BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Kerusakan Komponen Gedung D Lantai Dasar Lantai 4 1. Komponen Arsitektur a. Keramik Kerusakan lantai yang terdapat pada lantai dasar Gedung KH.Mas Mansur adalah lantai keramik yang lepas, lantai keramik mengalami retak dan lantai keramik amblas. Lantai keramik lepas disebabkan oleh campuran spesi (semen dan pasir) yang kurang tercampur sempurna. Spesi yang tidak tercampur sempurna menyebabkan keramik tidak terpasang dengan kuat sehingga keramik mudah lepas. Sedangkan keramik amblas dan keramik retak disebabkan karena faktor sifat asli dasar tanah atau pekerjaan pemasangan keramik yang tidak benar. Tanah dasar lembek, tanah retak karena pemadatan kurang sempurna, urugan pasir bawah lantai kurang tebal dan kurang padat, serta akar tanaman merupakan faktor yang menyebabkan lantai keramik amblas. Persentase kerusakan keramik Gedung D dapat dilihat pada Tabel 5.1. Tabel 5.1 Persentase kerusakan keramik Gedung D Volume Volume Persentase Kerusakan satuan awal kerusakan kerusakan Lantai keramik lepas Lantai keramik amblas Lantai keramik retak TOTAL KERUSAKAN Sumber: Hasil Survey 2017 m 2 5285,53 0,74 0,01 m 2 5285,53 7,9 0,15 m 2 5285,53 7,56 0,15 m 2 5285,53 16,2 0,31 56
57 Gambar 5.1 Lantai keramik amblas di ruang D 006 Gambar 5.2 keramik lantai lepas di lobi lantai dasar Gambar 5.3 Keramik lantai ruang D 003 mengalami keretakan Solusi untuk mengatasi permasalahan lantai keramik tersebut antara lain: a. Perbaikan lantai lepas 1) Angkat keramik yang lepas, bersihkan dari sisa mortar lama yang melekat 2) Bongkar mortar perekat keramik yang lama dengan menggunakan pahat dan palu
58 3) Pasang adukan mortar yang baru menggunakan sendok semen dengan ketinggian yang sama seperti awal keramik sebelum dilepas 4) Pasang kembali keramik dengan cara memukul keramik menggunakan palu yang terbuat dari kayu agar posisi keramik rata 5) Setelah mortar mengering, isi celah keramik (nat) menggunakan semen b. Perbaikan lantai amblas 1) Angkat lantai yang turun, termasuk adukan semen dan urugan pasir dasar hingga permukaan dasar tanah terlihat 2) Padatkan tanah dengan cara ditumbuk. Bila permukaan tanah masih lembek, tambahkan batu kerikil, lalu padatkan hingga rata 3) Setelah benar-benar padat, taburkan pasir secara merata hingga ketebalan sekitar 10 cm dan siram sampai pasir memadat 4) Untuk pemasangan lantai lama, terlebih dahulu bersihkan lantai dari sisa-sisa perekat lama 5) Siapkan mortar sebagai perekat lantai dengan perbandingan 1 semen : 2 pasir c. Perbaikan lantai retak 1) Lepaskan nat dengan menggunakan pisau tajam 2) Beri tanda ubin yang rusak dengan irisan cutter dari ujung ke ujung secara menyilang dan lurus dengan menggunakan penggaris besi. Penggunaan cutter berfungsi untuk membuat garis yang kemudian di potong dengan nailser. 3) Retakkan ubin yang sudah dipotong tersebut dengan menggunakan nailser 4) Pecahkan retakan hingga bersih dengan menggunakan pahatan batu
59 5) Bersihkan adukan yang sudah mengeras, ratakan bagian dasar keramik dengan menggunakan kape 6) Letakkan adukan atau spesi dari serpihan dan butiran batu atau kerikil 7) Beri nat di sekeliling ubin dan bersihkan dengan air agar rapi b. Dinding bata merah Kerusakan dinding bata merah yang terjadi di gudung D adalah dinding mengalami rembes air. Air yang merembes ke dinding berasal dari air hujan yang masuk melalui celah-celah atau retakan dinding. Persentase kerusakan dinding bata merah dapat dilihat pada Tabel 5.2. Tabel 5.2 Persentase kerusakan dinding bata merah Volume Volume Persentase Kerusakan satuan awal kerusakan kerusakan Dinding rembes air / selalu basah m 2 5512,17 4,5 0,08 Dinding keretakan mengalami m 2 5512,17 - - TOTAL KERUSAKAN Sumber: Hasil Survey 2017 m 2 5512,17 4,5 0,08 Gambar 5.4 Dinding mengalami rembes di ruang data lantai 4
60 Untuk meminimalisir kerusakan dinding, perlu dilakukan pemeriksaan minimal sebulan sekali. Menurut Permen PU No 24 Tahun 2008, kerusakan dinding akibat rembesan air dapat diperbaiki dengan metode: 1) hilangkan plesteran dinding terlebih dahulu 2) ukur sekitar 15 sampai 30 cm dari sloof dinding yang ada ke arah vertikal. 3) kupas dengan sendok mortar atau alat pahat dsb. spesi yang terdapat di antara batu bata setebal setengah dari ketebalan bata dalam arah horizontal sepanjang satu meter. 4) ganti mortar yang telah dikupas dengan mortar kedap air (campuran 1 pc : 3 pasir). 5) bila telah mengering, lanjutkan ke arah horizontal selanjutnya. 6) bila telah selesai satu sisi dinding, lakukan pada sisi yang lain seperti langkah diatas 7) kemudian plester kembali dinding dengan campuran yang sesuai. 8) Bila dinding basah karena saluran air bocor, maka perbaiki saluran terlebih dahulu c. Cat dinding bangunan Kerusakan cat dinding yang terjadi di gedung D adalah cat dinding menggelembung serta cat dinding berubah warna. Persentase kerusakan cat dinding bangunan dapat dilihat pada Tabel 5.3. Tabel 5.3 Persentase kerusakan cat dinding bangunan Kerusakan Satuan Volume Volume Persentase awal kerusakan kerusakan Cat dinding menggelembung m 2 5512,17 94,05 1,71 Cat dinding berbintik m 2 5512,17-0 % Cat dinding mengalami retak m 2 5512,17-0 % Cat dinding berubah warna m 2 5512,17 240,87 4,37 Cat dinding sukar mengering m 2 5512,17-0 % Terdapat garis-garis kuas pada m 2 5512,17 cat dinding - 0 % Sumber: Hasil Survey 2017
61 Tabel 5.3 Persentase kerusakan cat dinding bangunan (lanjutan) Kerusakan Satuan Volume Volume Persentase awal kerusakan kerusakan Daya tutup cat dinding m 2 5512,17 berkurang - 0 % Lapisan cat menurun m 2 5512,17-0 % Cat dinding kurang mengkilap m 2 5512,17-0 % TOTAL m 2 5512,17 334,92 6,08 Sumber: Hasil Survey 2017 Menurut Permen PU NO 24 Tahun 2008, langkah perbaikan terhadap kerusakan cat dinding menggelembung dan cat dinding berubah warna adalah: 1) Cat dinding menggelembung a) keroklah lapisan cat yang menggelembung dan haluskan permukaanya dengan kertas ampelas. b) beri lapisan cat baru hingga seluruh permukaan tertutup rata. 2) Cat dinding berubah warna a) pilihlah jenis cat lain b) lakukan kembali persiapan permukaan dan lapisi dengan cat dasar tahan alkali. Gambar 5.5 Cat dinding mengalami penggelembungan di ruang perpustakaan lantai 3
62 Gambar 5.6 Cat dinding mengalami perubahan warna d. Komponen jendela dan pintu Kerusakan komponen jendela dan pintu yang ditemui di gedung D yaitu rusaknya kunci, holder pintu, serta kerusakan daun pintu dari kayu. Kerusakan komponen jendela dan pintu ini terjadi di kamar mandi putra dan kamar mandi putri. Persentase kerusakan komponen jendela dan pintu dapat dilihat pada Tabel 5.4 Tabel 5.4 Persentase kerusakan komponen jendela dan pintu Volume Volume Persentase Kerusakan satuan awal kerusakan kerusakan Kunci pintu Holder pintu Daun pintu dari kayu TOTAL KERUSAKAN Sumber: Hasil Survey 2017 buah 116 7 6,03 buah 116 8 6,9 buah 75 6 8 buah 307 21 20,93 Gambar 5.7 Kerusakan kunci dan holder pada pintu kamar mandi
63 Gambar 5.8 Kerusakan pintu kamar mandi putri Untuk menangani masalah kerusakan komponen pintu dan jendela, perlu dilakukan penggantian pada komponen yang rusak dengan komponen yang baru. 2. Komponen Elektrikal Komponen elektrikal di gedung D banyak yang dalam kondisi rusak. Item komponen elektrikal yang rusak meliputi komponen saklar, stop kontak serta lampu penerangan. Salah satu cara mengatasi kerusakan komponen elektrikal adalah dengan mengganti komponen tersebut, agar komponen elektrikal bisa berfungsi seperti semula. Persentase kerusakan komponen elektrikal dapat dilihat di Tabel 5.5. Tabel 5.5 Persentase kerusakan komponen elektrikal Volume Volume Persentase Kerusakan satuan awal kerusakan kerusakan saklar Stop kontak buah 97 1 1,03 buah 156 13 8,33
64 Tabel 5.5 Persentase kerusakan komponen elektrikal (lanjutan) Kerusakan satuan Volume awal Volume kerusakan Persentase kerusakan lampu AC Kipas Angin TOTAL KERUSAKAN Sumber: Hasil Survey 2017 buah 2251 500 22,21 buah 70 0 0 buah 99 0 0 buah 2673 514 31,57 Gambar 5.9 Kerusakan stop kontak di ruang D012 Gambar 5.10 Kerusakan lampu penerangan di lantai dasar 3. Komponen Mekanikal dan Plumbing Komponen mekanikal dan plumbing yang dilakukan pengecekan pada gedung D adalah komponen lift, komponen sistem proteksi kebakaran, dan skomponen sarana jalan keluar. Persentase kerusakan komponen mekanikal dan plumbing dapat dilihat di Tabel 5.6.
65 Tabel 5.6 Persentase kerusakan komponen mekanikal dan plumbing Volume Volume Persentase Kerusakan satuan awal kerusakan kerusakan Sistem vertical (lift) transportasi set 1-0 Sistem proteksi kebakaran set 9 5 55,56 Komponen sarana jalan keluar Total Kerusakan Sumber: Hasil Survey 2017 set 9 5 55,56 26 10 Saat dilakukan pengecekan pada komponen lift, kondisi komponen lift terlihat baik dan tidak terdapat kerusakan. Gambar 5.11 merupakan keadaan mesin dan tali baja lift. Mesin dan tali baja tersebut dalam kondisi baik, hanya perlu penambahan oli sebagai pelumas agar tali baja dan mesin tersebut berfungsi dengan baik. Gambar 5.11 Kondisi mesin lift gedung D Pengecekan komponen sistem proteksi kebakaran juga penting untuk memastikan komponen sistem proteksi kebakaran dalam kondisi baik dan siap digunakan. Namun saat dilakukan pengecekan dari lantai dasar sampai lantai 4, komponen sistem proteksi kebakaran tidak sepenuhnya tersedia. Pada gambar 5.12 terlihat bahwa tempat alat
66 pemadam api ringan (APAR) yang seharusnya terdapat tabung APAR untuk mencegah kebakaran, terlihat kosong. Tabung APAR sangat dibutuhkan untuk langkah awal memadamkan api bila terjadi kebakaran, agar api tidak semakin besar dan merembet. Gambar 5.13 merupakan salah satu contoh jenis tabung APAR yang digunakan untuk memadamkan api saat terjadi kebakaran. Gambar 5.12 Kondisi kotak alat pemadam yang tidak terdapat alat pemadam api ringan (APAR) Gambar 5.13 Contoh alat pemadam api ringan (APAR) (sumber: www.ipnfire.com) Ketika melakukan survey pemeriksaan komponen mekanikal dan plumbing, semua komponen dihitung 1 set untuk memudahkan perhitungan. Hasil survey komponen mekanikal dan plumbing terdapat dalam halaman lampiran. Untuk perhitungan RAB, komponen mekanikal dan plumbing tidak dihitung, dikarenakan data AHS dan HSP untuk perhitungan kerusakan belum tersedia.
67 4. Komponen Struktur Komponen struktur di gedung D yang sering mengalami kerusakan adalah komponen plat lantai. Komponen plat lantai mengalami rembes air sehingga air bisa menetes ke lantai dibawah melalui celah-celah dalam plat lantai. Persentase kerusakan komponen struktur dapat dilihat pada Tabel 5.7. Tabel 5.7 Persentase kerusakan komponen struktur Volume Volume Persentase Kerusakan satuan awal kerusakan kerusakan Plat lantai mengalami rembes air m 2 5285,53 30,61 0,58 Plat lantai perlu dicat ulang TOTAL KERUSAKAN Sumber: Hasil Survey 2017 m 2 5285,53 19,36 0,37 m 2 5285,53 49,97 0,95 Gambar 5.14 Plat lantai mengalami rembes air Untuk perbaikan plat lantai yang mengalami rembes air, maka dilakukan proses grouting untuk menambal retakan. Langkah kerja grouting adalah sebagai berikut:
68 1) bersihkan daerah retakan plat 2) lakukan pengeboran dan pemasangan selang dengan jarak space 200 mm, 3) tambal retakan, terutama area-area sekeliling selang dengan sikaset accelerator, 4) setelah satu hari curing, dilakukan duntikan melalui selang yang terpasang 5) gruting menggunakan bahan sikadur-752 untuk daerah kering, untuk daerah basah menggunakan sika intraplast z. suntukan dilakukan dengan tekanan yang stabil. tekanan maksimum yang diberikan antara 1 3 bar dan ditahan selama 1 menit, 6) setelah selesai dilakukan suntikan, lepas selang injeksi, bersihkan permukaan. Gambar 5.15 Plat lantai yang siap dilakukan proses grouting B. Grafik kerusakan pada gedung D Grafik yang disajikan dalam pembahasan ini adalah grafik dari kerusakan komponen yang memiliki persentase kerusakan tinggi, yaitu kerusakan keramik, kerusakan cat dinding, kerusakan lampu, serta kerusakan plat lantai. 1. Lantai dasar a. Kerusakan keramik Luas utuh keramik = 921,16 m 2 Luas Kerusakan keramik = 15,66 m 2
69 Kerusakan = 2 % Gambar 5.16 Grafik persentase kerusakan keramik lantai dasar b. Kerusakan cat dinding Luas utuh cat dinding = 1073,04 m 2 Luas kerusakan cat dinding = 90,48 m 2 Kerusakan = 8 % Gambar 5.17 Grafik persentase kerusakan cat dinding lantai dasar c. Kerusakan lampu Lampu utuh = 366 buah Lampu rusak = 128 buah Kerusakan = 26 % Gambar 5.18 Grafik persentase kerusakan lampu penerangan lantai dasar gedung D
70 d. Kerusakan plat lantai Luas utuh plat lantai = 921.16 m 2 Luas kerusakan plat = 11,25m 2 Kerusakan = 1,22% Gambar 5.19 Grafik persentase kerusakan plat lantai dasar gedung D 2. Lantai I a. Kerusakan keramik Luas utuh keramik = 820,18 m 2 Luas Kerusakan keramik = 0,54 m 2 Kerusakan = 0,07 % Gambar 5.20 Grafik persentase kerusakan keramik lantai I b. Kerusakan cat dinding Luas utuh cat dinding = 1066 m 2 Luas kerusakan cat dinding = 103,32 m 2 Kerusakan = 9,69 % Gambar 5.21 Grafik persentase kerusakan cat dinding lantai I
71 c. Kerusakan lampu Lampu utuh = 455 buah Lampu rusak = 127 buah Kerusakan = 27,91% Gambar 5.22 Grafik persentase kerusakan lampu penerangan lantai I gedung D d. Kerusakan plat lantai Luas utuh plat lantai = 820,18 m 2 Luas kerusakan plat = 14,52m 2 Kerusakan = 1,77% Gambar 5.23 Grafik persentase kerusakan plat lantai I gedung D 3. Lantai II a. Kerusakan keramik Luas utuh keramik = 1338.62 m 2 Luas Kerusakan keramik = 0 m 2 Kerusakan = 0 % Gambar 5.24 Grafik persentase kerusakan keramik lantai II
72 b. Kerusakan cat dinding Luas utuh cat dinding = 1700.94 m 2 Luas kerusakan cat dinding = 23.7 m 2 Kerusakan = 1.39 % Gambar 5.25 Grafik persentase kerusakan cat dinding lantai II c. Kerusakan lampu Lampu utuh = 524 buah Lampu rusak = 123 buah Kerusakan = 23,47% Gambar 5.26 Grafik persentase kerusakan lampu penerangan lantai II gedung D d. Kerusakan plat lantai Luas utuh plat lantai = 1338,62 m 2 Luas kerusakan plat = 34,32m 2 Kerusakan = 2,56% Gambar 5.27 Grafik persentase kerusakan plat lantai II gedung D
73 4. Lantai III a. Kerusakan keramik Luas utuh keramik = 1390.94 m 2 Luas Kerusakan keramik = 0 m 2 Kerusakan = 0 % Gambar 5.28 Grafik persentase kerusakan keramik lantai III b. Kerusakan cat dinding Luas utuh cat dinding = 628.86 m 2 Luas kerusakan cat dinding = 28 m 2 Kerusakan = 4.45 % Gambar 5.29 Grafik persentase kerusakan cat dinding lantai III c. Kerusakan lampu Lampu utuh = 566 buah Lampu rusak = 34 buah Kerusakan = 6,01% Gambar 5.30 Grafik persentase kerusakan lampu penerangan lantai III gedung D
74 d. Kerusakan plat lantai Luas utuh plat lantai = 1390,94 m 2 Luas kerusakan plat = 14,52m 2 Kerusakan = 1,04% Gambar 5.31 Grafik persentase kerusakan plat lantai III gedung D 5. Lantai IV a. Kerusakan keramik Luas utuh keramik = 814.79 m 2 Luas Kerusakan keramik = 0 m 2 Kerusakan = 0 % Gambar 5.32 Grafik persentase kerusakan keramik lantai IV b. Kerusakan cat dinding Luas utuh cat dinding = 1042.64 m 2 Luas kerusakan cat dinding = 89.42 m 2 Kerusakan = 8.58 % Gambar 5.33 Grafik persentase kerusakan cat dinding lantai IV
75 c. Kerusakan lampu Lampu utuh = 340 buah Lampu rusak = 88 buah Kerusakan = 25,88% Gambar 5.34 Grafik persentase kerusakan lampu penerangan lantai IV gedung D d. Kerusakan plat lantai Luas utuh plat lantai = 814.79 m 2 Luas kerusakan plat = 9.68m 2 Kerusakan = 1,18% Gambar 5.35 Grafik persentase kerusakan plat lantai IV gedung D C. Penyusunan Rencana Anggaran Biaya (RAB) Data-data yang diperlukan dalam penyusunan RAB adalah: 1. Analisa Harga Satuan (AHS) Analisa harga satuan adalah pedoman baku yang digunakan untuk menghitung standar satuan pekerjaan konstruksi yang mencakup jumlah material, tenaga, dan biaya satuan pekerjaan. Dalam analisa harga satuan ini terdapat angka koefisien untuk tenaga kerja dan bahan material. AHS yang digunakan dalam perhitungan RAB pada penelitian ini menggunakan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Nomor 28/PRT/M/2016 tentang Analisis Harga
76 Satuan Pekerjaan Bidang Pekerjaan Umum. Berikut contoh AHS untuk perhitungan RAB perbaikan Gedung D Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Pemasangan 1m 2 lantai keramik ukuran 30x30 cm No Uraian Pekerjaan Koef Sat Harga sat Jumlah (Rp) (Rp) 1 2 3 4 5 6 A Bahan Ubin Keramik 1,050 Doos 44000 46200 Semen Portland 10,00 Kg 3900 39000 Pasir Pasang 0,045 m 2 246100 11074 Semen warna 0,500 kg 12000 6000 Jumlah harga bahan 102274 B Tenaga Pekerja 0,700 OH 56200 39340 Tukang Batu 0,350 OH 67500 23625 Kepala Tukang 0,035 OH 70000 2450 Mandor 0,035 OH 72500 2537 Jumlah harga tenaga 67952 C Peralatan Jumlah harga peralatan D Jumlah ( A + B + C ) 170227 E Overhead and profit 15 % x D (maksimum) F Harga satuan pekerjaan ( D + E ) 170.227 2. Harga satuan upah pekerja dan bahan konstruksi Harga satuan upah pekerja merupakan besarnya upah yang diterima bagi pekerja konstruksi. Besarnya upah bergantung pada dari lokasi proyek, standar upah minimum regional/provinsi di maasing-masing daerah. Harga satuan bahan konstruksi berisisi jenis material dan harga material yang digunakan dalam proyek. Daftar harga satuan bahan ini digunakan untuk perhitungan rencana anggaran biaya agar perhitungan yang dilakukan menjadi akurat dan realistis.
77 Dalam perhitungan RAB penelitian ini menggunakan harga satuan upah dari Peraturan Bupati Bantul Nomor 94 Tahun 2016 tentang standardisasi harga barang dan jasa. 3. Volume pekerjaan Volume pekerjaan merupakan banyaknya item pekerjaan atau banyaknya bahan pekerjaan dengan satuan berbeda-beda setiap item pekerjaan. Satuan pada volume pekerjaan yang sering digunakan adalah satuan panjang (m), luas (m 2 ), buah (bh), isi (m 3 ) dan lumpsum (ls). Dalam menghitung volume pekerjaan, dilakukan penguraian besaran volume setiap item pekerjaan sesuai dengan gambar rencana. 4. Rekapitulasi RAB (Rencana Anggaran Biaya) Rekapitulasi harga bangunan merupakan bagoan dari hasil perhitungan RAB yang berfungsi untuk merekap hasil perhitungan analisa harga satuan sehingga mudah dibaca dan dipahami. D. Hasil Perhitungan Rencana Anggaran Biaya Langkah terakhir adalah menghitung rencana anggaran biaya perbaikan gedung D dengan data AHS dan HSP yang telah tersedia. Untuk perbaikan komponen arsitektur dan struktur membutuhkan dana sebesar Rp 41.597.667, sedangkan untuk perbaikan komponen elektrikal membutuhkan dana sebesar Rp 7.520.000. Total dana untuk pekerjaan perbaikan gedung D adalah Rp 49.117.667.