BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA

SELF TUNING PI PADA PENGENDALI KECEPATAN PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA TANPA SENSOR KECEPATAN DENGAN KONTROL VEKTOR ARUS DAN OBSERVER DALAM SUMBU DQ

Materi Presentasi: Pendahuluan Tinjauan Pustaka Perancangan Hasil Simulasi Kesimpulan

BAB III METODA PENELITIAN

Hamzah Ahlul Fikri Jurusan Tehnik Elektro, FT, Unesa,

Pemodelan Dinamik dan Simulasi dari Motor Induksi Tiga Fasa Berdaya Kecil

Perbaikan Performa Tegangan Motor Induksi Kapasitas Besar Berbasis Hybrid Converter System

Desain dan Simulasi Average Model Voltage Source Inverter pada Generator Induksi

Simulasi Control System Design dengan Scilab dan Scicos

Perancangan Dan Implementasi Direct Torque Control 2 Level Inverter Pada Motor Induksi

SISTEM KENDALI POSISI MOTOR DC Oleh: Ahmad Riyad Firdaus Politeknik Batam

Perancangan Pengendali Proportional-Integral Anti-Windup (Pi-Aw) pada Simulator Mobil Listrik untuk Kendali Kecepatan dan Torsi

BAB III PERANCANGAN DAN PEMBUATAN ALAT Flow Chart Perancangan dan Pembuatan Alat. Mulai. Tinjauan pustaka

BAB III PERANCANGAN SISTEM

PEMODELAN PEMBANGKIT LISTRIK TENAGA ANGIN 1kW BERBANTUAN SIMULINK MATLAB

SIMULASI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR DC DENGAN PENYEARAH TERKENDALI SEMI KONVERTER BERBASIS MATLAB/SIMULINK

Kegiatan 2 : STARTING MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN

BAB II MOTOR INDUKSI 3 Ø

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

Politeknik Elektronika Negeri Surabaya ITS Kampus ITS Sukolilo,Surabaya

Politeknik Negeri Sriwijaya. Laporan Akhir BAB I PENDAHULUAN

PERANCANGAN MODEL PREDICTIVE TORQUE CONTROL (MPTC) UNTUK PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 PHASA DENGAN ROBUST STATOR FLUX OBSERVER

SISTEM PENGATURAN MOTOR DC MENGGUNAKAN PROPOTIONAL IINTEGRAL DEREVATIVE (PID) KONTROLER

DAFTAR ISI. Lembar Persetujun Lembar Pernyataan Orsinilitas Abstrak Abstract Kata Pengantar Daftar Isi

No Fasa/Line Tegangan(Volt) 1 Vrs Vst Vtr Vrn Vsn Vtn

Perancangan Modul Pembelajaran Sistem Kontrol dengan Menggunakan Matlab dan Simulink

DC-DC Step-Up Converter Rasio Tinggi Kombinasi Charge Pump dan Boost Converter untuk Catu Daya Motor Induksi pada Mobil Listrik

DAFTAR ISI PROSEDUR PERCOBAAN PERCOBAAN PENDAHULUAN PERCOBAAN Kontrol Motor Induksi dengan metode Vf...

Maximum Power Point Tracking (MPPT) Pada Variable Speed Wind Turbine (VSWT) Dengan Permanent Magnet Synchronous Generator

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

peralatan-peralatan industri maupun rumah tangga seperti pada fan, blower, pumps,

Perbaikan Faktor Daya Motor Induksi 3 fase menggunakan Mikrokontroler 68HC11

Penggunaan & Pengaturan Motor Listrik PENGEREMAN MOTOR LISTRIK

PEMODELAN SISTEM KONTROLER LOGIKA FUZZY PADA PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK MATLAB / SIMULINK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

Perancangan Soft Starter Motor Induksi Satu Fasa dengan Metode Closed Loop Menggunakan Mikrokontroler Arduino

MOTOR LISTRIK 1 & 3 FASA

KEGIATAN 1 : PENGEREMAN MOTOR ARUS SEARAH DENGAN MENGGUNAKAN TAHANAN GESER UNTUK APLIKASI LABORATORIUM

Penurunan Rating Tegangan pada Belitan Motor Induksi 3 Fasa dengan Metode Rewinding untuk Aplikasi Kendaraan Listrik

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN ANALISA

UNIVERSITAS INDONESIA

Hubungan Antara Tegangan dan RPM Pada Motor Listrik

KONTROL MOTOR INDUKSI BERBASIS INDIRECT FIELD- ORIENTED CONTROL DAN OPTIMASI FAKTOR DAYA UNTUK SISTEM POMPA TENAGA SURYA

BAB II LANDASAN TEORI ANALISA HUBUNG SINGKAT DAN MOTOR STARTING

UNIVERSITAS INDONESIA PENGENDALIAN KECEPATAN MOTOR ARUS SEARAH PENGUATAN TERPISAH DENGAN PERUBAHAN BEBAN DAN MENGGUNAKAN PERANGKAT LUNAK LABVIEW 2010

Perbaikan Performa Tegangan Motor Induksi Kapasitas Besar Berbasis Hybrid Converter System.

ANALISA SISTEM KENDALI FUZZY PADA CONTINUOUSLY VARIABLE TRANSMISSION (CVT) DENGAN DUA PENGGERAK PUSH BELT UNTUK MENINGKATKAN KINERJA CVT

DESAIN PENGATURAN PUTARAN MESIN DC MENGGUNAKAN PID (PROPORTIONAL INTEGRAL DERIVATIVE) DENGAN METODE ZIEGLER-NICHOLS

Gambar 1 Sistem dan Pemodelan

BAB IV ANALISA DAN PEMBAHASAN

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

FIELD ORIENTED CONTROL SEBAGAI PENGGERAK MOTOR INDUKSI PADA MESIN CUCI

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN

9/10/2015. Motor Induksi

BAB II MOTOR INDUKSI SATU PHASA. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran

Simulasi Sederhana tentang Energy Harvesting pada Sistem Suspensi

PENAMBAHAN PENGAMAN MOTOR LISTRIK DENGAN SENSOR SUHU IC LM 135

Analisis Penalaan Kontroller PID pada Simulasi Kendali Kecepatan Putaran Motor DC

BAB III PENDAHULUAN 3.1. LATAR BELAKANG

Optimasi Pengaturan Kecepatan Motor DC Menggunakan FLC (Fuzzy Logic Controller)

2 BAB II TINJAUAN PUSTAKA

1 BAB I PENDAHULUAN. listrik. Di Indonesia sejauh ini, sebagian besar kebutuhan energi listrik masih disuplai

Rancangan Sistem Pengendalian Otomatis Konveyor Buah (Fruit Shredder Feeding)

β QV β TV γ : rasio induktansi (γ =L r /L s ) γ m η η B η H η M η o η P η RR η S λ m λ r λ dr λ dro λ dr * λ qr λ qro μ π : konstanta 3.

Presentasi Tugas Akhir


BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TRANSFORMATOR. Bagian-bagian Tranformator adalah : 1. Lilitan Primer 2. Inti besi berlaminasi 3. Lilitan Sekunder

ANALISIS PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI 3 FASA 20 HP DENGAN PERBANDINGAN KONTROL PI DAN PID

BAB I PENDAHULUAN. efesiensi, torsi, kecepatan tinggi dan dapat divariasikan, serta biaya perawatan

SKRIPSI. Analisa sistem..., Denna Maulana Achmad, FT UI, 2012

BAB II LANDASAN SISTEM

Pembuatan Modul Inverter sebagai Kendali Kecepatan Putaran Motor Induksi

DIRECT TORQUE CONTROL BERBASIS ADAPTIVE FUZZY LOGIC CONTROLLER SEBAGAI PENGENDALI KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA

Teknik Tenaga Listrik(FTG2J2)

BAB II MOTOR KAPASITOR START DAN MOTOR KAPASITOR RUN. Motor induksi adalah motor listrik arus bolak-balik (ac) yang putaran rotornya

Analisis Karakteristik Motor Induksi Tiga Fasa XYZ Standar NEMA

BAB 4 SIMULASI MODEL MATEMATIS CSTR BIODIESEL

ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA MOTOR INDUKSI SATU FASA SPLIT-PHASE

Analisis Pengaruh Perubahan Tegangan Terhadap Torsi Motor Induksi Tiga Fasa Menggunakan Simulasi Matlab

Penentuan Parameter dan Arus Asut Motor Induksi Tiga Fasa

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

ANALISIS KARAKTERISTIK KERJA MOTOR LISTRIK HOIST DI PT. NIKKATSU ELECTRIC WORKS

Tampak bahwa besarnya arus hubung singkat tersebut menurun sebagai fungsi waktu. Pada 3-4

ANALISIS PENERAPAN PID CONTROLLER PADA AVR (AUTOMATIC VOLTAGE REGULATOR)

Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya. Model Matematik Sistem Elektromekanik

METODE PERLAMBATAN (RETARDATION TEST) DALAM MENENTUKAN RUGI-RUGI DAN EFISIENSI MOTOR ARUS SEARAH

BAB II MOTOR INDUKSI SATU FASA. Motor induksi adalah adalah motor listrik bolak-balik (ac) yang putaran

PENGARUH RESISTANSI DI STATOR TERHADAP PUTARAN MOTOR INDUKSI TIGA PHASA SANGKAR TUPAI DENGAN KENDALI TORSI LANGSUNG MENGGUNAKAN PI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

4. BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS. pengujian simulasi open loop juga digunakan untuk mengamati respon motor DC

Perancangan Rangkaian Pengasutan Soft Starting Pada Motor Induksi 3 Fasa Berbasis Arduino Nano

2.1 Pengertian Umum Mesin Pemipil Jagung. 2.2 Prinsip Kerja Mesin Pemipil Jagung BAB II DASAR TEORI

LEMBAR KERJA SISWA (LKS) /TUGAS TERSTRUKTUR - - INDUKSI ELEKTROMAGNET - INDUKSI FARADAY DAN ARUS

BAB VIII MOTOR DC 8.1 PENDAHULUAN 8.2 PENYAJIAN

BAB IV PENGUJIAN DAN ANALISIS

HALAMAN JUDUL PENGATURAN KECEPATAN MOTOR INDUKSI TIGA FASA MENGGUNAKAN METODE FLUX VECTOR CONTROL BERBASIS SELF-TUNING REGULATOR

BAB III PERANCANGAN SISTEM

BAB II MOTOR INDUKSI SEBAGAI GENERATOR (MISG)

Transkripsi:

BAB 4 SIMULASI DAN ANALISA Untuk menguji hasil rancangan pengendalian motor induksi tiga fasa metode kendali torsi langsung dan duty ratio yang telah dibahas pada bab sebelumnya dilakukan simulasi dengan program SIMULINK MATLAB dengan variasi beban dan kecepatan. Kemudian sebagai tujuan utama dari penelitian pada tesis ini dilakukan pengujian pengendali torsi langsung dan duty ratio dengan motor induksi tiga fasa yang memiliki daya kecil (1 HP), daya sedang (10 HP) dan daya besar (50 HP) untuk melihat pengaruh momen inersia terhadap putaran dinamis motor. Pada perancangan simulasi KTL ini, blok motor diasumsikan sebagai motor induksi tiga fasa yang sebenarnya. Masukannya berupa tegangan tiga fasa yang dikeluarkan oleh sumber tegangan inverter (seperti yang telah dibahas pada bab 2). Arus stator keluaran dari motor dan nilai tegangan dari inverter akan diumpanbalikkan ke blok observer. Maka dalam implementasi sistem sebenarnya diperlukan sensor arus. Waktu sampling yang digunakan pada sistem yaitu 10-4 s, sedangkan frekwensi yang digunakan pada modulasi nilai duty ratio adalah 10 3 Hz. 4.1 Prosedur Simulasi A. Simulasi Perubahan Kecepatan dengan Beban Nol Dalam simulasi ini diberikan masukkan kecepatan awal pada saat t=0 sebesar 100 rad/detik kemudian pada t= 10 detik dinaikkan kecepatannya hingga mencapai 140 rad/detik mendekati kecepatan nominal motor. Torsi beban tetap dibuat nol. B. Simulasi Perubahan Kecepatan dan Perubahan Beban Pada simulasi ini diberikan masukkan kecepatan awal pada saat t=0 sebesar 100 rad/detik kemudian pada t=10 detik dinaikkan kecepatannya hingga mencapai 140 rad/detik, mendekati kecepatan nominal motor. Pada saat t=0 detik, diberikan beban seimbang sesuai karakteristik motor, dan pada saat t=14 detik,

beban dinaikkan dengan nilai yang seimbang dengan torsi maksimum beban motor. 4.2 Simulasi dengan Motor 1 HP Berikut adalah nilai parameter motor 1 HP yang digunakan pada program simulasi: Tabel 4.1 Parameter Motor 1 HP[3] Daya 1 HP Jumlah Pasang Kutub (Np) 2 Resistansi Stator (Rs) 2.76 ohm Resistansi Rotor (Rr) 2.90 ohm Induktansi Stator (Ls) 0.2349 H Induktansi Rotor (Lr) 0.2349 H Induktansi magnetik (Lm) 0.2279 H Momen Inersia (J) 0.0436 kgm 2 Koeffisien Gesekan (f) 0.0005 Nms Dari simulasi akan dilihat kecepatan rotor ( ω ), torsi elektromagnetik motor ( T e ), arus satu fasa dari stator ( i a ) dan nilai duty ratio. Konstanta histerisis torsi = 0.08, sedangkan konstanta histerisis fluks adalah 0.0173, konstanta pada observer diperoleh dari percobaan, yaitu: K = 1.105 ; Kp = 8 ; Ki = 300. Sedangkan konstanta pengendali kecepatan yang digunakan pada simulasi, yaitu: Kp = 0.5 dan Ki = 1.2 dan Torsi max = 7 Nm. r 4.2.1 Simulasi Perubahan Kecepatan dengan Beban Nol A. Status Perubahan Kecepatan Pada metode kendali torsi langsung dengan duty ratio sistem merespon perubahan nilai acuan dengan baik, hal ini terlihat pada Gambar 4.1. Nilai estimasi kecepatan rotor tidak mengalami perbedaan yang besar dengan kecepatan aktualnya, hal ini membuktikan nilai konstanta k dan nilai konstanta Kp, Ki pada observer sudah sesuai pada daerah kerja sistem.

Gambar 4.1 Kecepatan motor 1 HP pada beban nol B. Kondisi Torsi Elektromagnetik Pada saat proses asutan motor, torsi aktual motor mampu mengikuti torsi acuannya dengan cepat pada t = 5 ms seperti terlihat pada Gambar 4.2. Untuk estimasi torsi elektromagnetik memberikan hasil sesuai dengan torsi elektromagnetik aktualnya. Gambar 4.2 Torsi Elektromagnetik motor 1 HP pada beban nol

Pada saat kecepatannya berubah di t=10 detik, pengendali kecepatan kembali memberikan torsi acuan yang maksimum untuk menaikkan kecepatan rotor dari 100 rad/s menuju 140 rad/s. Demikian pula torsi aktual motor mampu mengikuti torsi acuan dengan respon yang cepat yaitu sebesar 10 ms. Hal ini sesuai dengan persamaan matematis : 3 ψ i ψ i Te = NpLm 2 Lr Lr rα sβ rβ sα (4.1) Pada Persamaan 4.1 dengan nilai fluks tetap, dan terjadi perubahan sudut yang besar dan cepat pada arus stator dalam space phasor, maka nilai torsinya pun akan besar pula. C. Nilai Arus Satu Fasa Nilai arus pada fasa A pada Gambar 4.3 terlihat mengikuti karakteristik torsi pada pada saat asutan mencapai 15 A, hal ini dikarenakan pada awal asutan dapat terjadi lonjakan arus sebesar 6 kali arus nominal motor. Pada t=10 detik dimana pada saat itu terjadi perubahan kecepatan motor terdapat perubahan nilai arus. Terjadi perubahan pada arus pada Gambar 4.3, dimana nilai puncak positifnya turun sebesar 0.3 Ampere. Hal ini karena duty ratio memberikan variasi nilai tegangan VDC untuk satu periode pensaklaran sehingga arusnya pun menjadi turun, sesuai dengan persamaan (3.1) : Vn = (Sn Sn ) x VDC/ 2 (n = a, b, c) (4.2) dimana nilai VDC = d * (220 2 )Vdc

Gambar 4.3 Arus Fasa A motor 1 HP pada beban nol D. Nilai Duty Ratio Gambar 4.4 Nilai duty ratio motor 1 HP pada beban nol Pada Gambar 4.4 nilai duty ratio keluaran dari pengendali Logika Fuzzy memberikan nilai yang bervariasi diantara 0.55 dan 1 sesuai dengan fungsi keanggotaan keluaran pengendali fuzzy. Pada saat asutan motor terlihat duty ratio memberikan faktor diantara 0.65-0.8, bertujuan untuk menurunkan lonjakan torsi

pada saat asutan motor. Pada saat t= 10 detik terlihat bahwa nilai duty ratio memberikan faktor diantara nilai 0.75 karena pada saat itu motor membutuhkan tambahan arus. Pada rentang waktu yang lainnya nilai duty ratio bervariasi sesuai nilai kesalahan torsi, fluks dan posisi fluks stator. 4.2.2 Simulasi Perubahan Kecepatan dan Perubahan Beban A. Status Perubahan Kecepatan Pada simulasi dengan perubahan kecepatan dan perubahan beban, sistem masih dapat mengikuti nilai acuannya. Dan pada saat t=14 detik terjadi penurunan kecepatan akibat proses pembebanan sebesar 1.2 Nm, terlihat pada Gambar 4.5. Gambar 4.5 Kecepatan motor 1 HP dengan perubahan beban B. Kondisi Torsi Elektromagnetik Pada kondisi perubahan beban, Gambar 4.6 memberikan kesesuaian antara acuan dengan aktual torsi. Pada kondisi simulasi ini, metode KTL duty ratio tetap memberikan unjuk kerja yang baik. Hal ini dibuktikan dengan respon torsi aktual motor yang sangat cepat, sekitar 5 ms, yang merupakan ciri dari sistem kendali torsi langsung. Terjadi riak pada torsi acuan yang terjadi cukup besar pada saat t>10 detik disebaban oleh kesalahan estimasi kecepatan dari blok observer.

Namun perubahan torsi beban pada saat t=14 detik tetap diikuti dengan baik oleh torsi aktual motor, sesuai dengan torsi acuannya. Gambar 4.6 Torsi Elektromagnetik motor 1 HP dengan perubahan beban C. Nilai Arus Satu Fasa Gambar 4.7 memperlihatkan nilai arus fasa a pada motor sebesar 3 Ampere sesuai dengan arus nominal motor. Gambar 4.7 Arus Fasa A motor 1 HP dengan perubahan beban

D. Nilai Duty Ratio Gambar 4.8 Nilai d motor 1 HP dengan perubahan beban Gambar 4.8 memberikan informasi bahwa selama rentang waktu t = 0 sampai dengan t=20 detik terjadi variasi nilai tegangan VDC yang dicatu kepada inverter sumber tegangan, dan membuktikan sistem duty ratio telah bekerja dengan baik. Pada saat t > 10 detik motor membutuhkan lebih banyak arus karena terjadi perubahan kecepatan dan perubahan beban, sehingga nilai duty ratio berada di rentang 0.75.

4.3 Simulasi dengan Motor 10 HP Berikut adalah nilai parameter motor 10 HP yang digunakan pada program simulasi: Tabel 4.2 Parameter Motor 10 HP[14] Daya 10 HP Jumlah Pasang Kutub (Np) 2 Resistansi Stator (Rs) 0.6 ohm Resistansi Rotor (Rr) 0.4 ohm Induktansi Stator (Ls) 0.123 H Induktansi Rotor (Lr) 0.1274 H Induktansi magnetik (Lm) 0.12 H Momen Inersia (J) 0.05 kgm 2 Koeffisien Gesekan (f) 0.005 Nms Untuk nilai koefisien gesekan tidak terdapat pada [14], sehingga digunakan nilai asumsi koefisien gesekan motor sebesar 0.005. Selain parameter motor, beberapa konstanta harus inisialisasikan terlebih dahulu, yaitu nilai K gain observer = 1.01, nilai Kp speed observer = 0.8, nilai Ki speed observer = 60. Nilai konstanta pengendali kecepatannya yaitu Kp = 0.1 dan Ki = 0.42. Untuk nilai histerisis torsinya adalah 0.1284 dan histerisis fluksnya adalah 0.0173. Pada simulasi motor 10 HP, nilai parameter masukan kesalahan torsi pada pengendali logika Fuzzy dibuat diantara 1 dan 10, untuk posisi fluks tetap pada nilai 0 dan 1.047, sedangkan parameter untuk keluarannya yaitu 0.7 dan 1. 4.3.1 Simulasi Perubahan Kecepatan dengan Beban Nol A. Status Perubahan Kecepatan Pada Gambar 4.9 terlihat kecepatan rotor dapat mengikuti acuannya dengan baik, walaupun pada frekwensi rendah terlihat observer tidak memberikan estimasi kecepatan yang baik. Namun secara keseluruhan nilai estimasi kecepatan yang dilakukan oleh observer dapat berjalan dengan baik. Dengan parameter pengendali kecepatan yang tepat, sistem dapat memberikan respon tanpa terjadi overshoot yang terlalu tinggi.

Gambar 4.9 Kecepatan motor 10 HP pada beban nol B. Kondisi Torsi Elektromagnetik Pada saat proses asutan motor, torsi aktual motor mampu mengikuti torsi acuannya dengan cepat pada t = 5 ms seperti terlihat pada Gambar 4.10. Dan pada saat kecepatannya berubah di t=10 detik, pengendali kecepatan kembali memberikan torsi acuan yang maksimum untuk menaikkan kecepatan rotor dari 100 rad/s menuju 140 rad/s. Gambar 4.10 Torsi Elektromagnetik motor 10 HP pada beban nol

C. Nilai Arus Satu Fasa Nilai arus pada fasa A terlihat pada Gambar 4.11 dimana pada saat asutan motor terjadi lonjakan arus sebesar 40 A. Gambar 4.11 Arus Fasa A motor 10 HP pada beban nol D. Nilai Duty Ratio Gambar 4.12 Nilai d motor 10 HP pada beban nol

4.3.2 Simulasi Perubahan Kecepatan dan Perubahan Beban Pada simulasi ini, motor diberi beban mula-mula sebesar 1 Nm, kemudian pada t=25 detik, beban bertambah menjadi 10 Nm. Pada simulasi ini digunakan waktu simulasi 40 detik untuk melihat respon sistem dalam kondisi perubahan kecepatan dan perubahan beban A. Status Perubahan Kecepatan Pada Gambar 4.13 terlihat pada t=15 detik kecepatan motor dinaikkan menjadi 140 rad/s. Perubahan titik acuan dapat diikuti dengan baik oleh sistem. Kemudian pada saat t=25 detik diberikan torsi beban sebesar 10 Nm, sehingga kecepatannya menjadi 85 rad/s. Namun regulator kecepatan dapat kembali memberikan nilai torsi acuan baru sehingga kecepatan motor dapat kembali ke nilai acuannya, dan membutuhkan waktu sekitar 15 detik. Gambar 4.13 Kecepatan motor 10 HP dengan perubahan beban B. Kondisi Torsi Elektromagnetik Pada torsi elektromagnetiknya terjadi perubahan pada t=25 detik, ketika motor dibebani terlihat pada Gambar 4.14. Hal ini dikarenakan torsi acuan dari regulator kecepatan dapat segera membaca kesalahan kecepatan dan kembali memberikan nilai torsi acuan yang baru.

Gambar 4.14 Torsi Elektromagnetik motor 10 HP dengan perubahan beban C. Nilai Arus Satu Fasa Gambar 4.15 Arus Fasa A motor 10 HP dengan perubahan beban Pada arus fasa a, dengan terjadinya perubahan torsi beban maka motor akan mengkonsumsi arus lebih banya seperti terlihat jelas pada Gambar 4.15 dimana terjadi peningkatan nilai puncak ke puncak arusnya.

D. Nilai Duty Ratio Gambar 4.16 Nilai d motor 10 HP dengan perubahan beban 4.4 Simulasi dengan Motor 50 HP Berikut adalah nilai parameter motor 50 HP yang digunakan pada program simulasi: Tabel 4.3 Parameter Motor 50 HP[15] Daya 50 HP Jumlah Pasang Kutub (Np) 2 Resistansi Stator (Rs) 0.087ohm Resistansi Rotor (Rr) 0.228ohm Induktansi Stator (Ls) 0.0355H Induktansi Rotor (Lr) 0.0355H Induktansi magnetik (Lm) 0.0347H Momen Inersia (J) 1.622 kgm 2 Koeffisien Gesekan (f) 0.1 Nms Konstanta yang harus inisialisasikan terlebih dahulu, yaitu nilai K gain observer = 1.3, nilai Kp speed observer = 0.15, nilai Ki speed observer = 5.0. Nilai konstanta pengendali kecepatannya yaitu Kp = 50.0 dan Ki = 50.0 Untuk nilai

histerisis torsinya adalah 10 dan histerisis fluksnya adalah 0.0173. Pada motor 50 HP nilai parameter masukan kesalahan torsi untuk pengendali logika fuzzy adalah 10 dan 40 Nm. Sedangkan untuk posisi fluks adalah 0 dan 1.047 dan parameter keluarannya adalah 0.7 dan 1. 4.4.1 Simulasi Perubahan Kecepatan dengan Beban Nol A. Status Perubahan Kecepatan Pada metode ini terlihat kecepatan aktual motor dan kecepatan estimasi dapat mengikuti nilai acuannya. Terjadi riak yang dihasilkan oleh observer lebih besar pada kecepatan 140 rad/s. Gambar 4.17 Kecepatan motor 50 HP pada beban nol B. Kondisi Torsi Elektromagnetik Pada Gambar 4.18 terlihat bahwa nilai torsi aktual dapat merespon nilai torsi acuan dengan sangat cepat. Nilai torsi acuan dibatasi dengan pembatas arus yaitu 200 Nm.

Gambar 4.18 Torsi Elektromagnetik motor 50 HP pada beban nol C. Nilai Arus Satu Fasa Pada Gambar 4.19, arus yang dihasilkan pada saat asutan motor mencapai 150 A, namun nilai ini masih dalam batas operasional motor [15]. Pada saat terjadi perubahan kecepatan motor, maka terjadi lonjakan arus yang sangat tinggi, kemudian nilai arus akan kembali normal di sekitar 40 A. Gambar 4.19 Arus Fasa A pada 50 HP pada beban nol

D. Nilai Duty Ratio Gambar 4.20 Nilai d motor 50 HP pada beban nol Pada Gambar 4.20 nilai duty ratio bervariasi diantara 0.75 dan 0.95, dalam fungsi keanggotaan variabel keluaran nilai tersebut berada pada fungsi keanggotaan Large. 4.4.2 Simulasi Perubahan Kecepatan dan Perubahan Beban Untuk motor 50 HP, maka nilai torsi beban yang diberikan pada saat t=0 adalah 50 Nm, kemudian pada saat t=14 detik, torsi beban ditambah menjadi 75 Nm. Nilai ini merupakan nilai torsi beban yang seimbang agar motor dapat menaikkan kembali kecepatannya sehingga sesuai dengan nilai kecepatan acuan. A. Status Perubahan Kecepatan Pada proses simulasi perubahan kecepatan dan perubahan beban motor 50 HP ini dapat memberikan unjuk kerja perubahan kecepatan yang baik. Pada Gambar 4.21 terjadi kesalahan estimasi kecepatan pada saat asutan motor, hingga mencapai kondisi tunak, namun pada saat t=14 detik, ternyata kecepatan aktual motor tidak dapat mengikuti nilai acuan, hal ini disebabkan terjadi kesalahan estimasi pada observer. Hal ini menunjukkan bahwa kinerja dari observer linier tidak baik dalam operasi kerja sistem yang berubah-ubah.

Gambar 4.21 Kecepatan motor 50 HP dengan perubahan beban B. Kondisi Torsi Elektromagnetik Untuk nilai torsi elektromagnetiknya terdapat kenaikkan nilai torsi aktual motor akibat pemberian beban awal sebesar 50 Nm. Nilai torsi acuan motor dibatasi untuk tidak melebihi 200 Nm, seperti terlihat pada Gambar 4.22. Gambar 4.22 Torsi Elektromagnetik motor 50 HP dengan perubahan beban

C. Nilai Arus Satu Fasa Gambar 4.23 Arus Fasa A motor 50 HP dengan perubahan beban Karakteristik nilai arus sebanding dengan nilai torsi aktual motor pada saat asutan, penambahan kecepatan pada t=10 detik, dan pada saat terjadi perubahan torsi beban pada t= 14 detik. D. Nilai Duty Ratio Gambar 4.24 Nilai d motor 50 HP dengan perubahan beban

4.5 Perbandingan Simulasi Kecepatan Motor 1 HP, 10 HP dan 50 HP. Berikut ini akan diperlihatkan grafik kesalahan kecepatan aktual dan kecepatan estimasi pada motor 1 HP, 10 HP dan 50 HP. Pada Gambar 4.25-4.27 terlihat bahwa rata-rata kesalahan kecepatan aktual dan kecepatan estimasi dari ketiga motor dalam kondisi beban nol dan perubahan beban. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 4.4. (a) Motor 1 HP dengan beban nol (b) Motor 1 HP dengan perubahan beban Gambar 4.25 Kesalahan Kecepatan Aktual dan Kesalahan Kecepatan Estimasi pada motor 1 HP dengan beban nol dan dengan perubahan beban (a) Motor 10 HP dengan beban nol

(b) Motor 10 HP dengan perubahan beban Gambar 4.26 Kesalahan Kecepatan Aktual dan Kesalahan Kecepatan Estimasi pada motor 10 HP dengan beban nol dan dengan perubahan beban (a) Motor 50 HP dengan beban nol (b) Motor 50 HP dengan perubahan beban Gambar 4.27 Kesalahan Kecepatan Aktual dan Kesalahan Kecepatan Estimasi pada motor 50 HP dengan beban nol dan dengan perubahan beban

Tabel 4.4 Kesalahan Rata-rata Kecepatan motor 1, 10 dan 50 HP (rad/s) 1 HP 10 HP 50 HP Aktual Estimasi Aktual Estimasi Aktual Estimasi Beban Nol 0.38 0.54 0.93 0.35 0.65 1.22 Perubahan Beban 0.317 0.56 1.01 0.33 2.52 2.3 Dari hasil perhitungan tingkat kesalahan kecepatan motor baik pada kecepatan aktual dan kecepatan estimasi dengan motor 1 HP, 10 HP dan 50 HP, nilai kecepatan aktual motor yang paling baik ditunjukkan pada motor 1 HP. Namun hal ini tidak terlepas dari pengaruh observer yang dalam mengestimasi nilai torsi, fluks, posisi fluks dan kecepatan. Sehingga ketepatan dari hasil estimasi sangat diperlukan untuk memberikan unjuk kerja pengendalian motor yang paling baik. Mengingat sistem yang diimplementasi pada simulasi adalah sistem tanpa sensor kecepatan, sehingga nilai kesalahan aktual kecepatan motor akan dipengaruhi secara langsung dari ketepatan penentuan parameter observer. Maka untuk memberikan informasi pengaruh dari momen inersia terhadap putaran motor, dilakukan simulasi dengan melakukan perubahan nilai parameter momen inersia motor dengan pengendali torsi langsung dan duty ratio, yaitu pada sub bab 4.6 4.6 Simulasi Perubahan Parameter Momen Inersia A. Motor 1 HP Pada simulasi ini dilakukan perubahan parameter motor momen inersia pada motor 1 HP dalam periode waktu tertentu yaitu pada saat t=20 momen inersia dibuat 0.005 kgm 2, pada saat t=25 detik nilai momen inersia dibuat menjadi 0.01 kgm 2, kemudian pada saat t=30 detik, momen inersianya dibuat menjadi 0.2 kgm 2, dan pada saat t=35 detik diubah menjadi 1 kgm 2, kemudian untuk t=40 detik momen inersianya disesuaikan dengan parameter motor induksi yaitu 0.0436 kgm 2.

Gambar 4.28 Kecepatan motor 1 HP dengan perubahan momen inersia B. Motor 10 HP Gambar 4.29 Kecepatan motor 10 HP dengan perubahan momen inersia Pada simulasi ini dilakukan perubahan parameter motor momen inersia pada motor 10, yaitu pada saat t=20 momen inersia dibuat 0.005 kgm 2, pada saat t=25 detik nilai momen inersia dibuat menjadi 0.01 kgm 2, kemudian pada saat

t=30 detik, momen inersianya dibuat menjadi 1 kgm 2, dan pada saat t=35 detik diubah menjadi 2 kgm 2, kemudian untuk t=40 detik momen inersianya disesuaikan dengan parameter motor induksi yaitu 0.05 kgm 2. C. Motor 50 HP Pada simulasi ini dilakukan perubahan parameter motor momen inersia, yaitu pada saat t=20 adalah 0.05 kgm 2, pada saat t=25 detik momen inersia dibuat menjadi 0.5 kgm 2, pada saat t=30 detik, momen inersianya dibuat menjadi 2.5 kgm 2. Untuk t=35 detik, momen inersianya menjadi 5 kgm 2, dan pada saat t=40 detik momen inersianya bernilai 1.622 kgm 2 sesuai parameter motor. Gambar 4.30 Kecepatan Motor 50 HP dengan perubahan momen inersia Dari Gambar 4.28, 4.29 dan 4.30 terlihat bahwa ketika momen inersia motor dibuat lebih kecil dari nilai parameter aslinya, maka putaran motor menjadi tidak baik. Hal ini sesuai dengan Persamaan (4.4) d N L ψ i ψ i T ωr = dt J Lr Lr J p m rα sβ rβ sα l (4.4) dimana nilai kecepatan motor sangat dipengaruhi oleh nilai konstanta momen inersia motor (J).