BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa

dokumen-dokumen yang mirip
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang :

TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA RI

sebagai seratus persen aman, tetapi dalam beberapa dekade ini Asia Tenggara merupakan salah satu kawasan yang cenderung bebas perang.

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

2016, No Indonesia Tahun 2000 Nomor 185, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4012); 3. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2002 tentang

BAB I PENDAHULUAN. peledakan yang terjadi di Legian. Korban tewas lebih banyak merupakan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. terutama sejak terjadinya peristiwa World Trade Centre (WTC) di New York,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 6 TAHUN 2006 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

I. UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

UMUM. 1. Latar Belakang Pengesahan

I. PENDAHULUAN. Dampak era globalisiasi telah mempengaruhi sistem perekonomian negara

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berawal dari aksi teror dalam bentuk bom yang meledak di Bali pada

PERBANDINGAN KEBIJAKAN LUAR NEGERI AMERIKA SERIKAT TERHADAP NEGARA- NEGARA ISLAM PADA MASA PEMERINTAHAN GEORGE WALKER BUSH DAN BARACK OBAMA RESUME

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Rinrin Desti Apriani, 2013

RESUME. bagian selatan yang juga merupakan benua terkecil di dunia. Di sebelah. barat Australia berbatasan dengan Indonesia dan Papua New Guinea,

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG KEAMANAN NASIONAL

PERATURAN BUPATI SUMEDANG NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daya tarik wisata yang

ANCAMAN LINTAS AGAMA DAN IDEOLOGI MELALUI BOM DI TEMPAT LAHIRNYA PANCASILA

Alur Laut Kepulauan Indonesia (ALKI) I, II, III

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Rubi Setiawan, 2013

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pariwisata menjadi aktivitas yang mendapat perhatian besar, baik dari

PENJELASAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR... TAHUN... TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN TINDAK PIDANA PENDANAAN TERORISME

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Terorisme merupakan suatu tindak kejahatan luar biasa yang menjadi

No pelanggaran berat terhadap hak asasi manusia, terutama hak untuk hidup. Rangkaian tindak pidana terorisme yang terjadi di wilayah Negara Ke

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

Pidato Dr. R.M Marty M. Natalegawa, Menlu RI selaku Ketua ASEAN di DK PBB, New York, 14 Februari 2011

MI STRATEGI

BAB V PENUTUP. dikeluarkannya Undang-Undang No. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

Universitas Sumatera Utara REKONSTRUKSI DATA B.1. Analisa

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB V PENUTUP. Tesis ini berupaya untuk memberikan sebuah penjelasan mengenai

KEJAHATAN TRANSNASIONAL DI INDONESIA DAN UPAYA PENANGANANNYA. Penyunting Humphrey Wangke

yang korup dan lemah. Berakhirnya masa pemerintahan Dinasti Qing menandai masuknya Cina ke dalam era baru dengan bentuk pemerintahan republik yang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Sosialis Vietnam (selanjutnya disebut "Para Pihak"),

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Republik Polandia, selanjutnya disebut Para Pihak :

2016, No Peraturan Presiden Nomor 44 Tahun 2015 tentang Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2

BAB V PENUTUP. yang mengalami kecelakaan di perairan Indonesia koordinasi terhadap

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kejahatan terorisme sudah menjadi fenomena internasional, melihat

INDEKS KINERJA PENEGAKAN HAM 2011

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. signifikan terhadap perkembangan penetapan hukum di dunia ini, dimana

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2003 TENTANG

Ancaman Terhadap Ketahanan Nasional

BAB V KESIMPULAN. mengalami degradasi. Bali, sebagai daerah yang dibom dan mengandalakan

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (FKIP) JURUSAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

Bab 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB VI KESIMPULAN. Parlemen selama 30 tahun. Kakek John Malcolm Fraser berasal dari Nova Scotia.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. umat islam di Indonesia. Kepercayaan, sikap-sikap dan nilai-nilai masyarakat

IV. GAMBARAN UMUM PARIWISATA DUNIA. Jumlah penduduk dunia yang terus meningkat sejalan dengan peningkatan GDP

Politik Luar Negeri Indonesia dan Isu Terorisme Internasional

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Pengaruh Politik Domestik Terhadap Kebijakan Politik Luar Negeri Australia

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB 1 PENDAHULUAN. Wirawan (2009:35) menyatakan bahwa perkembangan manajemen sumber

BAB I PENDAHULUAN. untuk menjaga keamanan nasional sekaligus memenuhi kepentingan nasional.

NUSA DUA, BALI 10 AGUSTUS Assalamu alaikum warahmatullahi wabarakaatuh. Selamat sore, salam sejahtera untuk kita semuanya. Yang saya hormati,

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG RENCANA KONTIJENSI TSUNAMI PROVINSI BALI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. memberantas tindak terorisme global khusunya ISIS (Islamic State of Irak and

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Fani Nurlasmi Kusumah Dewi, 2013

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. terjadi, yang dapat menimbulkan kerugian-kerugian baik bagi perorangan maupun

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG KOMITE NASIONAL KESELAMATAN TRANSPORTASI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Peraturan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana Nomor 13 Tahun 2010 Tentang Pedoman Pencarian, Pertolongan Dan Evakuasi

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 1998 TENTANG KEMERDEKAAN MENYAMPAIKAN PENDAPAT DI MUKA UMUM

I. PENDAHULUAN Latar Belakang. keamanan dan ketentraman manusia dalam suatu negara. Pada tanggal 24

BAB I PENDAHULUAN. Bahasa memegang peranan sebagai sarana komunikasi. Adapun proses komunikasi

RESUME. Amerika Latin merupakan salah satu wilayah di dunia. yang mengalami dinamika sosial-politik yang menarik.

cambuk, potong tangan, dan lainnya dilaksanakan oleh Monarki Arab Saudi. Selain hal tersebut, Monarki Arab Saudi berusaha untuk meningkatkan

KONFLIK & MANAJEMEN KONFLIK DI ASIA TENGGARA PASKA PERANG DINGIN DALAM PERSPEKTIF KEAMANAN TRADISIONAL DEWI TRIWAHYUNI

2013, No Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2009 tentang Penerbangan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 1, Tambahan Lembaran Negar

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu cara yang ditempuh oleh banyak negara di dunia untuk

BAB IV PENUTUP. Hal itu dikarenakan kemunculannya dalam isu internasional belum begitu lama,

tugas sosiolagi tentang bentuk akomodasi untuk mengatasi permasalahan teror Posted by cici - 30 Sep :25

BAB 1 PENDAHULUAN. untuk menjamin keselamatan setiap penerbangan udara sipil. 1

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Aktivitas Perlindungan Saksi Dan Korban Dalam Lingkup Kerja Lpsk. Disusun Oleh: Kombes Pol (Purn). basuki Haryono, S.H., M.H.

BAB IV POTA (PREVENTION OF TERRORISM ACT) SEBAGAI UPAYA PEMERINTAH MALAYSIA DALAM MEMBENDUNG TERORISME GLOBAL DAN FAKTOR PENDORONG DIBUATNYA POTA

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Muslim dunia (Top ten largest with muslim population, 2012). Muslim

BAB I PENDAHULUAN. organisasi. Jika seorang pemimpin berusaha untuk mempengaruhi perilaku

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN. 1 Occupation of Japan : Policy and Progress (New York: Greenwood Prees,1969), hlm 38.

BAB I PENDAHULUAN. Tahun demi tahun negeri ini tidak lepas dari bencana. Indonesia sangat

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA LEMBAGA PERLINDUNGAN SAKSI DAN KORBAN REPUBLIK INDONESIA,

Maukuf, S,Pd. M.Pd. Pertemuan ke:

Mam MAKALAH ISLAM. Gerakan ISIS, Ancaman Ideologi dan Keamanan NKRI

Pemerintah Republik Indonesia dan Pemerintah Romania, selanjutmya disebut Para Pihak :

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian pada bab sebelumnya dapat disimpulkan

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 56 TAHUN 2015 TENTANG POS KOMANDO TERPADU PENGAMANAN DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. hampir diseluruh kawasan kepulauan Indonesia. Kondisi ini menjadi daya tarik

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Niar Riska Agustriani, 2014 Peranan komisi nasional hak asasi manusia Tahun

IDENTIFIKASI POTENSI KAWASAN WISATA BATURADEN TUGAS AKHIR. Oleh: TRI SULASTRI MAHFIDAH L2D

Transkripsi:

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 KESIMPULAN Peristiwa terorisme pada tahun 2002 di Bali dikenal dengan Bom Bali I, mengakibatkan banyak korban jiwa baik warga negara Indonesia maupun warga negara asing, korban jiwa paling banyak adalah warga negara Australia. Sehingga menyebabkan penerbitan kebijakan luar negeri Travel Warning oleh Australia terhadap Indonesia. Travel Warning adalah sebuah kebijakan pelarangan melakukan perjalanan bagi warga negara Australia ke Indonesia, kebijakan tersebut jelas untuk meningkatkan keamanan atau kewaspadaan negara Australia dari tindak terorisme yang terjadi di Indonesia. Namun kebijakan dan peristiwa Bom Bali I tersebut tidak menurunkan animo warga negara Australia untuk tetap mengunjungi Indonesia khususnya Bali, dikarenakan beberapa faktor yaitu: pertama, warga negara Australia merasa nyaman tinggal di Bali hingga tiga bulan bahkan lebih. Kedua, jarak tempuh yang dekat antara Bali dan Australia, sekitar 3-7 jam perjalan melalui udara. Ketiga, warga negara Australia menganggap Bali sebagai rumah kedua bagi mereka karena keunikan Pulau Bali ataupun hanya untuk berlibur. Kebijakan luar negeri yang dikeluarkan Australia menjadi salah satu yang mempengaruhi dinamika hubungan Australia dengan Indonesia. Selain itu beberapa peristiwa lain menjadi tolak ukur hubungan kedua negara pada masa pemerintahan PM Howard, seperti kasus Timor- Timur(1975-199) ketika Pemerintah Australia diberi mandat oleh PBB untuk menjadi penengah antara Timor-Timur dengan Indonesia. Hal tersebut menaruh kecurigaan Indonesia terhadap Australia dikarenakan Indonesia menilai Australia berada dipihak Timor-Timor yang menginginkan lepas dari Indonesia atau Timor-Timur ingin membentuk negara sendiri. Kasus 1

Timor-Timur ini membuat hubungan Australia dan Indonesia menjadi renggang. Setelah kasus tersebut, pada 12 Oktober 2002 terjadi peristiwa terorisme di Bali, Indonesia yang menewaskan 202 orang, 88 orang diantaranya adalah warga negara Australia. Peristiwa terorisme ini serta penerbitan kebijakan Travel Warning semakin merenggangkan hubungan Australia dengan Indonesia. Hubungan bilateral tersebut kembali membaik setelah kedua negara ini melakukan kerja sama dalam investigasi terkait Bom Bali I dan bekerja sama dalam memberantas terorisme. Selain itu beberapa kerja sama dalam bidang pertahanan seperti Aviation Security Capacity Building Project yang ditandatangani bulan Maret 2005. kerja sama tersebut dilakukan sebagai salah satu upaya untuk mencegah masuknya teroris. Selain melihat beberapa peristiwa penting yang dialami dua negara ini, juga melihat masa Pemerintahan Australia yang dipimpin oleh PM Howard sebagai perdana menteri. Pada masa pemerintahanya, PM Howard dikenal memiliki sifat yang kaku dan arogan serta konservatif yang sering menjadi kendala bagi pelaksaan politik luar negeri Australia. Khususnya dalam menjalin hubungan dengan Asia termasuk Indonesia. Pemerintahan PM Howard lebih mementingkan hubungan Australia dengan negara sekutu yaitu Amerika Serikat serta hubungan dengan negara leluhurnya yaitu Inggris. Kebijakan luar negeri yang dibuat oleh PM Howard dipengaruhi salah satunya karena berasal dari Partai Koalisi Liberal, biasanya pemerintahan dalam koalisi Liberal berpijak pada kedekatanya dengan AS dan menomorduakan negara-negara di Asia Tenggara. Kebijakan luar negeri PM Howard merupakan campuran dari ideologi, latar belakang, penilaian dan prasangka serta perubahan ancaman yang keras dan konservatif. Kebijakan Travel Warning yang dibuat PM Howard terhadap Indonesia tersebut menunjukkan kurang kooperatif, 2

sehingga menimbulkan masalah yang menyebabkan hubungan keduanya mengalami penurunan. Gaya kepemimpinan, persepsi dan cara pandang PM Howard merupakan hasil pemikiran dari Partai koalisi Liberal. Hal tersebut menjadi pengaruh pada pembuatan kebijakan Travel Warning terhadap Indonesia. PM Howard memiliki persepsi ancaman atau rasa terancam dalam merespon peristiwa terorisme yang terjadi di Bali. Meskipun peristiwanya telah berlalu dan kondisi keamanan Indonesia kembali aman dan beberapa upaya telah dilakukan Indonesia dalam memberantas terorisme, seperti menghukum mati para terorisme dan peningkatan keamanan di lalu lintas alat transportasi. Ada enam variabel yang dapat menjelaskan persepsi ancaman PM Howard, ketika mengoperasionalisasikan teori Stein yaitu : pertama, penjelasan non psikologi terkait persepsi ancaman yang merupakan perspektif pemimpin dalam melihat potensi ancaman dari luar negaranya. Pemimpin memahami suatu ancaman dan memutuskan mengambil tindakan, jadi kebijakan yang diambil PM Howard merupakan reaksi dari peristiwa terorisme. Dengan terjadinya peristiwa terorisme di Bali tahun 2002 menjadi pertanda untuk PM Howard bahwa Indonesia tidak aman untuk dikunjungi oleh warga negara Australia. Kompleksitas birokrasi menyebabkan informasi tentang terorisme merupakan suatu ancaman, terkendala oleh permasalahan waktu dan pengkoordinasian penilaian dan tindakan yang diambil terhadap persepsi ancaman tersebut. Sosial budaya juga merupakan hal yang membentuk persepsi ancaman, dengan kata lain sosial budaya Australia didefinisikan sebagai tradisi dan nilai-nilai yang ditanamkan oleh PM Howard untuk mempengaruhi perilaku warga negara Australia. Serta norma internasional yang dilanggar karena adanya pembentukan gerakan-gerakan anarkis dan radikal di Indonesia. Hal tersebut meningkatkan persepsi ancaman PM Howard tentang Indonesia. 3

Kedua, psikologi PM Howard mempengaruhi persepsi ancaman dalam pengambilan keputusan. di mana cara pandang, karakteristik, nilai atau ideologi yang melekat dalam pikiran PM Howard dapat mempengaruhi pandangannya terhadap peristiwa terorisme Bom Bali I. PM Howard memiliki keinginan menjadikan Australia yang ideal seperti tahun 1950-an karena PM Howard sangat konservatif terhadap nilai-nilai Australia. Ketiga, bias pemikiran dan heuristik dalam merumuskan kebijakan Travel Warning merupakan reaksi PM Howard dalam mengantisipasi masa depan Australia yang terancaman oleh terorisme. Kebijakan tersebut merupakan strategi pertahanan untuk keamanan nasional Australia dari ancaman terorisme. Keempat, berkurangnya antipati, pembingkaian, dan kecenderungan terhadap resiko, PM Howard mempersepsikan suatu ancaman berdasarkan faktor resiko. Ancaman terorisme yang terjadi di Indonesia dinilai PM Howard dapat mengancam atau membahayakan kedaulatan Australia dan keselamatan warga negara Australia. Dengan alasan tersebut PM Howard menerbitkan kebijakan Travel Warning ke Indonesia demi keselamatan warga negaranya. Hal tersebut menjadi sesuatu yang berharga bagi Australia. Kelima, faktor emosi yang dapat meningkatkan persepsi ancaman adalah ketakutan. Menunjukkan bahwa Kebijakan Travel Warning tersebut, PM Howard masih merasa takut meskipun keadaan Indonesia sudah kembali kondusif bahkan ketika Australia telah melakukan kerja sama diberbagai bidang seperti Counter terrorism dan kerja sama di bidang pertahanan, namun PM Howard tetap menerbitkan kebijakan Travel Warning ke Indonesia dan tidak menurunkan level bepergian ke Indonesia. Keenam, emosi setiap individu-individu menjadi emosi yang kolektif. Emosi individu ini menjadi emosi yang bersifat nasional, atau emosi sebuah bangsa. Seperti, pidato-pidato atau 4

pernyataan PM Howard ataupun menteri luar negeri Australia yang mengatakan bahwa terorisme sangat kejam dan brutal serta pembunuh masal bagi orang-orang yang tidak bersalah khususnya warga negara Australia dan beberapa pernyataan lain terkait kekejaman dari peristiwa terorisme yang tejadi di Indonesia. Keenam variabel di atas dan pengambilan kebijakan dalam level individu menjelaskan bahwa kebijakan Travel Warning yang diterbitkan oleh PM Howard dikarenakan adanya persepsi ancaman secara individual terhadap ancaman dari peristiwa terorisme yang terjadi di Indonesia dari tahun 2002-2005. Sikap PM Howard yang kaku dan arogan terbawa dalam gaya kepemimpinannya dan dalam pelaksanaan kebijakan luar negeri Australia. Sehingga, persepsi ancaman PM Howard yang dilatarbelakangi oleh peristiwa terorisme yang terjadi di Indonesia tersebut dipengaruhi oleh psikologi, rasionalitas, karakteristik, sosial budaya, faktor resiko dan emosi dalam penilaian yang terbentuk oleh cara hidup PM Howard, baik dari lingkungan keluarga ataupun pengaruh dari partai Koalisi Liberal serta cara pandangnya terhadap Indonesia yang menjadi landasan PM Howard selama memerintah sebagai Perdana Menteri Australia. Dimana Hoaward adalah seorang yang memilih kedekatan dengan AS dab Inggris, sehingga hal tersebut berdampak pada kebijakan luar negeri yaitu kebijakan Travel Warning tehadap Indonesia. Dikarenakan dalam proses pembuatan kebijakan pada masa PM Howard dan juga pengaruh dari pandangan Partai Koalis Liberal sangat dominan dalam merumuskan dan melaksanakan kebijakan tersebut. 5.2 SARAN Berdasarkan hasil penelitian rumusan kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian, maka peneliti merumuskan rekomendasi yang mungkin dapat dijadikan bahan pertimbangan, masukkan, dan saran. Kepada peneliti selanjutnya. Bagi peneliti selanjutnya yang 5

akan meneliti dengan tema yang sama diharapkan bisa lebih baik lagi. Informasi yang diperlukan diharapkan dapat diperoleh dengan lebih lengkap serta ditunjang dengan buku-buku referensi yang lebih banyak. Para peneliti selanjutnya untuk berhati-hati dalam penggunaan konsep karena berkaitan dengan kajian psikologis. 6