BAB I PENDAHULUAN. Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. SDM yang baik atau SDA yang menguntungkan. Banyak sekali sektor pariwisata

BAB 1 PENDAHULUAN. disebut wisata MICE (Meeting, Incentive, Conference/Convention, Exhibition). MICE

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BINTANG EMPAT

BAB I PENDAHULUAN. Pengaruh Keputusan Program Personal Selling Meeting Package Terhadap Keputusan Pembelian Di Aston Braga Hotel & Residence

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sektor yang mampu menunjang kemajuan

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan devisa Negara di Indonesia disamping minyak dan gas bumi,

BAB 1 PENDAHULUAN. pengusahaan objek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha lain yang terkait. Wisata itu sendiri

BAB 1 PENDAHULUAN. Dewan Perjalanan dan Wisata Dunia (World Travel and Tourism Council) angka

BAB I PENDAHULUAN. ingin dicapai. Untuk meningkatkan kemajuan pembangunan dibidang ekonomi,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Berdasarkan kajian World Economic Forum (WEF) lewat laporan

BAB 1 PENDAHULUAN. di berbagai aktivitas bisnis. Munculnya berbagai jenis operasi memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu ukuran atau indikasi kemajuan suatu masyarakat adalah tersedianya fasilitas

BAB I PENDAHULUAN. ini dengan mendatangi event tourism fair. Melalui acara tersebut para wisatawan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kepariwisataan telah berkembang menjadi industri besar yang memiki

B A B I PENDAHULUAN. Kota Solo memiliki banyak keunikan salah satunya dikenal sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata sebagai suatu jenis usaha yang memiliki nilai ekonomi, maka

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi terlebih bagi negara berkembang. High quality berarti kualitas

BAB I PENDAHULUAN. bisnis, perdagangan, pendidikan, dan industri di bagian timur pulau Jawa.

BAB I PENDAHULUAN. Exhibition) atau Wisata Konvensi, merupakan bagian dari industri pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Jumlah tujuan pariwisata dan hotel di berbagai daerah semakin bertambah

BAB I PENDAHULUAN. perkembangannya semakin meningkat. Pengembangan ini terus dilakukan karena

BAB I PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang pada umumnya sangat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bidang ekonomi yang semakin membuka peluang pengusaha asing untuk turut

BAB I PENDAHULUAN. internet kita bisa melakukan bisnis secara online, mencari berbagai informasi

BAB I PENDAHULUAN. yang secara bersama menghasilkan barang-barang dan jasa (goods and service)

Bab I PENDAHULUAN. untuk menyediakan jasa penginapan, makanan dan minuman serta jasa. pengunjung lainnya bagi umum yang dikelola secara komersial.

BAB I PENDAHULUAN. penunjang tersebut memiliki fungsi dan tujuan masing-masing, sehingga

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia menjadi salah satu fenomena yang menarik untuk dibahas. Persaingan

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. semakin ketat menuju kearah penguasaan pasar secara luas, Baik itu perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan pengaruh yang cukup besar terhadap pembangunan ekonomi Indonesia.

BAB I Pendahuluan I - 1 BAB I PENDAHULUAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Sektor pariwisata merupakan usaha yang paling menguntungkan dalam

PEMERINTAH KOTA TANGERANG

BAB I PENDAHULUAN. pasar, produsen semakin lebih kreatif terhadap jasa dan produk yang ditawarkan

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini tidak dapat dipungkiri lagi jika dunia pariwisata Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu bisnis yang tumbuh sangat cepat, dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. banyak. Situasi yang sama juga tampak di kota kota besar seperti kota Medan. Hotel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB V PENUTUP. yang mempengaruhi intensitas persaingan pada industri perhotelan kelas

BAB I. mendorong tumbuhnya berbagai industri sebagai upaya dalam memenuhi. Persaingan dalam dunia industri sebagai dampak dari beragamnya

CONVENTION HOTEL DI BANDUNG Dengan Penekanan Desain Arsitektur Simbiosis Kisho Kurokawa

BAB I PENGANTAR. menjadi sub sektor andalan bagi perekonomian nasional dan daerah. Saat ini

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Medan Convention and Exhibition Center 1 BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. C I T Y H O T E L B I N T A N G 3 D I S E M A R A N G I m a n t a k a M u n c a r

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan persaingan bisnis di Indonesia merupakan salah satu fenomena

BAB I PENDAHULUAN. Dunia pariwisata dewasa ini merupakan industri yang paling kompleks

BAB I PENDAHULUAN. konvensi diselenggarakan melalui kegiatan-kegiatan pertemuan asosiasi,

BAB I PENDAHULUAN. menarik untuk kita simak, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

BAB I PENDAHULUAN. perusahaan yang beroperasi di Indonesia, di satu sisi era globalisasi memperluas

BAB 1 PENDAHULUAN. hanya untuk bersenang - senang, memenuhi rasa ingin tahu, menghabiskan waktu senggang

BAB I PENDAHULUAN. A.Latar Belakang Penelitian. Dengan bertambahnya hotel baru di Jakarta menjadikan persaingan bisnis

BAB I PENDAHULUAN. pendukung utama yang menunjang dalam bisnis di bidang pariwisata. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Industri di sektor pariwisata mempunyai potensi yang cukup besar bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata merupakan salah satu sumber devisa negara yang saat ini

BAB I: PENDAHULUAN Latar Belakang Latar Belakang Proyek.

BAB I PENDAHULUAN. sementara, tidak bekerja yang sifatnya menghasilkan upah, dilakukan perorangan

BAB I PENDAHULUAN CITY HOTEL DI MEDAN

BAB 1 PENDAHULUAN. tinggal, seperti ruang tidur, ruang makan, dan kamar mandi. Karena bersifat

BAB I PENDAHULUAN. yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus (Sulastiyono, 2011:5). Mengacu kepada

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN. kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi global. Dari tahun ke tahun, jumlah. kegiatan wisata semakin mengalami peningkatan.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

I. PENDAHULUAN. Sektor pariwisata memegang peranan penting dalam menunjang pembangunan

BAB I PENDAHULUAN. mengalami perkembangan yang cukup pesat, sehingga timbul banyak persaingan

BAB I PENDAHULUAN. Di era globalisasi seperti sekarang ini, dunia pariwisata merupakan salah satu asset

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini bagi negara-negara di dunia termasuk Indonesia, industri

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih ketat antara sesama pengelola jasa akomodasi yang ada di Kota Gorontalo

Tahun 2012 Wisatawan Nusantara Wisatawan Mancanegara. Tahun 2009

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Perkembangan industri yang ada sekarang ini baik yang bergerak di

BAB I PENDAHULUAN. memadai bagi para wisatawan. Pertumbuhan pembangunan Hotel hotel baru di. fasilitas bisnis yang ditawarkan oleh hotel.

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan nasional. Hal ini dikarenakan pariwisata merupakan salah satu

BAB I PENDAHULUAN. agar sebuah perusahaan tersebut mampu bersaing di era globalisasi. Ardana, dkk

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat menarik, terlebih dengan adanya globalisasi dalam bidang ekonomi yang

PENERAPAN STRATEGI PROMOSI PT MEDIATAMA BINAKREASI PADA EVENT INACRAFT 2014

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kedudukan sektor pariwisata di dunia perekonomian Indonesia semakin

BAB I PENDAHULUAN. berbagai belahan dunia, salah satunya yaitu pariwisata di Indonesia. Pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. spontan dalam rangka memenuhi kebutuhan dan keinginan tertentu. Gejala-gejala

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi komunikasi dan

KOMUNIKASI PEMASARAN DAN KEPUTUSAN PELANGGAN MENGINAP

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta semakin banyak dan berkembang pesat guna menunjang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012).

BAB 1 PENDAHULUAN. awal abad 21 dan digunakan sebagai ukuran yang reliabel terhadap pertumbuhan

1 C I T Y H O T E L D I H A R B O U R B A Y B A T A M F e r i t W i b o w o BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada saat ini industri pariwisata Indonesia mengalami perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. juga berlangsung pesat. Hal ini ditunjukan dengan meningkatnya persentase

BAB I PENDAHULUAN. Pariwisata dimasa ini telah menjadi sorotan di seluruh penjuru dunia.

CITY HOTEL DENGAN FASILITAS MICE di SEMARANG BAB I PENDAHULUAN

Perancangan Convention and Exhibition di Malang

II. TINJAUAN PUSTAKA Pemasaran

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menggantukan pendapatan dari sektor perdagangan dan jasa, terutama di bidang

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN Kegiatan kepariwisataan yang saat ini dianggap sangat potensial adalah Usaha Jasa Pertemuan, Insentif, Konferensi dan Pameran (Meeting, Incentive, Convention, and Exhibition) atau yang biasa dikenal dengan wisata konvensi (MICE), merupakan salah satu bagian dari usaha pariwisata yang saat ini telah mengalami perkembangan yang pesat. Sebenarnya hal ini terjadi karena adanya perkembangan pertemuan-pertemuan yang membahas masalah bersama, misalnya rapat, seminar, lokakarya, dan konferensi atau konvensi baik berskala nasional maupun internasional. Fenomena yang terjadi pada saat ini adalah tingginya permintaan konsumen menggunakan ruang meeting hotel untuk mengadakan acara baik dari pihak pemerintahan maupun perusahaan. Umumnya, kegiatan-kegiatan tersebut dilakukan oleh institusi pemerintah, perusahaan, asosiasi, contohnya rakerda, rakernas, dan konferensi-konferensi internasioanl. Menurut Pendit (2007:4) MICE merupakan usaha dengan memberi jasa pelayanan bagi suatu pertemuan sekelompok orang (negarawan, usahawan, cendikiawan dan sebagainya) untuk membahas masalah-masalah yang berkaitan dengan kepentingan bersama. Pada umumnya event konvensi berkaitan dengan usaha pariwisata lain, seperti transportasi, akomodasi, hiburan, perjalanan pra- dan pasca- konferensi. Dari

2 pernyataan tersebut dapat kita simpulkan bahwa salah satu penunjang kegiatan MICE yang terjadi saat ini adalah adanya sarana akomodasi yaitu hotel. Pada era globalisasi seperti saat ini setiap bentuk organisasi pariwisata termasuk hotel, dituntut untuk meningkatkan produktivitas dan kreativitas dikarenakan persaingan yang sangat ketat. Supaya dapat bersaing dengan baik diantara hotel- hotel yang semakin banyak jumlahnya, maka suatu hotel harus dapat meningkatkan mutu yang baik untuk mendapatkan laba yang maksimal. Setiap hotel pada dasarnya agar terlihat mampu bersaing dengan hotel yang lain apabila dia mampu bersaing dalam menarik wisatawan agar tertarik untuk datang dan menginap dihotel tersebut dalam waktu lama karena mereka merasa nyaman berada dihotel tersebut. Pengertian hotel sendiri menurut Bagyono (2007:63) dalam bukunya yang berjudul Pariwisata dan Perhotelan bahwa Hotel adalah jenis akomodasi yang dikelola secara komersial dan profesional, disediakan bagi setiap orang untuk mendapatkan pelayanan penginapan, makan dan minum serta pelayanan lainnya. Fenomena yang terjadi saat ini bahwa salah satu bentuk MICE yang paling banyak dilakukan adalah adanya kegiatan pertemuan (meeting) yang dilakukan di Hotel. Meeting merupakan kegiatan yang tetap ramai berlangsung baik musim ramai atau musim sepi, sehingga kegiatan pertemuan (meeting) menjadi bisnis yang besar bagi suatu perusahaan khususnya hotel yang mempunyai fasilitas produk meeting package.

3 Masing masing hotel berupaya untuk mempertahankan eksistensinya melalui berbagai keunggulan yang dimiliki agar dapat terus bertahan di tengah persaingan. Persaingan dapat terjadi dari segi harga, fasilitas serta paket-paket yang ditawarkan oleh hotel itu sendiri. Untuk itu setiap hotel bintang empat akan berusaha melengkapi fasilitasfaslitas yang dimiliki, di duga salah satu fasilitas penunjangnya yaitu dengan adanya fasilitas MICE yang salah satunya berfokus pada fasilitas produk meeting package yang dapat menunjang aktivitas perusahaan. Hal tersebut merupakan salah satu starategi dalam menarik konsumen ataupun instansi perusahaan melakukan kegiatan di hotel tersebut. Dengan semakin bertambahnya jumlah hotel di Kota Bandung dimulai dari hotel bintang tiga hingga bintang lima membuat persaingan bisnis penginapan kamar menjadi ketat. TABEL 1.1 OCCUPANCY HOTEL COMPARISON REPORT BINTANG 4 DI KOTA BANDUNG TAHUN 2009-2011 Nama Hotel Sumber : Novotel Bandung 2011 Tahun 2009 2010 2011 Grand Aquila 55,19% 48,97% 50,02% Aston Braga 69,24% 79,37% 77,55% Aston Tropicana 84,65% 80,55% 78,73% Golden Flower 60,60% 70,09% 74,12% Mason Pine 54,07% 54,13% 48,49% Novotel 79,19% 80,26% 83,03% Savoy Homan 74,51% 67,30% 72,52%

4 Berdasarkan hasil dari Tabel 1.1 terlihat bahwa tingkat occupancy hotel dapat berubah-ubah setiap tahunnya baik itu mengalami kenaikan ataupun penurunan. Hal tersebut disesuaikan dengan tingkat kinerja dari masing-masing perusahaan. Sesuai dengan tabel di atas dapat terlihat bahwa hotel yang mengalami perubahan cukup signifikan adalah Novotel Bandung. Dari hasil pra penelitian terhadap tingkat occupancy hotel yang disajikan pada tabel 1.1 menunjukan bahwa tiap tahun terjadi perubahan di setiap hotel yang cenderung meningkat, diduga akibat dari tamu yang menginap berasal dari tamu group yang sedang melakukan kegiatan meeting. Setiap hotel tersebut memiliki fasilitas meeting sehingga banyak digunakan oleh tamu sebagai pilihan untuk melakukan kegiatan pertemuan. Dilihat dari segi kualitas jasa dan fasilitas yang ada, Novotel Bandung sudah memiliki image (citra ) yang cukup baik di mata masyarakat, namun di tengah persaingan seperti sekarang ini perlu diadakan pemanfaatan produk lain selain hanya penjualan kamar saja agar dapat terus bertahan. Seperti yang sedang dilaksanakan oleh Novotel Bandung sejak awal pendirian hotel pada akhir Tahun 2006 yaitu mempunyai konsep bussines and leisure hotel yang di dalamnya terdapat fasilitas MICE (Meeting, Incentive, Convention, and Exibition) salah satunya berfokus kepada meeting package. Karena pada umumnya meeting diadakan di City Hotel, dapat dikatakan bahwa Hotel merupakan penunjang akomodasi bagi kegiatan meeting. Meeting at Novotel merupakan salah satu produk andalan Novotel Bandung dalam mempertahankan eksistensinya di industri perhotelan. Berdasarkan hasil pra-penelitian di lapangan keputusan

5 pembelian Meeting Package rata-rata terletak pada keputusan individu yang dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti yang dikemukakan oleh Kotler dan Keller (2008:240) terdiri dari pemilihan berdasarkan produk atau jasa, merk, saluran distribusi, waktu, jumlah atraksi yang dapat dinikmati, dan metode pembayaran. Diduga dari ke 6 aspek diatas diharapkan terdapat beberapa indikator yang dapat dijadikan analisis sebagai faktor-faktor peluang apa saja yang perlu di tingkatkan untuk dapat memberikan pelayanan dan fasilitas yang lebih baik dalam memenuhi berbagai keinginan dan kebutuhan tamu yang pada akhirnya akan membantu konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian meeting package di Novotel Bandung. Perkembangan kegiatan pertemuan (meeting) yang cukup pesat ini, perlu diimbangi dengan sarana dan fasilitas yang memadai pula. Hotel di Bandung pada saat ini tidak hanya sebagai tempat untuk menyediakan jasa akomodasi penginapan saja, namun pada saat ini fungsi hotel pun banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan atau instansi pemerintah sebagai jasa untuk menunjang segala aktivitas bisnisnya seperti mengadakan rapat, coorporate gathering, dan menyediakan fasilitas untuk wisata konvensi, yaitu beberapa ruang ruang pertemuan dan peralatan yang diperlukan, dengan kapasitas yang bervariasi. Pertemuan (meeting) pada dasarnya memiliki sifat yang multidimensional sehingga penyelenggaranya memerlukan penanganan yang ekstra hati hati, apalagi bagi pihak hotel sebagai penyedia sarana akomodasi tempat penyelenggara meeting.

6 Tingkat kebutuhan konsumen atas jasa dan penyediaan sarana meeting, seminar dan lainnya pada saat ini semakin meningkat yang diindikasikan dengan jumlah dari penyelenggaraan acara meeting yang semakin meningkat, baik acaraacara atau event yang diadakan di hotel maupun di tempat yang khusus hanya menyediakan fasilitas dan pelayanan meeting atau acara lain yang sejenis. Kegiatan meeting ini termasuk ke dalam bagian dari kegiatan konvensi yang merupakan bagian dari kegiatan pariwisata yang saat ini merupakan kegiatan yang banyak diminati oleh para pelaku bisnis. Novotel Bandung merupakan hotel bintang empat yang memposisikan hotelnya sebagai business hotel dengan ballroom berkapasitas cukup besar, sehingga dapat menyelenggarakan kegiatan meeting dalam skala yang cukup besar pula. Novotel Bandung sebagai business hotel memiliki keunggulan dan kelebihan dibandingkan pesaingnya diantaranya yaitu lokasi Novotel Bandung cukup strategis. Meeting Packages Novotel Bandung merupakan produk Novotel Bandung yang diunggulkan sebagai salah satu inovasi perusahaan untuk meningkatkan occupancy dan volume penjualan tingkat hunian kamar melalui keputusan pembelian dari tamu. Berdasarkan atas hasil pemaparan dan pra-penelitian sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa pengambilan keputusan dalam melakukan pembelian meeting package rata-rata terletak pada tingginya keputusan perorangan atau individu. Persentase perbandingan sekitar 40 % berasal dari keputusan perusahaan atau organisasi dan sekitar 60 % berasal dari keputusan individu atau perorangan. Produk meeting package sebagaimana diketahui adalah

7 salah satu bagian dari kegiatan MICE yang semakin lama semakin banyak digunakan konsumen. Dengan semakin banyaknya produk meeting package yang ditawarkan oleh setiap hotel berarti memberikan keleluasaan bagi konsumen untuk memilih produk meeting package yang sesuai dengan keinginannya. Oleh karena itu perlu bagi Novotel Bandung untuk menganalisis profil konsumen agar dapat mengetahui indikator keputusan pembeliannya. Untuk mengetahui seberapa efektif kegiatan-kegiatan tersebut, maka dilakukan penelitian dengan harapan peningkatan program meeting packages Novotel Bandung dapat di analisis berdasarkan faktor keputusan pembelian sesuai dengan keinginan dan kebutuhan pihak konsumen dalam melakukan pembelian meting package. Penulis tertarik untuk melakukan penelitian dalam penulisan skrispsi dengan judul: ANALISIS KEPUTUSAN PEMBELIAN MEETING PACKAGE DI NOVOTE L BANDUNG B. IDENTIFIKASI MASALAH Berdasarkan hasil dari pemaparan latar belakang masalah, penulis mengidentifikasi beberapa permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana keputusan pembelian Meeting Package di Novotel Bandung? 2. Bagaimana tingkat kesesuaian antara kepentingan konsumen dan kinerja perusahaan pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian Meeting Package di Novotel Bandung?

8 C. TUJUAN PENELITIAN Adapun tujuan penelitian yang dilakukan di Novotel Bandung berdasarkan rumusan masalah di atas adalah sebagai berikut: 1. Menganalisis keputusan pembelian Meeting Package di Novotel Bandung. 2. Menganalisis sampai sejauh mana tingkat kesesuaian antara kepentingan konsumen dan kinerja perusahaan pada faktor-faktor yang mempengaruhi konsumen dalam melakukan keputusan pembelian meeting package di Novotel Bandung. D. FOKUS PENELITIAN Batasan masalah dalam penelitian kualitatif disebut dengan fokus, yang berisi pokok masalah yang masih bersifat umum (Sugiyono, 2011:207). Maka untuk menjadikan penelitian ini lebih terfokus pada hal hal yang terkait langsung maupun tidak langsung dalam penelitian ini dan agar tidak terjadi kesalahpahaman dalam pengertian judul, maka fokus pada penelitian ini dibatasi hanya pada faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan tamu dalam melakukan pembelian Meeting Package di Novotel Bandung. E. KEGUNAAN PENELITIAN Harapan peneliti dalam kaitannya melakukan penelitian ini adalah dapat memberikan manfaat yaitu: 1. Kegunaan teoritis, yaitu sebagai salah satu sumbangan dalam ilmu pengetahuan sehingga menambah wawasan khususnya pada pengembangan

9 produk di bidang paket pertemuan (meeting package) terhadap keputusan pembelian yang terdapat di dalam Hotel. 2. Kegunaan praktis yaitu sebagai berikut: a. Bagi peneliti, penelitian ini berfungsi untuk memperdalam pengetahuan dan pengalaman agar dapat mengaplikasikan teori yang dimiliki untuk mencoba menganalisis fakta tentang keputusan pembelian meeting package di Novotel Bandung, sehingga dapat ditarik kesimpulan yang dapat dipertanggungjawabkan. b. Bagi pihak hotel, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan saran dan masukan kepada Novotel Bandung dalam mempertahankan dan meningkatan keputusan pembelian melalui eksistensi program paket pertemuan (meeting package). F. DEFINISI ISTILAH Definisi istilah variabel merupakan suatu definisi yang diberikan kepada suatu variabel dengan memberi arti atau menspesifikkan kegiatan atau membenarkan suatu operasional yang diperlukan untuk mengukur variabel tersebut (Sugiyono, 2011). Adapun untuk menghindari perbedaan persepsi maka peneliti memberikan beberapa definisi istilah sebagai berikut: 1. Analisis menurut Komaruddin (2001:53) yang dikutip dalam situs http://dspace.widyatama.ac.id menjelaskan bahwa analisis adalah kegiatan berfikir untuk menguraikan suatu keseluruhan menjadi komponen sehingga

10 dapat mengenal tanda-tanda komponen, hubungan satu sama lain dan fungsi masing-masing dalam satu keseluruhan yang terpadu. 2. Keputusan pembelian dikemukakan Kotler (1997 : 10) yang dikutip dari situs http://fwardoyo.staff.gunadarma.ac.id menerangkan bahwa keputusan konsumen dalam pembelian selain dipengaruhi oleh karakteristik konsumen, dapat dipengaruhi oleh rangsangan perusahaan yang mencakup produk, harga, tempat dan promosi. Variabel-variabel diatas saling mempengaruhi proses keputusan pembelian sehingga menghasilkan keputusan pembelian yang didasarkan pada pilihan produk, pilihan merek, pilihan penyalur, waktu pembelian, jumlah pembelian. 3. Hotel, menurut Hotel Proprietors Act, 1956, adalah suatu perusahaan yang dikelola oleh pemiliknya dengan menyediakan pelayanan makanan, minuman dan fasilitas kamar untuk tidur orang orang yang sedang melakukan perjalanan dan mampu membayar dengan jumlah yang wajar sesuai dengan pelayanan yang diterima tanpa adanya perjanjian khusus. Sedangkan pengertian hotel menurut yang dimuat oleh Grolier Electronic Publishing Inc. (1995), menyebutkan bahwa hotel adalah usaha komersial yang menyediakan tempat menginap, makanan, dan pelayanan - pelayanan lain untuk umum. 4. Meeting adalah suatu pertemuan atau persidangan yang diselenggarakan oleh sekelompok orang yang tergabung dalam asosiasi, perkumpulan, profesionalisme, peningkatan SDM (Sumber Daya Manusia), menggalang kerja sama anggota dan pengurus, menyebarluaskan informasi atau isu terbaru, publikasi, hubungan masyarakat, dan lain sebagainya.

11 5. Packaging adalah mencakup semua kegiatan merancang dan memproduksi wadah atau bungkus suatu produk, biasa diebut dengan pengemasan (Philip Kotler, 2002:476). 6. Keputusan pembelian adalah Pola perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti faktor personal (usia dan tahapan hidup, kedudukan/jabatan, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri), faktor psikologis (motivasi, persepsi, pembelajaran, keyakinan dan sikap). Kedua faktor di atas akan menentukan perilaku individu-individu di dalam mengambil keputusan pembelian. Dikutip dari http://vmardiw.files. wordpress.com/2006/12/ marketing.pdf