. 466 467 468 469 470 MTU : Oke, samaneri boleh saya tahu, samaneri hubungan dengan orang tua, lebih dekat dengan ayah atau ibu? 471 472 P : Saya lebih ke ibu, karna bapak saya orangnya keras, orangnya keras.. kalo apa, punya kemauan, punya apa ya, anaknya gak boleh ya gak boleh beneran. Misalnya kakak saya yang nomor enam, kan sekolah SMP itu nakal dia, sekolah itu bawa pisau, sekolah itu peso, bapak saya bilang suruh berhenti ya suruh berhenti beneran, kalo mau sekolah ya silahkan tapi saya gak akan biayai kamu, jadi SMP belum lulus ya udah berhenti, kalo bapak saya sekali ngomong A ya A. 473 474 475 476 477 478 479 480 481 482 MTU : Nah, samaneri tau sifat bapak, samaneri kok bisa berani ambil keputusan yang tidak diperbolehkan? 483 484 P : Bapak saya sebenernya sifatnya itu keras tapi bisa lunaknya itu kalo sama saya kalo saya sudah nangis, bapak saya itu udah gak bisa liat, itu sebenernya sebenernya wong yang ketika saya pamit itu yang gak memperbolehkan yang benerbener megangi kuat itu ibu saya tetapi ketika saya sudah jadi seperti ini, ketika saya sudah jauh yang nangis itu bapak saya, bapak saya itu orangnya keras tapi tuh bisa lunak, wong waktu itu ngomong apa entah apa, saya itu udah jadi samaneri, kakak saya yang samanera gak bisa atasi, terus kakak saya ngomong sama, saya bapak kenopo?, gini gini..gini gini...gini, terus saya telpon, saya ngomong pelan-pelan, orangnya ngomong sendiri, dan nurutin omongan saya, padahal kalo kakak saya yang ngomong itu bisa mencengangkan. Tetapi saya kalo telpon saya lebih banyak ngomong sama mamak 485 486 487 488 489 490 491 492 493 494 495 496 497 498 499 500 501 502

297 MTU : Lalu, bagaimana hubungan samaneri dengan ibu? 503 P : Saya juga bingung, hubungan saya dengan ibu itu seperti apa, kalo saya di rumah cuek, diem aja tetapi kalo saya jauh bentar-bentar telpon. 504 505 506 MTU : Oiya samaneri, samaneri kan menceritakan bahwa samaneri memiliki guru yang sudah membimbing samaneri, nah bagaimana samaneri memandang guru samaneri, sehingga samaneri mengambil keputusan untuk hidup membiara dan menjadi samaneri, apa yang samaneri lihat dari guru tersebut? 507 508 509 510 511 512 P : Sebenernya guru saya sudah gak ada sudah meninggal, satu tahunnya tanggal 2 besok, makanya saya pulang ke Palembang. Guru saya itu, saya sudah mengenal beliau ketika saya SMA, kakak saya kan tinggal di vihara, beliau itu kadang datang ke vihara tempat tinggal kakak saya itu, nah itu saya kesitu, saya itu sempat namaskara (sujud) sama beliau, dan beliau itu pernah mengatakan sayangi adekmu, kan pake bahasa apa Palembang gitu, artinya itu sayangi adekmu jangan pernah sia-siain, dia itu berkah buat kamu itu bilang ke kakak, memang sebelum itu kan kita deket gitu lho, nah saya disitu sempet namaskara sujud gitu sama beliau, ketika saya mau masuk jadi samaneri dia sudah sakit sudah storke, udah gak mampu, sudah gak bisa ngapangapain, sebelumnya itu beliau dari Lampung ke Palembang perjalanan satu hari, hanya makan pisang gepok, pisang rebus itu satu tok, beliau itu semangat, beliau itu sering membagikan obat di kampungkampung, walaupun kampung itu belum ada sepeda beliau itu jalan, harus nyebrang sungai semangatnya luar biasa untuk memperjuangkan agama Buddha di kampung-kampung, beliau selalu menolong orang lain, beliau mendirikan beberapa balai pengobatan, di Lampung 2, di Palembang, beliau juga membangun jembatan di desa-desa, itu yang membuat saya kagum sama beliau, makanya saya mau berguru dengan beliau. 513 514 515 516 517 518 519 520 521 522 523 524 525 526 527 528 529 530 531 532 533 534 535 536 537 538 539 540

298 Partisipan 4 Wawancara 3 (P4W3) Waktu : Selasa, 19 Maret 2013; pukul 09.35-10.03 WIB Lokasi : Vihara Ampel MTU : Selamat pagi samaneri, terima kasih sudah bersedia meluangkan waktu untuk melakukan wawancara lagi pagi-pagi begini. 1 2 3 P : Iya, gak apa. 4 MTU : Samaneri, saya mau klarifikasi beberapa hal, samaneri waktu memutuskan untuk ikut pelatihan setengah bulan itu setelah kakak ke lima menikah atau sebelumnya? 5 6 7 P : Setelahnya, jadi waktu itu setelah kakak ke lima nikah kan kakak saya yang nomor tujuh itu pulang, nah saya minta pendapatnya, terus di dukung dan saya memutuskan untuk ikut pelatihan itu. 8 9 10 11 MTU : Nah samaneri saat itu orang tua sempet nyari gak? 12 P : Uhuk uhuk sempet tapi cuman kan saya bilang pelatihannya itu apa cuman cuman beberapa hari cuman 14 hari setengah bulan gitu. Nah saya bilang kan lanjut lagi 3 bulan, iya lanjut tiga bulan itu baru lanjut. 13 14 15 16 17 MTU : Berarti orang tua gak nyari saat samaneri ikut yang tiga bulan itu? 18 19 P : Enggak karena kan mereka sudah tau, jadi orang tua sudah tau gitu, dan guru saya waktu itu kan saya bilang orang tua gak ngasih ijin, guru saya juga sempet telpon sama orang tua, jadi guru saya sudah sudah menghubungi orang tua saya sudah biar gak ke sini gitu, biar gak ke Palembang gitu 20 21 22 23 24 25 MTU : Apa guru samaneri dan orang tua samaneri pernah bertemu? 26 27 P : Belum, telpon itu tau nomornya dari kakak saya, yang nyuruh hubungi itu kakak saya gitu. 28 29 MTU : Baik samaneri dengan begitu saya lebih jelas, terima kasih. Lalu samaneri, saat samaneri mengatakan samaneri memiliki penyakit yang cukup parah saat itu, saya ingin tahu seberapa jauh penyakit itu mengganggu bagi samaneri? 30 31 32 33 34 P : Ya waktu SMA sangat-sangat mengganggu sih, karna 35

299 kan kenapa saya bilang mengganggu kan karna setiap sedikit pingsan, bisa dalam sehari itu pingsan itu 15 kali juga ada, setiap kaget sedikit pingsan ada masalah sedikit pingsan, misalnya kena panas kena panas kan jalan dari sekolah ke kost-kostan itu panas gitu mimisan nanti nyampe kost gak kuat lagi kadang masih di jalan gitu sudah kluk pingsan gitu dan setiap hari saya harus minum obat uhuk uhuk uhuk..jadi bekalnya itu kalo ke sekolah ya air aqua, airnya kan air aqua sama obat gitu iya dulu dulu udah lewat (sambil tersenyum). MTU : Apa dampak dari penyakit samaneri itu pada pengambilan keputusan hidup membiara? P : Dampaknya ya positif tho, dampaknya kan sekarang sudah bisa apa ya istilahnya melakukan hal-hal yang bisa dilakukan oleh orang lain gitu, misalnya bisa kalo dulu sekolah kan cuma bisa duduk di kelas, kita istirahat, saya kan jarang ikut aktifitas misalnya apa gitu misalnya ke pasar apa beli apa, masak, nyapu, dulu kan saya enggak pernah maksudnya jarang gitu beraktifitas seperti yang lain karna kan saya gak kuat, saya gak pernah masak walaupun kost ngekost, temennya masak saya beli, saya gak pernah maksudnya aktifitas. Sebenernya dulu saya gak boleh ngekost tadinya suruh pindah kan waktu masih SMA kelas satu itu disuruh pindah suruh pulang ke rumah, saya di masukin sekolah gitu kan sudah mau didaftarin, tapi saya gak saya gak mau, karna kan rumah saya kan di kampung jadi otomatis saya mikir kalo saya tinggal di kampung,.. ya walaupun saya disitu cuman duduk sekolah tapi kan seenggak-enggaknya bisa bertemu dengan orang-orang yang ya istilahnya orang kota lah terus bisa mengenal berbagai macam jenis orang gitu kan, bisa kenal sama orang Cina, kalau saya semisalnya di kampung kan gak mungkin kan di kampung ada orang Cina, ada orang Batak, ada orang apa di sekolahan saya gitu kan, karna kan banyak pendatang gitu MTU : Berarti bagi samaneri penyakit itu walaupun suatu hal yang berat tapi akhirnya membawa dampak yang positif bagi samaneri hingga bisa sampai seperti sekarang? 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 64 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76

300 P : He eh..tapi saya dulu juga berusaha sih, misalnya untuk penyembuhan penyakit saya sendiri saya juga berusaha, kemana-kemana gitu kadang ya, pokoknya ya berusaha kemana, dikasih tau orang ke sini ya saya ke situ gitu. 77 78 79 80 81 MTU : Dan itu ada pengaruhnya gak perobatan yang dilakukan? 82 83 P : Enggak ada, ya cuman ada pengaruhnya kan cuma sebentar nanti balik lagi, gitu doang. 84 85 MTU : Setelah ikut pelatihan bisa sembuh ya? 86 P : Ya saya tuh merasa penyakit saya itu sebenernya sampe sekarang kan masih cuman kan sudah menurun gitu kan, karna kan kenapa saya bilang menurun karna kan waktu saya ikut pelatihan itu, waktu yang setengah bulan latihan bener-bener setengah bulan itu saya kan ibaratnya makan teratur, pertama kali saya ikut lho pertama kali, makan teratur, apa sembahyang pagi sore habis itu kan kegiatannya pagi bangun tidur cuci muka habis itu ikut latihan meditasi, meditasi kan konsentrasi ya kan..membuang pikiran-pikiran negatif dan disitu habis meditasi sembahyang, habis itu habis sembahyang olahraga gitu lho apa hmm (mencoba mengingat sesuatu) bukan erobik.senam berkesadaran, kalo di dalam agama Buddha itu menyebutnya senam berkesadaran jadi menyadari setiap gerak tubuh itu disadari, misalnya saya lagi ini lho, saya lagi mengangkat kaki, saya sadar saya mengangkat kaki, saya meletakan kaki saya sadar bahwa saya sedang mengangkat kaki, dan kegiatannya itu rutin terus, ntar ada meditasi jalan, pokoknya ada pelatihanpelatihan lah, pokoknya di situ positif gitu, jadi lamalama kok saya merasakan ringan gitu, saya mengambil nafas pun kayaknya gak berat gitu, waktu, pokoknya badan saya sudah sedikit lega gitu jadinya ya saya, saya kan komunikasi sama kakak saya yang nomor tujuh kakak saya pas, berkomunikasi saya berkonsultasi dan dikasih dukungan lanjut lagi tiga bulan, dan seperti itu merasa ringan..ringan..ringan, akhirnya saya sama guru saya dikirim ke sini gitu uhukk..uhuk.. 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 MTU : Di kirim ke STIAB ini? 116 P : He eh, di sini walaupun saya kuliah kan pertama kali 117

301 saya juga merasa kaget, di Sumatra sana kan panas nah di sini (Ampel) dingin, saya juga sempet drop di sini, sampe wah drop sampe dikatain saya kena busung lapar karna kurus..kurus sekali, terus habis itu saya berusaha lagi, pokoknya yang penting itu niatnya lah, semangatnya saya sendiri punya semangat untuk sembuh trus kan banyak orang-orang di sini yang mendukung yang merespon banyak lah. Yang berpengaruh besar itu ya pelatihan setengah bulan bulan sama yang tiga bulan, karna kan di situ saya gak beraktifitas yang lain, cuma bangun tidur, mandi, aktifitas, sembahyang, pelatihan lagi sampe siang, dikasih makan cemilan, habis itu minum, habis itu kegiatan lagi dikasih kayak materi-materi gitu, habis gitu makan siang, makan siang materi lagi sedikit, jam setengah satu sudah apa rileksasi, habis setelah rileksasi kegiatan lagi sampe sore, mandi sembahyang, meditasi, latihan lagi sampe jam 9 malem terus tidur, sampe pagi seperti itu diulang terus, jadinya kan hidup sehat kan, pikiran, batin gitu. 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 MTU : Sebelumnya samaneri pernah mengatakan bahwa orang yang menjadi inspirasi samaneri dalam mengambil keputusan itu kakak dan guru samaneri, nah ada yang lain lagi gak selain mereka berdua? 138 139 140 141 P : Enggak. 142 MTU : Dan bagaimana orang tersebut mempengaruhi samaneri dalam mengambil keputusan ini? 143 144 P : Yang pertama kan yang mempengaruhi saya mengambil keputusan kan kakak saya, ya seperti yang saya pernah bilang, saya melihat kakak saya. 145 146 147 MTU : Lalu kalau dari guru, bagaimana guru mempengaruhi samaneri mengambil keputusan? 148 149 P : Guru saya itu kan usianya 83, saya masuk itu tahun 2010 bulan Juli tanggal 23 Juli saya masuk habis itu meninggalnya beliau itu Januari tahun 2011 berarti ya hampir 2 tahun. 150 151 152 153 MTU : Tapi sebelumnya samaneri sudah kenal kan guru dari kakak samaneri? 154 155 P : Sudah Nah memotivasinya itu kan saya tanya pas beliau pulang saya tanya-tanya lagi kan sebelumnya kan beliau sudah kuliah di Jakarta sudah jadi samanera nah 156 157 158

302 beliau pulang beliau tuh gak boleh latihan gitu lho ditolak sama orang tua saya. 159 160 MTU : Lho jadi kakak itu sudah pernah jadi samanera? 161 P : Sudah, kan saya sudah pernah cerita. 162 MTU : Ya, waktu samaneri cerita itu kan, kakak pulang lalu kan klo mau masuk pelatihan kan minta surat ijin dari orang tua dan kemudian disobek, berarti kan waktu itu kakak belum masuk jadi samanera, begitu? 163 164 165 166 P : Ya ya itu kan tahun berapa ya, saya lupa tahunnya, pokoknya beliau itu kuliah di Jakarta semester awal, semester pertama dia itu kuliah di Jakarta yak an, kuliah di Jakarta beliau itu pulang-pulang sudah pake jubah sudah jadi samanera yak an, nah di situ beliau itu nyodorin surat ijin. 167 168 169 170 171 172 MTU : Jadi sebelumnya kakak gak bilang dan minta ijin dari orang tua? 173 174 P : Iya, sebelum latihan itu ga ijin dulu, karna kan beliau,beliau gak sempet pulang, jadi sudah jadi samanera beliau itu minta surat ijin, minta surat ijin sama bapak saya surat ijinnya itu disobek nah disobek itu kan di depan semuanya, karna waktu itu kan kumpul keluarga, nah di situ saya mempunyai motivasi, saya mempunyai niatan itu saya jadikan motivasi nantinya saya mau jadi seperti itu (kakak), tapi itu sebelum saya sakit, setelah saya masuk SMA masih semester awal, saya hamper satu tahun, belum ada lah, hampir satu tahun SMA kelas satu bulan Oktober kalo enggak November saya itu jatuh di depan kamar mandi tiba-tiba saya pingsan, nah saya langsung, orang tua saya datang malem-malem jam 12, saya langsung di bawa lari ke rumah sakit, disitulah saya ketahuan punya penyakit begitu, itu kelas satu dan saya sudah di rumah sakit itu sudah 35 hari, 35 hari saya di rumah sakit, nah pulang, istirahat di rumah selama setengah bulan, itu sudah badan saya sudah agak mendingan tapi kan namanya orang sakit seperti itu kan namanya sudah punya penyakit, nah di situ saya disuruh pindah sekolah saya gak mau, saya bertahan saya pulang ke kost-kostan dan saya bertahan di situ, tapi kan bertahan namanya orang sakit seperti itu, bolak-balik masuk rumah sakit saya, nah akhirnya persingkat aja ya, sesampe saya kelas tiga, 175 176 177 178 179 180 181 182 183 184 185 186 187 188 189 190 191 192 193 194 195 196 197 198 199

303 kelas tiga bulan, pokoknya sekitar bulan Mei, gak bulan Juli kan saya ditahbisnya tanggal 23, seminggu sebelumnya kan kakak saya nikah, kakak saya sudah nikah, pas kakak saya nikah kakak saya yang dari Jakarta itu kan belum lulus dia sudah nyusun skripsi tinggal ujian, beliau pulang karna kakak saya mau nikah, dia itu posisi sudah lepas sudah kembali jadi umat awam, karena tidak dikasih ijin sama orang tua, dia itu juga pulang sama pacarnya gitu, nah di situ saya tanya saya pengen latihan saya bilang di Palembang itu ada pabbaja saya bilang, oh iya didukung, gimana lho kehidupan di sana itu, kan sudah pernah gini lho gini lho diceritain pengalaman-pengalaman dia jaman dulu gitu, nah sesudah itu saya kan masuk, saya juga pamit sama orang tua, ya tapi istilahnya pamit juga secara gak resmi ya, jadi saya minta ijin tapi tidak menunggu mereka mengiyakan, gak sampe, saya kan pernah cerita kalo saya itu berangkat ke Palembang cuma menyisakan uang 25 lima ribu atau berapa gitu untuk makan, untung di Vihara itu dikasih makan nunggu sampe tanggal 23, tanggal 23 saya ditahbis gitu jadi samaneri, habis gitu lanjut sampe tiga bulan, setelah tiga bulan kan kakak saya datang, kakak saya kan udah dapet ijin dari orang tua saya yang bermaksud suruh nemenin saya, dan akhirnya beliau di sana saya di sini. Saya kan awalnya gak ada niat kuliah, guru saya mau ngajarin saya tentang agama Buddha lebih dalem kan gak bisa, beliau sibuk dan guru saya yang membimbing yang kakak seperguruan saya, kalau guru yang saya itu sudah sakit sudah kena stroke, ya sudah akhirnya saya dikirim ke sini memperdalam agama Buddha sambil latihan. 200 201 202 203 204 205 206 207 208 209 210 211 212 213 214 215 216 217 218 219 220 221 222 223 224 225 226 227 228 229 230 MTU : Kalau dari guru sendiri, yang sudah usianya 83 tahun itu, apa yang mempengaruhi samaneri dari guru tersebut pada pengambilan keputusan samaneri? 231 232 233 P : Beliau itu baik, suka menolong suka bagiin obat, ke masyarakat-masyarakat sekitar, gak membeda-bedakan mau itu Muslim, mau itu Katolik, mau itu Kristen gak peduli beliau ingin membantu, banyak orang-orang Muslim yang dibantu sama guru saya, jadi saya ingin menjadi seperti itu. 234 235 236 237 238 239 MTU : Kalau dari kakak, bagaimana kakak itu menurut 240

304 samaneri, apa yang dari diri dia yang samaneri lihat? 241 P : Kakak itu bisa jadi kakak, bisa jadi ayah, sahabat. 242 MTU : Nah kalau guru kan sudah meninggal, apa yang dalam diri guru yang sekarang masih hidup bagi samaneri? 243 244 P : Kedermawanannya, kesederhanaannya, dan menerima, contohnya saja yang masih saya ingat yang masih terngiang-ngiang itu, beliau sempet, kan kami lagi makan memang masakan di Vihara itu memang makanannya gak enak gitu, ini jujur aja, ibu itu masakannya memang gak enak dan ada salah satu muridnya samanera juga muridnya, itu sebelum kakak saya masuk, dia itu makan cuma gak habis, muridmuridnya itu cuma samneri-samanerinya aja yang habis yang samanera yang bhikkhu pada enggak habis, dan guru saya itu bilang makan itu jangan cuma enak di mulut tapi enak di badan, jangan suka memilih-milih makanan, karna makanan ini hanya sesaat lewat mulut begitu sampe di perut itu semuanya sama, jadi mau makanan itu asin, manis, asem, rasanya apapun dimakan, gak mencela masakan itu dan gak pernah mencela ibu yang masak, gak pernah mencela orang mau hasil karya kamu seperti ini ya gak pernah dicela selalu memotivasi orang itu, kalau memang orang itu gak bener, karya orang itu gak bener dituntun gimana sih supaya itu bener gak pernah marah, kalau memang muridnya salah beliau hanya diam, dan hanya tersenyum sambil mengucapkan ya belajar lagi, berlatih lagi secara giat, belajar lagi dengan giat, beliau itu selalu mengarahkan, selalu menuntun kami gak pernah yang namanya marah mencela itu gak pernah. Ya saya inget itu ya itu tadi kedermawanannya, kesederhanaannya, dan menerima itu tadi 245 246 247 248 249 250 251 252 253 254 255 256 257 258 259 260 261 262 263 264 265 266 267 268 269 270 271 272 MTU : Kalau dari kakak, bagaimana pengaruh kakak pada diri samaneri dalam mengambil keputusan? 273 274 P : Pengaruh ya, pengaruhnya itu... Saya itu sedikit mencontoh semangat kakak dan guru, jika kakak ada masalah dia selalu bilang semua itu pasti akan baikbaik saja dan semua itu pasti akan berlalu, dan katakata itu timbul semenjak dia ikut latihan (pabbaja), dan kata-kata itu pasti ketika saya ada masalah itu pun selalu saya terapkan, yang kata-kata semua itu pasti 275 276 277 278 279 280 281

305 baik-baik saja kata-kata itu walaupun sederhana sampe sekarang pun masih, saya punya BB juga kata-katanya itu yang buat jadi status ya itu, semua pasti baik-baik saja. 282 283 284 285

306 SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya * menyatakan bahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut : Nama : MARIANA TRI UTAMI NIM : 802007079 Fakultas : PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada : No. Hari dan Tanggal Kegiatan 1. Jumat, 16 November 2012 Wawancara dan observasi pertama 2. Jumat, 23 November 2012 Wawancara dan observasi kedua 3. Senin, 11 Pebruari 2012 Wawancara dan observasi ketiga Saya * telah membaca transkrip wawancara dan laporan observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, * Partisipan Riset Catatan : Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda.

307 SURAT PERNYATAAN Dengan ini, saya * menyatakan bahwa mahasiswa dengan identitas sebagai berikut : Nama : MARIANA TRI UTAMI NIM : 802007079 Fakultas : PSIKOLOGI UNIVERSITAS KRISTEN SATYA WACANA Telah datang menemui saya dalam rangka pengambilan data sehubungan dengan penelitian (skripsi) yang dilakukan pada : No. Hari dan Tanggal Kegiatan 1. Jumat, 15 Pebruari 2013 Wawancara dan observasi pertama 2. Minggu, 10 Maret 2013 Wawancara dan observasi kedua 3. Kamis, 4 April 2013 Wawancara dan observasi ketiga Saya * telah membaca transkrip wawancara dan laporan observasi dan menyatakan bahwa transkrip wawancara dan laporan observasi tersebut benar adanya sesuai dengan yang sebenarnya terjadi. Saya juga menyetujui permintaan peneliti (Mariana) terkait dengan pencantuman transkrip wawancara ke dalam bandel skripsi dengan memperhatikan perlindungan terhadap identitas saya sebagai partisipan penelitian dan digunakan sebagaimana mestinya. Salatiga, * Partisipan Riset Catatan : Bagian kosong dengan tanda * harap diisi dengan inisial anda. SURAT PERNYATAAN