PEMODELAN ARIMA REDAMAN HUJAN DENGAN EFEK DETECTION OUTLIER DAN AKAIKE INFORMATION TEST

dokumen-dokumen yang mirip
PEMODELAN ARIMA INTENSITAS HUJAN TROPIS DARI DATA PENGUKURAN RAINGAUGE DAN DISDROMETER

ANALISIS POLA HUBUNGAN PEMODELAN ARIMA CURAH HUJAN DENGAN CURAH HUJAN MAKSIMUM, LAMA WAKTU HUJAN, DAN CURAH HUJAN RATA-RATA

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA. Nur Hukim

PEMODELAN AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE PADA DATA REDAMAN HUJAN DI SURABAYA

Abstrak. Kata kunci : Redaman hujan, GSTAR, VARIMA.

PEMODELAN ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER DATA CURAH HUJAN SEBAGAI EVALUASI SISTEM RADIO GELOMBANG MILIMETER

PEMODELAN ARIMA DAN DETEKSI OUTLIER DATA CURAH HUJAN SEBAGAI EVALUASI SISTEM RADIO GELOMBANG MILIMETER

ANALISIS POLA HUBUNGAN REDAMAN HUJAN RADIO 28 GHz DENGAN CURAH HUJAN PARSIVEL DISDROMETER SEBAGAI DATA PEMODELAN ARIMA

PEMODELAN REDAMAN HUJAN MENGGUNAKAN STAR (SPACE-TIME AUTOREGRESSIVE) DI SURABAYA

FORECASTING INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DENGAN MENGGUNAKAN METODE ARIMA

PEMODELAN REDAMAN HUJAN BERBASIS ARIMA PADA LINTASAN RADIO 28 GHz UTARA-SELATAN

PERAMALAN KUNJUNGAN WISATA DENGAN PENDEKATAN MODEL SARIMA (STUDI KASUS : KUSUMA AGROWISATA)

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada semester genap tahun akademik 2014/2015

Analisis Time Series Pada Penjualan Shampoo Zwitsal daerah Jakarta dan Jawa Barat di PT. Sara Lee Indonesia. Oleh : Pomi Kartin Yunus

Bab VII K e s i m p u l a n 7.1. Ringkasan Motivasi dan Permasalahan

OUTLINE. Pendahuluan. Tinjauan Pustaka. Metodologi Penelitian. Analisis dan Pembahasan. Kesimpulan dan Saran

PENGGUNAAN MODEL GENERALIZED AUTOREGRESSIVE CONDITIONAL HETEROSCEDASTICITY (P,Q) UNTUK PERAMALAN HARGA DAGING AYAM BROILER DI PROVINSI JAWA TIMUR

MODEL STATISTIK FADING KARENA HUJAN DI SURABAYA

PEMODELAN TRAFIK GSM DI AREA SURABAYA MENGGUNAKAN METODE ARIMA. Fakultas Teknologi Industri Institut Teknologi Sepuluh Nopember Juli 2011

Peramalan Volume Pemakaian Air di PDAM Kota Surabaya dengan Menggunakan Metode Time Series

Kinerja Sistem Komunikasi Satelit Ka-Band Menggunakan Site Diversity di Daerah Tropis

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

KAJIAN METODE BOOTSTRAP DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN MODEL ARMA (p,q)

TINJAUAN PUSTAKA. perubahan harga yang dibayar konsumen atau masyarakat dari gaji atau upah yang

BAB 2 LANDASAN TEORI

Jurusan Statistika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya *

PERBANDINGAN MODEL ARIMA DAN MODEL REGRESI DENGAN RESIDUAL ARIMA DALAM MENERANGKAN PERILAKU PELANGGAN LISTRIK DI KOTA PALOPO

Pemodelan Autoregressive (AR) pada Data Hilang dan Aplikasinya pada Data Kurs Mata Uang Rupiah

BAB I PENDAHULUAN. broadband seperti high speed internet, digital video, audio broadcasting dan

BAB III MODEL ARIMAX DENGAN EFEK VARIASI KALENDER

Oleh : Dwi Listya Nurina Dosen Pembimbing : Dr. Irhamah, S.Si, M.Si

DAFTAR ISI. Halaman Konsep Ketersediaan Air dan Model Prakiraan Kesesuaian Model ARIMA untuk Prakiraan Ketersediaan Air 10

KAJIAN METODE JACKKNIFE DALAM MEMBANGUN SELANG KEPERCAYAAN DENGAN PARAMETER ARMA(p,q)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Pendahuluan. Universitas Sumatera Utara

BAB II LANDASAN TEORI

Pemodelan Konsumsi Listrik Berdasarkan Jumlah Pelanggan PLN Jawa Timur untuk Kategori Rumah Tangga R-1 Dengan Metode Fungsi Transfer single input

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. merupakan suatu proses, mencari kebenaran dan menghasilkan kebenaran.

SBAB III MODEL VARMAX. Pengamatan time series membentuk suatu deret data pada saat t 1, t 2,..., t n

LULIK PRESDITA W APLIKASI MODEL ARCH- GARCH DALAM PERAMALAN TINGKAT INFLASI

ESTIMASI PARAMETER MODEL ARMA UNTUK PERAMALAN DEBIT AIR SUNGAI MENGGUNAKAN GOAL PROGRAMMING

Cetakan I, Agustus 2014 Diterbitkan oleh: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pattimura

Analisis Peramalan Banyaknya Permintaan Darah di Surabaya Menggunakan Metode

ABSTRAK. Kata kunci : Data Runtun Waktu, Indeks Harga Konsumen, ARIMA, Analisis Intervensi, Fungsi Step, Peramalan. I Pendahuluan

Pemodelan ARIMA Jumlah Pencapaian Peserta KB Baru IUD

PENGENDALIAN KUALITAS DENGAN MENGGUNAKAN DIAGRAM KONTROL EWMA RESIDUAL (STUDI KASUS: PT. PJB UNIT PEMBANGKITAN GRESIK)

Metode Deret Berkala Box Jenkins

PERAMALAN CURAH HUJAN MENGGUNAKAN METODE ANALISIS SPEKTRAL

BAB 2 LANDASAN TEORI

PENGARUH INSIDEN BOM BALI I DAN BOM BALI II TERHADAP BANYAKNYA WISATAWAN MANCANEGARA YANG DATANG KE BALI

BAB 2 LANDASAN TEORI

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-300

PREDIKSI JANGKA PENDEK B ULAN AN JUMLAH FLARE DENGAN MODEL ARIMA (p,d,[q]), (P,D,Q)' 32

Pemodelan ARIMA Non- Musim Musi am

Pemodelan Nilai Tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat Menggunakan ARFIMA

PERAMALAN BANYAKNYA OBAT PARASETAMOL DAN AMOKSILIN DOSIS 500 MG YANG DIDISTRIBUSIKAN OLEH DINKES SURABAYA

III. METODE PENELITIAN

KINERJA ADAPTIVE CODED MODULATION PADA SISTEM OFDM MENGGUNAKAN HYBRID SELECTION/EQUAL GAIN COMBINING DIVERSITY DI BAWAH PENGARUH REDAMAN HUJAN TROPIS

PENERAPAN MODEL ARFIMA (AUTOREGRESSIVE FRACTIONALLY INTEGRATED MOVING AVERAGE) DALAM PERAMALAN SUKU BUNGA SERTIFIKAT BANK INDONESIA (SBI)

LAPORAN PRAKTIKUM ANALISIS RUNTUN WAKTU. Laporan VI ARIMA Analisis Runtun Waktu Model Box Jenkins

Model Penjualan Plywood PT. Linggarjati Mahardika Mulia

Model Autoregressive Integrated Moving Average (ARIMA) adl teknik untuk mencari pola yg paling cocok dari sekelompok data Model ARIMA dapat digunakan

Peramalan Jumlah Kunjungan Wisatawan Mancanegara (Wisman) ke Bali Tahun 2019: Metode ARIMA

Peramalan Aset dengan Memperhatikan Dana Pihak Ketiga (DPK) dan Pembiayaan Perbankan Syariah di Indonesia dengan Metode Fungsi Transfer

PERAMALAN TRAFIK SMS AREA JABOTABEK DENGAN METODE ARIMA

Peramalan Kecepatan Angin Di Kota Pekanbaru Menggunakan Metode Box-Jenkins

PENDUGAAN DATA RUNTUT WAKTU MENGGUNAKAN METODE ARIMA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Analisis ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average) umumnya

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Adapun langkah-langkah pada analisis runtun waktu dengan model ARIMA

Prediksi Curah Hujan dengan Model Deret Waktu dan Prakiraan Krigging pada 12 Stasiun di Bogor Periode Januari Desember 2014.

PERAMALAN JUMLAH KUNJUNGAN WISATAWAN MANCANEGARA YANG BEKUNJUNG KE BALI MENGGUNAKAN FUNGSI TRANSFER

Penerapan Model ARIMA

Analisa Sistem DVB-T2 di Lingkungan Hujan Tropis

PEMODELAN NEURO-ARIMA UNTUK CURAH HUJAN DI KOTA SURABAYA

PERAMALAN BEBAN HARIAN PEMAKAIAN LISTRIK WILAYAH JAWA-BALI

Peramalan Penjualan Pipa di PT X

ANALISIS PERAMALAN ARIMA BOX-JENKINS PADA DATA PENGIRIMAN BARANG

BAB 2 LANDASAN TEORI

PERAMALAN PERMINTAAN PRODUK SARUNG TANGAN GOLF MENGGUNAKAN METODE AUTOREGRESSIVE INTEGRATED MOVING AVERAGE (ARIMA) DI PT. ADI SATRIA ABADI ABSTRAK

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN DAN INFLASI INDONESIA DENGAN METODE ARIMA BOX-JENKINS

1. I Wayan Sumarjaya, S.Si, M.Stats. 2. I Gusti Ayu Made Srinadi, S.Si, M.Si. ABSTRAK

Meytaliana F Dosen Pembimbing: Prof. Dr. Basuki Widodo, M.Sc. Dra. Nuri Wahyuningsih, M.Kes.

PERBANDINGAN MODEL PADA DATA DERET WAKTU PEMAKAIAN LISTRIK JANGKA PENDEK YANG MENGANDUNG POLA MUSIMAN GANDA ABSTRAK

Analisys Time Series Terhadap Penjualan Ban Luar Sepeda Motor di Toko Putra Jaya Motor Bangkalan

Prediksi Jumlah Penumpang Kapal Laut di Pelabuhan Laut Manado Menggunakan Model ARMA

Model Peramalan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Nikkei 225 dengan Pendekatan Fungsi Transfer

PENDEKATAN MODEL TIME SERIES UNTUK PEMODELAN INFLASI BEBERAPA KOTA DI JAWA TENGAH

JURNAL SAINS DAN SENI POMITS Vol. 2, No.2, (2013) ( X Print) D-249

PERAMALAN JUMLAH PENDERITA DEMAM BERDARAH DENGUE DI KOTA DENPASAR MENGGUNAKAN MODEL FUNGSI TRANSFER MULTIVARIAT

Application of ARIMA Models

PERHITUNGAN REDAMAN HUJAN PADA KANAL GELOMBANG MILIMETER UNTUK DAERAH MEDAN

PEMODELAN DAN PERAMALAN PENUTUPAN HARGA SAHAM PT. TELKOM DENGAN METODE ARCH - GARCH

PEMODELAN ARIMA DALAM PERAMALAN PENUMPANG KERETA API PADA DAERAH OPERASI (DAOP) IX JEMBER

SEMINAR TUGAS AKHIR. Peta Kendali Comulative Sum (Cusum) Residual Studi Kasus pada PT. PJB Unit Pembangkitan Gresik. Rina Wijayanti

PERAMALAN PENYEBARAN JUMLAH KASUS VIRUS EBOLA DI GUINEA DENGAN METODE ARIMA

PERAMALAN INDEKS HARGA KONSUMEN MENGGUNAKAN MODEL INTERVENSI FUNGSI STEP

PREDIKSI HARGA SAHAM PT. BRI, Tbk. MENGGUNAKAN METODE ARIMA (Autoregressive Integrated Moving Average)

Pemodelan Markov untuk kanal HF Availability pada Link Malang-Surabaya

MODEL EXPONENTIAL SMOOTHING HOLT-WINTER DAN MODEL SARIMA UNTUK PERAMALAN TINGKAT HUNIAN HOTEL DI PROPINSI DIY SKRIPSI

ADLN - PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS AIRLANGGA

Transkripsi:

PEMODELAN ARIMA REDAMAN HUJAN DENGAN EFEK DETECTION OUTLIER DAN AKAIKE INFORMATION TEST Afif Arumahendra 2206 100 041 Email : mahe_354@yahoo.com Jurusan Teknik Elektro-FTI, Institut Teknologi Sepuluh Nopember Kampus ITS, Keputih-Sukolilo, Surabaya-60111 Abstrak Hujan merupakan fenomena alam yang terjadi di Indonesia. Salah satu fenomena alam yang sangat mengganggu suatu link komunikasi adalah redaman hujan, khususnya link komunikasi yang menggunakan frekuensi diatas 10 GHz. Semakin tinggi frekuensi yang digunakan, maka akan semakin tinggi juga redaman hujan yang ditimbulkan. Untuk itu diperlukan suatu pemodelan redaman hujan pada sinyal radio teresterial 28 GHz, yang nantinya bisa digunakan sebagai dasar dalam mendesain suatu link komunikasi microwave. Penelitian ini akan membahas proses pengukuran redaman hujan pada radio teresterial 28 GHz dengan jarak transmisi 56,4 m dan redaman hujan dengan metode SST dengan jarak transmiri 56,4 m, 1 Km, 2 Km, 3 Km, 4 Km. Kemudian proses pemodelan menggunakan model ARIMA (p, d, q) menggunakan prosedur Box-Jenkins dan deteksi outlier menggunakan program SAS, serta proses validasi hasil pemodelan yaitu dengan membandingkan kurva CCDF data pengukuran dengan data hasil pembangkitan model. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada proses pengukuran redaman hujan radio terrestrial 28 GHz diperoleh model ARIMA (011), ARIMA (110), ARIMA (210) dan ARIMA (111). Dan model ARIMA (110) memiliki nilai error yang terkecil, yaitu 0,0041. Pada proses pengukuran redaman hujan dengan metode SST link 56,4 m orientasi arah barat-timur diperoleh model ARIMA (011) dan model ARIMA (100). Dan model ARIMA (011) memiliki error yang terkecil, yaitu 0,2378. Pada proses pengukuran redaman hujan dengan metode SST link 56,4 m orientasi arah utara-selatan diperoleh model ARIMA (011) dan model ARIMA (100). Dan model ARIMA (011) memiliki error yang terkecil, yaitu 3,1938 x 10-06. Kata Kunci: ARIMA, Microwave, Redaman Hujan 1. PENDAHULUAN Indonesia merupakan negara tropis yang mempunyai curah hujan yang cukup tinggi. Negara yang beriklim tropis memiliki curah hujan tinggi sehingga redaman hujan yang diperoleh juga sangat tinggi. Salah satu permasalahan mengganggu suatu link komunikasi adalah redaman hujan, khususnya link komunikasi yang menggunakan frekuensi diatas 10 GHz. Semakin tinggi frekuensi, semakin besar redaman hujan yang dialami. Sehingga diperlukan suatu terobosan dibidang komunikasi di Indonesia, khususnya pemakaian frekuensi diatas 10 GHz. Redaman hujan mengakibatkan terjadinya fading yaitu peristiwa pelemahan sinyal yang diterima oleh antena penerima yaitu berada dibawah batas threshold [1]. Pada tugas akhir ini meneliti tentang pemodelan ARIMA redaman hujan dengan dua metode yang berbeda. Dengan pengukuran secara langsung dan perhitungan dengan menggunakan metode SST. Untuk pengukuran redaman hujan secara langsung, menggunakan link komunikasi radio terrestrial 28 Ghz yang berada di gedung B Teknik Elektro di kampus ITS Surabaya. Sedangkan perhitungan redaman hujan dengan metode SST, data yang di pakai adalah data curah hujan. Pengukuran curah hujan dilakukan di dalam lingkungan kampus ITS Surabaya menggunakan alat ukur disdrometer optik, yang diletakkan di atas gedung Teknik Mesin dan analisis data dilakukan di Laboratorium Antena dan Propagasi, Jurusan Teknik Elektro. Dalam tugas akhir ini akan diuraikan langkah-langkah pemodelan ARIMA pada data redaman hujan dengan frekuensi 28 GHz. Setelah dugaan model ARIMA didapatkan, maka tahapan selanjutnya adalah dengan cara mendeteksi outlier untuk mendapatkan redaman hujan yang tepat dan handal. Pada tahapan deteksi outlier didapatkan nilai AIC. Model ARIMA yang tepat dan handal ditentukan dari nilai AIC terkecil. Tahapan terakhir dalam penelitian ini adalah proses validasi model untuk membuktikan bahwa model yang telah didapatkan benar-benar teapat dan handal. 2. METODOLOGI Proses pengolahan data dalam penelitian tugas akhir ini adalah mendapatkan model ARIMA redaman hujan terbaik yang merepresentasikan model redaman hujan di Kampus Teknik Elektro ITS Surabaya. Hasil akhir yang dapat dicapai nantinya adalah mendapatkan pengukuran redaman hujan pada frekuensi 28 GHz dan Membuat pemodelan redaman hujan yang tepat dan handal. Prosedur metode pengerjaan penelitian tugas akhir dari awal hingga akhir digambarkan pada diagram alir pada gambar 2.1. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 1

START Proses penyimpanan data redaman hujan periodik (1 detik) dalam tiap penyimpanan data. secara Pengolahan dan konversi data Pengolahan data pemodelan ARIMA Pengambilan data Redaman Hujan dan Curah Hujan Sinkronisasi data Perhitungan redaman hujan dengan metode SST Pengolahan data pemodelan ARIMA 2.1.2 Pengukuran Curah Hujan Pengukuran curah hujan dilakukan di dalam lingkungan kampus ITS Surabaya menggunakan alat ukur disdrometer optik, dapat dilihat pada Gambar 2.3, yang diletakkan di atas atap gedung Teknik Mesin dan analisis data dilakukan di Laboratorium Antena dan Propagasi, Jurusan Teknik Elektro. Disdrometer optik bekerja berdasarkan sistem laser optik, dengan luas sensor 180 mm x 30 mm. Laser disdrometer optik dapat dilihat pada Gambar 2.4. Periode waktu sampling dari alat disdrometer ini disetting 10 detik dalam tiap pengambilan datanya. Validasi model Validasi model Analisis Sintesis dan kesimpulan Gambar 2.3 Alat ukur disdrometer optik END.Gambar 2.1 Diagram Alir Penelitian 2.1. Pengambilan Data Penelitian tugas akhir ini menggunakan frekuensi 28 Ghz sebagai objek pengamatan dampak redaman akibat hujan dan mendapatkan data pengukuran langsung redaman dan curah hujan yang diambil dalam event yang sama. 2.1.1 Pengukuran Redaman Hujan Pengambilan data pengukuran dilakukan pada radio terrestrial 28 GHz dengan perangkat yang terdiri dari Antena pemancar (T x ) di bagian barat lantai 4 gedung B Jurusan Teknik Elektro ITS Surabaya, sedangkan antena penerima (R x ) terletak di bagian timur dengan jarak antara keduanya adalah 56,4 meter. Gambar 2.2 Sistem Radio terrestrial 28 GHz Gambar 2.4 Laser disdrometer optic 2.2. Sinkronisasi Data Data yang digunakan adalah data redaman hujan dan curah hujan. Data redaman hujan berupa level tegangan peak to peak dalam satuan volt. Nantinya tegangan peak to peak (Vpp) ini akan dikonversi kedalam satuan db. Sedangkan data curah hujan (mm/h) nantinya diubah ke redaman hujan dengan menggunakan metode SST. Tetapi sebelum diubah ke redaman hujan dengan metode SST, dilakukan sinkronisasi data. Proses sinkronisasi ini dilakukan karena data curah hujan dan data redaman hujan yang diperoleh memiliki sampling waktu yang berbeda, disamping itu belum adanya penjadwalan yang tepat pada alat pengukur redaman hujan supaya kedua data ini dapat di bandingkan. 2.3. Metode Synthetic Storm Technique (SST) Metode Synthetic Storm Technique (SST) adalah model pendekatan untuk mendapatkan redaman hujan dari data pengukuran intensitas curah hujan (mm/h) [2]. Model ini memperhitungkan pengaruh besar kecepatan dan arah angin. Oleh karena itu, model ini dibagi dalam 2 orientasi arah, yaitu arah angin Barat-Timur (E-W) dan arah angin Utara- Selatan (S-N). Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 2

Pengaruh besar kecepatan dan arah angin dapat dihitung dengan persamaan berikut [3]: (2.1) (2.2) 2.3.2 Link dengan Orientasi Arah Utara-Selatan (S-N) Link dengan orientasi arah Utara-Selatan (S-N), dimisalkan transmitter berada di Utara dan receiver berada di Selatan ataupun sebaliknya, dapat dilihat pada Gambar 2.7. Mengacu pada link dengan orientasi arah Utara-Selatan (S- N), dilakukan perhitungan besar kecepatan angin dalam lintasan, dapat dilihat pada Gambar 2.8. (2.3) dengan, v r adalah kecepatan angin dalam lintasan (m/s), v adalah kecepatan angin (m/s), dan T adalah waktu sampling (s). Koefisien k dan α berasal dari ITU-R P.838 tahun 2005. Dalam penelitian ini digunakan frekuensi 28 GHz dan polarisasi horizontal, sehingga nilai koefisien k = 0.2051 dan nilai koefisien α = 0.9679. 2.3.1 Link dengan Orientasi Arah Barat-Timur (E-W) Link dengan orientasi arah Barat-Timur (E-W), dimisalkan transmitter berada di Barat dan receiver berada di Timur ataupun sebaliknya, dapat dilihat pada Gambar 2.5. Mengacu pada link dengan orientasi arah Barat-Timur (E-W), dilakukan perhitungan besar kecepatan angin dalam lintasan, dapat dilihat pada Gambar 2.6. Gambar 2.7 Link dengan orientasi arah Utara-Selatan (S-N) [1] (2.5) Gambar 2.8 Arah kecepatan angin (S-N) [1] Apabila arah angin diasumsikan seperti pada Gambar 2.8, maka besar kecepatan angin yang dipengaruhi oleh arah angin, yaitu kecepatan angin resultan dapat dihitung dengan persamaan berikut: (2.6) Gambar 2.5 Link dengan orientasi arah Barat Timur (E-W) [1] Utara 90- Link (Vr) Arah angin (kecepatan v) Timur Gambar 2.6 Arah kecepatan angin (E-W) [1] Apabila arah angin diasumsikan seperti pada Gambar 2.6, maka besar kecepatan angin yang dipengaruhi oleh arah angin, yaitu kecepatan angin resultan dapat dihitung dengan persamaan berikut: (2.4) (2.5) dengan, V adalah kecepatan angin (km/s) dan θ adalah sudut arah angin (derajat). 2.4. Pemodelan ARIMA ( p,d,q ) Setelah diperoleh data redaman hujan, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pemodelan. Berikut adalah diagram alir dari model ARIMA, yang didekati dengan menggunakan program Minitab 15. Gambar 2.9 merupakan diagram alir pemodelan ARIMA [4]. Pada Identifikasi model dilakukan dengan menganalisis kestasioneran data redaman hujan, baik dalam mean maupun varians. Kestasioneran data dalam varians dicek dengan cek lambda Box-Cox. Sedangkan kestasioneran data dalam mean dicek dengan cek ACF maupun PACF. Identifikasi orde model ARMA dapat dilakukan dengan menggunakan bentuk ACF dan PACF data yang sudah stasioner seperti pada Tabel 2.1. Perlu atau tidaknya proses differencing dilakukan berdasarkan hasil cek ACF. Dari proses uji ACF dan PACF akan didapatkan sebuah estimasi model, dimana modelmodel ARIMA sementara akan diuji dengan metode Ljung- Box dan dicari nilai MSE yang terkecil. Dimana model ARIMA yang memiliki MSE terkecil berarti juga memiliki error yang kecil. Error yang kecil menunjukkan bahwa model yang diajukan adalah model yang paling baik. Setelah estimasi model didapatkan, dilakukan uji normalitas residual kolmogorov-smirnov. Jika p-value dari uji normalitas ini > 0.05, maka residual belum terdistribusi normal. Hal ini Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 3

diakibatkan adanya data-data residual yang menyimpang dari nilai normal. Data yang menyimpang ini dinamakan outlier. Data Redaman Hujan (Z(t) Apakah Stasioner dalam varians Cek dengan Box-Cox Lambda = 1 Ya Tidak Transformasi : Lambda = 0 --> Ln [Zt] Lambda = 0.5 --> Zt^0.5 Lambda = -0.5 --> 1/Zt^0.5 Tabel 2.1 Identifikasi ACF dan PACF[5] Model ACF PACF MA (q) : moving average Cuts off of order q after lag q Dies down AR (p) : autoregressive of Cuts of after Dies down order p lag p ARMA (p,q) : Mixed autoregressive-moving average of order (p,q) Dies down Dies down AR (p) or MA (q) No order AR or MA (white noise or random process) Cuts of after lag q No spike Cuts of after lag p No spike Apakah Stasioner dalam mean Cek ACF Tidak Differencing Identifikasi Cek ACF & PACF Apakah Stasioner dalam mean Cek ACF dan PACF Ya Dugaan ARIMA Estimasi Parameter : delta & phi Cek p-value < 0.05 Diagnosa *Uji Ljung-Box : White noise residual p-value > 0.05 Tidak 2.5. Deteksi Outlier Observasi suatu pemodelan terkadang di pengaruhi oleh hal yang tidak diinginkan ataupun bersifat menggangu yang menyebabkan munculnya nilai yang menyimpang yang disebut Outlier [5]. Untuk mendeteksi outlier yang muncul menggunakan software SAS. Pada proses ini dapat ditemukan secara otomatis jumlah outlier yang terjadi, sehingga dapat menghindari terjadinya spurious outlier. Penggunaan program SAS dapat menghilangkan terjadinya outlier yang terdeteksi berulang-ulang [4]. Proses deteksi outlier terdiri dari beberapa tahapan, yaitu pembacaan data redaman hujan, identifikasi data, estimasi model ARIMA, serta penentuan deteksi outlier maksimal yang diinginkan. Setelah dilakukan proses deteksi outlier maka didapatkan parameter-parameter seperti AIC, SBC, MSE, koefisien AR maupun MA. 2.6. Akaike Information Criteria (AIC) Pada analisa time series bisa muncul beberapa pendekatan yang mereperesentasikan suatu data. Tapi, pemilihan model yang paling baik susah di tentukan. Oleh karena itu beberapa kriteria untuk perbandingan model sangat di perlukan. Salah satunya adalah AIC (Akaike Information Criteria) dan diperkenalkan oleh Akaike ( 1973). Model yang optimal dari suatu data, dapat dilihat dari nilai AIC yang minimum (Terkecil).[5] Ya Diagnosa **Uji normalisasi residual kolmogorov - Smirnov p-value > 0.05 Cek MSE Model ARIMA yang terbaik Gambar 2.9 Diagram alir pemodelan ARIMA 2.7. Validasi Data Setelah mendapatkan model yang tepat, perlu dilakukan suatu proses validasi model yang kita miliki. Dengan cara membandingkan data redaman hujan hasil pembangkitan terhadap data redaman hujan hasil pengukuran, untuk mengetahui model ARIMA yang diperoleh sudah sesuai atau mendekati. Data hasil pembangkitan model adalah data dimana dihasilkan dengan melakukan pengolahan terhadap parameter-parameter dari model redaman hujan yang didapatkan menjadi suatu data pembangkitan redaman hujan. Pembangkitan ini dilakukan secara random menggunakan random data uniform. Setelah didapatkan random data unoform, maka dilakukan pembangkitan sesuai dengan model ARIMA yang diperoleh. Secara umum rumus pembangkitan untuk model ARIMA adalah sebagai berikut: Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 4

Model AR Z Z... Z a t 1 t 1 p t p t (2.7) dimana : Z t = nilai variabel dependent pada waktu t a t = Residual pada waktu t p = Nilai konstanta dari AR (p) Model MA Z a a... a t t 1 t 1 q t q (2.8) dimana : Z t = nilai variabel dependent pada waktu t = Residual pada waktu t a t q = Nilai konstanta dari MA (q) Tahapan terakhir yaitu data pembangkitan model serta data hasil pengukuran yang ada kemudian kita plot CCDF dan dari hasil Plotting CCDF kedua data, di bandingkan melalui media visual dan didapatkan nilai error dari kurva CCDF. 3. HASIL DAN ANALISA DATA Pada bagian ini akan diberikan hasil pengolahan dan analisa data. 3.1 Hasil Pengukuran data. Penelitian ini menggunakan data dari curah hujan dan redaman hujan. Didapatkan beberapa Event hujan mulai bulan februari 2010 hingga mei 2010. Untuk hasil pengukuran didapatkan 8 event redaman dan curah hujan. Dengan mendefinisikan satu event adalah kejadian dimulai saat terdapat nilai ukur mengalami redaman atau curah hujan hingga berakhir nilai ukur yang terdapat redaman atau curah hujan. Jumlah sampel data redaman dan curah hujan berbeda, karena proses sampling kedua alat yang berbeda. Untuk redaman dengan sampling data tiap detik sedangkan curah hujan direkam tiap 10 detik. 3.2 Hasil Pemodelan ARIMA ( p,d,q ) Setelah proses pengolahan data redaman hujan dilakukan, maka dilakukan pemodelan redaman hujan yang dilakukan dengan pendekatan model ARIMA. Tabel 3.1 Rekapitulasi dugaan model ARIMA redaman hujan No. Event Dugaan ARIMA 1. 1_20feb2010 ARIMA (1,1,0) 2. 2_22feb2010 ARIMA (1,1,0) 3. 3_22feb2010 ARIMA (1,1,0) 4. 4_25feb2010 ARIMA (2,1,0) 5. 5_1maret2010 ARIMA (3,1,0) 6. 6_23mar2010 ARIMA(1,1,1) 7. 7_8april2010 ARIMA (2,1,0) 8. 8_23april2010 Tabel 3.2 Rekapitulasi dugaan model ARIMA redaman hujan dengan metode SST orientasi barat-timur No. Event Link Dugaan ARIMA 56,4 m ARIMA (1,0,0) 1 Km 1. 1_20feb2010 2Km 3 Km 4 Km 2. 2_22feb2010 3. 3_22feb2010 56,4 m - 1 Km - 2Km - 3 Km ARIMA (1,1,1) 4 Km ARIMA (1,1,1) 56,4 m 1 Km ARIMA (1,1,0) 2Km ARIMA (1,1,0) 3 Km ARIMA (1,1,0) 4 Km - Tabel 3.3 Rekapitulasi dugaan model ARIMA redaman hujan dengan metode SST orientasi utara-selatan No. Event Link Dugaan ARIMA 56,4 m ARIMA (1,0,0) 1 Km 2Km 1. 1_20feb2010 3 Km 4 Km 56,4 m ARIMA (1,0,0) 1 Km ARIMA (1,1,0) 2. 2_22feb2010 2Km ARIMA (1,1,0) 3 Km ARIMA (1,1,0) 4 Km ARIMA (1,1,0) 56,4 m 1 Km ARIMA (1,1,0) 3. 3_22feb2010 2Km ARIMA (2,1,0) 3 Km ARIMA (2,1,0) 4 Km - Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 5

Tabel 3.1, tabel 3.2, tabel 3.3 menunjukkan hasil pemodelan ARIMA. Pada tabel 3.2 dan tabel 3.3 diambil sebagai contoh untuk mewakili model ARIMA pada event yang lain. Dari hasil pemodelan dapat diketahui bahwa dalam satu event dapat didekati dengan beberapa model ARIMA. Setelah didapatkan dugaan ARIMA maka dilakukan deteksi outlier. Dari hasil deteksi outlier dapat dianalisa bahwa setelah deteksi outlier pada saat (t) tertentu masuk kedalam sistem, maka nilai AICnya akan semakin kecil. Hal ini berarti model akan semakin baik. Untuk mendapatkan model yang paling bagus dari beberapa multimodel, dipilih model yang nilai AICnya paling kecil. 3.3 Validasi Model ARIMA Proses validasi model dilakukan dengan cara membangkitkan model. Pembangkitan ini dilakukan secara random menggunakan random data uniform. Proses selanjutnya dilakukan dengan cara membandingkan hasil plotting CCDF dari pembangkitan data hasil model dan juga data hasil pengukuran. Semakin mendekati dengan data hasil pengukuran,maka semakin cocok data Model hasil pengolahan data. Berikut ini adalah sebagian dari kurva CCDF ARIMA multi event dari hasil pembangkita random uniform: Gambar 3.1 CCDF redaman hujan ARIMA (011) Gambar 3.2 CCDF redaman hujan ARIMA (011) dengan metode SST link 56,4 m orientasi barat-timur Gambar 3.3 CCDF redaman hujan ARIMA (011) dengan metode SST link 56,4 m orientasi utara-selatan 4. KESIMPULAN Setelah melakukan serangkaian proses dan tahapan dalam penelitian tugas akhir yang berjudul Pemodelan ARIMA redaman hujan dengan efek detection outlier dan akaike information test ada beberapa kesimpulan yang dapat diambil. diantaranya adalah : 1. Model dengan nilai AIC terkecil merupakan model yang paling baik karena nilainya paling mendekati nilai sebenarnya. Untuk mendapatkan nilai AIC ini digunakan program SAS. 2. Pada proses pengukuran redaman hujan radio terrestrial 28 GHz diperoleh model ARIMA (011), ARIMA (110), ARIMA (210) dan ARIMA (111). Dan model ARIMA (110) memiliki nilai error yang terkecil, yaitu 0,0041. 3. Pada proses pengukuran redaman hujan dengan metode SST link 56,4 m orientasi arah barat-timur diperoleh model ARIMA (011) dan model ARIMA (100). Dan model ARIMA (011) memiliki error yang terkecil, yaitu 0,2378. 4. Pada proses pengukuran redaman hujan dengan metode SST link 56,4 m orientasi arah utara-selatan diperoleh model ARIMA (011) dan model ARIMA (100). Dan model ARIMA (011) memiliki error yang terkecil, yaitu 3,1938 x 10-06. 5. Redaman hujan dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu panjang lintasan, arah angin dan kecepatan angin. Semakin panjang lintasan yang dilalui maka semakin besar pula redaman hujan yang ditimbulkan. 5. DAFTAR PUSTAKA [1] Porman Hutajulu, Model Statistik Fading karena Hujan di Surabaya, Tugas Akhir, Surabaya, 2008. [2] BMG Stasiun Klimatologi Pondok Betung-Tangerang, Evaluasi Musim Hujan 2007/2008 dan Prakiraan Musim Kemarau 2008 Provinsi Banten dan DKI Jakarta, Pondok Betung, Hal. 3, Maret 2008. [3] Achmad Mauludiyanto, Gamantyo Hendrantoro, Analisa Spektral Redaman Hujan Tropis Menggunakan Data Pengukuran di Surabaya untuk Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 6

Evaluasi Sistem Radio Gelombang Milimeter, Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2008 (SNATI 2008), Yogyakarta, 21 Juni 2008, ISSN: 1907-5022. [4] Mauludiyanto, A., Hendrantoro, G., Purnomo, M.H., Suhartono, Pemodelan ARIMA dan Deteksi Outlier Data Curah Hujan Sebagai Evaluasi Sistem Radio Gelombang Milimeter Sebagai Evaluasi Sistem Radio Gelombang Millimeter, JUTI (Jurnal Teknologi Informasi), FTIF ITS Surabaya. [5] Wei, William W.S., Time Series Analysis-Univariate and Multivariate Methods, Second Edition, Addison- Wesley Publishing Company, USA, 2005. 6. RIWAYAT PENULIS Afif Arumahendra, lahir di Jombang tanggal 19 juli 1988. Merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Lulus dari SDN I Mancilan tahun 2000 kemudian melanjutkan ke SLTPN 1 Mojoagung dan lulus pada tahun 2003. Kemudian melanjutkan studi ke SMUN Mojoagung dan lulus tahun 2006. Setelah itu, penulis melanjutkan jenjang pendidikan S1 di Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan mengambil bidang studi Telekomunikasi Multimedia. Pada bulan Januari 2010 penulis mengikuti seminar dan ujian Tugas Akhir sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana S1. Proceeding Seminar Tugas Akhir Jurusan Teknik Elektro FTI - ITS 7