BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
|
|
- Vera Sudjarwadi
- 7 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia sehingga setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Mewujudkan komitmen global seluruh dunia direkomendasikan untuk membangun sistem pembiayaan kesehatan yang berkelanjutan melalui universal health coverage dengan mekanisme asuransi kesehatan sosial guna menjamin pelayanan kesehatan bagi seluruh penduduk. Sesuai dengan amanat resolusi World Health Assembly ke-58 tahun 2005 negara mempunyai tanggung jawab untuk mengatur agar terpenuhi hak hidup sehat bagi penduduknya. Universal health coverage didefinisikan semua orang memiliki akses yang diperlukan untuk pelayanan promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif yang berkualitas dan efektif, serta memastikan bahwa orang tidak akan menderita kesulitan keuangan untuk mendapatkan layanan kesehatan. Universal health coverage diilustrasikan sebagai gambar berikut : Sumber : World Health Organization. Gambar 1 Dimensi Universal Health Coverage Tiga dimensi universal health coverage secara umum digambarkan sebagai sebuah kubus (WHO, 2010). Menurut Boerma et al., (2014b) sumbu pertama mewakili populasi yang membutuhkan pelayanan kesehatan. Populasi 1
2 2 mempunyai hak yang sama mendapatkan manfaat dari pelayanan kesehatan di dalam sistem perlindungan jaminan sosial atau resiko yang terkait dengan kesehatan. Tidak ada pengecualian untuk kelompok populasi. Sumbu kedua menggambarkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan efektif yang dibutuhkan. Ini berhubungan dengan akses ketersediaan pelayanan kesehatan, personil, fasilitas, aksesibilitas geografis pelayanan kesehatan, interaksi klien-penyedia yang tepat, ketepatan waktu, ketepatan kualitas layanan, keterjangkauan hal biaya medis, dan transportasi layanan terhadap kemampuan membayar dari peserta (Abiiro & De Allegri, 2015). Sumbu ketiga (vertikal) merupakan proporsi total biaya yang harus dibayar melalui sistem pembiayaan pooling bukan pembayaran langsung oleh pasien. Perlindungan terhadap resiko finansial dengan memastikan biaya yang digunakan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan tidak menempatkan orang pada risiko kesulitan keuangan. Ketidakmampuan untuk mengakses layanan kesehatan, pengeluaran yang besar dan kemiskinan, sangat terkait dengan sejauh mana negara-negara mengunakan pembayaran out-of-pocket sebagai sarana pembiayaan sistem kesehatan. Tantangan utama untuk pencapaian cakupan universal harus beralih dari out of pocket ke bentuk pembayaran prepayment (Boerma et al., 2014b) Semua negara berusaha untuk meningkatkan ekuitas dalam penggunaan pelayanan kesehatan, kualitas pelayanan, dan perlindungan keuangan bagi penduduk mereka (Etienne & Asamoa-Baah, 2010). Ketiga dimensi berhubungan erat dengan kebijakan pembiayaan kesehatan yang berkaitan dengan UHC dan pemantauan UHC. Beberapa bentuk undang-undang atau peraturan diperlukan untuk mengkonsolidasikan hal tersebut. Penerapan undang-undang atau aturan dilaksanakan oleh organisasi. Organisasi yang terlibat dalam fungsi pembiayaan kesehatan, pengumpulan pendapatan, pooling, dan pembelian serta kepengurusan mungkin termasuk badan politik (misalnya departemen kesehatan, lembaga regulator), badan ekonomi (misalnya asuransi kesehatan swasta, koperasi), badan
3 3 sosial (misalnya asuransi kesehatan sosial lembaga, organisasi berbasis agama) dan badan-badan pendidikan, misalnya pusat pelatihan (Carrin et al., 2008). Menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) di Indonesia, jenis program jaminan sosial antara lain jaminan kesehatan yang diselenggarakan secara nasional berdasarkan prinsip asuransi sosial dan ekuitas yang mewajibkan seluruh masyarakat Indonesia menjadi peserta. Semua penduduk Indonesia memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan. Manfaat jaminan kesehatan yaitu pelayanan kesehatan perorangan mencakup promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Manfaat kesehatan diberikan oleh fasilitas kesehatan pemerintah dan swasta yang sudah bekerjasama dengan BPJS. Pembayaran ke fasilitas kesehatan setiap wilayah berdasarkan kesepakatan BPJS dengan asosiasi fasilitas kesehatan di wilayah tersebut. Tanggal 1 Januari 2014 ditetapkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang diselenggarakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan. Jumlah penduduk Indonesia tahun 2014 menurut data BPS sebanyak jiwa yang sudah menjadi peserta BPJS Kesehatan sampai dengan pertengahan Desember tahun 2015 sebanyak jiwa. Layanan kesehatan yang diberikan adalah layanan kesehatan perorangan dengan layanan komprehensif baik promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif. Semua fasilitas kesehatan pemerintah dan fasilitas swasta yang kerja sama dengan BPJS Kesehatan memberlakukan program Jaminan Kesehatan Nasional. Fasilitas kesehatan terdiri dari Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama (FKTP) dan Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKRTL). Jumlah FKTP per Oktober 2015 sebanyak dan jumlah FKRTL pertengahan Desember 2015 sebanyak 1845 (Monev JKN, 2015). Pembiayaan kesehatan di FKTP dengan kapitasi dan FKRTL mengunakan tarif INA CBG s. Pembiayaan kesehatan dimensi ketiga UHC merupakan bagian penting dalam implementasi Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Tujuan pembiayaan kesehatan adalah mendorong peningkatan mutu, mendorong layanan berorientasi pasien, mendorong efisiensi tidak memberikan reward terhadap provider yang
4 4 melakukan over treatment, under treatment maupun melakukan adverse event dan mendorong pelayanan tim (Kemenkes RI, 2014a). Metode pembayaran prospektif merupakan metode pembayaran dilakukan atas layanan kesehatan yang besarannya sudah diketahui sebelum pelayanan kesehatan diberikan (Kemenkes RI, 2014a). Fasilitas Kesehatan Rujukan Tingkat Lanjutan (FKTRL) menggunakan sistem pembayaran tarif INA CBG s, yaitu tarif paket pelayanan kesehatan yang mencakup seluruh komponen biaya RS. Tarif INA-CBGs merupakan tarif dengan biaya satuan per diagnosis bukan biaya per jenis pelayanan medis maupun non medis (Thabrany, 2014). Pihak pembayar dan rumah sakit tidak merinci pelayanan apa saja yang diberikan tapi rumah sakit memasukkan kode CBG s untuk diagnosis tersebut (Thabrany, 2014). Perhitungan klaim JKN, BPJS Kesehatan di rumah sakit menggunakan aplikasi INACBG. Dokter berkewajiban melakukan penegakan diagnosis utama dan diagnosis sekunder yang tepat sesuai International Code Diseases Ten (ICD-10) dan International Code Diseases Nine (ICD-9) Clinical Modification (CM) untuk tindakan/prosedur. BPJS Kesehatan akan membayarkan klaim rumah sakit untuk tarif rawat jalan dan rawat inap tingkat lanjutan sesuai dengan tipe kelas dan regionalisasi RS. Tidak semua klaim yang diajukan oleh rumah sakit bisa dibayarkan oleh BPJS Kesehatan. Beberapa klaim ditolak karena pengaju klaim tidak memenuhi persyaratan manfaat yang tercover. Alasan penolakan klaim antara lain kerugian pengaju klaim memang tidak termasuk dalam cakupan, adanya kecurangan (fraud), dan kekeliruan (misrepresentation) (Pamjaki, 2014). Menurut National Health Insurer Report Card American Medical Association dilaporkan 1,38% sampai dengan 5,07% klaim tidak layak bayar/ditolak untuk berbagai asuransi. Untuk Medicare di tahun 2012 terdapat 3,78 % klaim yang ditolak (Woodcock, 2014). Rawat jalan (Outpatient Departement/OPD) adalah titik kontak pertama rumah sakit dengan pasien dan berfungsi sebagai etalase untuk layanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Pelayanan di OPD diyakini akan
5 5 menunjukkan kualitas layanan rumah sakit yang tercemin oleh kepuasan pasien dengan pelayanan yang diberikan (Article, 2011). Rumah Sakit Jiwa Prof. dr. Soeroyo Magelang (RSJS) merupakan FKRTL khusus di bawah Kementerian Kesehatan tipe A dan tipe B untuk layanan di luar kekhususannya (Kemenkes RI, 2014b). Selain pelayanan jiwa, RSJS membuka pelayanan kesehatan non jiwa sesuai dengan Surat Keputusan Direktur Jenderal Bina Pelayanan Medik Departemen Kesehatan RI, Nomor HK.03.05/I/441/09 tentang Ijin Melaksanakan Kesehatan Umum, surat keputusan ini mengatur pelayanan kesehatan umum/non jiwa sejumlah 15% dari tempat tidur yang tersedia. Layanan Rawat Jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang berada pada 5 Instalasi di bawah Direktorat Medik dan Keperawatan RSJS, yaitu Instalasi Gawat Darurat, Instalasi Rawat Jalan, Instalasi Kesehatan Jiwa Anak Remaja, Instalasi Rehabilitasi Medik, dan Instalasi Penilaian Kapasitas Mental. Produk layanan di Instalasi Rawat Jalan yaitu layanan jiwa, layanan saraf, layanan kebidanan dan kandungan, layanan bedah, layanan gigi umum dan orthodontis, layanan penyakit dalam, dan layanan kulit kelamin. Produk layanan di Instalasi Rehabilitasi Medik, yaitu layanan fisioterapi, dan layanan elektromedik. Produk layanan di Instalasi Kesehatan Anak dan Remaja adalah layanan kesehatan anak dan layanan jiwa anak. Produk layanan di Instalasi Gawat Darurat yaitu layanan kegawatdaruratan jiwa dan non jiwa. Layanan rawat jalan untuk peserta JKN meliputi layanan gawat darurat, layanan kesehatan anak dan remaja, layanan rehabilitasi medik dan layanan rawat jalan terpadu. Peserta JKN yang berobat ke RSJ Prof dr Soerojo Magelang melalui 2 cara masuk yaitu melalui Instalasi Gawat Darurat dan Instalasi Rawat Jalan. Peserta JKN dapat dilayani dengan membawa kelengkapan persyaratan pasien JKN antara lain surat rujukan puskesmas/surat perintah kontrol, kartu BPJS/ KIS/ Askes/ Jamkesmas, KTP/ KK kemudian mendaftarkan diri di loket pendaftaraan Instalasi Rawat Jalan untuk layanan rawat jalan, layanan rehabilitasi medik dan layanan kesehatan anak remaja dan loket pendaftaran di Instalasi Gawat Darurat untuk
6 6 layanan kegawatdaruratan jiwa dan non jiwa, tanpa membawa persyaratan surat rujukan puskesmas/surat perintah kontrol. Jumlah tenaga medis pemberi layanan di layanan rawat jalan RSJS dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1 Komposisi Tenaga Medis di Layanan Rawat Jalan Layanan Jiwa Saraf Dalam Bedah Kebidanan & Kandungan Gigi Kulit Kelamin Kesehatan Anak Kesehatan Jiwa Anak Rehabilitasi Medik IGD RSJ Prof dr Soerojo Magelang Profesi 11 Sp KJ 3 Sp S 2 Sp PD 3 Sp B 2 SpOG 1 Sp Ortho, 1 drg 1 Sp KK 1 Sp A 1 Konsultan Psikiatri Anak 2 Sp KJ 1 Sp KFR 12 Dokter Umum Sumber: Profil Layanan Rawat Jalan RSJS 2015 Tabel 1 menggambarkan layanan yang ada di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo sebagai PPK 2 dilayani dokter spesialis dan layanan gawat darurat di layani oleh dokter umum. Dokter spesialis jiwa di layanan kesehatan anak remaja berdasarkan keseminatan dokter tersebut dan kesehatan jiwa anak remaja merupakan produk unggulan dari RSJ Prof dr Soerojo Magelang. Komposisi Petugas Pendaftaraan di layanan gawat darurat sebanyak 8 orang dan layanan di Instalasi Rawat Jalan sebanyak 4 orang. Semua proses layanan kesehatan di RSJS berpangkal dari pendaftaraan. Klaim tidak layak bayar untuk pasien JKN dapat dimulai dari pendaftaraan seperti ketidaklengkapan persyaratan peserta JKN.
7 7 RSJS melayani pasien umum dan pasien jaminan termasuk menerima kunjungan pasien JKN per 1 Januari Sumber : Instalasi SIRS RSJS Gambar 2 Kunjungan Pasien di Layanan Rawat Jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang periode Tahun 2014 dan Tahun 2015 Gambar 2 menunjukkan bahwa tahun 2015 jumlah kunjungan peserta JKN di layanan rawat jalan RSJS mengalami peningkatan dibandingkan tahun Kunjungan pasien peserta JKN tahun 2014 sebanyak kunjungan, peserta umum sebanyak kunjungan dengan jumlah total kunjungan peserta. Persentase peserta JKN tahun 2014 sebesar 68,95 % dari total kunjungan. Peserta JKN tahun 2015 sebanyak kunjungan, peserta umum sebanyak kunjungan dan jumlah total kunjungan sebanyak peserta. Persentase peserta JKN tahun 2015 sebesar 76,84 % dari total kunjungan. RSJS mempunyai dua standar tarif INA CBGs karena RSJS melayani layanan jiwa dengan klaim RS Khusus tipe A dan layanan non jiwa dengan klaim RS khusus di luar kekhususannya tipe B. Proses pengklaiman layanan rawat jalan RSJS mempunyai tahapan dimulai dengan dokumen rekam medis pasien, kelengkapan persyaratan peserta JKN, formulir casemix dan bukti layanan yang diterima pasien JKN diserahkan ke Instalasi Rekam Medik. Formulir casemix oleh petugas coder dikoding sesuai
8 8 dengan coding INA CBGs. Berkas klaim tersebut diteruskan ke Instalasi Verifikasi Klaim/Penjaminan Kesehatan untuk diverifikasi ulang kelengkapannya dan data dalam berkas klaim dimasukkan ke dalam software INA CBGs. Instalasi Verifikasi Klaim membuat pengajuan klaim ke BPJS Kesehatan. Pengajuan klaim disertai bukti layanan di verifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan. Berkas klaim belum lengkap dan tidak sesuai dikembalikan ke rumah sakit untuk dilengkapi setelah lengkap berkas itu akan diproses. Hasil akhir dari proses pengklaiman dapat berupa klaim layak bayar dan klaim yang tidak layak bayar/ditolak pembayarannya oleh BPJS Kesehatan. Berikut ini jumlah berkas klaim dan kerugian terhadap klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJS tahun Bulan Tabel 2 Klaim Tidak Layak Bayar Layanan Rawat Jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang Tahun 2014 Klaim yang Diajukan (Berkas) Layak Bayar (Berkas) Tidak Layak Bayar (Berkas) Jiwa Non Jiwa Kerugian (Rupiah) Jiwa Non Jiwa Total Kerugian (Rupiah) Januari Pebruari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL Sumber : Instalasi Verifikasi Klaim RSJS, 2014 Tabel 2 menunjukkan berkas klaim tidak layak bayar layanan rawat jalan RSJS tahun 2014 sebesar 3,89 % yaitu 1681 berkas klaim tidak layak bayar dari
9 berkas klaim yang diajukan dengan kerugian Rp Bulan Januari sampai dengan bulan Agustus klaim yang diajukan RSJS masih satu tarif yaitu tarif INA CBGs Rumah Sakit Khusus tipe A baik untuk layanan jiwa maupun non jiwa. Bulan September 2014 dan seterusnya klaim yang diajukan RSJS sudah berdasarkan tipe kelas rumah sakit yaitu layanan jiwa dengan kelas tipe A dan layanan non jiwa kelas tipe B. Berikut ini berkas klaim dan kerugian klaim tidak layak bayar layanan rawat jalan RSJS tahun Bulan Tabel 3 Klaim Tidak Layak Bayar Layanan Rawat Jalan Klaim yang Diajukan (Berkas) RSJ Prof dr Soerojo Magelang Tahun 2015 Layak Bayar (Berkas) Tidak Layak Bayar (Berkas) Jiwa Non Jiwa Kerugian (Rupiah) Jiwa Non Jiwa Total Kerugian ( Rupiah ) Januari Februari Maret April Mei Juni Juli Agustus September Oktober November Desember TOTAL Sumber : Instalasi Verifikasi Klaim RSJS, 2015 Tabel 3 menunjukkan berkas klaim tidak layak bayar layanan rawat jalan RSJS tahun 2015 sebesar 1,62 %, yaitu 872 berkas klaim tidak layak bayar dari klaim yang diajukan dengan kerugian Rp Berkas klaim yang tidak layak bayar layanan non jiwa sebesar 72,13% dari keseluruhan berkas klaim tidak layak bayar dan kerugian layanan non jiwa 63,59 % dari total kerugian klaim tidak layak bayar. Berkas klaim tidak layak bayar dan kerugian disebabkan klaim tidak layak bayar di tahun 2015 mengalami penurunan dibanding
10 10 tahun Adanya berkas klaim tidak layak bayar dan kerugian yang ditimbulkan maka perlu dilakukan telaah yang lebih mendalam untuk mengetahui faktor penyebabnya. B. Rumusan Masalah Berdasarkan permasalahan di atas, maka rumusan masalah pada penelitian ini adalah: faktor apa sajakah yang menyebabkan klaim tidak layak bayar pada peserta Jaminan Kesehatan Nasional di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. C. Tujuan Penelitian Tujuan Umum : Mengidentifikasi faktor yang menyebabkan klaim tidak layak bayar pada peserta Jaminan Kesehatan Nasional di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. Tujuan Khusus : 1. Mengidentifikasi penyebab berkas klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. 2. Mengidentifikasi perbedaan klaim tidak layak bayar dari data BPJS Kesehatan dan data rekam medis di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. 3. Mendiskripsikan komunikasi pimpinan RSJS terhadap penyebab klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. 4. Mendiskripsikan sikap dokter RSJS terhadap penyebab klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. 5. Mendiskripsikan sikap pimpinan RSJS terhadap penyebab dan kerugian rumah sakit yang disebabkan klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang.
11 11 6. Mendiskripsikan sikap BPJS Kesehatan Kota Magelang terhadap klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. 7. Mendiskripsikan sikap administrasi RSJS terhadap klaim tidak layak bayar di layanan rawat jalan RSJ Prof dr Soerojo Magelang. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan akan memberi manfaat sebagai berikut : 1. Bagi Rumah Sakit, dapat dijadikan bahan evaluasi dan kajian untuk penyebab klaim tidak layak sehingga penyebab klaim tidak layak bayar dan kerugiannya dapat di minimalisir. 2. Bagi BPJS, penelitian ini dapat dijadikan kajian atau masukan BPJS Kesehatan dalam menetapkan kebijakan BPJS Kesehatan yang akan datang. 3. Bagi Peneliti, penelitian ini dapat dijadikan sarana untuk memperkaya dan mengaplikasikan ilmu yang sudah diperoleh.
12 12 E. Keaslian Penelitian Penelitian-penelitian sebelumnya yang berhubungan dengan penelitian ini adalah : 1. Penelitian Tuti (2010) tentang Evaluasi Dokumen Klaim Yang Tidak Lengkap Dan Dokumen Klaim Tidak Sesuai Ketentuan Pada Pasien Jamkesmas sehingga Sering Terjadi Penundaan Klaim Di RSUD. Dr. Zainoel Abidin Nanggroe Aceh Darussalam. Tujuan penelitian Tuti mengidentifikasi proporsi dokumen klaim yang tidak lengkap dan tidak sesuai, hambatan yang menyebabkan dokumen tidak lengkap dan tidak sesuai serta potensi kerugian. Metode penelitian yang digunakan adalah studi kasus. Unit analisisnya berkas klaim di RSUD. Dr. Zainoel Abidin Nanggroe Aceh Darussalam. 2. Penelitian Kusairi (2013) tentang Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kelengkapan Berkas Klaim Pasien Jamkesmas Di RSUD Brigjend. H. Hasan Basry Kandangan. Tujuan penelitian mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kelengkapan berkas klaim pasien Jamkesmas di RSUD Brigjend H.Hasan Basry Kandangan. Metode Penelitian yang digunakan penelitian deskriptif kualitatif. Varibel yang diteliti adalah Beban kerja administrasi klaim, Kinerja Coder, Pengetahuan dokter, Beban Kerja, Regulasi dan Kelengkapan berkas klaim. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian sebelumnya adalah : Pada penelitian ini meneliti faktor-faktor yang menyebabkan klaim tidak layak bayar. Berkas klaim tersebut sudah diverifikasi oleh verifikator BPJS Kesehatan dan sudah dinyatakan klaim yang tidak layak bayar/tidak dibayarkan oleh BPJS Kesehatan.
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan hak asasi manusia. Setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin. Untuk itu Negara bertanggung jawab mengatur agar
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang World Health Organization (WHO) menghimpun beberapa negara di dunia untuk sepakat mencapai Universal Health Coverage (UHC) pada tahun 2014. Masyarakat mulai menyadari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. termasuk dalam bidang kesehatan. World Health Organization (WHO)
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perkembangan zaman yang begitu pesat menuntut perubahan pola pikir bangsa - bangsa di dunia termasuk Indonesia dari pola pikir tradisional menjadi pola pikir
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. individu, keluarga, masyarakat, pemerintah dan swasta. Upaya untuk meningkatkan derajat
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan suatu komponen vital bagi setiap individu karena kesehatan mempengaruhi berbagai sektor kehidupan. Kesehatan adalah tanggung jawab bersama setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan mendasar bagi setiap individu untuk menjalani kehidupannya dengan baik. Maka dari itu untuk mencapai derajat kesehatan masyarakat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapatkan pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (pasal 28H UUD 1945). Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) sebagai bagian dari reformasi sistem kesehatan pada saat ini telah dilaksanakan oleh hampir setengah negara di dunia dengan berbagai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. untuk memberikan Jaminan Sosial dalam mengembangkan Universal Health
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam hal mewujudkan program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN), pemerintah Indonesia mengeluarkan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kekurangan nafkah, yang berada di luar kekuasaannya (Kemenkes RI, 2012).
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsabangsa didunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Kesehatan merupakan hak fundamental setiap individu yang dinyatakan secara global dalam konstitusi WHO, pada dekade terakhir telah disepakati komitmen global
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berbagai tenaga profesi kesehatan lainnya diselenggarakan. Rumah Sakit menjadi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Wolper dan Pena dalam Azwar (1996) rumah sakit adalah tempat dimana orang sakit mencari dan menerima pelayanan kedokteran serta tempat dimana pendidikan klinik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Universal Health Coverage merupakan sistem penjaminan kesehatan yang memastikan semua orang dapat menerima pelayanan kesehatan yang mereka butuhkan tanpa harus mengalami
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 28H dan pasal 34 Undang-Undang Dasar Dalam Undang Undang Nomor
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sesuai dengan falsafah dasar negara Pancasila terutama sila ke-5 mengakui hak asasi warga atas kesehatan. Hal ini juga termaktub dalam pasal 28H dan pasal 34 Undang-Undang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, menetapkan bahwa setiap orang berhak mendapatkan pelayanan kesehatan. Karena itu setiap individu, keluarga dan masyarakat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Undang Undang No. 24 Tahun 2011 tentang Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS), sistem INA CBG s (Indonesia Case Base Groups) digunakan untuk proses
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Setiap negara mengakui bahwa kesehatan menjadi modal terbesar untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang Kesehatan adalah suatu keadaan sejahtera yang meliputi fisik, mental dan sosial yang tidak hanya bebas dari penyakit atau kecacatan. Kesehatan merupakan hak bagi setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. terdapat dalam Undang-undang No.40 Tahun 2004 pasal 19 ayat1. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pada awal tahun 2014 di Indonesia menyelenggarakan asuransi kesehatan bagi seluruh rakyatnya yakni Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Jaminan Kesehatan Nasional (JKN)
Lebih terperinciBUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR
BUPATI MADIUN PROVINSI JAWA TIMUR SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 1B TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN MASYARAKAT DAERAH KABUPATEN MADIUN Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI
Lebih terperinciTinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi
Tinjauan Prosedur Penentuan Kode Tindakan Berbasis ICD-9-CM untuk INA CBG di RSUD Dr. Soeroto Ngawi Atik Dwi Noviyanti 1, Dewi Lena Suryani K 2, Sri Mulyono 2 Mahasiswa Apikes Mitra Husada Karanganyar
Lebih terperinciDANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH. mutupelayanankesehatan.
DANA KAPITASI JAMINAN KESEHATAN NASIONAL PADA FASILITAS KESEHATAN TINGKAT PERTAMA MILIK PEMERINTAH DAERAH mutupelayanankesehatan.net I. PENDAHULUAN Kesehatan merupakan hak asasi manusia dan salah satu
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 1 TAHUN 2018 TENTANG PENILAIAN KEGAWATDARURATAN DAN PROSEDUR PENGGANTIAN BIAYA PELAYANAN GAWAT DARURAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. asuransi sehingga masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan salah satu kebijakan pemerintah bidang kesehatan yang terintegrasi dalam Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN)
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Menurut Dep Kes RI (2008), rumah sakit adalah sarana kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan meliputi pelayanan promotif, preventif, kuratif
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Persepsi Persepsi adalah kemampuan otak dalam menerjemahkan stimulus yang masuk ke dalam alat indera manusia (Sugihartono, et al. 2007). Sementara menurut Walgito (2004), persepsi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Dunia saat ini mengalami perkembangan yang sangat pesat dan semua aspek kehidupan turut mengalami perubahan. Arus teknologi dan informasi sedemikian berpengaruh terhadap
Lebih terperinciProf. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
Prof. Dr. dr. Akmal Taher, Sp.U(K) Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan 1. Latar Belakang 2. Sistem Pembiayaan dalam SJSN 3. Contoh dari negara lain (US) 4. Kondisi Yang Diharapkan
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. seluruh warga Negara termasuk fakir miskin dan orang tidak mampu.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG Harus disadari bahwa hidup dan kebebasan manusia akan menjadi tanpa makna jika kesehatannya tidak terurus. karena itu kesehatan sebagai isu HAM, dalam hal ini hak
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. mekanisme asuransi kesehatan sosial yang bersifat wajib (mandatory) berdasarkan
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) merupakan bagian dari Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) yang diselenggarakan dengan menggunakan mekanisme asuransi kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat berkaitan erat dengan pelayanan kesehatan. pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam era globalisasi pada saat ini, kesehatan merupakan suatu unsur yang paling penting di dalam kehidupan manusia. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik,
Lebih terperinciPENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII
PENCEGAHAN FRAUD DALAM PELAKSANAAN JKN KOMISI VIII PENGERTIAN Fraud adalah tindakan yang dilakukan dengan sengaja untuk mendapatkan keuntungan finansial dari program jaminan kesehatan dalam Sistem Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut UU No.44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam rangka mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan masyarakat menjadi tugas utama dari pemerintah. Perihal ini tercantum jelas dalam pasal 34 ayat 2 dan 3 Undang-Undang Dasar Republik
Lebih terperinciTINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL
MENARA Ilmu Vol. X Jilid 2 No.73 Desember 2016 TINJAUAN PELAKSANAAN PENGISIAN FORMULIR VERIFIKASI (INA-CBG S) PADA REKAM MEDIS RAWAT JALAN DI RSUP Dr. M. DJAMIL Oleh : Linda Handayuni Dosen Prodi D-3 RMIK
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. dan rehabilitasi dengan mendekatkan pelayanan pada masyarakat. Rumah sakit
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit merupakan salah satu sarana pelayanan kesehatan yang kompleks dan mempunyai fungsi luas menyangkut fungsi pencegahan, penyembuhan dan rehabilitasi dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut World Health Organization tahun 2011 stroke merupakan penyebab kematian ketiga (10%) di dunia setelah penyakit jantung koroner (13%) dan kanker (12%) dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. intervensi pemerintah dalam pembayaran. Dokter, klinik, dan rumah sakit
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan salah satu subsistem pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan dua jenis pelayanan untuk masyarakat yaitu pelayanan kesehatan dan pelayanan
Lebih terperinciREGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN
REGULASI DI BIDANG KEFARMASIAN DAN ALAT KESEHATAN UNTUK MENDUKUNG JKN Sekretaris Ditjen Binfar Alkes Sosialisasi Peraturan Perundang-undangan Di Bidang Kefarmasian dan Alat Kesehatan 9-12 November 2015
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah
13 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Keberhasilan pembangunan kesehatan ditentukan antara lain oleh ketersediaan biaya kesehatan. Biaya kesehatan ditinjau dari sisi pemakai jasa pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Untuk mewujudkan jaminan kesehatan semesta (Universal Health Coverage), Indonesia melalui penyelenggaraan Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah menyepakati strategi-strategi
Lebih terperinciPELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL
PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN NASIONAL Dr. Moch Bachtiar Budianto,Sp.B (K) Onk RSUD Dr SAIFUL ANWAR MALANG PEMBAHASAN REGULASI ALUR PELAYANAN PERMASALAHAN REGULASI UNDANG-UNDANG NOMOR 40 TAHUN 2004 TENTANG
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945 pasal 28 H ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menegaskan bahwa setiap warga negara memiliki hak yang sama untuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berdasarkan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), harus dibentuk Badan Penyelenggara Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang (UU) Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah memberikan kepastian perlindungan dasar kepada warga negara Indonesia. Salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. 1
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi dalam pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap,
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 LatarBelakang Deklarasi Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 1948 tentang Hak Azasi Manusia, padapasal 25 Ayat (1) menyatakan bahwa setiap orang berhak atas derajat hidup yang memadai
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. asing yang bekerja paling singkat 6 (enam) bulan di Indonesia, yang telah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional adalah perlindungan kesehatan agar peserta memperoleh manfaat pemeliharaan kesehatan dan perlindungan dalam memenuhi kebutuhan dasar kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang pentingnya. jaminan perlindungan sosial terus berkembang hingga perubahan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak dasar setiap individu dan semua warga negara berhak mendapat pelayanan kesehatan termasuk masyarakat miskin (Pasal 28H UUD 1945). Kesadaran tentang
Lebih terperinciTabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN
14 Tabel 1. Perbandingan Belanja Kesehatan di Negara ASEAN Negara Belanja kesehatan terhadap % PDB Belanja kesehatan pemerintah terhadap % total belanja kesehatan Malaysia 4,3 44,1 Thailand 4,1 74,3 Filipina
Lebih terperinciBUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT
BUPATI MAJENE PROVINSI SULAWESI BARAT PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAJENE NOMOR 18 TAHUN 2015 TENTANG JAMINAN KESEHATAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI MAJENE, Menimbang: a. bahwa Pemerintah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) telah menjawab prinsip dasar Universal Health Coverage dengan mewajibkan setiap penduduk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Definisi kesehatan menurut undang-undang nomor 36 tahun 2009 adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Rumah sakit adalah salah satu institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara komprehensif yang menyediakan pelayanan rawat
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Evaluasi pelaksanaan..., Arivanda Jaya, FE UI, 2010.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pelayanan kesehatan merupakan salah satu hak mendasar masyarakat yang penyediaannya wajib diselenggarakan oleh pemerintah sebagaimana telah diamanatkan dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Setiap orang berhak atas jaminan sosial untuk dapat memenuhi kebutuhan dasar hidup yang layak dan meningkatkan martabat sehingga pemerintah mengembangkan Sistem Jaminan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia. No.269/MENKES/PER/III/2008 Bab I Pasal I tentang Rekam Medis, yang
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bedasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No.269/MENKES/PER/III/2008 Bab I Pasal I tentang Rekam Medis, yang dimaksud dengan rekam medis adalah berkas
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang bersifat mutlak. Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial
Lebih terperinciBUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG
BUPATI BOYOLALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN BOYOLALI NOMOR 14 TAHUN 2011 TENTANG TARIF PELAYANAN KESEHATAN KELAS III PADA RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PANDAN ARANG KABUPATEN BOYOLALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004
BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) telah dilaksanakan sejak 1 Januari 2014 berdasarkan amanat Undang-Undang Dasar 1945 dan Undang-Undang No. 40 tahun 2004 tentang Sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit kronis merupakan penyebab utama kematian dan kecacatan di seluruh dunia. WHO (2005) melaporkan penyakit kronis telah mengambil nyawa lebih dari 35 juta orang
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA,
PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 99 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTERI KESEHATAN NOMOR 71 TAHUN 2013 TENTANG PELAYANAN KESEHATAN PADA JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pelayanan kesehatan tidak dapat dilepaskan dari sarana pelayanan kesehatan. Berdasarkan Kepmenkes RI Nomor 377/Menkes/SK/III/2007 tentang Standar Profesi Perekam Medis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS. Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional, klaim
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Undang-Undang Nomor 24 tahun 2011 dijelaskan bahwa Badan Penyelenggara Jaminan Sosial yang selanjutnya disingkat BPJS adalah badan hukum yang dibentuk untuk
Lebih terperinciDENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA DIREKTUR UTAMA BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN,
PERATURAN BADAN PENYELENGGARA JAMINAN SOSIAL KESEHATAN NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PETUNJUK TEKNIS PENYELENGGARAAN KOORDINASI MANFAAT DALAM PROGRAM JAMINAN KESEHATAN NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. masyarakat. Unsur terpenting dalam organisasi rumah sakit untuk dapat mencapai
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan sebagai salah satu upaya pembangunan nasional telah diarahkan guna tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 2016 SERI : PERATURAN WALI KOTA BEKASI NOMOR 115 TAHUN 2016 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN JAMINAN KESEHATAN DAERAH BAGI KELUARGA TIDAK MAMPU BERBASIS KARTU KELUARGA
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN PENELITIAN. Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana
BAB VI KESIMPULAN PENELITIAN 6.1. Kesimpulan Penelitian Pelaksanaan kendali biaya di RSUD Kota Yogyakarta; sebagaimana analisis yang telah dilakukan dapat disimpulkan secara rinci berikut ini : 1. Kendali
Lebih terperinciBAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan
1 BAB 1 : PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009 tentang kesehatan pasal 5 ayat (2) menyatakan bahwa setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Deklarasi Universal Hak Azasi Manusia oleh Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) tahun 1948 (Indonesia ikut menandatangani) dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sistem jaminan social nasional bagi upaya kesehatan perorangan.
BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Bab IV pasal 19 dan 20 menjelaskan bahwa Pemerintah bertanggung jawab atas ketersediaan segala bentuk upaya kesehatan yang bermutu,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciDAFTAR ISI. BAB II. TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka B. Kerangka Teori C. Kerangka Konsep D. Pertanyaan Penelitian...
v DAFTAR ISI Halaman Judul... i Lembar Persetujuan... ii Lembar Pernyataan... iii Kata Pengantar... iv Daftar Isi... v Daftar Tabel... vii Daftar Gambar... viii Daftar Singkatan... ix Daftar Lampiran...
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
18 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Prevalensi penyakit tidak menular (non communicable diseases) diprediksi akan terus mengalami peningkatan di beberapa negara berkembang. Peningkatan penderita penyakit
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat. untuk praktik kedokteran atau kedokteran gigi. Rumah sakit merupakan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Menurut Permenkes Nomor 269 Tahun 2008 tentang Rekam Medis, pengertian sarana pelayanan kesehatan adalah tempat penyelenggaraan upaya pelayanan kesehatan yang dapat
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. (WHO, 2015). Sedangkan kesehatan menurut Undang Undang No. 36 Tahun 2009
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sehat adalah suatu keadaan yang baik dari segi fisik, mental dan kesejahteraan sosial dan tidak hanya dilihat dari tidak adanya suatu penyakit atau kelemahan saja (WHO,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan tujuan menjamin kesehatan bagi seluruh rakyat untuk memperoleh
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Universal Health Coverage (UHC) merupakan isu penting yang telah ditetapkan WHO (World Health Organization) bagi negara maju dan negara berkembang sehingga penting
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah keadaan sehat, baik secara fisik, mental, spiritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap
Lebih terperinciBUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN
SALINAN BUPATI BINTAN PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN BUPATI BINTAN NOMOR : 39 TAHUN 2016 016 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PROGRAM JAMINAN KESEHATAN DAERAH (JAMKESDA) KABUPATEN BINTAN TAHUN 2017 DENGAN
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kepada pasien termasuk kualitas pendokumentasian rekam medis. memelihara rekam medis pasiennya. Menurut Hatta (2012), rekam medis
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan kepada pasien melalui pelayanan rawat jalan, rawat inap dan gawat darurat.
Lebih terperinciLAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang: Pelayanan publik atau pelayanan umum didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan. penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan diharapkan
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dengan begitu kompleksnya masalah hidup sekarang ini menyebabkan masalah kesehatan benar-benar merupakan kebutuhan penting. Oleh karena itu, organisasi pelayanan kesehatan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui. jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun 2013 tentang Pelayanan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu upaya yang ditempuh pemerintah dalam pembiayaan kesehatan adalah dengan memantapkan penjaminan kesehatan melalui jaminan kesehatan. Permenkes No. 71 tahun
Lebih terperinciA. LATAR BELAKANG MASALAH
BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin meningkat. Hal itu terbukti dengan tidak pernah kosongnya rumah sakit yang ada di Indonesia. Rumah sakit
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kesehatan adalah merupakan hak yang fundamental bagi setiap penduduk, sebagaimana dinyatakan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pada
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang
11 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan salah satu hak asasi manusia dan juga merupakan pondasi pembangunan bangsa seperti yang tercantum dalam undang undang dasar (UUD 45) pasal 28
Lebih terperinciVI. PENUTUP A. Kesimpulan
VI. PENUTUP A. Kesimpulan Kesimpulan dari hasil penelitian ini adalah : 1. Secara umum peran Dokter Puskesmas sebagai gatekeeper belum berjalan optimal karena berbagai kendala, yaitu : a. Aspek Input :
Lebih terperinciLAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI
Jalan Jenderal Ahmad Yani 69 Magelang Kode Pos 565 Tromol Pos 5 Telepon (0293) 36360 Faksimile (0293) 36583 LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang:
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hak tingkat hidup yang memadai untuk kesehatan dan kesejahteraan dirinya dan keluarganya merupakan hak asasi manusia dan diakui oleh segenap bangsa-bangsa di dunia,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sectio caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Kementrian Kesehatan RI,Permenkes No.269/Menkes/Per/III/2008 tentang Rekam Medis,Jakarta: 2008
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Rumah Sakit merupakan institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna dengan menyediakan pelayanan rawat inap, rawat
Lebih terperinciLAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang: Pelayanan publik atau pelayanan umum didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. medis maupun non medis. Menurut Peraturan Menteri Kesehatan. Republik Indonesia No. 269/Menkes/PER/III/2008 tentang Rekam Medis
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan merupakan kebutuhan dasar yang sangat penting untuk diperhatikan. Untuk mewujudkan pelayanan kesehatan secara maksimal, sarana pelayanan kesehatan harus
Lebih terperinciLAPORAN. RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG
LAPORAN e- SURVEI KEPUASAN MASYARAKAT RS JIWA PROF. Dr. SOEROJO MAGELANG INTISARI Latar belakang: Pelayanan publik atau pelayanan umum didefinisikan sebagai segala bentuk jasa pelayanan, baik dalam bentuk
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Telaah Pustaka 1. Jaminan Kesehatan Nasional a. Definisi dan Dasar Hukum Jaminan Kesehatan Nasional menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 71 tahun 2013
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di. Universal Health Coverage (UHC) bagi seluruh penduduk, maka
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Untuk mewujudkan komitmen global sebagaimana amanat resolusi World Health Assembly (WHA) ke-58 tahun 2005 di Jenewa yang menginginkan setiap negara mengembangkan
Lebih terperinciI. PENDAHULUAN A. Latar Belakang
I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan adalah hak azazi setiap warga negara sebagaimana yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945 Pasal 28 H dan Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan.
Lebih terperinciBERITA DAERAH KOTA BEKASI
BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : 69 2014 SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI NOMOR 69 TAHUN 2014 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PELAKSANAAN PELAYANAN KESEHATAN BAGI MASYARAKAT MISKIN DI LUAR JAMINAN KESEHATAN
Lebih terperinciHARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit
HARAPAN dan ALTERNATIF KONSEP PROGRAM JKN di MASA MENDATANG *pandangan pengelola rumah sakit Dr Kuntjoro Adi Purjanto, Mkes Ketua Umum PERSI Diskusi Panel VIII - 2016 JKN Hotel Ritz Carlton Jakarta, 29
Lebih terperinci