WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

dokumen-dokumen yang mirip
WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MEMPERBAIKI PEMAHAMAN KONSEP FISIKA SISWA DI KELAS XI MIA-5 SMA NEGERI 1 PERCUT SEI TUAN T.A.

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

Oleh: Ani Ratnawati SDN 1 Sumberingin, Karangan, Trenggalek

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

Lathifatus Sa adah 1 Soewalni Soekirno 2 dan Anggit Grahito Wicaksono 3 ABSTRAK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 4 MEDAN

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR PADA BIDANG STUDI IPS MATERI BENUA AFRIKA DENGAN PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPS MATERI AKTIVITAS EKONOMI MELALUI MODEL MAKE A MATCH DI KELAS IV SDN II ARYOJEDING KABUPATEN TULUNGAGUNG

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN METODE DISKUSI PADA SISWA KELAS IV SDN INTI OLAYA KECAMATAN PARIGI. Oleh. Sartin

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS IX-7 SMP NEGERI 3 BERASTAGI

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

Siti Fatimah Guru SMP Negeri 2 Panyabungan Surel :

BUDIMAN SIHOMBING Guru SMP Negeri 15 Medan

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION

Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif-Produktif Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran IPS Siswa Kelas V SDN Inpres 5 Birobuli

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SCRAMBLE UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BIOLOGI SISWA DI KELAS XII IPA3 SMA NEGERI 1 PANYABUNGAN

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

Syifa ur Rokhmah. Jurusan Geografi Fakultas Ilmu Pengetahuan Sosial Universitas Negeri Malang

Isak Ritonga Guru Mata Pelajaran Matematika SMP Negeri 4 Medan Surel :

Jurnal Bio-Natural (Jurnal Pendidikan Biologi) Vol. 1, No. 2, September-Februari 2015, hlm 1-32

Jurnal Saintech Vol. 05- No.01-Maret 2013 ISSN No

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

Keywords: Teams Games Tournament (TGT), visual media, social science

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO

PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS XI IPS di MAN 2 PROBOLINGGO

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif pada Mata Pelajaran IPA di Kelas V SD Negeri 2 Tatura

BAB III METODE PENELITIAN. difokuskan pada situasi kelas yang lazim dikenal Classroom Action Research,

Oleh: Rusmiati SD Negeri 1 Punjul Karangrejo Tulungagung

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA BERMAIN BOLA BASKET DI KELAS IX-2 SMPN 1 PATUMBAK

Lamhot Munthe. menawarkan persoalan-persoalan yang sulit, ditambah dengan kurangnya kerjasama antar siswa

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ADVANCE ORGANIZER UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS SISWA DI KELAS VII-1 SMPN 15 MEDAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan adalah suatu hal yang harus dipenuhi dalam upaya meningkatkan

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Make A Match 1

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN NUMBERED HEADS TOGETHER DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

MODEL KOOPERATIF MAKE A MATCH UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR DAN AKTIVITAS BELAJAR IPS SISWA KELAS IV

PENINGKATAN KEMAMPUAN SISWA SEKOLAH DASAR PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA DAN IPS MELALUI KELOMPOK KECIL

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGHITUNG PENJUMLAHAN MELALUI METODE DEMONSTRASI. Mubarokah

BAB III METODOLOGI PENELITIAN Setting dan Karakteristik Subjek Penelitian. sistematis, terencana, dan dengan sikap mawas diri.

Martinus Gutu SD Negeri No Suka Makmur Kec. Delitua

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

JEMBER TAHUN PELAJARAN

BAB II KAJIAN TEORI. mendalam pada bidang ilmu yang berkaitan.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

PENERAPAN PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING UNTUK MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR IPA PADA SISWA KELAS VIII-B SMPN 4 MADIUN

I. PENDAHULUAN. Pada saat belajar di sekolah, guru jarang memberi penjelasan kepada siswa

MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR IPA MATERI GAYA MAGNET MELALUI METODE INKUIRI TERBIMBING

ekonomi dengan model pembelajaran Team Assisted Individualization (TAI).

Dwi Ambarwati 1. PENDAHULUAN

Transkripsi:

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN : 2089-8592 PENEREPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI SOSIAL UNTUK MENINGKATKAN KETUNTASAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU SISWA KELAS VII-4 SMP NEGERI 1 PANGKATAN TAHUN PELAJARAN 2014/2015 Maidun Saragih SMP Negeri 1 Pangkatan Jalan Pendidikan No. 34 Kampung Padang Pangkatan, Labuhan Batu Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar dan aktivitas belajar siswa dengan sosial pada pembelajaran IPS Terpadu materi pokok kegiatan ekonomi masyarakat di kelas VII-4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam dua siklus dengan dua pertemuan pembelajaran setiap siklusnya. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari 2015 sampai dengan bulan Mei 2015. Subjek penelitian adalah seluruh siswa kelas VII- 4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015 yang berjumlah 39 orang. Hasil penelitian menunjukkan; 1) ketuntasan hasil belajar IPS Terpadu siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial, terbukti dari hasil tes siswa ketuntasan pembelajaran naik sebesar 51%. Pada Siklus I rata-rata nilai tes 66 dengan ketuntasan pembelajaran sebesar 36% dan pada Siklus II rata-rata nilai tes 85 dengan ketuntasan pembelajaran naik menjadi 87%, dan berhasil memberikan ketuntasan hasil belajar secara klasikal; 2) aktivitas belajar IPS terpadu siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial pada Siklus I aktivitas menulis danmembaca 39%, mengerjakan LKS 32%, bertanya sesama teman 19%, bertanya kepada guru 6%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 5%. Pada Siklus II antara lain menulis dan membaca 32%, mengerjakan LKS 41%, bertanya sesama teman 18%, bertanya kepada guru 5%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 4%. Kata Kunci : Hasil Belajar, Inkuiri Sosial PENDAHULUAN IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan mulai dari jenjang SD/MI/SDLB sampai dengan SMP/MTs/SMPLB. IPS Terpadu lebih tepatnya diberikan pada jenjang SMP/MTs/SMPLB adalah mata pelajaran yang mengkaji seperangkat peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi yang berkaitan dengan isu sosial. Pada jenjang SMP/MTs mata pelajaran IPS Terpadu memuat materi Ekonomi, Geografi, Sejarah, dan Sosiologi. Melalui mata pelajaran IPS Terpadu, peserta didik diarahkan untuk dapat menjadi warga negara Indonesia yang demokratis, dan bertanggung jawab, serta warga dunia yang cinta damai. Mata pelajaran IPS Terpadu bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (1) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya; (2) Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial; (3) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan; serta (4) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetisi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global. Untuk mewujudkan tujuan pembelajaran IPS Terpadu, maka siswa harus dilibatkan secara aktif dalam proses belajar. Keberhasilan mencapai tujuan tersebut tidak lepas dari peran guru pembimbing. Selain itu, pembelajaran IPS Terpadu juga memperhatikan tingkat perkembangan intelektual dan mental siswa, terkait dengan cara mengajarkannya. Selain menguasai konsepkonsep IPS Terpadu dan metode

526 mengajar, guru IPS Terpadu juga harus menguasai teori-teori belajar agar apa yang disampaikan dapat dipahami dengan mudah oleh siswa. Sebelum memasuki pelajaran IPS Terpadu, siswa sudah memiliki pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan dengan pengajaran tersebut. Kondisi di lapangan menunjukkan bahwa hasil belajar IPS Terpadu kurang menggembirakan, meskipun ada anggapan siswa bahwa mata pelajaran IPS Terpadu itu relatif mudah dan bersifat hafalan. Hal ini pasti menjadi bahan renungan para guru IPS Terpadu. Berdasarkan pengalaman dalam melaksanakan pembelajaran IPS Terpadu khususnya dalam materi kegiatan ekonomi masyarakat, hasil belajar yang dicapai siswa cenderung mengarah pada pengetahuan tentang pengertian produksi, konsumsi, dan disribusi. Upaya siswa memahami materi tersebut, hanya cukup dengan menghafal pengertian-pengertian dalam buku teks pelajaran. Akibatnya siswa merasa bosan dan kurang antusias terhadap materi kegiatan ekonomi masyarakat dan siswa tidak memahami secara mendalam keterkaitan antara setiap kegaiatan ekonomi tersebut. Ketuntasan hasil belajar siswa yang diharapkan adalah siswa mampu menyelesaikan permasalahan sehari-hari berkaitan dengan kegiatan ekonomi masyarakat dan tujuan ini tidak mencapai target yang diharapkan dibandingkan dengan materi lain pada mata pelajaran IPS Terpadu. Pada sisi lain, untuk lebih menguasai materi kegiatan ekonomi masyarakat tidak cukup dengan melakukan kegiatankegiatan seperti membaca dan menghafal saja. Terdapat sejumlah permasalahan yang kompleks dalam materi kegiatan ekonomi masyarakat yang harus dipecahkan siswa. Siswa lebih peka dan peduli terhadap kegiatan ekonomi masyarakat sekitar, misalnya bagaimana menghindari prilaku konsumtif yang berlebihan. Agar siswa lebih paham dan yakin mengenai materi yang dipelajari, mereka perlu mengetahui perilaku konsumsi masyarakat di lingkungan sekitar tempat tinggal mereka. Dengan demikian siswa akan menemukan masalah dan lebih memahami faktor apa saja yang sebenarnya dapat mempengaruhi sifat konsumtif. Sehingga siswa dapat mengambil alternatif pemecahan masalah untuk menjawab permasalahan yang mereka temukan di lingkungan sekitar. Menurut Sudjana (2005: 16), hasil belajar adalah proses penentuan tingkat kecakapan penguasaan belajar seseorang dengan cara membandingkannya dengan norma tertentu dalam sistem penilaian yang disepakati. Hasil belajar dapat diwujudkan dengan adanya perubahan tingkah laku seseorang dalam ranah kognitif, afektif dan psikomotorik yang ditetapkan sebagai tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh banyak faktor, namun yang paling menentukan adalah faktor guru (Suryadi dan Tilaar, 2003: 111). Guru sangat berperan dalam menentukan cara efektif untuk membelajarkan siswa, baik di sekolah maupun di luar jam sekolah, misalnya dengan memberikan pekerjaan rumah. Ketidakpedulian guru terhadap pembelajaran siswa akan membawa kernerosotan bagi perkembangan siswa. Pemberian latihan-latihan dalam pemahaman materi akan menghasilkan siswa yang lebih baik bila dibandingkan dengan sekedar menjelaskan dan tidak memberi tindak lanjut secara kontinyu. Dilandasi oleh kenyataan di atas, perlu dilakukan upaya meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS Terpadu. Salah satu diantaranya adalah melalui model pembelajaran yang sesuai. Terkait dengan hal tersebut dapat diterapkan model pembelajaran inkuiri sosial. Menurut Joyce (2010), inkuiri sosial merupakan strategi pembelajaran dari kelompok sosial (social family) subkelompok konsep masyarakat (concept of society). Sub-kelompok ini didasarkan pada asumsi bahwa strategi pendidikan bertujuan untuk mengembangkan anggota masyarakat ideal yang dapat hidup dan dapat mempertinggi kualitas kehidupan masyarakat. Oleh karena itulah siswa harus diberi pengalaman yang memadai bagaimana caranya memecahkan persoalan-persoalan yang muncul dimasyarakat. Melalui pengalaman itulah setiap individu akan dapat membangun pengetahuan yang berguna bagi diri dan masyarakatnya. Inkuiri sosial dapat dipandang sebagai suatu strategi pembelajaran yang berorientasi kepada pengalaman siswa.

527 Terdapat tiga karakteristik pengembangan strategi inkuiri sosial. Pertama, adanya aspek (masalah) sosial dalam kelas yang dianggap penting dan dapat mendorong terciptanya diskusi kelas. Kedua, adanya rumusan hipotesis sebagai fokus untuk inkuiri. Ketiga, penggunaan sebagai pengujian hipotesis. Dari karakteristik inkuiri seperti yang telah diuraikan di atas, maka tampak inkuiri sosial pada dasarnya tidak berbeda dengan inkuiri pada umumnya. Perbedaannya terletak pada masalah yang dikaji adalah masalah-masalah sosial atau masalah kehidupan masyarakat. Tahapan proses dalam pembelajaran inkuiri sosial dapat dilaksanakan dengan mengikuti langkah-langkah sebagai berikut: orientasi, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. (Sanjaya, 2007: 199) Bertitik tolak dari latar belakang masalah diatas maka penulis merumuskan permasalahnnya sebagi berikut; 1) apakah ketuntasan hasil belajar siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial pada pembelajaran IPS Terpadu materi pokok kegiatan ekonomi masyarakat di kelas VII- 4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015?; 2) apakah aktivitas belajar siswa meningkat dengan sosial pada pembelajaran IPS Terpadu materi pokok kegiatan ekonomi masyarakat di kelas VII-4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015?. Sesuai dengan rumusan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk; 1) mengetahui peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa dengan sosial pada pembelajaran IPS Terpadu materi pokok kegiatan ekonomi masyarakat di kelas VII-4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015; 2) mengetahui peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial pada pembelajaran IPS Terpadu materi pokok kegiatan ekonomi masyarakat di kelas VII-4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015. Adapun maksud penulis mengadakan penelitian ini diharapkan dapat berguna; 1) memberikan informasi tentang model pembelajaran yang sesuai dengan proses belajar-mengajar IPS Terpadu di SMP; 2) meningkatkan pestasi prestasi dan motivasi pada pelajaran IPS Terpadu di SMP; 3) menambah pengetahuan dan wawasan penulis tentang peranan guru IPS Terpadu dalam meningkatkan pemahaman siswa belajar IPS Terpadu; dan 4) sebagai rujukan dalam menentukan kebijakan dalam upaya meningkatkan prestasi belajar siswa khususnya pada mata pelajaran IPS Terpadu. METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Pangkatan yang beralamat di Jalan Pendidikan No. 34 Kampung Padang, Kecamatan Pangkatan, Labuhan Batu. Pelaksanaannya dilakukan selama empat bulan mulai dari bulan Februari sampai dengan Mei tahun 2015. Pemungutan data penelitian dilakukan selama empat kali pertemuan paqda bulan Maret 2015 B. Subjek Penelitian Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015, dengan jumlah siswa yang terikut dalam penelitian sebanyak 39 orang. C. Alat Pengumpul Data Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah instrumen observasi aktivitas belajar siswa dan tes hasil belajar siswa. a) Tes hasil belajar Tes digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa sebelum dan sesudah pembelajaran dengan model inkuiri sosial. Tes disusun dalam bentuk pilihan ganda yang mengacu pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) untuk kelas VII. Tes hasil belajar ini berjumlah 15 soal bentuknya pilihan berganda. Melihat gambaran klasifikasi soal memliki gambaran sesuai dengan teori Bloom, dan tingkat kesukarannya juga berbeda. Tes hasil belajar ini digunakan untuk mengetahui kemampuan awal dan kemampuan akhir siswa. Setelah kegiatan belajar mengajar dilaksanakan (Siklus I), maka dilakukan tes hasil belajar disebut Formatif I dengan jumlah delapan soal.

528 Akhir KBM pada Siklus II, dilakukan tes hasil belajar terakhir atau disebut Formatif II, dan soalnya diambil dari soal pretes sesuai dengan materi pembelajaran. b.) Lembar Aktivitas Belajar Siswa Lembar aktivitas ini digunakan pada saat siswa bekerja dalam kelompok. Yang menggunakan lembar aktivitas belajar siswa ini adalah dua orang pengamat, yang mengamati masing-masing satu kelompok setiap satu KBM yang sudah ditentukan oleh peneliti/guru. Pengamat tidak boleh duduk bersamaan untuk menghindari data bias. Pengamat mentabulasi data/menceklis pada lembar aktivitas ini selama dua menit sekali. Akhir kerja kelompok maka pengamat menandatangani lembar pengamat kemudian menyerahkan kepada peneliti. Sebagai contoh, bila kerja kelompok ditentukan oleh peneliti selama 20 menit maka pengisian data pada lembar aktivitas jumlah per siswa ada 10 ceklis. 10 ceklis ini posisinya pada lima aktivitas ini sesuai dengan pengamatan. Setelah data terkumpul, maka data tersebut dianalisis sehingga setiap aktivitas dapat ditentukan persentasnya. D. Jenis dan Desain Penelitian Penelitian ini berbentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK pertama kali diperkenalkan oleh psikologi sosial Amerika yang bernama Kurt Lewin pada tahun 1946 (Aqib, 2006 :13). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru di kelas atau disekolah dengan penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan proses pembelajaran. Menurut Lewin dalam Aqib (2006 : 21) menyatakan bahwa dalam satu siklus terdiri atas empat langkah, yaitu perencanaan (planning), tindakan (acting), observasi (observing) dan refleksi (reflecting). E. Teknik Analisis Data Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir Siklus I dan Siklus II 2. Menghitung nilai rerata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada Siklus I dan Siklus II untuk mengetahui adanya pening-katan hasil belajar. 3. Penilaian a. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus: Nilai Jumlah jawaban benar Siswa 100 Jumlah seluruh soal b. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut: X X N Keterangan : X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes c. Untuk penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: F. Indikator Keberhasilan Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini adalah tercapainya KKM IPS Terpadu kelas VII sebesar 75. Jika hasil formatif 85% dari jumlah seluruh telah mencapai KKM maka ketuntasan klasikal telah tercapai. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian Data penelitian yang diperoleh berupa data observasi berupa pengamatan aktivitas siswa saat bekerja kelompok dalam pembelajaran, data tes formatif siswa pada setiap siklus, dan data respon siswa setelah pembelajaran Siklus II. Data lembar observasi diambil dari dua pengamat yaitu guru sejawat peneliti yang diminta kesediaannya melakukan pengamatan aktivitas belajar siswa selama berdiskusi kelompok. Dengan demikian pengamatan tidak dilakukan sepanjang pembelajaran namun hanya pada saat diskusi kelompok saja. Data ini digunakan untuk menunjukkan adanya perbaikan kualitas aktivitas belajar siswa. Data tes formatif untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa setelah diterapkan proses belajar mengajar

529 dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial berbantuan LKS. Merujuk pada hasil tes kemampuan awal dari 39 siswa tidak seorang siswapun memperoleh nilai diatas KKM sebesar 75. Dengan rata-rata diperoleh sebesar 18, nilai tertrendah 0 dan tertinggi 53, maka ketuntasan klasikal hanya 0%. Dengan demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa minat belajar siswa dirumah rendah karena tidak membaca terlebih dahulu buku dirumah sebelum datang kesekolah. Siklus I a. Perencanaan Data pretes mengisyaratkan bahwa siswa tidak mempersiapkan diri belajar dirumah sebelum mempelajari materi baru yang akan disampaikan guru di sekolah sekaligus dapat disimpulkan bahwa minat belajar dan kemandirian belajar siswa masih rendah. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dengan sosial berbantuan LKS. Dimulai dengan perencanaan berupa menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam sosial. Dalam perencanaan yang didiskusikan bersama guru sejawat dan pembimbing penelitian, maka disusun perangkat: 1. RPP KBM 1 dan 2 2. LKS 1 dan 2 3. Instrumen Tes Formatif 1 4. Instrumen Observasi Aktivitas Siswa 5. Bahan dan suber belajar dari lingkungan sekitar b. Pelaksanaan Setelah perencanaan, kemudian peneliti melaksanakan tindakan pembelajaran Siklus I. Siklus I dilaksanakan dalam dua kali pertemuan (KBM) dengan 2 x 40 menit setiap KBM. Proses pembelajaran dilaksanakan sesuai dengan RPP 1 dan 2 yang telah disusun dalam perencanaan. Dalam pembelajaran juga dibantu dengan menggunakan LKS untuk membantu memudahkan jalannya pembelajaran yang berorientasi aktivitas siswa. Diakhir KBM 2 disediakan waktu 25 menit untuk melaksanakan formatif 1 dimana instrumen yang digunakan sebagian dari pretes yang indikatornya telah dipelajari pada Siklus I. c. Observasi Saat peneliti melaksanakan pembelajaran, peneliti dibantu oleh dua teman sejawat untuk melakukan pengambilan data observasi aktivitas dan dokumentasi penelitian pada fase kerja kelompok. Data aktivitas siswa dapat dilihat dalam tabel 1. Tabel 1: Data Aktivias Siswa Siklus I No Aktivitas Proporsi 1 Menulis dan membaca 39% 2 Mengerjakan LKS 32% 3 Bertanya pada teman 6% 4 Bertanya pada guru 19% 5 Yang tidak relevan 5% Jumlah 100% Setelah itu dilakukan tes hasil belajar sebagai Formatif I. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel 2. Tabel 2: Distribusi Hasil Formatif I Nilai Frekuensi Ketuntasan Rata-rata 88 3 8% 75 11 28% 63 18-66 50 7 - Jumlah 39 36% Data hasil formatif I menujukkan kondisi yang belum berhasil mencapai ketuntasan klasikal, dengan KKM 75 hanya 36% siswa mencapai ketuntasan. Sementara nilai rata-rata sebesar 66 masih dibawah KKM. Merujuk pada aktivitas belajar siswa yang diperoleh dari pengamatan Siklus I, aktivitas siswa memang belum begitu baik dalam pembelajaran. Dari hasil observasi aktivitas dan Formatif I diperoleh kesimpulan bahwa pembelajaran Siklus I masih gagal memberi ketuntasan belajar secara klasikal. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. d. Refleksi I dan Revisi I Dari refleksi I dapat disimpulkan bahwa, meskipun pembelajaran Siklus I

530 telah meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata diatas ketuntasan minimum, namun ketuntasan secara klasikal belum tercapai karena masih di bawah 85%. Beberapa hal yang teridentifikasi sebagai penyebabnya diantaranya: a. Beberapa siswa masih sibuk dengan kegiatan individualnya sendiri seperti menulis, membaca, dan membalik-balik buku yang proporsinya paling menonjol sebesar 39%. b. Siswa belum memiliki sikap kemandirian belajar terlihat dari lebih banyaknya aktivitas bertanya pada guru sebesar 19% dibandingkan bertanya dengan sesama teman sebesar 6%. c. Pada pertemuan I kelompok siswa masih berada pada tahap penyesuaian diri, sehingga belum terlihat kerjasama yang baik diantara siswa dalam kelompok. Sehingga aktivitas kinerja belum begitu menonjol sebesar 32%. d. Terdapat juga kegaduhan pada satu kelompok dalam diskusi dengan adanya aktivitas tidak relevan sebesar 5%. e. Pada analisis LKS masih banyak kesulitan dan kesalahan yang dilakukan siswa. Berdasar pada permasalahanpermasalahan yang ditemui pada Siklus I maka guru sebagai peneliti merencanakan tindakan-tindakan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan di Siklus II diantaranya: 1) Untuk mengurangi aktivitas individual menulis dan membaca sehingga mengurangi kebingungan siswa terhadap tugasnya maka ditampilkan sebuah media infokus yang menggambarkan konsep yang sedang dipelajari. 2) Untuk meningkatkan aktivitas bertanya pada siswa dan mengurangi aktivitas bertanya pada guru sehingga siswa memiliki kemandirian maka dalam setiap kelompok ditempatkan seorang siswa yang unggul menjadi tutor bagi teman-temannya sehingga suasana diskusi lebih hidup. 3) Siswa yang belum tuntas hasil belajarnya pada formatif I, maka indikator yang belum tercapai pada pembelajaran Siklus I diberikan sebagai beban tugas dibantu teman tutor dalam kelompoknya. 4) Analisis pada LKS dibuat sebagai pertanyaan isian singkat untuk membantu siswa menganalisis. Siklus II a. Perencanaan Pembelajaran Siklus I ternyata belum dapat memberikan hasil yang sesuai harapan karena beberapa kendala seperti diungkap dalam refleksi I. Hasil belajar siswa belum mencapai ketuntasan kalsikal dan aktivitas belajarnya pun belum baik. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa dengan sosial dengan beberapa tindakan perbaikan seperti yang diungkapkan dalam revisi I. Dimulai dengan perencanaan berupa menyusun perangkat pembelajaran yang akan digunakan dalam sosial. Dalam perencaan yang didiskusikan bersama guru sejawat dan pembimbing penelitian, maka disusun perangkat: 1. RPP KBM 3 dan 4 2. LKS 3 dan 4 3. Instrumen Tes Formatif 2 4. Instrumen Observasi Aktivitas Siswa 5. Bahan dan suber belajar dari lingkungan sekitar 6. Semua perangkat disusun mengacu pada revisi tindakan Siklus I b. Pelaksanaan Setelah melakukan perencanaan dengan beberapa tindakan perbaikan pembelajaran yang akan dilakukan pada Siklus II maka dilakukan pembelajaran Siklus II dalam dua kali pertemuan. Siklus II dilaksanakan dengan fase seperti Siklus I dengan mempertimbangkan revisi I. c. Observasi Sama dengan pembelajaran Siklus I peneliti dibantu oleh dua teman sejawat untuk mengambil dokumentasi penelitian dan observasi aktivitas belajar siswa pada fase diskusi kelompok Siklus II. Merujuk pada aktivitas belajar siswa yang

531 diperoleh dari pengamatan Siklus II, aktivitas siswa mengalami perbaikan dalam pembelajaran. Data aktivitas siswa Siklus II dapat dilihat dalam Tabel 3. Tabel 3: Data Aktivias Siswa Siklus II No Aktivitas Proporsi 1 Menulis dan membaca 27% 2 Mengerjakan LKS 40% 3 Bertanya pada teman 25% 4 Bertanya pada guru 6% 5 Yang tidak relevan 2% Jumlah 100% Merujuk pada data aktivitas siswa Siklus I dan Siklus II telah terjadi perubahan aktivitas belajar siswa menjadi lebih baik. Aktivitas menulis dan membaca turun pada Siklus II menjadi 27%, sedangkan aktivitas kerja naik menjadi 40%, aktivitas bertanya pada teman naik menjadi 25%, dan bertanya pada guru menjadi 6%. Sementara aktivitas tidak relevan dengan KBM turun menjadi 2%. Seluruh perubahan aktivitas secara jelas disajikan dalam Gambar 1. Siklus 1 Siklus 2 39% 27% 32% 40% 19% 25% 6% 6% 5% 2% 1 2 3 4 5 Keterangan: 1. Menulis dan membaca 2. Mengerjakan LKS 3. Bertanya pada teman 4. Bertanya pada guru 5. Yang tidak relevan Gambar 1: Grafik Aktivitas Siswa Siklus I Dan Siklus II Diakhir Siklus II dilakukan tes sebagai Formatif II. Data Formatif II disajikankan dalam Tabel 4. Tabel 4: Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekuensi Ketuntasan Ratarata 100 4 10% 86 30 77% 71 3-85 57 2 - Jumlah 39 87% Merujuk pada data-data yang telah disajikan yakni pretes, formatif I, dan formatif II, dapat disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa tiap siklusnya. Namun ketuntasan belajar klasikal baru dapat diperoleh setelah akhir Siklus II dengan ketuntasan klasikal mencapai 87% dan nilai rata-rata 85. Peningkatan hasil tes siswa dapat dilihat melalui Gambar 2.

532 Data Awal Siklus 1 siklus 2 53 88 100 0 50 57 18 66 85 87 0 36 Nilai Tertinggi Nilai terendah Rata-rata nilai tes Ketuntasan klasikal(%) Gambar 2: Grafik Hasil Belajar Kognitif d. Refleksi I Waktu yang ditetapkan dalam Siklus II adalah empat jam pelajaran. Pada Siklus II kemampuan siswa dalam melengkapi LKS sangat baik dan sudah memenuhi target dengan waktu sesuai dengan alokasi yang ditetapkan dengan demikian terjadi percepatan pembelajaran. Demikian pula dengan hasil belajar dan aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan serta sudah mencapai indikator secara keseluruhan dalam Siklus II dapat direfleksikan hal-hal berikut: 1. Hasil penilaian terhadap LKS dari setiap siklus menunjukkan meningkatnya kemampuan siswa dalam melengkapi LKS. 2. Dari Siklus I sampai Siklus II tampak bahwa rata-rata nilai tes siswa semakin menunjukkan hasil yang lebih baik, dan indikator keberhasilan terlampaui pada Siklus II dalam waktu sesuai rancangan penelitian. 3. Lembar pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri sosial mampu memicu siswa untuk lebih aktif, baik aktif dalam melakukan diskusi kelompok maupun dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti kemandirian, berani mengungkapkan gagasan, mampu melakukan presentasi, memberi tanggapan terhadap presentasi, serta keterlibatan dalam menyimpulkan materi pembelajaran. B. Pembahasan Merujuk pada data pretes, nilai terendah untuk Pretes adalah 0 dan tertinggi adalah 53 dengan KKM (kriteria ketuntasan minimum) sebesar 75 maka tidak seorang pun mendapat nilai diatas ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah 0%. Nilai rata-rata kelas adalah 18 yang juga tidak tuntas. Data tersebut menunjukkan pemahaman awal siswa tentang kegiatan ekonomi sangat rendah. Dalam diskusi antara peneliti dengan guru sejawat penelitian maka dirumuskan penggunaan model pembelajaran inkuiri sosial beserta penyusunan perangkat dan instrument penelitian sebagai perencanaan Siklus I. Perencanaan selanjutnya untuk melaksanakan tindakan pada Siklus I adalah dengan membagi kelompokkelompok diskusi. Dari jumlah keseluruhan siswa dalam kelas I yaitu 39 siswa akan dibagi menjadi delapan kelompok belajar dan masing-masing kelompok terdiri dari 4-5 siswa yang heterogen. Pembagian kelompok didasarkan pada nilai Pretes sehingga pembentukan kelompok memenuhi kriteria heterogen dalam kemampuan awal. Pada tahap perencanaan penulis mempersiapkan beberapa komponen terkait dengan materi pembelajaran IPS berupa kegiatan ekonomi masyarakat. Siklus I dilaksanakan dalaam dua kali pertemuan. Proses pembelajaran dilakukan sesuai RPP yang telah disusun untuk Siklus I berbantuan Lember Kerja Siswa (LKS). Pada pelaksanaan pembelajaran Siklus I ini guru sebagai peneliti dibantu dua guru sejawat yang bertindak sebagai observer yang membantu peneliti mengamati aktivitas belajar siswa saat berdiskusi dalam kelompok. Setelah berakhirnya pelaksanaan Siklus I diadakan tes hasil belajar kognitif yang selanjutnya disebut sebagai Formatif

533 I. Merujuk pada Tabel 2 tentang Formatif I, nilai terendah Formatif I adalah 50 dan tertinggi adalah 88. Merujuk pada KKM sebesar 75 maka 14 dari 39 orang siswa mendapat nilai yang mencapai KKM atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 36%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 66 masih di bawah KKM. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. Berdasarkan hasil belajar kognitif dan pengamatan Siklus I menunjukkan bahwa masih terdapat beberapa permasalahan/ kekurangan dalam pelaksanaan tindakan yang perlu diperbaiki secara lanjut. Beberapa kelemahan pada Siklus I antara lain beberapa siswa masih sibuk dengan kegiatan individualnya sendiri seperti menulis, membaca, dan membalik-balik buku yang proporsinya paling menonjol sebesar 39%. Siswa belum memiliki sikap kemandirian belajar terlihat dari lebih banyaknya aktivitas bertanya pada guru sebesar 19% dibandingkan bertanya dengan sesama teman sebesar 6%. Pada pertemuan I kelompok siswa masih berada pada tahap penyesuaian diri, sehingga belum terlihat kerjasama yang baik diantara siswa dalam kelompok. Sehingga aktivitas kinerja belum begitu menonjol sebesar 32%. Terdapat juga kegaduhan pada satu kelompok dalam diskusi dengan adanya aktivitas tidak relevan sebesar 5%. Pada analisis LKS masih banyak kesulitan dan kesalahan yang dilakukan siswa. Kekurangan-kekurangan pada Siklus I yang berhubungan dengan aktivitas belajar siswa dan hasil belajar siswa dibenahi guru pada pembelajaran Siklus II. Dalam pembahasan materi ajar, guru menggunakan model yang sama pada pertemuan sebelumnya, tetapi pada pembelajaran kali ini guru memberikan tindakan perbaikan diantaranya untuk mengurangi aktivitas individual menulis dan membaca sehingga mengurangi kebingungan siswa terhadap tugasnya maka ditampilkan sebuah media chart yang menggambarkan konsep yang sedang dipelajari. Untuk meningkatkan aktivitas bertanya pada siswa dan mengurangi aktivitas bertanya pada guru sehingga siswa memiliki kemandirian maka dalam setiap kelompok ditempatkan seorang siswa yang unggul menjadi tutor bagi teman-temannya sehingga suasana diskusi lebih hidup. Siswa yang belum tuntas hasil belajarnya pada formatif I, maka indikator yang belum tercapai pada pembelajaran Siklus I diberikan sebagai beban tugas dibantu teman tutor dalam kelompoknya. Analisis pada LKS dibuat sebagai pertanyaan isian singkat untuk membantu siswa menganalisis. Pada akhir Siklus II, guru memberikan tes untuk mengukur kemampuan siswa memahami materi sebagai Formatif II. Merujuk pada Tabel 4 tentang Formatif II, nilai terendah untuk Formatif II adalah 57 dan tertinggi adalah 100 dengan 34 dari 39 siswa mendapat nilai mencapai KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 87%. Nilai ini mencapai kriteria ketuntasan klasikal dan dapat dikatakan KBM Siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 85 telah memenuhi KKM. Pembelajaran dilakukan dengan model belajar inkuiri sosial, pola pembelajaran sudah berjalan dengan baik. Dalam setiap pembahasan pembelajaran guru melibatkan siswa secara aktif hal ini sudah lebih nampak pada Siklus II. Guru telah melibatkan siswa dalam aktivitas belajar, mengemukakan ide, berdiskusi dan mengerjakan soal latihan. Demikian pula dengan hasil belajar dan aktivitas siswa sudah mengalami peningkatan serta sudah mencapai indikator secara keseluruhan dalam Siklus II dapat direfleksikan hal-hal berikut; 1) hasil penilaian terhadap LKS dari setiap siklus menunjukkan meningkatnya kemampuan siswa dalam melengkapi LKS; 2) dari Siklus I sampai Siklus II tampak bahwa rata-rata nilai tes siswa semakin menunjukkan hasil yang lebih baik, dan indikator keberhasilan terlampaui pada Siklus II dalam waktu sesuai rancangan penelitian; dan 3) lembar pengamatan aktivitas siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan model pembelajaran inkuiri sosial mampu memicu siswa untuk lebih aktif, baik aktif dalam melakukan diskusi kelompok maupun dalam mengikuti proses pembelajaran, seperti kemandirian, berani mengungkapkan gagasan, mampu melakukan

534 presentasi, memberi tanggapan terhadap presentasi, serta keterlibatan dalam menyimpulkan materi pembelajaran. Pembahasan terhadap permasalahan penelitian maupun tindakan berdasarkan analisis data kualitatif hasil penelitian dari kerja kolaborasi antara peneliti sebagai guru dan guru IPS Terpadu sejawat yang terlibat dalam kegiatan ini dimulai: 1) dialog awal, 2) perencanaan tindakan, a) identifikasi masalah yang diduga mempengaruhi aktivitas dan hasil belajar siswa dan penyebabnya; b) perencanan solusi masalah, 3) pelaksanaan tindakan, dan 4) evaluasi hasil pelaksanaan tindakan. Perencanaan pembelajaran dengan model belajar inkuiri sosial sebagai upaya memperbaiki aktivitas dan hasil belajar siswa. Melalui model pembelajaran inkuiri sosial, perencanaan pembelajaran ini dapat dilaksanakan dengan baik. Kenaikan banyaknya siswa tuntas ini menunjukkan bahwa pembelajaran yang didasarkan pada penerapan pembelajaran melalui model pembelajaran inkuiri sosial dapat membuat siswa aktif dalam pembelajaran dan semakin kreatif. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan analisis data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri sosial di kelas VII-4 SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015 diperoleh kesimpulan: 1. Ketuntasan hasil belajar IPS Terpadu siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial, terbukti dari hasil tes siswa ketuntasan pembelajaran naik sebesar 51%. Pada Siklus I rata-rata nilai tes 66 dengan ketuntasan pembelajaran sebesar 36% dan pada Siklus II rata-rata nilai tes 85 dengan ketuntasan pembelajaran naik menjadi 87%, dan berhasil memberikan ketuntasan hasil belajar secara klasikal. 2. Aktivitas belajar IPS terpadu siswa meningkat dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri sosial pada Siklus I aktivitas menulis danmembaca 39%, mengerjakan LKS 32%, bertanya sesama teman 19%, bertanya kepada guru 6%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 5%. Pada Siklus II antara lain menulis dan membaca 32%, mengerjakan LKS 41%, bertanya sesama teman 18%, bertanya kepada guru 5%, dan yang tidak relevan dengan kegiatan belajar mengajar 4%. B. Saran Dari hasil penelitian yang diperoleh dari uraian sebelumnya agar proses belajar mengajar IPS Terpadu di SMP lebih efektif dan lebih memberikan hasil yang optimal bagi siswa, maka disampaikan saran sebagai berikut: 1. Untuk melaksanakan model pembelajaran inkuiri sosial memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran inkuiri sosial dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. 2. Dalam rangka meningkatkan aktivitas siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pengajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya melalui aktivitas tersebut dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya. 3. Perlu adanya penelitian yang lebih lanjut, karena hasil penelitian ini hanya dilakukan di SMP Negeri 1 Pangkatan tahun pelajaran 2014/2015. 4. Untuk penelitian yang serupa hendaknya dilakukan perbaikanperbaikan agar diperoleh hasil yang lebih baik. DAFTAR PUSTAKA Aqib, Z. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya.

535 Joyce, Wheil, dan Calhoun. 2010. Model s of Teaching (Model Model Pengajaran). Yogyakarta: PustakaPelajar. Sanjaya, W. 2007. Strategi Pembelajaran, Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Sudjana, N. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya. Suryadi, A dan Tilaar. 2003. Analisis Kebijakan Pendidikan. Bandung: Remaja Rosdakarya.