BAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat

BAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base

BAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS ADMINISTRASI KLAIM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL RAWAT JALAN RSUD KOTA SEMARANG TAHUN 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.

BAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai

PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health

BAB I PENDAHULUAN. pengobatan yang sempurna kepada pasien baik pasien rawat jalan, rawat

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik

DAFTAR ISI HALAMAN SAMPUL... LEMBAR PENGESAHAN... KATA PENGANTAR... DAFTAR ISI... DAFTAR SINGKATAN DAN ISTILAH... DAFTAR TABEL... DAFTAR GAMBAR...

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. pasal 28H dan pasal 34, dan diatur dalam UU No. 23/1992 yang kemudian diganti

BAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk

BAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim

BAB I PENDAHULUAN. secara berkelanjutan, adil dan merata menjangkau seluruh rakyat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PELATIHAN KODIFIKASI ERA JKN SERTA INTEGRASI V-CLAIM, SIMRS, E-KLAIM INA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB III METODE PENELITIAN. desain penelitian deskriptif analitik. Pengambilan data dilakukan secara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1

BAB I PENDAHULUAN. Bangsa (PBB) tahun 1948 tentang hak asasi manusia. Berdasarkan. kesehatan bagi semua penduduk (Universal Health Coverage).

LAPORAN KEGIATAN PENGABDIAN MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. merupakan lanjutan dari Restitutie Regeling tahun Pada tahun 1985

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,

BAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit

BAB I PENDAHULUAN. pada tanggal 1 Januari Jaminan Kesehatan Nasional ialah asuransi

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah

BAB I PENDAHULUAN. mengutamakan kepentingan pasien. Rumah sakit sebagai institusi. pelayanan kesehatan harus memberikan pelayanan yang bermutu kepada

Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan

BAB 1 Pendahuluan. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

KESIAPAN & STRATEGI RUMAH SAKIT SWASTA MENGHADAPI JKN

Eksistensi Apoteker di Era JKN dan Program PP IAI

BAB I PENDAHULUAN. Nasional) yang diselenggarakan oleh BPJS (Badan Pelaksanan Jaminan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Nomor 23/1992 tentang Kesehatan dan Undang-Undang Nomor 40/2004, penduduknya termasuk bagi masyarakat miskin dan tidak mampu.

(GSI), safe motherhood, program Jaminan Persalinan (Jampersal) hingga program

PERESMIAN BPJS, PELUNCURAN PROGRAM JKN DAN INTEGRASI JAMINAN KESEHATAN SUMBAR SAKATO, KE JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DI PROVINSI SUMATERA BARAT

BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.

BAB I PENDAHULUAN. khususnya mengenai jaminan social (Depkes RI, 2004). Penyempurna dari. bertransformasi menjadi BPJS Kesehatan.

Perbaikan sistem pembiayaan kesehatan era JKN menuju Universal Health Coverage

BAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

GUBERNUR SULAWESI BARAT PERATURAN GUBERNUR SULAWESI BARAT NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan. Dalam Undang Undang 36/2009 ditegaskan bahwa setiap orang

BAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1

BAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati

BAB I PENDAHULUAN. besarnya biaya yang dibutuhkan maka kebanyakan orang tidak mampu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit

Peran PERSI dalam upaya menyikapi Permenkes 64/2016 agar Rumah sakit tidak bangkrut. Kompartemen Jamkes PERSI Pusat Surabaya, 22 Desember 2016

BAB I PENDAHULUAN. Pemerintah Indonesia melalui kementerian kesehatan di awal tahun 2014, mulai

BAB I PENDAHULUAN. padat modal dan padat teknologi, disebut demikian karena rumah sakit memanfaatkan

BAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu

A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. penduduknya. Untuk memenuhi hak masyarakat miskin dalam. agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan pelayanan kesehatan

BAB I PENDAHULUAN. menjalankan program Indonesia Case Based Groups (INA-CBG) sejak

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Setiap orang berhak atas jaminan sosial yang memungkinkan

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004

TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 7 PENUTUP. Mochtar Bukittinggi sudah diterapkan semenjak tahun 2014, namun belum. berjalan sebagaimana mestinya, sehingga menyebabkan terjadinya

BAB I PENDAHULUAN. berpusat di rumah sakit atau fasilitas kesehatan (faskes) tingkat lanjutan, namun

PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI PANDEGLANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

BAB I BAB I PENDAHULUAN. aman, bermutu, dan terjangkau. Hal ini diatur dalam undang-undang kesehatan,

BAB I PENDAHULUAN. Coverage (UHC) adalah suatu ketentuan penting bagi negara

BAB I PENDAHULUAN. untuk mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. sesuai dengan klasifikasi yang diberlakukan di Indonesia (ICD-10) tentang

Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi

PERBEDAAN MINAT KUNJUNGAN ULANG ANTENATAL CARE PADA PASIEN BPJS DAN NON BPJS DI POLIKANDUNGAN RSUD UNGARAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

BAB I PENDAHULUAN. Istilah jaminan sosial muncul pertama kali di Amerika Serikat dalam The

PELAKSANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. mencapai sebuah pelayanan yang baik bagi pasien. 1. standar profesi rekam medis dan informasi kesehatan. Standar profesi rekam

BAB I PENDAHULUAN. rangka pemberian pelayanan kesehatan. Dokumen berisi catatan dokter,

BAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009

BAB II LANDASAN TEORI. Ada definisi lainnya, yaitu menurut Marelli (2000) Clinical pathway merupakan

BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN TRANSFORMASI PT. ASKES (PERSERO) PT. Askes (Persero)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 10 TAHUN 2016 TENTANG JASA PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar 1945. Dalam Undang Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan ditegaskan bahwa setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya dibidang kesehatan dan memperoleh pelayanan kesehatan yang aman, bermutu, dan terjangkau.(uu Nomor 36, 2009) Kesadaran tentang pentingnya jaminan perlindungan sosial terus berkembang sesuai amanat pada perubahan UUD 1945 Pasal l34 ayat 2, yaitu menyebutkan bahwa negara mengembangkan Sistem Jaminan Sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Dengan dimasukkannya Sistem Jaminan Sosial dalam perubahan UUD 1945, kemudian terbitnya Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) menjadi suatu bukti yang kuat bahwa pemerintah dan pemangku kepentingan terkait memiliki komitmen yang besar untuk mewujudkan kesejahteraan sosial bagi seluruh rakyatnya. (UU Nomor 40 Tahun 2004)

2 Melalui Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) sebagai salah satu bentuk perlindungan sosial, pada hakekatnya bertujuan untuk menjamin seluruh rakyat agar dapat memenuhi kebutuhan dasar hidupnya yang layak. Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi 1 WHA ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangan Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Pada program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) diterapkan prinsipprinsip pelayanan yang terkendali (managed care). Dalam implementasinya melibatkan interaksi dari tiga pihak, yaitu: penyelenggara (BPJS), provider (rumah sakit dan klinik/puskesmas), dan peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Prinsip managed care bertujuan agar terwujud pelayanan kesehatan yang bermutu dengan biaya efisien (terkendali). Peraturan Menteri Kesehatan No. 69 Tahun 2013 tentang tarif pelayanan kesehatan program JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), tarif Indonesian Case Based Groups disebutkan Tarif INA-CBG s didasarkan atas kodifikasi. Menurut Depkes RI (1997) kodifikasi adalah membuat kode atas diagnosis penyakit berdasarkan klasifikasi penyakit yang berlaku, bertujuan

3 untuk mempermudah pengelompokkan penyakit dan operasi selanjutnya dituangkan dalam bentuk angka. Sistem INA-CBG s terdiri dari beberapa komponen yang saling terkait satu sama lain. Komponen yang berhubungan langsung dengan output pelayanan adalah clinical pathway, koding dan teknologi informasi, sedangkan secara terpisah terdapat komponen kosting yang secara tidak langsung mempengaruhi proses penyusunan tarif INA-CBG s untuk setiap kelompok kasus. Dalam pelaksanaan JKN (Jaminan Kesehatan Nasional), sistem INA- CBG s merupakan salah satu instrumen penting dalam pengajuan dan pembayaran klaim pembayaran pelayanan kesehatan yang telah dilaksanakan oleh FKRTL (Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan) atau rumah sakit yang telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan, maka pihak manajemen maupun fungsional di setiap FKRTL tersebut perlu memahami konsep implementasi INA-CBG s dalam program JKN. (Permenkes No 76, 2016) Rumah sakit merupakan tempat untuk memberikan pelayanan medik jangka pendek dan jangka panjang yang meliputi kegiatan observasi, diagnostik, terapeutik dan rehabilitasi bagi semua orang yang menderita sakit serta bagi mereka yang melahirkan dan juga pelayanan rawat jalan bagi yang membutuhkan sesuai dengan penyakit yang dideritanya. Rumah sakit bukan hanya sebuah tempat, tetapi juga sebuah fasilitas, sebuah institusi dan sebuah organisasi. Oleh karena itu, rumah sakit merupakan lembaga yang padat modal,

4 padat karya, padat teknologi dan padat masalah yang dihadapinya. (Soebarto, 2011) Permasalahan yang dihadapi oleh rumah sakit dalam implementasi pola tarif INA-CBG s menurut penelitian Pawit dan Puri, 2014 melaporkan terjadi keterlambatan pengajuan klaim akibat verifikator kurang dan perbedaan persepsi dengan tim JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) rumah sakit. Penelitian Puri Feriawati dan Kusuma, 2015 melaporkan bahwa Permasalahan pembayaran klaim yang terjadi pada beberapa rumah sakit, pada umumnya disebabkan proses penyelesaian klaim seperti berkas yang tidak lengkap, rekapitulasi pelayanan yang tidak terisi, dokumen pendukung yang tidak terlampir, SDM yang kurang serta belum adanya petunjuk teknis terhadap penyelesaian tagihan peserta Jaminan Kesehatan Nasional di rumah Sakit. Penelitian Prasetiyo, 2016. Bahwa permasalahan DPJP tidak lengkap mengisi rekam medis dengan hasil 33,3%, verifikator BPJS rumah sakit tidak selalu di tempat dengan hasil 25%, kurangnya persamaan persepsi antar verifikator BPJS dengan hasil 12,67% tarif yang didapatkan rumah sakit lebih kecil dibandingkan tarif klaim yang diajukan dengan hasil 12,67% dan koding diagnosis yang berpengaruh terhadap hasil klaim dengan hasil 4%. Permasalahan penyelesaian klaim tidak hanya saja terjadi pada rumah sakit swasta namun juga pada beberapa rumah sakit daerah lainnya di Sumatera

5 Barat, salah satunya RSUD Kota Padang Panjang. Hasil wawancara penulis dengan Direktur RSUD Kota Padang Panjang bahwa efektivitas penyelesaian klaim RSUD Kota Padang Panjang setiap bulannya berkisar 20 sampai dengan 30 persen dari total klaim. Kondisi tersebut terjadi di tahun pertama implementasi sistem tarif INA-CBG s pada Tahun 2014. Menurut Permenkes nomor 27 Tahun 2014 tentang petunjuk teknis tarif INA-CBG s pada BAB V memuat tentang beberapa upaya rumah sakit untuk mengatasi permasalahan dalam implementasi tarif INA-CBG s, salah satunya dengan membentuk tim casemix atau tim INA-CBG s yang berperan untuk peneyelesaian klaim rumah sakit dengan pola tarif INA-CBG s. Kebijakan yang diambil oleh Direktur RSUD Kota Padang Panjang untuk mengatasi hal tersebut dengan membentuk Unit Klaim rumah sakit berdasarkan SK direktur nomor : 800/030/RSUD-PP/2015 tentang pembentukan Unit Klaim dilingkungan RSUD Kota Padang Panjang. Unit Klaim ini merupakan unit tambahan dibidang keuangan RSUD Kota Padang Panjang. Unit ini terintegrasi dengan semua bidang yang ada di rumah sakit dan focus dalam penyelesaian tagihan rumah sakit. Hasil wawancara penulis dengan verifikator BPJS Kesehatan Padang Panjang bahwa efektivitas klaim di awal terbentuknya Unit Klaim berjalan dengan lancar namun kondisinya tidak berlangsung lama, yang mana enam bulan terakhir ditahun 2016 efektivitas pengajuan klaim dari rumah sakit ke

6 BPJS Kesehatan mengalami penurunan sampai 16,7 persen pada bulan desember 2016. Menurut teori kontijensi tujuan akhir sebuah organisasi dalam beroperasi adalah agar bisa bertahan (survive) dan bisa tumbuh tumbuh (growth) atau disebut juga keberlangsungan (Viability). Ada dua hal yang dilakukan organisasi untuk menjalankan penyesuaian hidup terhadap lingkungannya. Pertama, manajemen menata konfigurasi berbagai sub-sistem di dalam organisasi agar kegiatan organisasi menjadi efisien. Kedua, bentukbentuk spesies organisasi memiliki efektivitas yang berbeda-beda dalam menghadapi perubahan lingkungan luar. (Yudhistira, 2012) Hasil wawancara penulis dengan kepala Unit Klaim bahwa unit ini merupakan unit baru dilingkungan rumah sakit yang masih memerlukan perhatian khusus terhadap efektivitas dan efisiensi penyelesaian klaim peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional). Persepsi yang berbeda serta koordinasi antar unit yang dinilai belum maksimal sehingga masih ada klaim pending dengan berkas yang belum lengkap rata-rata sebanyak 10-30 % berkas setiap bulannya. Kebijakan direktur RSUD Kota Padang Panjang membentuk Unit Klaim dalam penyelesaian tagihan peserta JKN belum berjalan dengan optimal. Kenyataan ini terlihat dari efektivitas penyelesaian klaim megalami penurunan pada enam bulan terakhir di tahun 2016 dari angka 100 persen

7 menjadi 16,7 persen pada bulan Desember 2016. Dari semua permasalahan di atas maka penulis ingin mengekplorasi bagaimana pelaksanaan Unit Klaim dalam sistem tagihan peserta JKN (Jaminan Kesehatan Nasional) di RSUD Kota Padang Panjang. B. Rumusan Masalah Berdasarkan hal tersebut di atas dapat dibuat rumusan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana input yang mencakup kebijakan, tenaga dan sarana Unit Klaim dalam sistem tagihan peserta JKN di RSUD Kota Padang Panjang? 2. Bagaimana pelaksanaan sosialisasi penyelesaian tagihan peserta JKN dengan sistem tarif INA-CBG s di RSUD Kota Padang Panjang? 3. Bagaimana pelaksanaan penyelesaian kelengkapan administrasi klaim peserta JKN dengan pola tarif INA-CBG s di RSUD Kota Padang Panjang? 4. Bagaimana pelaksanaan alur dan skema penyelesaian klaim dengan pola tarif INA-CBG s di RSUD Kota Padang Panjang? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk menganalisis Unit Klaim rumah sakit dalam sistem tagihan peserta JKN di RSUD Kota Padang Panjang Tahun 2017 2. Tujuan Khusus

8 a. Untuk menganalisis input yang mencakup kebijakan, tenaga dan sarana Unit Klaim dalam sistem tagihan peserta JKN di RSUD Kota Padang Panjang b. Untuk menganalisis pelaksanaan sosialisasi penyelesaian tagihan peserta JKN dengan sistem tarif INA-CBG s di RSUD Kota Padang Panjang c. Untuk menganalisis pelaksanaan penyelesaian kelengkapan administrasi klaim peserta JKN dengan pola tarif INA-CBG s di RSUD Kota Padang Panjang d. Untuk menganalisis pelaksanaan alur dan skema penyelesaian klaim dengan pola tarif INA-CBG s di RSUD Kota Padang Panjang D. Manfaat Penelitian 1. Bagi BPJS Kesehatan Penelitian ini dapat memberikan kontribusi pemikiran dan masukan kepada instansi BPJS Kesehatan dengan mengetahui kebijakan dari direktur RSUD Kota Padang Panjang membentuk unit klaim dalam penyelesaian tagihan peserta JKN. 2. Bagi RSUD Kota Padang Panjang

9 Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi rumah sakit dalam menyempurnakan kebijakan membentuk Unit Klaim dalam sistem tagihan peserta JKN di RSUD Kota Padang Panjang. 3. Bagi Peneliti Penelitian ini diharapkan dapat memberi pengetahuan dan menambah wawasan penerapan metodologi penelitian dan penerapan sistim JKN di rumah sakit secara khususnya E. Ruang Lingkup Penelitian Masalah yang diangkat dalam penelitian ini adalah Analisis Unit Klaim dalam sistem tagihan peserta JKN di RSUD Kota Padang Panjang. Penelitian ini dilaksanakan pada tanggal 01 Januari 2017 sampai dengan 30 April 2017

10

11