VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI

dokumen-dokumen yang mirip
VI. HASIL PENDUGAAN MODEL PERILAKU EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VIII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI

VII. DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PERTANIAN

VIII. DAMPAK BIAYA TRANSAKSI, HARGA DAN UPAH TERHADAP EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN

BAB VI. ANALISIS SIMULASI KEBIJAKAN. Validasi model merupakan tahap awal yang harus dilakukan melaksanakan

DAMPAK FAKTOR EKSTERNAL DAN INTERNAL TERHADAP KINERJA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI PLASMA

V. KONDISI WILAYAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK PERILAKU RUMAHTANGGA PETANI

V. EVALUASI MODEL. BAB V membahas hasil pendugaan, pengujian dan validasi model.

III. KERANGKA PEMIKIRAN

5 HASIL DAN PEMBAHASAN

VI. EVALUASI DAMPAK KEBIJAKAN ALOKASI PENGELUARAN PEMERINTAH DAERAH TERHADAP DEFORESTASI KAWASAN DAN DEGRADASI TNKS TAHUN

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

Disusun Oleh: Wenny Mamilianti Dosen Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan

Executive Summary Model Makro APBN: Dampak Kebijakan APBN terhadap Beberapa Indikator utama Pembangunan

DAMPAK PERUBAHAN LINGKUNGAN USAHA TERHADAP STRUKTUR, PERILAKU DAN KINERJA

SIMULASI DAMPAK PERUBAHAN FAKTOR-FAKTOR EKONOMI TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAH TANGGA PERTANIAN

VII. ANALISIS KEBIJAKAN

V. DESKRIPSI RUMAHTANGGA PETANI TANAMAN PANGAN. Pada bagian ini akan disajikan secara singkat deskripsi statistik kondisi

DAMPAK PENINGKATAN HARGA PUPUK UREA TERHADAP KERAGAAN PASAR TEMBAKAU BESUKI NA OOGST DI KABUPATEN JEMBER

VII. ANALISIS PERBANDINGAN PENDAPATAN USAHA TANI PADI SAWAH METODE SRI DAN PADI KONVENSIONAL

PENGARUH KEMITRAAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SEHAT

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PADI SEHAT

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Perilaku Ekonomi Rumahtangga Pertanian

Bab V Validasi Model

Dept.Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan,FEM-IPB, 2)

PENGARUH KEBIJAKAN PEMERINTAH TERHADAP KESEJAHTERAAN PELAKU EKONOMI UBI KAYU DI PROVINSI LAMPUNG

BAB IV METODE PENELITIAN

VI. ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI UBI JALAR DI DESA CIKARAWANG

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA TANI PEPAYA CALIFORNIA BERDASARKAN SPO DAN TANPA SPO

BAB IV. METODE PENELITIAN

PERANAN PUAP DAN RASKIN DALAM PERILAKU EKONOMI DAN KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI (Kasus di Kecamatan Sadang, Kabupaten Kebumen) FANNY SEPTYA

IV. POLA KONSUMSI RUMAHTANGGA

VII. HASIL SIMULASI DAN PEMBAHASAN ALTERNATIF KEBIJAKAN. Bab ini akan membahas penerapan model ekonometrika melalui analisis

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang

III. METODE PENELITIAN

VII. ANALISIS PENDAPATAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN. usahatani, pendapatan usahatani, dan rasio penerimaan dan biaya (R-C rasio).

BAB I PENDAHULUAN. laut ini, salah satunya ialah digunakan untuk memenuhi kebutuhan pangan.

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI EDAMAME PETANI MITRA PT SAUNG MIRWAN

VI. PERILAKU PRODUKSI RUMAHTANGGA PETANI PADI DI SULAWESI TENGGARA

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

VIII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI BAWANG MERAH

IX. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI KEBIJAKAN

I. PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

ANALISIS KEUNGGULAN KOMPARATIF DAN KOMPETITIF BERAS SOLOK ORGANIK Mardianto 1, Edi Firnando 2

BAB I PENDAHULUAN. produksi beras nasional sangat penting sebagai salah satu faktor yang

PERBEDAAN PENDAPATAN USAHATANI PADI (Oryza Sativa L) KULTIVAR PADI HITAM LOKAL CIBEUSI DENGAN PADI CIHERANG

BAB V TINGKAT KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA KOMUNITAS JEMBATAN SERONG

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI CAISIM

ANALISIS EKONOMI RUMAH TANGGA NELAYAN : STUDI KASUS ISTRI NELAYAN DI KABUPATEN ACEH BESAR, NAD

HASIL DAN PEMBAHASAN. Suara sah calon nomor urut 4 Jumlah Rata-Rata Ragam

SURYA AGRITAMA Volume 2 Nomor 2 September 2013

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI PAPRIKA HIDROPONIK

PENDAHULUAN Latar Belakang

VI. ALOKASI WAKTU KERJA, PENDAPATAN DAN POLA PENGELUARAN RUMAHTANGGA

III KERANGKA PEMIKIRAN

VII. HASIL PENDUGAAN MODEL EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI USAHA TERNAK SAPI-TANAMAN. rumahtangga petani peternak sapi di Sulawesi Utara dengan menggunakan

IX. KESIMPULAN DAN SARAN. petani cukup tinggi, dimana sebagian besar alokasi pengeluaran. dipergunakan untuk membiayai konsumsi pangan.

AGRIPLUS, Volume 22 Nomor : 01Januari 2012, ISSN

IV METODE PENELITIAN 4.1 Lokasi dan Waktu 4.2 Data dan Instrumentasi

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2008 KONSORSIUM PENELITIAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI PADA BERBAGAI AGROEKOSISTEM

VII ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG MANIS

III. KERANGKA PEMIKIRAN

I. PENDAHULUAN. cukup. Salah satu komoditas pangan yang dijadikan pangan pokok

Wenny Mamilianti Staf Pengajar Fakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan ABSTRACT

Mungkur dan Gading Jaya. kebun Limau. PT Selapan Jaya, OKI ha ha, Musi Banyuasin. PT Hindoli, 2, kebun Belida dan Mesuji

II. TINJAUAN PUSTAKA. pertanian dan peternakan untuk mendapatkan keanekaragaman dan berkelanjutan

Pertanian merupakan salah satu sektor yang menjadi tulang punggung. perekonomian Indonesia. Hal ini didasarkan pada fakta bahwa sektor pertanian

Losses_kedelai LOSSES_kedelai_1. RAMP_LOSSES surplus. kebutuhan_kedelai. inisial_luas_tanam produski_kedelai Rekomendasi_pupuk

STUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang)

STUD1 KONSUMSI, TABUNGAN DAN I STASI PABA RWIAI-liTANGGA PETANI PERKEBUNAN KOPI RAKUAT (Studi Kasus Pada UPP-PK I, Kabupaten Malang)

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

III KERANGKA PEMIKIRAN

II. TINJAUAN PUSTAKA. berbeda dengan pendapatan yang diterima oleh petani lainnya. Bahkan seorang

SKENARIO KEBIJAKAN SWASEMBADA BERAS DI INDONESIA RICE SELF-SUFFICIENCY POLICY SCENARIO IN INDONESIA ABSTRACT

V. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN DAN PENAWARAN BERAS DI INDONESIA

ANALISIS DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN RUMAH TANGGA PETANI MINA MENDONG PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. terpadu dan melanggar kaidah pelestarian lahan dan lingkungan. Eksploitasi lahan

3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB VII ANALISIS PENDAPATAN USAHA BUDIDAYA UDANG GALAH

III. METODE PENELITIAN. A. Konsep Dasar dan Definisi Operasional

I. PENDAHULUAN. pangan dan rempah yang beraneka ragam. Berbagai jenis tanaman pangan yaitu

VIII. EFEK PERUBAHAN HARGA INPUT DAN HARGA OUTPUT PADA EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Pada bab sebelumnya telah ditunjukkan hasil pendugaan model ekonomi

IV. METODOLOGI. merupakan salah satu daerah pertanian produktif di Kabupaten Majalengka.

III KERANGKA PEMIKIRAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

LAPORAN AKHIR PENELITIAN TA 2010 INDIKATOR PEMBANGUNAN PERTANIAN DAN PEDESAAN: KARAKTERISTIK SOSIAL EKONOMI PETANI DAN USAHATANI PADI

Indonesian Journal of Agricultural Economics (IJAE)

III. METODOLOGI PENELITIAN. berhubungan dengan penelitian. Dalam penelitian ini terdapat enam variabel

IX. HUBUNGAN ANTARA PENGUSAHAAN LAHAN SAWAH DENGAN PENDAPATAN USAHATANI PADI

Food Coping Strategy : Tingkat Ketahanan Pangan Rumah Tangga. Status Gizi Balita

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Kamus Lengkap Ekonomi Collins (1997) dalam Manaf (2000),

Bab IV. Metode dan Model Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. fakta bahwa pertanian padi merupakan penghidupan bagi sebagian besar

IV. METODE PENELITIAN. Indonesia sehubungan dengan tujuan penelitian, yaitu menganalisis faktor-faktor

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III KERANGKA PEMIKIRAN

PERKEMBANGAN NILAI TUKAR PETANI

V. GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN DAN KERAGAAN EKONOMI RUMAHTANGGA PETANI. Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) merupakan provinsi yang mempunyai

Transkripsi:

84 VII. DAMPAK PERUBAHAN KEBIJAKAN PUAP DAN RASKIN TERHADAP KETAHANAN PANGAN RUMAHTANGGA PETANI 7.1. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Sebelum melakukan simulasi untuk menangkap dampak perubahan kebijakan PUAP dan raskin, terlebih dulu dilakukan validasi model yakni menganalisis kedekatan nilai prtediksi terhadap nilai aktual variabel endogen (Pindyck dan Rubenfield, 1998). Selisih antara nilai prediksi dengan nilai aktual menunjukan ukuran kesalahan. Dalam penelitian ini digunakan ukuran error (kesalahan) yakni Root Mean Square Persen Error (RMSPE) dan statistik U- Theil. Nilai RMSPE yang semakin kecil mengindikasikan bahwa selisih nilai prediksi dengan nilai aktual kecil sehingga model layak untuk dilakukan simulasi. Sedangkan nilai U-Theil yang baik adalah mendekati 0. Berdasarkan hasil validasi diketahui bahwa terdapat 30 % variabel endogen mempunyai nilai RMSPE > 100 dimana hal ini mengindikasikan besarnya simpangan antara nilai prediksi dengan nilai aktual karena tingginya variasi data aktual yang dianalisis seperti yang sering terjadi pada data primer (Handono, 2002). Namun dari analisis nilai U-Theil dan dekomposisinya, diketahui bahwa 19 dari 21 persamaan di dalam model memiliki nilai U-Theil < 0,5 %. Hal ini mengindikasikan semakin kecil selisih antara nilai aktual dan nilai prediksi sehingga model layak untuk dilakukan simulasi. Adapun 2 persamaan dengan nilai U-Theil > 0,5 tersebut adalah persamaan TKDK dan PKS yang merupakan 2 persamaan dengan nilai koefisien determinasi < 10%. Hasil dekomposisi nilai U-Theil menunjukan seluruh persamaan memiliki nilai Um mendekati nol artinya tidak terjadi bias spesifikasi dalam model. Adapun jika dianalisis nilai Us, hanya 4 persamaan yakni TKDK, TKLK, TKER dan PKS yang memiliki nilai Us tinggi (> 0,5). Oleh karena 90 % model memilki niali Us mendekati 0, maka kemampuan model menggantikan keragaman variabel aktual cukup besar. Sedangkan nilai Uc menunjukan proporsi kesalahan tidak sistematis, dimana tingginya nilai Uc akan mengindikasi bahwa model mampu menangkap kesalahan-kesalahan tidak sistematis sebagaimana nilai Uc pada sebagian besar persamaan (17 persamaan dari 21 persamaan yang diestimasi) yakni mendekati 1.

85 Hasil analisis persentase kesalahan pada model menunjukan model layak untuk dilakukan simulasi. Tabel 33. Hasil Validasi Model Perilaku Ekonomi Rumahtangga Petani Variabel RMSPE UM US UC U-THEIL GRPN 35.1421 0 0.43 0.57 0.1242 PRDI 73.0207 0 0.31 0.69 0.2678 JPU 134.3 0 0.5 0.5 0.2715 JPT 63989.7 0 0.48 0.52 0.3378 TKDK 444.1 0 0.58 0.42 0.5551 TKLK 715.8 0 0.67 0.33 0.4827 TKER 309.2 0 0.68 0.32 0.436 TKNP 465 0 0 1 0.3858 BUT 168.1 0 0.35 0.65 0.2868 PUTP 70.4332 0 0.03 0.97 0.226 PTP 99.4529 0 0.03 0.97 0.2225 PBNP 264.8 0 0.03 0.97 0.2919 PTRT 58.007 0 0.01 0.99 0.081 PI 87.1997 0 0.4 0.6 0.2804 NPPG 17.2237 0 0.04 0.96 0.0739 PNP 84.7855 0 0.3 0.7 0.2846 PPK 87.2983 0 0.41 0.59 0.2808 PKS 966.2 0 0.76 0.24 0.6618 TAB 997 0 0.19 0.81 0.369 AKE 13.8295 0 0.15 0.85 0.0723 TPRT 39.346 0 0.3 0.7 0.1998 7.2. Evaluasi Dampak Kebijakan PUAP dan Raskin Simulasi pertama yaitu peningkatan jumlah PUAP 30 % dengan mempertimbangkan jumlah biaya usahatani rata-rata petani sampel. Peningkatan PUAP 30 % akan menjadi insentif bagi petani untuk meningkatkan luas garapan 6,15 % sehingga produksi meningkat 5,52 %. Hal ini diikuti juga dengan peningkatan input-input produksi (pupuk dan tenaga kerja luar keluarga) sebesar 10,49-16,68 %. Peningkatan alokasi tenaga luar keluarga untuk padi akan meningkatkan alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan beburuh non pertanian sebesar 1,3 % sehingga pendapatan berburuh non pertanian meningkat 0,096 %. Namun terjadi penurunan pendapatan rumahtangga sebesar 1,14 %. Hal ini terjadi karena terjadi peningkatan biaya usahatani 10,6 % akibat penggunaan

86 input produksi, sementara petani sampel adalah petani subsisten yang mengkonsumsi hasil usahatani padinya untuk kebutuhan pangan rumahtangga sehingga nilai pendapatan yang diperhitungkan (selisih nilai padi yang dimakan dengan biaya usahatani) menurun 11,62 %. Peningkatan produksi akan mendukung pemenuhan kebutuhan beras rumahtangga petani subsisten sehingga menurunkan nilai pengeluaran pangan 0,79 %. Penurunan nilai pengeluaran pangan memungkinkan anggaran rumahtangga digunakan untuk konsumsi non pangan (meningkat 17,14 %). Untuk pengeluaran investasi sumberdaya manusia meningkat 0,18 %. Peningkatan PUAP 30 % akan meningkatkan tabungan sebesar 13,44 %. Terjadi penurunan angka kecukupan energi 0,19 % yang mengindikasikan bahwa peningkatan produksi padi tidak serta merta meningkatkan kecukupan energii jika tidak diimbangi dengan pemenuhan kebutuhan gizi selain karbohidrat. Simulasi yang kedua adalah peningkatan jumlah pagu raskin 30 % sesuai dengan wacana Bulog pada lokakarya dengan perguruan tinggi pada Januari 2012. Peningkatan raskin 30 % hanya menurunkan nilai pengeluaran pangan sebesar 0,26 % sehingga petani subsisten tetap menutupi kebutuhan berasnya dari produksi sendiri dengan peningkatan produksi meski hanya 0,02 % yang diikuti dengan peningkatan penggunaan input-input produksi pupuk sebesar 0,04 %. Penambahan jumlah pagu raskin 30 % atau 1,5 kg dari pagu raskin sebelumnya tidak merubah luas garapan sehingga tidak terjadi penambahan pada tenaga kerja luar keluarga yang umumnya dibutuhkan dalam pengolahan lahan. Petani juga menambah alokasi waktu tenaga kerja keluarga untuk kegiatan berburuh non pertanian sebesar 0,05 % sehingga pendapatan berburuh non pertanian meningkat 0,03 %. Namun terjadi penurunan pendapatan total rumahtangga dalam jumlah kecil yakni 0, 00082 % karena dalam proses produksi, terjadi kenaikan biaya usahatani sebesar 0,04 %, sehingga menurunkan pendapatan usahatani diperhitungkan 0,045 % (nilai padi tidak dijual lebih kecil dari peningkatan biaya usahatani). Penurunan pendapatan rumahtangga tersebut diikuti dengan penurunan konsumsi non pangan 0,00016 %, namun terjadi peningkatan pada pengeluaran investasi sumberdaya manusia 0,08 %. Pengeluaran total rumahtangga menurun 0,05 % (akibat penurunan pengeluaran non pangan dan nilai pengeluaran pangan).

87 Namun demikian, rumahtangga tidak mengalokasikan anggaran untuk menabung sehingga tabungan rumahtangga berkurang 0,00424 %. Terjadi penurunan angka kecukupan energi 0,02 %, karena peningkatan pagu raskin 30 % belum sesuai dengan kebutuhan beras riil rumahtangga dan penambahan sumber karbohidrat tersebut tidak diimbangi dengan pemenuhan gizi dari sumber protein tinggi oleh rumahtangga petani. Simulasi ketiga adalah peningkatan PUAP dan raskin secara bersamaan sebesar 30 %. Peningkatan PUAP dan raskin secara bersama-sama akan meningkatkan produksi 5,54 % diikuti dengan peningkatan penggunaan inputinput produksi (pupuk dan alokasi tenaga kerja luar keluarga) sebesar 10-16 %. Alokasi waktu berburuh juga meningkat 1,4 % karena untuk usahatani padi, petani menyewa tenaga kerja luar keluarga. Sehingga pendapatan berburuh meningkat 0,99 %. Sementara biaya usahatani meningkat 10,6% karena terjadi peningkatan penggunaan faktor-faktor produksi. Oleh karena petani subsisten mengkonsumsi hasil usahatani padi untuk kebutuhan anggota keluarga, maka biaya usahatani yang meningkat tidak tertutupi dengan nilai padi yang tidak dijual sehingga pendapatan usahatani yang diperhitungkan menurun 11,67 %. Hal ini menurunkan pendapatan total rumahtangga sebesar 1,14 %. Peningkatan produksi padi oleh PUAP dan peningkatan raskin 30 % memperbaiki daya beli pangan rumahtangga petani dengan menurunkan nilai pengeluaran pangan sebesar 1,06 %. Namun hal ini diikuti dengan peningkatan konsumsi non pangan 17,143 %, dan pengeluaran investasi 0,27 % sehingga pengeluaran total rumahtangga meningkat 10,37 %.. Terjadi penurunan angka kecukupan energi sebesar 0,21 % karena perbaikan daya beli hanya terjadi pada pangan utama, sehingga belum memenuhi kebutuhan gizi anggota keluarga. Penurunan nilai pengeluaran pangan meningkatkan jumlah tabungan 13,44 %..

88 Tabel 34. Rekapitulasi Hasil Simulasi Perubahan Kebijakan PUAP dan Raskin Variabel Dasar SIM 1 SIM 2 SIM 3 GRPN 0.208 0.2208 6.153846 0.208 0 0.2209 6.201923 PRDI 485.1 511.9 5.524634 485.2 0.020614 512 5.545248 JPU 83.2497 91.9861 10.49421 83.2866 0.044324 92.023 10.53854 JPT 35.2023 41.0755 16.68414 35.2161 0.039202 41.0894 16.72362 TKDK 21.8208 21.6534-0.76716 21.8201-0.00321 21.6527-0.77037 TKLK 148.2 168.8 13.90013 148.2 0 168.9 13.96761 TKER 170 190.4 12 170.1 0.058824 190.5 12.05882 TKNP 177.2 179.6 1.354402 177.3 0.056433 179.7 1.410835 BUT 1021971 1130309 10.60089 1022395 0.041488 1130733 10.64238 PUTP 932029 823691-11.6239 931605-0.04549 823267-11.6694 PTP 996179 887841-10.8754 995755-0.04256 887417-10.9179 PBNP 1065164 1075391 0.960134 1065518 0.033234 1075745 0.993368 PTRT 8539043 8440932-1.14897 8538973-0.00082 8440862-1.14979 PI 1708052 1711198 0.184186 1709505 0.085068 1712651 0.269254 NPPG 2950838 2927368-0.79537 2942937-0.26775 2919467-1.06312 PNP 7537021 8829129 17.14348 7537009-0.00016 8829117 17.14332 PPK 1646541 1649539 0.182079 1647958 0.086059 1650957 0.268199 PKS 61511.7 61659 0.239467 61546.7 0.0569 61694 0.296366 TAB 3918322 4445212 13.44683 3918156-0.00424 4445046 13.44259 AKE 58.3036 58.1942-0.18764 58.2878-0.0271 58.1784-0.21474 TPRT 12195911 13467695 10.42795 12189451-0.05297 1346125 10.37499 Keterangan Tabel 34: Simulasi 1 : Kenaikan pinjaman PUAP 30 % Simulasi 2 : Kenaikan pagu raskin 30 % Simulasi 3 : Kenaikan PUAP dan raskin 30 %