BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi. a. Peremajaan Biakan Aspergillus flavus galur NTGA7A4UVE10

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Analisis Kuantitatif

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. 3. Bahan baku dengan mutu pro analisis yang berasal dari Merck (kloroform,

OPTIMASI FERMENTASI ASAM KOJAT OLEH GALUR MUTAN. Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. lengkap (RAL) pola faktorial yang terdiri dari 2 faktor. Faktor pertama adalah variasi

BAB III METODE PENELITIAN. variasi suhu yang terdiri dari tiga taraf yaitu 40 C, 50 C, dan 60 C. Faktor kedua

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Maret sampai bulan Agustus 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan mulai bulan Juli sampai bulan November 2009

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada Oktober 2014 sampai dengan Februari

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Maret-November 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. terdiri atas 5 perlakuan dengan 3 ulangan yang terdiri dari:

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Prosedur Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juli 2012 sampai bulan Desember 2012 di

BAB III METODE PENELITIAN. laboratorium, mengenai uji potensi antibakteri ekstrak etilasetat dan n-heksan

III. METODOLOGI PERCOBAAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Januari 2015 sampai Juni 2015 di

II. MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. adalah variasi jenis kapang yaitu Penicillium sp. dan Trichoderma sp. dan

BAHAN DAN METODE Bahan dan Alat

Uji antibakteri komponen bioaktif daun lobak (Raphanus sativus L.) terhadap Escherichia coli dan profil kandungan kimianya

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAHAN DAN METODE. Bahan dan Alat

III. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. A. Metodologi Penelitian. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Biologi dan Laboratorium Biokimia, Departemen Kimia Fakultas Sains dan

DAFTAR LAMPIRAN. Lampiran 1. Alur Kerja Subkultur Bakteri Penghasil Biosurfaktan dari Laut dalam Mendegradasi Glifosat

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dengan rancang bangun penelitian

I. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April - Juli 2012 di Laboratorium. Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April 2012 sampai dengan bulan Juni 2012 di

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODA

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Kimia Farmasi Kuantitatif

BAB III ALAT, BAHAN, DAN CARA KERJA. Alat kromatografi kinerja tinggi (Shimadzu, LC-10AD VP) yang

APPENDIKS A PROSEDUR KERJA DAN ANALISA

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Januari sampai Juni 2010 di Laboratorium

METODE PENELITIAN. Penelitian ini di laksanakan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB 3 METODE PENELITIAN

BAB III BAHAN DAN METODE

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Farmakologi. Departemen Farmasi FMIPA UI Depok selama tiga bulan dari Februari

BAB III BAHAN, ALAT DAN CARA KERJA

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB IV PROSEDUR PENELITIAN

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB II METODE PENELITIAN

Lampiran 1. Analisis Kadar Pati Dengan Metode Luff Schroll (AOAC, 1995)

BAB III METODE PENELITIAN

BAHAN DAN METODE. Tempat dan Waktu Penelitian. Alat dan Bahan

BAB III METODE PENELITIAN. Pada penelitian ini digunakan berbagai jenis alat antara lain berbagai

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Mei sampai Agustus 2013 di Laboratorium

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA

BAB III. eksperimental komputasi. Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahapan yang

BAB III METODE PENELITIAN. yang digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metodologi penelitian

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Desember di Laboratorium Biomasa Universitas Lampung.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan April Januari 2013, bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Juni-November Penelitian ini

BAB III METODE PENELITIAN. yaitu jenis isolat dan sumber fosfat yang digunakan. selama 3 bulan mulai tanggal 1 Februari 31 April 2017.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitianini dilaksanakandaribulanagustus - Desember 2015 di

LAMPIRAN. Ekstraksi dengan 25 ml etil asetat digojog 10 menit dalam corong pemisah. Etil asetat dipisahkan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Waktu pelaksanaan penelitian pada bulan Juni 2013.

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret sampai dengan Juni 2012.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biokimia dan Laboratorium Instrumentasi

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental laboratorium.

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan pada Desember 2014 Mei 2015 di. Laboratorium Mikrobiologi FMIPA Universitas Lampung.

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Juni 2014 bertempat di

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan dari bulan Februari sampai bulan Juli 2013 di

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Instrumen Jurusan Pendidikan Kimia FPMIPA Universitas Pendidikan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Metodologi penelitian meliputi aspek- aspek yang berkaitan dengan

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi Bioindustri, Pusat

LAMPIRAN. Lampiran 1. Komposisi Media MGMK Padat dan Cara Pembuatannya Bahan: Koloidal kitin 12,5% (b/v) 72,7 ml. Agar 20 g.

Pengambilan sampel tanah yang terkontaminasi minyak burni diambil dari

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. Penelitian ini telah dilakukan pada bulan Januari-Mei 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

disterilisasi kemudian dituang ke dalam cawan petri yang sudah steril. Media yang sudah dingin siap untuk ditanam inokulum.

dimana a = bobot sampel awal (g); dan b = bobot abu (g)

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli sampai bulan September 2010 di

PENGUJIAN DAYA MORTALITAS FUNGISIDA PADA ARSIP KERTAS

BAB III METODE PENELITIAN. adalah Bacillus subtilis dan Bacillus cereus yang diperoleh di Laboratorium

1. Materi, Lokasi dan Waktu Penelitian. bio.unsoed.ac.id. Lengkap (RAL). Perlakuan yang dicobakan terdiri atas 4 macam, yaitu:

BAB III BAHAN, ALAT DAN METODE

BAB III. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Riset, Jurusan Pendidikan Kimia,

1 atm selama 15 menit

LAMPIRAN. Lampiran 1. Skema Kerja Penelitian. Peremajaan Isolat. Pembuatan Suspensi Trichoderma spp.

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Juli sampai September 2012,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Oktober Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Teknik Pengolahan

BAB III METODE PENELITIAN

LAMPIRAN. Lampiran A: Alur Kerja Isolasi Bakteri Penghasil Biosurfaktan

METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilakukan pada bulan Mei-November 2013 di Laboraturium

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. November Pengambilan sampel Phaeoceros laevis (L.) Prosk.

BAB III METODE PENELITIAN. dengan mengadakan manipulasi terhadap objek penelitian serta adanya kontrol

Transkripsi:

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA A. BAHAN 1. Mikroorganisme Isolat Aspergillus flavus NTGA7A4UVE10 hasil penelitian terdahulu berasal dari Laboratorium Mikrobiologi Departemen Farmasi FMIPA UI. 2. Medium dan Cara Pembuatan a. Medium untuk Peremajaan Medium untuk Peremajaan adalah Potato Dextrose Agar (PDA) [Difco]. Bahan medium PDA ditimbang secara seksama sebanyak 39 g, dilarutkan dalam 1000 ml akuades, dipanaskan hingga larut sempurna, kemudian disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. Larutan dibiarkan agak dingin pada temperatur kamar. 21

22 b. Medium untuk Prakultur Medium untuk Prakultur adalah Medium YES (yeast extract 1% (b/v) [Difco] dan sukrosa 5% (b/v) [Merck]). Sebanyak 10 g yeast extract dan 50 g sukrosa dilarutkan dalam 1000 ml air suling steril, kemudian dipanaskan hingga medium mendidih. Setelah itu, disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. Diperoleh medium YES untuk prakultur fermentasi. Medium YES dimasukkan ke dalam enam buah Erlenmeyer masing-masing 50 ml. c. Medium untuk Fermentasi Tahap I Fermentasi tahap I menggunakan medium yang mengandung Yeast extract [Difco], Sukrosa [Merck], dedak padi pandan wangi [penggilingan padi, Cianjur], asam-asam amino [PT Otsuka Indonesia], KH 2 PO 4 [Merck] dan MgSO 4 [Merck]. Medium fermentasi dengan berbagai variasi dipersiapkan sebagai berikut: 1. Medium A (sebagai Medium Pembanding): Sebanyak 100 g sukrosa, 0,5 g MgSO 4, 1 g KH 2 PO 4, dan 2,5 g yeast extract dilarutkan dalam 1000 ml air suling steril, dipanaskan hingga medium mendidih. Medium disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit.

23 2. Medium B (Medium Fermentasi Minimum): Sebanyak 100 g sukrosa, 0,5 g MgSO 4, 1 g KH 2 PO 4, dan 10 g dedak pandan wangi dilarutkan dalam 1000 ml air suling steril, dipanaskan hingga medium mendidih. Medium disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit. 3. Medium Fermentasi Minimum dengan Asam Amino: Medium C Medium D Medium E Medium F Medium G Medium H Medium I Medium J Medium K Medium L Medium M Medium N Medium O Medium P Medium Q : MFM + AA1 : MFM +AA2 : MFM +AA3 : MFM + AA4 : MFM + AA5 : MFM + AA1 + AA2 : MFM + AA1 +AA3 : MFM + AA1 + AA4 : MFM + AA1 + AA5 : MFM + AA2 + AA3 : MFM + AA2 + AA4 : MFM + AA2 + AA5 : MFM + AA3 + AA4 : MFM + AA3 + AA5 : MFM + AA4 + AA5 Keterangan: AA1 = L-triptofan dengan konsentrasi 20 mg/l

24 AA2 = L-arginin HCl dengan konsentrasi 20 mg/l AA3 = L-lisin HCl dengan konsentrasi 30 mg/l AA4 = L-asam glutamat dengan konsentrasi 100 mg/l AA5 = L-valin dengan konsentrasi 150 mg/l 3. Bahan Kimia Standar asam kojat [PT Ristra Indolab], kloroform [Merck], aseton [Merck], etil asetat [Merck], kalium dihidrogen fosfat [Merck], magnesium sulfat heptahidrat [Merck], toluen [Malincrodt], asam formiat [Merck], metanol [Merck], feri klorida [Merck]. B. ALAT Alat-alat gelas, ose, bejana kromatografi [Camag], otoklaf [model 36 Ae Hirayama], KLT densitometer [Camag TLC Scanner 3], oven [Lab Line], corong pisah, pipa kapiler, hood, pipet Eppendorf, hot plate [Corning], refrigerator, shaker [Labline], sentrifugator [Kubota 5100], timbangan analitik [Acculab], vorteks [model VM 2000, Digisystem Laboratory Instrument], lempeng silika gel 60 F 254 [Merck], spektrofotometri IR [Shimadzu], spektrofotometri UV-Vis [Jasco V530].

25 D. CARA KERJA 1. Penyiapan inokulum dan fermentasi asam kojat a. Sterilisasi Alat Alat-alat yang digunakan disterilkan terlebih dahulu dengan cara yang sesuai untuk masing-masing alat. Alat-alat yang disterilkan dengan otoklaf pada suhu 121 0 C selama 15 menit, dikeringkan dahulu dalam lemari pengering selama 2 hari sebelum digunakan. b. Peremajaan biakan Aspergillus flavus Sebanyak 5 ml medium PDA yang masih cair dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang telah disterilkan. Tabung reaksi diletakkan pada posisi miring dengan sudut kemiringan kurang lebih 25 0 dan dibiarkan hingga membeku. Pembuatan agar miring PDA ini dilakukan dibawah Laminar Air Flow. Mutan A.flavus galur NTGA7A4UVE10 digoreskan pada medium PDA miring secara aseptis kemudian diinkubasikan pada suhu 28 0 C selama 7 hari. Sebagian biakan disimpan pada suhu 4 0 C sebagai stock culture dan sebagian pada 30 0 C sebagai working culture. Peremajaan stock culture

26 dilakukan setiap 2 bulan sekali, sedangkan working culture setiap 2 minggu sekali. Setelah inkubasi 7 hari, ke dalam biakan kapang dimasukkan 1,0 ml air suling steril, spora dikerik dengan ose dan dimasukkan secara aseptis ke dalam tabung reaksi berisi 9,0 ml air suling steril, dihomogenkan dengan menggunakan vortex sehingga diperoleh suspensi spora dengan pengenceran 10 kali. c. Penyiapan Inokulum dan Optimasi Waktu Inokulasi Optimasi waktu inokulasi dilakukan dengan tiga macam waktu inkubasi yang berbeda, yaitu: 1. Inokulum A : 50 ml medium YES ditambah 5,0 ml suspensi spora hasil peremajaan, diinkubasi selama 18 jam pada suhu 30 0 C dengan pengocokan 180 rpm. 2. Inokulum B : 50 ml medium YES ditambah 5,0 ml suspensi spora hasil peremajaan, diinkubasi selama 24 jam pada suhu 30 0 C dengan pengocokan 180 rpm. 3. Inokulum C : 50 ml medium YES ditambah 5,0 ml suspensi spora hasil peremajaan, diinkubasi selama 30 jam pada suhu 30 0 C dengan pengocokan 180 rpm.

27 Berdasarkan hasil inokulasi dilakukan pengamatan biomassa sel. Waktu inokulasi yang menghasilkan biomassa sel terbesar dijadikan waktu inokulasi untuk tahapan fermentasi selanjutnya. d. Fermentasi Tahap I (Variasi Asam Amino) Sebanyak 10% (v/v) inokulum disuspensikan dengan 2 ml medium fermentasi di dalam tabung reaksi. Kemudian diinkubasi pada suhu 28 0 C selama 12 hari dengan pengocokan 180 rpm. Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap biomassa sel dan dilakukan skrining asam kojat dengan larutan FeCl 3 1%. Medium yang menghasilkan konsentrasi asam kojat tertinggi digunakan sebagai medium terpilih untuk tahap fermentasi selanjutnya. Medium terpilih dibandingkan dengan medium fermentasi minimum (medium B) dan medium dengan yeast extract (medium A) dalam Erlenmeyer 250 ml. Masing-masing medium dimasukkan sebanyak 100 ml ke dalam Erlenmeyer 250 ml. Sebanyak 10% (v/v) inokulum disuspensikan dengan medium tersebut. Kemudian diinkubasi pada suhu 28 0 C selama 12 hari dengan pengocokan 180 rpm. Setelah itu, dilakukan pengamatan terhadap biomassa sel dan dilakukan skrining asam kojat dengan larutan FeCl 3 1%.

28 e. Fermentasi Tahap II (Variasi Volume Medium Fermentasi) Sebanyak 10% (v/v) inokulum disuspensikan dengan medium fermentasi terpilih dengan berbagai variasi volume medium fermentasi sebagai berikut: 1. Erlenmeyer 1 : volume medium sebanyak 100 ml dalam Erlenmeyer 250 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 28 0 C selama 12 hari dengan pengocokan 180 rpm. 2. Erlenmeyer 2 : volume medium sebanyak 300 ml dalam Erlenmeyer 1000 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 28 0 C selama 12 hari dengan pengocokan 150 rpm. 3. Erlenmeyer 3 : volume medium sebanyak 400 ml dalam Erlenmeyer 1000 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 28 0 C selama 12 hari dengan pengocokan 150 rpm. 4. Erlenmeyer 4 : volume medium sebanyak 500 ml dalam Erlenmeyer 1000 ml. Kemudian diinkubasi pada suhu 28 0 C selama 12 hari dengan pengocokan 150 rpm. Berdasarkan hasil yang diperoleh dilakukan pengamatan terhadap pertumbuhan biomassa sel dan dilakukan penetapan kadar asam kojat dengan KLT Densitometri.

29 2. Pemisahan biomassa sel dan penentuan bobot sel kering Terhadap tiap kultur fermentasi dilakukan sampling pada hari ke 12. Sampling dilakukan dengan memipet cairan kultur fermentasi sebanyak 2,0 ml kemudian disaring dengan kertas saring yang telah ditimbang. Kemudian supernatan dimasukkan ke dalam tabung sentrifuge dan disentrifugasi pada kecepatan 3.800 rpm selama 60 menit. Endapan yang diperoleh digunakan untuk penentuan bobot sel kering (biomassa sel kapang), sedangkan supernatannya digunakan untuk analisis kuantitatif asam kojat dan analisis kualitatif aflatoksin B1. Kertas saring yang mengandung endapan endapan dikeringkan dalam oven dan ditimbang hingga bobot konstan. Selisih berat kertas saring sebelum dan sesudah berisi endapan biomassa sel adalah bobot sel kering dari Aspergillus flavus. 3. Analisis Kualitatif dan Kuantitatif Kultur Fermentasi a. Skrining Pereaksi FeCl 3 1% Pada hasil fermentasi, sebelum dilakukan analisis kuantitatif secara KLT dilakukan skrining terlebih dahulu menggunakan pereaksi FeCl 3 1% (b/v). Sebanyak 200 µl supernatan hasil sentrifugasi dipipet ke dalam plat tetes. Kemudian masing-masing ditetesi dengan satu tetes FeCl 3 1% (b/v). Kultur yang berubah warna menjadi merah coklat dan lebih pekat di antara

30 sampel lainnya dipilih untuk dilakukan analisis secara Kromatografi Lapis Tipis dan ditentukan kadarnya secara densitometri. b. Penetapan Kadar Asam Kojat dari Kultur Fermentasi 1) Pembuatan larutan standar asam kojat Standar asam kojat ditimbang secara seksama sebanyak kurang lebih 100,8 mg, dilarutkan dalam kloroform:metanol (2:1) dalam labu ukur 100 ml dan dicukupkan volumenya hingga batas. Dari larutan induk tersebut dibuat larutan standar asam kojat dengan konsentrasi 1008,0; 907,0; 806,0; 705,0; 604,0; dan 504,0 ppm. 2) Pembuatan spektrum serapan dan kurva kalibrasi standar asam kojat Sebanyak 1 μl larutan standar asam kojat dengan konsentrasi 1008,0; 907,0; 806,0; 705,0; 604,0; dan 504,0 ppm ditotolkan pada lempeng silika gel F 254. Lempeng dielusi dengan toluen : etil asetat : asam formiat (3:6:1) dengan jarak elusi 80 mm dalam bejana yang telah dijenuhkan selama 3 jam. Diamkan, lalu diukur serapannya dengan densitometer menggunakan lampu D 2 dan W, detektor UV-Vis dan panjang gelombang 200 400 nm. Ditentukan panjang gelombang maksimum. Berdasarkan panjang gelombang

31 maksimum yang diperoleh dilakukan pengukuran terhadap masing-masing konsentrasi standar asam kojat dengan densitometer menggunakan lampu D 2 dan W, detektor UV-Vis dan panjang gelombang 200 400 nm. Luas puncak yang diperoleh diplot dengan konsentrasi zat dan dibuat persamaan dengan regresi linear. 3) Penetapan kadar asam kojat dalam kultur fermentasi Supernatan yang diperoleh dari pemisahan biomassa sel dipipet sebanyak 200 µl lalu dikeringkan dan ditambahkan pelarut kloroform : methanol (2 : 1) sebanyak 2 ml. Larutan sampel ditotolkan sebanyak 1 µl pada lempeng silica gel. Lempeng dielusi dengan toluen : etil asetat : asam formiat (3 : 6 : 1) dengan jarak elusi 80 mm dalam bejana yang telah dijenuhkan selama 3 jam. Lempeng dikeringkan, diukur dengan densitometer menggunakan lampu D2 dan W, detector UV-Vis. Luas area yang diperoleh dimasukkan ke dalam persamaan regresi. c. Analisis Kualitatif dengan metode Spektrofotometri UV-Vis 1) Pembuatan larutan dan spektrum serapan standar asam kojat Standar asam kojat ditimbang 25,2 mg, lalu dilarutkan dalam akuades dalam labu ukur 100,0 ml dan dicukupkan volumenya hingga batas. Dari

32 larutan induk tersebut dibuat larutan standar asam kojat dengan konsentrasi 252,0 ppm. Dari larutan induk tersebut dibuat larutan standar asam kojat dengan konsentrasi 25,2 ppm. Larutan standar asam kojat diukur serapannya pada panjang gelombang 200 400 nm, dengan blangko akuades, kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya. 2) Pembuatan spektrum serapan asam kojat dalam kultur fermentasi Filtrat hasil fermentasi dipipet sebanyak 1,0 ml ke dalam labu ukur 10,0 ml kemudian dicukupkan volumenya dengan akuades. Larutan tersebut dipipet sebanyak 1,0 ml ke dalam labu ukur 50,0 ml dan dicukupkan volumenya dengan akuades. Filtrat hasil fermentasi tersebut diukur serapannya pada panjang gelombang 200 400 nm, dengan blangko akuades, kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya. d. Analisis Kualitatif dengan Metode Spektrokolorimetri 1) Pembuatan larutan dan spektrum serapan standar asam kojat Standar asam kojat ditimbang 104,0 mg, lalu dilarutkan dalam akuades dalam labu ukur 100,0 ml dan dicukupkan volumenya hingga batas.

33 Dari larutan induk tersebut dibuat larutan standar asam kojat dengan konsentrasi 104,0 ppm. Larutan standar asam kojat dipipet sebanyak 8,0 ml dan ditambahkan 1,0 ml larutan FeCl 3 1%. Serapannya diukur pada panjang gelombang 400-700 nm dengan menggunakan blangko 8,0 ml akuades ditambah 1,0 ml larutan FeCl 3 1%. Kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya. 2) Pembuatan spektrum serapan asam kojat dalam kultur fermentasi Filtrat hasil sentrifugasi dipipet sebanyak 1,0 ml kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur 50,0 ml dan diencerkan dengan akuades hingga batas. Sebanyak 8,0 ml larutan tersebut dipipet kemudian ditambahkan 1,0 ml larutan FeCl 3 1% dan diukur serapannya pada panjang gelombang 400-700 nm dengan menggunakan blangko 8,0 ml akuades ditambah 1,0 ml larutan FeCl 3 1%. Kemudian ditentukan panjang gelombang maksimumnya.