BAB I PENDAHULUAN. hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh

dokumen-dokumen yang mirip
RINGKASAN Bagi umat Islam yang mentaati dan melaksanakan ketentuan pembagian warisan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah swt.

BAB I PENDAHULUAN. menghilangkan nikah yang mengandung banyak kemashlahatan yang. dianjurkan, maka perceraian hukumnya makruh. 1

BAB IV ANALISIS TERHADAP GUGATAN TIDAK DITERIMA DALAM PERKARA WARIS YANG TERJADI DI PENGADILAN AGAMA GRESIK. (Putusan Nomor : /Pdt.G/ /Pa.

BAB IV. Putusan Pengadilan Agama Malang No.0758/Pdt.G/2013 Tentang Perkara. HIR, Rbg, dan KUH Perdata atau BW. Pasal 54 Undang-undang Nomor 7

BAB IV ANALISIS PUTUSAN SENGKETA WARIS SETELAH BERLAKUNYA PASAL 49 HURUF B UU NO. 3 TAHUN 2006 TENTANG PERADILAN AGAMA

BAB IV. ANALISIS HUKUM ACARA PERADILAN AGAMA TERHADAP PENETAPAN PENGADILAN AGAMA BUKITTINGGI NOMOR:83/Pdt.P/2012/PA.Bkt

Aplikasi Perhitungan Mawaris Untuk Kasus Standar Dan Kasus Al-Gharawain Berbasis Desktop Menggunakan C++ Qt

BAB I PENDAHULUAN. bermasyarakat, yang diwujudkan dalam bentuk hubungan hukum yang mengandung hak-hak dan

Oleh RIAN PRIMA AKHDIAWAN

BAB IV. ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN MAJELIS HAKIM MENOLAK PERMOHONAN IWA<D} PERKARA KHULU DALAM GUGATAN REKONVENSI (No. 1274/Pdt.G/2010/PA.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Menurut Pasal 1 Undang-undang No. 1 Tahun 1974 tentang

BAB I PENDAHULUAN. Agama yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW merupakan agama

P E N E T A P A N Nomor : 0015/Pdt.P/2010/PA.Bn. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

HUKUM WARIS ISLAM DAN PERMASALAHANNYA

PENETAPAN. Nomor: 33/Pdt.P/2013/PA.Pas. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan kewajiban orang lain untuk mengurus jenazahnya dan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sunnatullah yang umumnya berlaku pada semua mahkluk-nya. Hal ini merupakan

BAB I PENDAHULUAN. martabat, dan hak-haknya sebagai manusia. faktor-faktor lainnya. Banyak pasangan suami isteri yang belum dikaruniai

BAB IV DASAR PERTIMBANGAN MAHKAMAH AGUNG TERHADAP PUTUSAN WARIS BEDA AGAMA DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB IV. PERTIMBANGAN HAKIM DALAM PUTUSAN NOMOR 732/Pdt.G/2008/PA.Mks DALAM PERSPEKTIF HUKUM ISLAM

BAB I PENDAHULUAN. setiap manusia akan mengalami peristiwa hukum yang dinamakan kematian.

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak mampu. Walaupun telah jelas janji-janji Allah swt bagi mereka yang

BAB I PENDAHULUAN. salah satunya hukum waris yang terdapat di Indonesia ini masih bersifat

BAB I PENDAHULUAN. kepemilikan, yaitu perpindahan harta benda dan hak-hak material dari pihak yang

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pengadilan. Karena dalam hal ini nilai kebersamaan dan kekeluargaan

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG NO. 1934/Pdt.G/2012/PA.Mlg.

BAB IV ANALISIS TERHADAP STATUS NASAB DAN KEWAJIBAN NAFKAH ANAK YANG DI LI AN AYAHNNYA MENURUT HUKUM ISLAM DAN HUKUM PERDATA INDONESIA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PUTUSAN PENGADILAN AGAMA MALANG NOMOR: 786/PDT.G/2010/PA.MLG PERIHAL KUMULASI PERMOHONAN IZIN POLIGAMI DAN IS BAT NIKAH

melakukan pernikahan tetap dikatakan anak. 1

BAB IV WASIAT KEPADA NON MUSLIM PERSPEKTIF HUKUM POSITIF. dan ditegakkan oleh atau melalui pemerintah atau pengadilan dalam negara

HUKUM ACARA PENGADILAN HUBUNGAN INDUSTRIAL

BAB I PENDAHULUAN. Dalam pasal 1917 BW dijelaskan bahwa pada dasarnya suatu putusan itu

PUTUSAN Nomor: 284/Pdt.G/2011/PA.Pkc. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA M E L A W A N

BAB IV ANALISIS PUTUSAN HAKIM PENGADILAN AGAMA BANJARMASIN TENTANG HARTA BERSAMA. A. Gambaran Sengketa Harta Bersama pada Tahun 2008 di PA Banjarmasin

BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap kematian erat kaitannya dengan harta peninggalan. Setiap

1 Abdul Manan, Penerapan, h R.Soesilo, RIB/HIR Dengan Penjelasan, (Bogor: Politea, 1995). h. 110.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. perkara perdata islam tertentu, bagi orang-orang islam di Indonesia.

BAB IV PENUTUP. 1. Pertimbangan Majelis Hakim Pengadilan Agama Kabupaten Malang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan yang paling mulia. Manusia

Wawancara dengan Hakim Pengadilan Agama Jakarta Selatan. (Dra. Muhayah, SH) : Apakah pewarisan terhadap anak angkat berdasarkan penetapan

BAB V PEMBAHASAN. penelitian, maka dalam bab ini akan membahas satu persatu fokus penelitian yang

BAB I PENDAHULUAN. Perolehan dan peralihan hak atas tanah dapat terjadi antara lain melalui: jual

Nomor : 03/Pdt.P/2012/PA.Dgl BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV ANALISIS TERHADAP PENETAPAN PENGAADILAN AGAMA TUBAN NOMOR 0182/PDT.P/2012/PA.TBN TENTANG PENOLAKAN PERMOHONAN PENGANGKATAN ANAK

SALINAN PENETAPAN Nomor: 06/Pdt.P/2011/PA.Pkc.

P E N E T A P A N Nomor : 0018/Pdt.P/2011/PA. Skh.

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. kepada Pengadilan Agama Malang yang Penggugat dan Tergugat sama-sama

BAB IV ANALISIS YURIDIS TERHADAP PENOLAKAN MAJELIS HAKIM ATAS PENCABUTAN AKTA KESEPAKATAN DI BAWAH TANGAN YANG DIBUAT

BAB I PENDAHULUAN. Allah menjadikan makhluk-nya berpasang-pasangan, menjadikan manusia

P E N E T A P A N. Nomor XX/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

SALINAN P E N E T A P A N Nomor: 0049/Pdt.P/2012/PA.Pas

P E N E T A P A N. Nomor 0154/Pdt.P/2013/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor 7/Pdt.P/2017/PA.Kras. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA. penetapan dalam perkara pengesahan nikah yang diajukan oleh:

PENETAPAN Nomor 0082/Pdt.P/2015/PA.Pas.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP HAK WARIS ANAK PADA PERKAWINAN SIRRI ABSTRAK

BAB IV ANALISIS PENYELESAIAN PEMBAGIAN KEWARISAN TERHADAP PERKARA YANG DICABUT DI PENGADILAN AGAMA KELAS IA PADANG

BAB IV ANALISIS TENTANG STATUS PERWALIAN ANAK AKIBAT PEMBATALAN NIKAH

BAB I PENDAHULUAN. alamiah. Anak merupakan titipan dari Tuhan Yang Maha Kuasa. Perkataan

PENETAPAN BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. seluruh alam, dimana didalamnya telah di tetapkan ajaran-ajaran yang sesuai

P E N E T A P A N Nomor 0220/Pdt.P/2015/PA.Sit BISMILLAHIRROHMANIRROHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

P U T U S A N Nomor xxx/pdt.g/2011/pa.prg.

WASIAT WAJIBAH DAN PENERAPANNYA (Analisis Pasal 209 Kompilasi Hukum Islam)

BAB IV ANALISIS YURIDIS TENTANG PUTUSAN HAKIM NOMOR. 0138/Pdt.G/2013/PA.Mlg TENTANG PENOLAKAN HAK ASUH ANAK OLEH SUAMI YANG DICERAI GUGAT

BAB I PENDAHULUAN. Mempunyai anak adalah kebanggaan hidup dalam keluarga supaya kehidupan

P U T U S A N. Nomor XXX/Pdt.G/2013/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Sejarah Penyusunan Buku II Tentang Kewarisan Dalam Kompilasi

BAB IV PENYAJIAN DATA DAN ANALISIS DATA NIP : Pendidikan Terakhir : S1 STAIN Palangkaraya

BAB I PENDAHULUAN Tentang Peradilan Agama Jo Undang-Undang nomor 3 tahun 2006 tentang

P E N E T A P A N. Nomor : 01/ Pdt.P/2012/PA.Pts. DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

HAKIM SALAH MEMBAGI BEBAN BUKTI GAGAL MENDAPATKAN KEADILAN ( H. Sarwohadi, S.H.,M.H., Hakim Tinggi PTA Mataram )

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM

BAB I PENDAHULUAN. Aristoteles, seorang filsuf yunani yang terkemuka pernah berkata bahwa

BAB IV ANALISIS. A. Tinjauan Yuridis terhadap Formulasi Putusan Perkara Verzet atas Putusan

BAB IV. A. Analisis hukum formil terhadap putusan perkara no. sebagai tempat untuk mencari keadilan bagi masyarakat pencari keadilan.

P U T U S A N Nomor 0000/Pdt.G/2016/PTA.Btn DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

HAK ANAK TIRI TERHADAP WARIS DAN HIBAH ORANG TUA DITINJAU DARI HUKUM WARIS ISLAM

ALAT BUKTI DALAM PERKARA PERDATA. OLEH : Dr. H. Gunarto,SH,SE,Akt,M.Hum

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM PENGADILAN AGAMA MALANG DALAM MENETAPKAN GUGATAN REKONVENSI MENGENAI HARTA GONO GINI DAN HADHANAH

P E N E T A P A N Nomor: 0066/Pdt.P/2013/PA.Pas

PENETAPAN Nomor: X/Pdt.P/2012/PA.Ktbm BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB III KONSEP MAQASID ASY-SYARI AH DAN PENCEGAHAN TERHADAP NIKAH DI BAWAH TANGAN

BAB I PENDAHULUAN. rohani. Dalam kehidupannya manusia itu di berikan akal serta pikiran oleh Allah

P E N E T A P A N Nomor 0074/Pdt.P/2015/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

PENETAPAN. Nomor XXXX/Pdt.P/2015/PA.Ktbm

a. Hukum pembuktian bagian hukum acara perdata, diatur dalam:

------Pengadilan Agama Poso yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu

PENETAPAN Nomor : 002/Pdt.P/2014/PA.Pkc.

BAB I PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan hukum Islam di Indonesia, khususnya di

BAB I PENDAHULUAN. dengan melangsungkan Perkawinan manusia dapat mempertahankan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan, baik yang berhubungan dengan Allah, maupun yang berhubungan

P U T U S A N Nomor 2432/Pdt.G/2012/PA.Kbm BISMILLAAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TENTANG DUDUK PERKARANYA

SALINAN P E N E T A P A N Nomor : 004/Pdt.P/2012/PA.SKH. BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

BAB IV. Agama Surabaya Tentang Pembatalan Putusan Pengadilan Agama Tuban. itu juga termasuk di dalamnya surat-surat berharga dan intelektual.

BAB I PENDAHULUAN. antara mereka dan anak-anaknya, antara phak-pihak yang mempunyai

P E N E T A P A N. Nomor : 0011/Pdt.P/2010/PA.Pas BISMILLAHIRRAHMAANIRRAHIIM DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

TINJAUAN YURIDIS TERHADAP PROSES PENGANGKATAN ANAK SETELAH DIBERLAKUKAN UU NO 3 TAHUN 2006 DI PENGADILAN AGAMA DAN PENGADILAN NEGERI KOTA MALANG

PENETAPAN Nomor 0011/Pdt.P/2015/PA.Pkc DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan, manusia tidak bisa dipisahkan dari permasalahan waris. Karena setiap manusia yang meninggal dunia dan meninggalkan harta pasti akan mewariskan hartanya kepada para ahli warisnya. Hal ini tidak bisa dipungkiri atau diingkari oleh setiap manusia, karena hal ini telah menjadi hukum alam. Oleh karena itu, permasalahan waris akan tetap ada sampai waktu yang akan datang, karena waris merupakan permasalahan yang mutlak terjadi dan tidak bisa dihindari oleh siapapun. Waris merupakan pemindahan harta peninggalan yang ditinggalkan oleh si empunya untuk diberikan kepada ahli waris yang berhak mendapatkannya. Dalam Kompilasi Hukum Islam Pasal 171 telah dijelaskan mengenai hukum kewarisan. Ash-Shabuni berkata waris ialah berpindahnya hak milik dari mayit kepada ahli warisnya yang hidup, baik yang ditinggalkan itu berupa harta atau hak-hak syar i ahli waris. 1 Ketentuan-ketentuan syari at yang ditunjuk oleh nash-nash yang sharih, termasuk di dalamnya masalah pembagian warisan, selama tidak ada dalil lain yang menunjukkan ketidakwajibannya, merupakan suatu keharusan yang patut dilaksanakan oleh seluruh umat Islam. 2 Bagi umat Islam yang mentaati dan melaksanakan ketentuan pembagian warisan sesuai dengan yang diperintahkan oleh Allah swt. Niscaya mereka akan masuk surga 1 http://www.referensimakalah.com/2012/11/pengertian-waris-menurut-al-quran.html, diakses pada tanggal 3 Januari 2014 2 Suparman Usman dan Yusuf Somawinata,Fiqh Mawaris Hukum Kewarisan Islam (Jakarta: PT Gaya Media Pratama, 1997), h. 15.

untuk selama-lamanya. Sebaliknya, bagi siapa yang tidak melaksanakan ketentuan tersebut maka mereka akan masuk dalam api neraka untuk selama-lamanya. Mengenai pembagian waris harus memenuhi beberapa syarat untuk dapat menerima harta waris, misalnya adanya hubungan kekerabatan antara si pewaris dengan ahli waris. Selain hubungan kekerabatan waris juga bisa didapat melalui pernikahan, wala dan sebab-sebab yang lain. Oleh karena itu, pewaris tidak boleh memberikan harta waris kepada selain ahli waris yang telah memenuhi syarat-syarat tersebut. Adapun harta waris yang dapat dibagikan adalah harta sisa setelah digunakan untuk kebutuhan mayit, seperti bayar hutang, pemakaman, dan lain-lain yang berhubungan dengan kebutuhan mayit. Untuk mengetahui siapa saja yang akan mendapatkan peninggalan harta warisan tersebut dibutuhkan suatu bukti untuk mengetahui kebenaran ahli waris sebagai ahli waris sedarah, perkawinan atau wala, sehingga dari bukti itu dapat dilaksanakan pembagian harta waris tanpa adanya penyelewengan terhadap harta tersebut. Selain diberikan kepada ahli waris. Pembagian harta waris juga dapat diberikan kepada kerabat dekat yang tidak mendapatkan bagian harta waris, maka akan diberikan melalui wasiat yang biasa disebut dengan wasiat wajibah. Begitu juga dengan adanya anak angkat atau orang tua angkat, maka ia akan mendapatkan sebagian dari harta orang tua maupun anak angkatnya, tetapi tidak boleh melebihi dari sepertiga harta orang tua maupun anak angkatnya, sebagaimana telah dijelaskan dalam Kompilasi Hukum Islam. Saat ini perkara waris yang dibagikan secara hukum Islam murni menjadi kewenangan Peradilan Agama yang tertera dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 Tentang Peradilan Agama. Ketika pembagian harta waris tersebut diselesaikan melalui jalur hukum untuk tahap pembuktian para pihak harus menyertakan alat bukti yang berupa

surat maupun saksi atau kedua-duanya. Alat bukti yang berupa saksi harus terdiri dari dua orang, karena ketika saksi itu hanya terdiri dari satu orang maka saksi tersebut tidak bisa disebut sebagai saksi (unus testis nullus testis) dan alat bukti tersebut dinyatakan tidak sempurna. Dari uraian diatas dapat diketahui bahwa terdapat suatu permasalahan di Pengadilan Agama Malang mengenai pembuktian terhadap anak angkat dalam perkara waris. Dalam perkara tersebut, pihak Penggugat mengaku menjadi anak angkat dari si mayit, tetapi dalam tahap pembuktian Penggugat tidak dapat memenuhi bukti yang diberikan Majelis Hakim dan bahkan mengaku sebagai anak kandung dari si mayit. Hal tersebut juga dibantah oleh Tergugat bahwa Penggugat tidak memiliki hubungan darah, perkawinan maupun wala dengan si mayit. Bahkan Tergugat menyatakan bahwa Penggugat adalah orang lain yang diasuh oleh si mayit. Oleh karena itu, hakim menolak (Niet On Varkelijk Verklaard) perkara tersebut, karena tidak memenuhi syarat beracara di Pengadilan Agama. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian terhadap malasah ini, karena dalam gugatan perkara tersebut anak angkat ingin ditetapkan sebagai ahli waris dari pewaris. Sesungguhnya anak angkat tetaplah anak angkat yang tidak dapat dianggap sebagai anak kandung juga tidak dapat dijadikan sebagai ahli waris dari pewaris yang tidak memiliki hubungan darah, perkawinan maupun wala sebagaimana yang tertera dalam Kompilasi Hukum Islam. B. Rumusan Masalah Dari uraian latar belakang diatas, maka peneliti dapat mengambil sebuah rumusan masalah berupa : 1.Bagaimana pembuktian keabsahan anak angkat di muka persidangan dalam perkara nomor: 0018/Pdt.G/2013/PA.Mlg?

2.Alat bukti apa saja yang harus diajukan dalam persidangan perkara nomor: 0018/Pdt.G/2013/PA.Mlg? 3.Bagaimana pandangan Hakim tentang landasan hukum yang di gunakan dalam menolak perkara waris yang diajukan oleh anak angkat? C. Tujuan Penelitian Suatu tujuan penelitian harus dinyatakan dengan jelas dan ringkas, karena hal tersebut akan dapat memberikan arah pada penelitiannya. Adapun yang menjadi tujuan penelitian adalah sebagai berikut : 1. Untuk mengetahui pembuktian keabsahan anak angkat yang terjadi di Pengadilan Agama Malang dengan nomor perkara: 0018/Pdt.G/2013/PA.Mlg. 2. Untuk mengetahui alat bukti yang digunakan dan diajukan dalam persidangan. 3. Untuk mengetahui pandangan Hakim tentang landasan hukum yang digunakan dalam menolak perkara waris yang diajukan oleh anak angkat. D. Manfaat Penelitian Dengan melakukan penelitian ini akan banyak sekali manfaat yang didapat. Adapun harapan dari adanya penelitian ini dapat bermanfaat bagi para pembaca baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat tersebut antara lain: 1. Secara teoritis Secara teoritis, penelitian ini dapat menambah pemahaman dan wawasan bagi para pembaca mengenai adanya waris bagi anak angkat yang saat ini dikenal dengan istilah wasiat wajibah. 2. Secara praktis Sebagai bahan kajian dan pertimbangan rekan mahasiswa dan lembaga hukum yang menangani masalah pembuktian terhadap anak angkat yang terdapat dalam perkara

waris, juga dapat berbagi wawasan dan menambah ilmu pengetahuan dalam bidang hukum, khususnya Hukum Acara dalam Peradilan Agama. E. Definisi Operasional Definisi operasional ini bertujuan untuk menghindari adanya interpretasi atau kesalahan persepsi tentang judul skripsi yang akan diteliti oleh peneliti. Dengan adanya definisi operasional ini dapat memberikan penegasan sekaligus memberi batasan pengertian yang terkandung didalamnya, sehingga dapat memberikan penjelasan dan sesuai dengan apa yang dimaksud. Adapun istilah-istilah yang perlu adanya definisi operasional adalah sebagai berikut: 1. Hakim Orang yang memiliki tugas untuk mengadili, memutuskan perkara dengan memberikan keputusan Pengadilan; seseorang yang memiliki tugas dan fungsi untuk mengadili serta mengatur administrasi Pengadilan. 3 2. Bukti (pembuktian) Pembuktian berasal dari kata bukti yang artinya sesuatu yang digunakan untuk memberikan keterangan tentang apa yang telah terjadi atau peristiwa-peristiwa yang telah dialaminya dengan benar dan jelas, serta membuktikan kebenarannya itu di bawah sumpah. Maksud dari pembuktian dalam penelitian ini adalah seseorang yang mengajukan perkara di Pengadilan Agama harus mengikuti berbagai tahapan yang telah ditetapkan hingga pada tahap pembuktian, dimana dalam tahap ini wajib memberikan pembuktian yang mampu untuk menguatkan dalil gugatannya. 3. Pengangkatan anak (anak angkat) Anak angkat adalah anak yang bukan merupakan keturunan langsung dari pasangan suami istri, tetapi anak tersebut merupakan anak yang diambil, dipelihara dan 3 Dzulkifli Umar dan Ustman Handoyo,Kamus Hukum Dictionary of Law Complete Edition (t.t.: Quantum Media Press, 2010), h. 173.

diperlakukan seperti anak kandung. Yang dimaksud anak angkat dalam penelitian ini adalah anak angkat yang mendapatkan warisan atau wasiat wajibah yang tidak lebih dari 1/3 dari harta orang tua angkatnya, yang sesuai dengan penjelasan dalam KHI Pasal 195. 4. Pengadilan Agama Pengadilan Agama terdiri dari kata Pengadilan dan Agama. Pengadilan adalah proses mengadili, rumah, bangunan tempat mengadili perkara perdata, pidana, hal ini erat kaitannya dengan Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1981 4 sedangkan agama adalah keyakinan seseorang terhadap Tuhannya. Pengadilan Agama di Indonesia identik hanya untuk orang muslim dengan perkara tertentu. Pengadilan Agama bisa diartikan salah satu tempat dari empat lingkungan Peradilan Negara yang dijamin kemerdekaannya dalam menjalankan tugasnya sebagaimana yang diatus dalam Undang-Undang tentang ketentuan-ketentuan pokok kekuasaan kehakiman. F. Sistematika Pembahasan Dalam penyusunan skripsi ini, materi yang dibahas pada dasarnya terdiri dari lima bab, yang mana pada setiap bab dibagi menjadi beberapa sub bab, hal ini untuk mempermudah dalam pemahaman dan pembahasan, juga antara bab satu dengan bab lainnya saling berkaitan, selanjutnya bab-bab tersebut diuraikan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN: Bab ini merupakan pembahasan pendahuluan yang meliputi pembahasan umum mengenai latar belakang pembahasan skripsi ini serta ruang lingkup dan rumusan masalahnya. Untuk mengetahui secara implisir tentang skripsi ini, dalam bab 1 dijelaskan pula tentang tujuan penelitian, manfaat penelitian, definisi operasional, dan sistematika pembahasan. 4 Sudarsono, Kamus Agama (Jakarta: Rineka Cipta, 1999), h. 349.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA: Pada bab II skripsi ini terdapat dua sub bab, sub bab pertama memaparkan penjelasan mengenai penelitian terdahulu yang mana sebagai perbandingan antara satu penelitian dengan penilitian lain, sehingga dari penelitian terdahulu tersebut dapat diketahui persamaan dan perbedaan penelitian ini dengan penelitian-penelitian yang lain. Kemudian pada sub bab kedua memberikan penjelasan mengenai kerangka teori. BAB III METODE PENELITIAN:Pada Bab III peneliti menjelaskan tentang metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini. Dalam penjelasan metode penelitian ini terdiri dari beberapa sub bab, yaitu jenis penelitian, pendekatan penelitian, lokasi penelitian, jenis dan sumber data, metode pengumpulan data serta metode pengolahan data. Kesemuanya itu akan dilakukan untuk mendapatkan suatu hasil penelitian yang baik. BAB IV ANALISIS: Kemudian pada Bab IV peneliti menguraikan hasil penelitian serta pembahasan mengenai penelitian tersebut. Bab ini merupakan inti dari penelitian karena pada bab ini akan menganalisis data-data baik melalui data primer maupun data sekunder untuk menjawab rumusan masalah yang telah ditetapkan. 5 BAB V PENUTUP:Bab V merupakan bab penutup dimana peneliti menarik kesimpulan dari seluruh pemahaman skripsi ini, yang sekaligus sebagai jawaban atas permasalahan dan diakhiri dengan saran-saran dari peneliti. 5 Tim Penyusun, Pedoman Penulisan Karya Ilmiah (Malang: t.p., 2012), h. 30.