MONITORING RESIKO PADA PELAKSANAAN PERFORMANCE BASED CONTRACT (PBC) PROYEK JALAN NASIONAL DI JAWA TIMUR Purnomo Reski 1) dan Tri Joko Wahyu Adi 2) 1) Program Studi Magister Manajemen Teknologi, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Jl. Cokroaminoto 12A, Surabaya, 60264, Indonesia e-mail: poer_juve@yahoo.com 2) Jurusan Manajemen Proyek, Institut Teknologi Sepuluh Nopember ABSTRAK Sistem kontrak tradisional untuk pemeliharaan jalan nasional yang dinilai memiliki beberapa kekurangan terutama kualitas pekerjaan konstruksi dan pemeliharaannya. Salah satu cara yang dilakukan pemerintah adalah merubah sistem pengadaan tradisional menjadi sistem Performance Based Contract (PBC) atau Kontrak Berbasis Kinerja (KBK) yang diharapkan dapat meningkatkan tingkat kinerja layanan jalan raya. Terdapat penelitian terdahulu yang telah meneliti tentang analisa resiko yang akan terjadi pada proyek PBC, sehingga perlunya penelitian yang bertujuan memonitor resiko yang benar-benar terjadi pada penerapan sistem kontrak pada proyek peningkatan jalan yang menggunakan Performance Based Contract (PBC) dan membandingkan keduanya. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisa deskriptif, diawali dengan interview pendahuluan kepada responden yaitu pengguna jasa dan penyedia jasa pada proyek peningkatan jalan dengan sistem PBC dengan tujuan untuk memverifikasi variabel resiko yang dimungkinkan terjadi. Dilanjutkan dengan mengumpulkan dan meng, dan membandingkan antara analisa resiko penelitian terdahulu dengan resiko aktual yang benar-benar terjadi. Obyek penelitian ini adalah dua proyek peningkatan jalan dengan PBC di wilayah SNVT PJN Metropolitan II Surabaya. Analisa resiko merupakan probabilitas belum tentu terjadi dalam nya. Dari 18 variabel yang dianalisa berdasarkan data, ada 11 variabel yang benar-benar terjadi. Dari tiga variabel dengan probabilitas cukup, dua diantaranya yang berdampak besar dan sangat besar memang terjadi, dan satu variabel berdampak besar ternyata tidak terjadi pada kondisi aktual. Sedangkan dari 15 variabel dengan probabilitas jarang, dua variabel diantaranya yang berdampak sangat besar dan lima variabel berdampak besar memang tidak terjadi. Dua variabel berdampak sangat besar, lima variabel berdampak besar, dan satu variabel berdampak kecil justru terjadi. Kata Kunci : PBC, KBK, resiko, kontrak, jalan raya PENDAHULUAN Jalan merupakan bagian sistem transportasi nasional yang memiliki peranan penting terutama dalam mendukung bidang ekonomi, sosial dan budaya. Pembangunan dan investasi pada bidang transportasi telah diteliti dapat memberikan manfaat ekonomi, baik jangka pendek maupun jangka panjang. Kementerian Pekerjaan Umum Bina Marga selaku pihak yang bertanggung jawab atas kualitas kinerja jalan, berupaya meningkatkan kinerja jalan dengan memperbaiki proses-proses dalam pekerjaan jalan raya. Sistem kontrak konvensional yang selama ini digunakan dinilai masih banyak terdapat kekurangan untuk mencapai kinerja jalan yang maksimal, terjadinya gangguan dan kerusakan jalan. Kontrak konvesional terdiri B-14-1
dari beberapa tahap, antara lain: tahap desain, konstruksi, pengawasan, pemeliharaan jalan dilakukan secara terpisah dan menggunakan sistem satuan harga (unit price). Salah satu cara untuk mengatasi kelemahan pada sistem konvensional dengan memperhatikan pembagian resiko yang adil untuk pengguna jasa dan penyedia jasa adalah dengan menggunakan sistem Performance Based Contract (PBC). PBC untuk pertama kali dilakukan di Indonesia di tahun 2012 dan diharapkan dapat meningkatkan efektifitas pekerjaan pemeliharaan jalan seperti yang telah diterapkan di berbagai negara maju seperti Amerika Serikat, Inggris, dan Australia. Penerapan sistem PBC untuk pertama kali dan sebagai pilot project di Indonesia yaitu Ruas Jalan Ciasem-Pamanukan : panjang ruas 21 km, STA 117+050 121+250 dan STA 123+350 141+100, berlokasi di Jawa Barat, dan Ruas Jalan Demak Trengguli, panjang ruas 11 km, dari STA 24+800 STA 35+800, berlokasi di Jawa Tengah yang merupakan ruas pantura jawa. Performance Based Contract (PBC) merupakan hal yang baru di Indonesia dan merupakan jenis kontrak yang memiliki karakteristik tersendiri. Perencanaan, dan pemeliharaan terintegrasi dalam satu kontrak (dilakukan oleh satu penyedia jasa), dilaksanakan dalam tahun jamak (multi-years) dan pembayarannya dilakukan dengan sistem lump sum yang dilaksanakan sepenuhnya oleh penyedia jasa sesuai dengan persyaratan kinerja jalan yang ingin dicapai, Balitbang (2004). Kontrak PBC mengalokasikan resiko yang lebih tinggi kepada kontraktor dibandingkan dengan kontrak tradisional, tetapi memberikan peluang untuk meningkatkan margin dimana peningkatan efisiensi dan efektivitas desain, teknologi proses, atau manajemen dapat mengurangi biaya untuk mencapai standar kinerja yang ditetapkan, Zietlow (2007). Penerapan yang pertama kali ini dapat menimbulkan berbagai persoalan yang bisa menjadi sumber dari resiko-resiko yang terjadi. Kemampuan SDM baik dari pengguna jasa maupun penyedia jasa yang belum terlalu menguasai sistem kontrak PBC sehingga dapat menjadi permasalahan tersendiri karena membutuhkan perubahan perilaku dari penyedia jasa dan pengguna jasa. Pola bisnis jasa konstruksi juga akan berubah dengan makin terintegrasinya tahap desain, konstruksi, operasi dan pemeliharaan dan sebagian resiko dapat terjadi karena perilaku pengguna jasa. Resiko yang belum teridentifikasi dalam tahap perencanaan yang dapat berakibat mundurnya penyedia jasa dari pekerjaan yang telah ditetapkan. Beberapa penelitian terdahulu telah melakukan proses identifikasi resiko yang akan terjadi, akan tetapi pada nya tidak semua kejadian resiko tersebut benar terjadi, sehingga pada penelitian ini bertujuan melakukan monitoring resiko pada penerapan sistem kontrak performance based contract untuk pekerjaan jalan nasional di Indonesia. Obyek penelitian adalah penerapan PBC pada penyelenggaraan jalan nasional ruas Bojonegoro-Padangan sepanjang 11,5 km dan Padangan-Batas Kabupaten Ngawi sepanjang 10,7 km yang terletak di Provinsi Jawa Timur, tahun anggaran 2012-2019 yang dilakukan selama 840 hari. METODE Penelitian ini dilakukan secara garis besar terdiri atas beberapa tahap, yaitu interview pendahuluan untuk memvalidasi variabel dari penelitian terdahulu, lalu dilakukan analisa lanjutan menggunakan data untuk mendapatkan gambaran dan penjelasan akurat mengenai variabel-variabel resiko aktual yang terjadi pada penerapan Performance Based Contract tersebut. Sehingga dapat dibandingkan antara analisa resiko dengan kondisi aktual yang terjadi di lapangan. Tahap Interview Pendahuluan Tahap Interview pendahuluan ini bertujuan untuk memvalidasi variabel dari penelitian terdahulu dan mendapatkan gambaran tentang indikator terjadinya variabel resiko penerapan sistem kontrak PBC. Sehingga dapat ditampilkan pada tabel 1. B-14-2
Tabel 1. Variabel dan Indikator Resiko Pada Penerapan Performance Base Contract Variabel Cara Memperoleh informasi TAHAP PERENCANAAN DESAIN A1 ada perubahan kebijakan politik atau prioritas A2 A3 tidak adanya atau kurangnya komunikasi tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek TAHAP PENGADAAN/PROCUREMENT B1 ada perubahan kebijakan politik atau prioritas B2 B2 ketidakjelasan/kurang transparan kriteriakriteria yang digunakan dalam penawaran Ketidakjelasan peraturan yang digunakan TAHAP PELAKSANAAN / KONSTRUKSI RESIKO BIAYA C1 adanya kesalahan dalam estimasi biaya wawancara C3 Eskalasi biaya C5 Biaya rework untuk memenuhi standard C6 krisis ekonomi C7 masalah pembayaran pajak C8 suku bunga bank C9 inflasi Sumber Data/Pihak pemberi data Data / pihak Data / pihak Data / pihak Data / pihak Data / pihak Data / pihak Data primer dari pihak kontraktor Data primer dari pihak kontraktor dan diperkuat dengan data Data / pihak Data dari http://www.bi.go.id/ dan data primer dari penyedia jasa Data / pihak Data dari http://www.bi.go.id/ dan data primer dari penyedia jasa Data dari http://www.bi.go.id/ dan data primer dari penyedia jasa Indikator Adanya perubahan peraturan, kebijakan seperti diterbitkannya surat edaran menteri, sosialisasi dapat dilihat dari rapat koordinasi, laporan kemajuan pekerjaan, No Objection Letter, Contract Change Order Adanya addendum diluar scope kontrak Adanya perubahan perubahan kebijakan seperti diterbitkannya surat edaran menteri, sosialisasi Hasil penilaian dokumen penawaran teknis dari peserta lelang mengenai pemahaman lingkup, kriteria, spesifikasi teknis, dan addendum dokumen pemilihan Addendum mengenai perubahan peraturan yang digunakan Terdapat selisih/perbedaan dalam estimasi biaya pada perencanaan dan di lapangan Adanya penyesuaian harga Adanya defect list pada saat opnam di lapangan Terjadinya kenaikan nilai tukar rupiah yang signifikan Adanya permasalahan dalam pembayaran pajak Terjadinya kenaikan suku bunga yang signifikan Adanya inflasi yang besar sehingga menimbulkan pembengkakan biaya B-14-3
RESIKO TEKNIS C12 C13 C14 terjadinya perubahan lingkup atau perubahan asumsi dalam kerja perhitungan desain kesalahan dalam estimasi volume pekerjaan kesalahan dalam menentukan desain yang sesuai spesifikasi dan bahan (sesuai dengan SNI ) analisa data analisa data analisa data C15 kegagalan inovasi analisa data Data / pihak Data / pihak Data / pihak Data dari pengguna jasa P2JN Adanya addendum diluar scope kontrak Adanya perubahan volume pekerjaan, addendum, contract change order Adanya perubahan spesifikasi dan bahan, addendum, contract change order Tidak tercapainya layanan kinerja jalan sebelum PHO, yang disebabkan oleh kegagalan inovasi Tahap Analisa Data Dari penelitian terdahulu diperoleh hasil perhitungan nilai resiko yang nantinya akan digunakan sebagai pembanding. Dalam penelitiannya, dari data primer berupa kuesioner lalu diolah dan dikelompokkan berdasarkan skala yang didapatkan dari kontraktor, sehingga diperoleh skor probabilitas dan dampaknya beserta ranking dari masing-masing variabel. Tahap dilakukan melalui beberapa tahap yaitu: Pengumpulan data dari beberapa sumber yang sesuai dengan variabel yang telah diverifikasi, lalu dilanjutkan dengan analisa deskriptif sehingga dapat diperoleh informasi mengenai terjadinya variabel resiko PBC, dan selanjutnya dilakukan interview lanjutan untuk memberikan penilaian terhadap dampak yang diakibatkan oleh terjadinya variabel resiko untuk memudahkan dalam pengolahan data maka digunakan skala dan dilakukan proses pemberian skala pada jawaban responden. Pemberian skala ini hanya merupakan pemberian kode (coding) untuk mengubah persepsi/opini secara kualitatif kedalam suatu urutan kuantitatif. Skala pengukuran yang digunakan tersebut adalah : Tabel 2. Skala Probabilitas dan Dampak Dampak Terhadap Proyek Deskripsi Probabilitas Skala Waktu Biaya Skor (% waktu terlambat) (% kenaikan) VLO (Very Low) < 10 % < 2,5 % < 3 % 1 LO (Low) 10-30 % 2,5-5 % 3-7 % 2 MED (Medium) 30-50 % 5 7,5 % 7-11 % 3 HI (High) 40-50 % 7,5-10 % 11-15 % 4 VHI (Very High) > 50 % > 10 % > 15 % 5 HASIL DAN PEMBAHASAN Perbandingan antara hasil analisa resiko yang diperoleh dari penelitian terdahulu dengan kejadian resiko sebenarnya bertujuan untuk mengetahui seberapa besar perbedaan antara analisa resiko yang bersifat probabilitas dengan kejadian sebenarnya. Resiko yang memiliki probabilitas dan dampak yang cukup besar, belum tentu terjadi pada saat pelaksanan yang sebenarnya. Berikut pada tabel 3 disajikan hasil perhitungan analisa resiko dari penelitian sebelumnya beserta skor probabilitas dan dampaknya. B-14-4
Tabel 3. Perbandingan Analisa Resiko Vari abel Ket Ket Skor Prob (P) Skor Dampak (I) Nilai Resiko (P x I) Kategori Resiko Urutan ke Terjadi / Tidak Dampak TAHAP PERENCANAAN DESAIN A3 2,7 Cukup 3,9 Besar 10,53 Sedang 1 Terjadi Landasan hukum kurang kuat A1 1,9 Jarang 3,9 Besar 7,41 Rendah 2 Tidak Terjadi Tidak Ada A2 1,9 Jarang 3,9 Besar 7,41 Rendah 3 Tidak Terjadi Tidak Ada TAHAP PENGADAAN/PROCUREMENT B1 1,9 Jarang 4,5 Sangat Besar 8,55 Rendah 1 Terjadi Perubahan pembayaran uang muka B2 1,9 Jarang 3,8 Besar 7,22 Rendah 2 Terjadi Adanya perbedaan persepsi B3 1,9 Jarang 3,7 Besar 7,03 Rendah 3 Terjadi Landasan hukum kurang kuat TAHAP PELAKSANAAN / KONSTRUKSI C13 2,9 Cukup 4,5 Sangat Besar 13,05 Sedang 2 Terjadi Rework perencanaan sebesar 0,2341 % C6 2,9 Cukup 3,7 Besar 10,73 Sedang 3 Tidak Terjadi Tidak ada C12 2,1 Jarang 4,8 Sangat 10,08 Sedang 4 Tidak Terjadi Tidak ada Besar C10 1,9 Jarang 4,5 Sangat Besar 8,55 Rendah 6 Terjadi Kenaikan biaya C3 2,1 Jarang 3,5 Besar 7,35 Rendah 8 Terjadi Kenaikan biaya C15 2,1 Jarang 3,4 Besar 7,14 Rendah 9 Tidak Terjadi Tidak ada C8 1,9 Jarang 3,5 Besar 6,65 Rendah 10 Terjadi Kenaikan biaya C11 1,9 Jarang 3,5 Besar 6,65 Rendah 11 Tidak Terjadi Tidak ada C14 1,9 Jarang 3,4 Besar 6,46 Rendah 12 Tidak Terjadi Tidak ada C9 1,8 Jarang 3,5 Besar 6,3 Rendah 13 Terjadi Kenaikan biaya C5 1,9 Jarang 2,6 Besar 4,94 Sangat Rendah 14 Terjadi Adanya rework C1 1,9 Jarang 1,8 Kecil 3,42 Sangat Rendah sebesar 3,65% 15 Terjadi Profit berkurang B-14-5
6 5 4 Skala 3 2 1 Gambar 1. Grafik Perbandingan Kejadian Resiko Estimasi dan Aktual Tahap Pelaksanaan KESIMPULAN Berdasarkan analisa dan pembahasan yang telah dilakukan terhadap persepsi responden maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Analisa resiko menggunakan probabilitas atau peluang belum tentu terjadi dalam nya, ketidaksempurnaan analisa dapat disebabkan kurangnya pemahaman dan kredibilitas responden dalam menjawab kuisioner dan perlu dilakukan wawancara penunjang terkait dengan pengisian kuisioner yang diberikan. 2. Dari 18 variabel yang dianalisa berdasarkan data, ada 11 variabel yang benarbenar terjadi. Dari tiga variabel dengan probabilitas cukup, dua diantaranya yang berdampak besar dan sangat besar memang terjadi, dan satu variabel berdampak besar ternyata tidak terjadi pada kondisi aktual. Sedangkan dari 15 variabel dengan probabilitas jarang, dua variabel diantaranya yang berdampak sangat besar dan lima variabel berdampak besar memang tidak terjadi. Dua variabel berdampak sangat besar, lima variabel berdampak besar, dan satu variabel berdampak kecil justru terjadi. Kejadian resiko yang benar-benar terjadi pada aktualisasinya antara lain tahap perencanaan yaitu Tidak jelasnya kebutuhan pemilik proyek, tahap pengadaan yaitu: ada perubahan kebijakan politik atau prioritas, ketidakjelasan/kurang transparan kriteria-kriteria yang digunakan dalam penawaran, dan ketidakjelasan peraturan yang digunakan. Pada tahap yaitu: kesalahan dalam estimasi volume pekerjaan, ada perubahan kebijakan politik atau prioritas, eskalasi biaya, kenaikan suku bunga, inflasi, adanya kesalahan dalam estimasi biaya, biaya rework untuk memenuhi standart. DAFTAR PUSTAKA 0 A1 A2 A3 B1 B2 B3 C1 C3 C5 C6 C8 C9 C10 C11 C12 C13 C14 C15 Variabel Aschauer, D. (1990). Highway Capacity and Economic Growth, Economic Perspectives 14 (1), hal.14-24. Akintoye, A.S. and M.J. MacLeod. (1997), Risk Analysis and Management in Construction, International Journal of Project Management, 15(1). Akintoye, A.S. et.al. (2005), The allocation of risk in PPP/PFI construction projects in the UK, International Journal of Project Management 23. B-14-6
Balitbang P.U. (2004), Pengembangan Model Implementasi Performance Based Contract (PBC) Untuk Pembangunan Dan Pemeliharaan Jalan Di Indonesia. Bhatta, S.D. & Drennan, M.P. (2003). The Economic Benefit of Public Investment Transportation A Review of Recent Literature, Journal of Planning Education and Research 22, hal.288-296. Chapman, C. (1997), Project Risk Analysis and Management PRAM The Generic Process, International Journal of Project Management. Vol.15 No. 5. Dicdican, R.Y. et.al. (2004), Risk-Based Asset Management Methodology For Highway Infrastructure Systems, Final Contract Report, Center for Risk Management of Engineering Systems, University of Virginia. Diekmann, J. E. & Seung H. Han, (2001), Approaches For Making Risk-Based Go/No-Go Decision For International Projects. Journal Of Construction Engineering And Management. Edward & Bowen, P.A. (1998), Risk And Risk Management In Construction: A Review And Future Direction For Research. Engineering Construction And Architectural Management, 5 (4), 339-349. Flanagan, R. & Norman, G. (1993), Risk Management and Construction, Blackwell Science, London. Frost, M. (2001) Imperatives in Future Road System Management, Improved Road Maintenance Productivity, the Australian Case, presented at 14th IRF Road World Congress, Paris, France, June 11 15. Greenwood, I. dan Henning, T. (2006), Introducing Performance Based Maintenance Contracts to Indonesia, Framework Document. Opus International Consultants Limited in association with MWH NZ. The World Bank. Hartman, F. et.al. (1997), Effectif Wording to Improve Risk Allocation in Lump Sum Contract, Journal of Construction Engineering and Management. Ha. 379-387 Hastak, M. & A. Shaked, (2000), ICRAM-I: Model for International for International Construction Risk Assessment, Journal of Management in Engineering, 16(1): 59-69. Hillson, David, (2002), Extending The Risk Process to Manage Opportunities, International Journal of Project Management, 20, hal. 235-240. Hyman, William A. (2009) Performance-Based Contracting for Maintenance, NCHRP 389 AASHTO. Kangari, R. (1995), Risk Management Perception and Trends of U.S. Construction, Journal of Construction Engineering and Management, ASCE, 121 (4), hal. 422-429. Kartam, N.A. and S.A. Kartam, (2001), Risk And Its Management In The Kuwait Construction. Journal Of Construction Engineering And Management, ASCE, desember 1995. Kementerian P.U. (2012), Dokumen Kontrak Berbasis Kinerja Bojonegoro-Padangan-Ngawi. Kerali, Henry G.R. (2006), Highway Development & Management 4 Volume 1, The World Road Association (PIARC). Kerzner, H. (2001), Project Management, 7th edition, John Wiley & Sons, Inc., New York. B-14-7
Mahmudi, (2007) Kemitraan Pemerintah Daerah dan Efektivitas Pelayanan Publik. Nazarkhan, Yasin H. (2003), Mengenal Kontrak Konstruksi di Indonesia, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia, (2006). Peraturan Pemerintah no. 34 Tahun 2006 Tentang Jalan. Pemerintah Republik Indonesia. PMI (Project Management Institute, Inc), (2004), A Guide To The Project Management Body Of Knowledge (PMBOK) 3rd edition, Newtown Square, Pennsylvania, USA. Queiroz, Cesar, (1999). Contractual Procedures to Involve the Private Sector in Road Maintenance and Rehabilitation. World Bank. Rahman, Motiar M. and M.M. Kumaraswamy (2002), Risk Management Trends In The Construction Industry : Moving Towards Joint Risk Management Engineering Construction And Architectural Management, 9(2):131-151 Siregar, D.D. (2004), Manajemen Aset, PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Sentosa, L. dan Roza, A.A. (2012), Analisis Dampak Beban Overloading Kendaraan pada Struktur Rigid Pavement Terhadap Umur Rencana Perkerasan (Studi Kasus Ruas Jalan Simp Lago Sorek Km 77 S/D 78). Jurnal Teknik Sipil Vol. 19 No. 2. Sugiyono, (2005), Metode Penelitian Bisnis, Cetakan keenam, Alfabeta, CV. Bandung. Stankevich, N. et.al. (2005), Performance-based Contracting for Preservation and Improvement of Road Assets. Transport Note No. TN-27, The World Bank, Washington, DC. Soelaeman, Wahyudi. (2009), Penerapan Kontrak Berbasis Kinerja (Performance Based Contract) Untuk Meningkatkan Effektifitas Penanganan Jalan, Tesis, Universitas Indonesia, Jakarta. Tranggono, M. (2005) Teknik Pengelolaan Jalan, Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan JICA. Wang,M.T. M.ASCE, dan Chou,.H.Y.,(2003). Risk Allocation and Risk Handling of Highway Projects in Taiwan, Journal of Management in Engineering. ASCE, hal. 60-68. Well-Stam, D. Van, et. al. (2004), Project Risk Management : An Essential Tool For Managing And Controlling Project, Kogan Page, London an Sterling VA. Williams, T. M. (1993), Risk Management Infrastructure, International Journal of Project Management, Vol. 11, No. 1, pp 5-10. World Bank, (2009), Performance-based Contracting for the Preservation and Improvement of Road Assets. online. www-esd.worldbank.org. Zietlow, G. J. (2007), Performance-Based Road Management And Maintenance Contracts, International Seminar on Road Financing and Investment Arusha, Tanzania. Zietlow, G., (2004) Cutting Cost and Improving Quality through Performance Based Road Management and Maintenance Contract, The Latin American and OECD Experiences, German Development Cooperation (GTZ). B-14-8