SURVEI STATUS GIZI ATLET PPLOP PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017

dokumen-dokumen yang mirip
TINGKAT PENGETAHUAN GIZI, ASUPAN DAN STATUS GIZI ATLET DI PUSDIKLAT OLAHRAGA PELAJAR SUDIANG KOTA MAKASSAR

GIZI KESEHATAN MASYARAKAT. Dr. TRI NISWATI UTAMI, M.Kes

4/11/2015. Nugroho Agung S.

Kesinambungan Energi dan Aktifitas Olahraga. (Nurkadri)

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Prestasi olahraga yang menurun bahkan di tingkat ASEAN menjadi suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. gizi olahraga yang benar dan professional (Depkes RI, 2002).

BAB I PENDAHULUAN. melekat kecintaanya terhadap cabang olahraga ini. Sepuluh tahun terakhir ini

BAB I PENDAHULUAN. lum masa dewasa dari usia tahun. Masa remaja dimulai dari saat pertama

BAB I PENDAHULUAN. Afrian Dhea Fahmi, 2015 HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN GIZI ATLET SQUASH DENGAN POLA MAKAN PASCA KOMPETISI

BAB I PENDAHULUAN. zat-zat gizi. Oleh karena itu, manusia dalam kesehariannya tidak terlepas dari

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga merupakan aktivitas untuk meningkatkan stamina tubuh yang

BAB I PENDAHULUAN. Pada kelompok anak usia sekolah, termasuk remaja usia 16-18

BAB I PENDAHULUAN. memungkinkan manusia bekerja secara maksimal (Moehji, 2009).

BAB 1 : PENDAHULUAN. diperlukan dalam mensuplai energi untuk aktifitas fisik (1).

Rumus IMT (Index Massa Tubuh) sendiri sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN. Keberhasilan pembangunan suatu bangsa sangat tergantung kepada

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HUBUNGAN TINGKAT KONSUMSI KARBOHIDRAT, PROTEIN DAN LEMAK DENGAN KESEGARAN JASMANI ANAK SEKOLAH DASAR DI SD N KARTASURA I SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. Permainan sepak bola merupakan salah satu olahraga endurance beregu

BAB I PENDAHULUAN. Serikat pada tahun 1891 dari sebuah sekolah pelatihan fisik (Young Men s

NUTRITION, EXERCISE AND HEALTHY

BAB I PENDAHULUAN. Pencak silat merupakan bela diri asli Indonesia yang sudah diakui dunia.

Specific Dynamic Action

DAFTAR ISI. KATA PENGANTAR...i DAFTAR ISI... iii DAFTAR GAMBAR...vi DAFTAR TABEL... vii DAFTAR SINGKATAN... ix DAFTAR LAMPIRAN...

BAB I PENDAHULUAN. yang penting dilakukan sebelum mengisi aktivitas yang lain setiap hari. Sarapan dibutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B A B II TINJAUAN PUSTAKA

MODUL 9 KEBUTUHAN ZAT GIZI DAN JUMLAH KALORI YANG DIPERLUKAN OLEH ATLET

TINJAUAN PUSTAKA Beastudi Etos Karakteristik Individu Umur dan Jenis Kelamin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Angkat Berat merupakan salah satu cabang olahraga di bawah naungan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN DASAR TEORI. Agus Yohena Zondha (2010), membahas mengenai

PERUBAHAN KOMPOSISI TUBUH PADA LANJUT USIA Dr. Nur Asiah, MS dan Dr. Francisca A. Tjakradidjaja, MS

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, masalah gizi perlu mendapatkan perhatian dari

GAMBARAN ASUPAN ZAT GIZI, STATUS GIZI DAN PRODUKTIVITAS KARYAWAN CV. SINAR MATAHARI SEJAHTERA DI KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan investasi bangsa yang sangat penting, karena

METODOLOGI Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

HUBUNGAN PERSEPSI BODY IMAGE DAN KEBIASAAN MAKAN DENGAN STATUS GIZI ATLET SENAM DAN ATLET RENANG DI SEKOLAH ATLET RAGUNAN JAKARTA

Kehamilan akan meningkatkan metabolisme energi karena itu kebutuhan energi dan zat gizi lainnya juga mengalami peningkatan selama masa kehamilan.

BAB I PENDAHULUAN. anak menjadi lemah dan cepat lelah serta berakibat meningkatnya angka absensi serta

BAB I PENDAHULUAN. Tujuan utama pembangunan nasional adalah peningkatan kualitas Sumber

CARA MENENTUKAN KEBUTUHAN ENERGI SEORANG ATLET

BAB 1 PENDAHULUAN. pemerintah untuk menyejahterakan kehidupan bangsa. Pembangunan suatu bangsa

2015 IPLEMENTASI FUZZY SUGENO DAN FORWARD CHAINING PADA SISTEM PENDUKUNG KEPUTUSAN PENGATURAN NUTRISI DAN MAKANAN ATLET

BAB V PEMBAHASAN. Penerapan dan penyelenggaraan gizi kerja PT. X Plant Pegangsaan. Ruang/tempat Makan yang menyatakan bahwa :

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. seseorang dengan tujuan tertentu pada waktu tertentu. Konsumsi pangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. bentuk variabel tertentu atau perwujudan dari nutritute dalam bentuk. variabel tertentu ( Istiany, 2013).

HUBUNGAN ASUPAN GIZI MAKAN PAGI DAN MAKAN SIANG DENGAN STATUS GIZI DAN KESEGARAN JASMANI PADA ANAK SEKOLAH DASAR NEGERI TEMBALANG SEMARANG TAHUN 2012

BAB I PENDAHULUAN UNIVERSITAS ESA UNGGUL

METODE PENELITIAN. Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai generasi penerus bangsa yang potensi dan kualitasnya masih perlu

HUBUNGAN ASUPAN MAKANAN, AKTIVITAS FISIK DENGAN STATUS GIZI PESERTA DIDIK KELAS VII SMP NEGERI 5 SLEMAN

BAB I PENDAHULUAN. sengaja dan sistematis untuk mendorong, membina dan mengembangkan

KESEIMBANGAN ASUPANN GIZI SISWA YANG MENGIKUTI EKSTRAKURIKULER PENCINTA ALAM SMA NEGERI 1 MAJENANG

BAB V PEMBAHASAN. jam yang dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada hari latihan dan hari tidak

BAB I PENDAHULUAN. Latihan beban merupakan olahraga yang sangat terkenal dan marak pada

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia bagi keberhasilan pembangunan bangsa. Anak sekolah

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan kesehatan menuju Indonesia sehat 2010 yang perlu diukur

BAB 1 PENDAHULUAN. setelah dikonsumsi mengalami proses pencernaan di dalam alat pencernaan.

KUESIONER PENELITIAN PENGETAHUAN REMAJA PUTRI TENTANG NUTRISI BAGI KESEHATAN DI SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 MEDAN TAHUN 2009

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GANGGUAN PERILAKU MAKAN DAN TINGKAT KECUKUPAN ENERGI PROTEIN TERHADAP KEBUGARAN JASMANI PEMAIN SEPAK BOLA IKOR FIK UNESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pertumbuhan dan perkembangan fisik erat hubungannya dengan status

BAB I PENDAHULUAN. pengaruh negatif yang secara langsung maupun tidak langsung. yang berperan penting terhadap munculnya overweight (Hadi, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. Setiap orang memerlukan zat gizi untuk hidup, tumbuh, berkembang, Energi dibutuhkan oleh setiap orang untuk mempertahankan hidup,

DEPARTEMEN GIZI MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2011

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH PEMBERIAN PISANG (MUSA PARADISIACA) TERHADAP KELELAHAN OTOT (AEROB DAN ANAEROB) PADA ATLET SEPAK TAKRAW

BAB I PENDAHULUAN. penambahan bahan-bahan lain. Bahkan fast food (makanan cepat saji) semakin

MODUL 10 PEDOMAN MAKANAN BAGI OLAHRAGAWAN

BAB I PENDAHULUAN. sekolah 6-12 tahun. Anak sekolah mempunyai karakter mudah terpengaruh

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN (6; 1) (11)

KUESIONER PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Anak sekolah merupakan sasaran strategis dari peningkatan gizi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Sampel Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Masa ini merupakan masa perubahan atau peralihan dari masa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEBUTUHAN NUTRISI PADA ANAK. ANITA APRILIAWATI, Ns., Sp.Kep An Pediatric Nursing Department Faculty of Nursing University of Muhammadiyah Jakarta

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

METODE PENELITIAN. Desain, Waktu, dan Tempat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. Status gizi adalah suatu ukuran mengenai kondisi tubuh seseorang yang

BAB I PENDAHULUAN. akhirnya diserap oleh sel dan dioksidasi untuk menghasilkan energi. Bahan

12 PESAN DASAR NUTRISI SEIMBANG

BAB I PENDAHULUAN. atau kegiatan fisik. Kebutuhan akan zat gizi mutlak bagi tubuh agar dapat

Nutrisi untuk Mendukung Tenaga Kerja yang Sehat dan Produktif. dr. Yulia Megawati

HASIL DAN PEMBAHASAN

METODE PENELITIAN Desain, Waktu, dan Tempat Penelitian Cara Pengambilan Contoh Jenis dan Cara Pengumpulan Data

BAB II LANDASAN TEORI

Pemanfaatan Energi dalam Olahraga

BAB I PENDAHULUAN. demikian derajat kesehatan di Indonesia masih terhitung rendah apabila

I. PENDAHULUAN. Jepang yang terdiri dari dua kata yaitu kara dan te, jika disatukan dalam satu

TINJAUAN PUSTAKA. A. Sarapan Pagi

BAB I PENDAHULUAN. remaja akhir dan dewasa awal berdasarkan tahap perkembangannya, yaitu

Transkripsi:

SURVEI STATUS GIZI ATLET PPLOP PROVINSI JAWA TENGAH TAHUN 2017 Siti Baitul Mukarromah 1), Soegiyanto 1) Mohammad Arif Ali 1) Setya Rahayu 1) Hadi 2) Donny Wira Yudha 3) Fakultas Ilmu Keolahragaan, Universitas Negeri Semarang Email: sitibaitul@mail.unnes.ac.id Abstrak Latar belakang: asupan makanan yang cukup dan latihan rutin dibutuhkan oleh atlet untuk meningkatkan prestasi, faktor yang mempengaruhi diantaranya pengetahuan gizi dan asupan nutrisi atlet (energi, protein, lemak dan status gizi. Metode: Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode observasional atau pengamatan, yang dilaksanakan di Pemusatan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet yang terdaftar di PPLOP Provinsi Jawa Tengah. Sampel dalam penelitian ini adalah semua atlet yang aktif berlatih di PPLOP Provinsi Jawa Tengah sebanyak 230 orang. Data pengetahuan gizi diperoleh melalui wawancara dengan responden. Data Asupan zat gizi diperoleh melalui food recall 24 jam dilakukan 2 (dua) kali. Data status gizi diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri. Pengolahan data asupan zat gizi dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan program Nutrisurvey Hasil: Tingkat pengetahuan gizi atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah tergolong baik sebanyak 60%, 30% yang tergolong cukup dan 10% yang tergolong kurang. Asupan zat gizi atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa 70% dengan asupan energi baik dan 25% asupan energi cukup dan 5% asupan energi kurang, asupan protein 50% baik dan 45% cukup dan 5% kurang, asupan lemak 26% tergolong lebih, 55% tergolong baik dan 9% tergolong kurang, sedangkan status gizi atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah berdasarkan IMT, maka status gizi normal sebesar 88%, gemuk 5% dan kurus 7%. Simpulan: kecukupan kalori atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah sudah baik tetapi masih ada yang kurang, kekurangan diakibatkan kebutuhan masing-masing atlet berbeda tetapi penyediaan asupan kalori disamaratakan, oleh karena itu masih perlu adanya perbaikan pengaturan menu makan yang bervariatif, disamping itu untuk memenuhi kecukupan kalori perlu adanya perhitungan kebutuhan Kalori sehingga antara kebutuhan dengan kecukupan bisa seimbang. Kata kunci: energi, protein, lemak, status gizi PENDAHULUAN Olahraga merupakan aktivitas fisik yang dilakukan secara terencana untuk berbagai tujuan, antara lain mendapatkan kesehatan, kebugaran, rekreasi, pendidikan dan prestasi. Usaha menambah kualitas fisik bagi olahragawan dapat dilakukan dengan cara meningkatkan efisiensi kerja muscle fitness dan energy fitness (Kumar et al. 2009) Olahraga sebagai salah satu aktivitas fisik untuk meningkatkan stamina tubuh yang mempunyai dampak positif terhadap derajat kesehatan, oleh karena itu olahraga dianjurkan untuk dilaksanakan secara teratur sesuai dengan kondisi seseorang.(brad A. Roy, Ph.D., FACSM & High-Intensity 2013) Kebutuhan gizi para atlet mempunyai kekhususan karena tergantung cabang olahraga yang dilakukan. Oleh karena itu, untuk mendapatkan atlet yang berprestasi faktor gizi sangat perlu diperhatikan sejak pembinaan ditempat pelatihan sampai pada saat pertandingan. Asupan nutrisi yang tepat dan seimbang bisa dilihat dari segi kuantitas dan kualitas 77

makanan yang dapat menghasilkan kondisi fisik yang optimal, serta memberikan energi yang cukup bagi atlet selama menjalankan proses latihan. (Nieman 2000; Ermita Ilyas 2016) Asupan nutrisi yang tepat merupakan dasar utama bagi penampilan prima seorang atlet pada saat bertanding. Selain itu, asupan zat gizi ini dibutuhkan pula pada kerja biologik tubuh untuk penyediaan energi pada saat seorang atlet melakukan berbagai aktivitas fisik, misalnya pada saat latihan (training), bertanding dan saat pemulihan baik setelah latihan maupun setelah bertanding.(kumar et al. 2009; Pialoux et al. 2006) Pemenuhan kebutuhan asupan nutrisi atlet perlu memperhatikan kadar-kadar zat gizi yang dapat menjadi sumber energi bagi tubuh. Jika salah dalam pengaturan kebutuhan gizi makanan akan dapat menimbulkan sakit, glikogen dan masalah lainnya. Kurangnya perhatian mengenai ilmu gizi menyebabkan perlunya pengetahuan atlet mengenai makanan yang baik untuk menunjang prestasi atlet. Faktor keadaan gizi yang baik dan seimbang dapat mempengaruhi dan menunjang suatu prestasi yang optimal. Pengaturan pemenuhan asupan gizi atlet perlu mengetahui status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan bagi anak serta menunjang prestasi olahragawan. Asupan nutrisi yang disarankan bagi seorang atlet adalah 55-65, pemenuhan kebutuhan energi melalui konsumsi karbohidrat, 12-15% konsumsi protein dan 20-35% konsumsi lemak (Ermita Ilyas 2016; Gleeson et al. 2004; Nieman 2000) Keadaan gizi optimal atlet tidak dapat terbentuk dalam waktu singkat tetapi secara perlahan-lahan melalui suatu kebiasaan makan yang baik. Atlet harus mempunyai kesempatan belajar tentang makanan, gizi dan kesehatan serta mengaplikasikannya sehingga terbentuk perilaku makan yang sehat. Upaya mendapatkan atlet berkualitas tinggi dalam olahraga, investasi dalam bidang gizi menjadi sangat penting. METODE Penelitian ini bersifat deskriptif dengan menggunakan metode observasional atau pengamatan, yang dilaksanakan di Pemusatan Pendidikan dan Latihan Olahraga Pelajar (PPLOP) Provinsi Jawa Tengah. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni Juli 2017. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh atlet yang terdaftar di PPLOP Provinsi Jawa Tengah. Sampel dalam penelitian ini adalah semua atlet yang aktif berlatih di PPLOP Provinsi Jawa Tengah sebanyak 230 orang. Data pengetahuan gizi diperoleh melalui wawancara dengan responden. Data Asupan zat gizi diperoleh melalui food recall 24 jam dilakukan 2 (dua) kali. Data status gizi diperoleh dengan melakukan pengukuran antropometri. Pengolahan data asupan zat gizi dilakukan dengan teknik komputerisasi dengan program Nutrisurvey. Data pengetahuan gizi atlet dilakukan secara manual menggunakan kalkulator dengan menggunakan distribusi frekuensi. Data status gizi dilakukan dengan menggunakan rumus IMT (Indeks Massa Tubuh) dan pengukuran antrhopometri yaitu pengukuran dengan cara melakukan penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan terhadap sampel penelitian. Pengukuran antrhopometri ini ditujukan untuk menghitung BMR (Basal Metabolic Rate) untuk mengetahui kecukupan kalori yang dianjurkan. 78

HASIL DAN PEMBAHASAN Pengetahuan gizi atlet Tabel 1 Tingkat Pengetahuan Gizi Atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Tingkat pengetahuan n % Baik 138 60 Cukup 69 30 Kurang 23 10 Tabel 1 menunjukkan gambaran bahwa tingkat pengetahuan gizi atlet PPLOP yang baik sebanyan 138 atlet (60%), sebanyak 69 atlet (30%) gizinya cukup dan 23 atlet (10%) gizinya kurang. Asupan Energi Tabel 2 Asupan Energi Atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Kriteria n % Baik 161 70 Cukup 58 25 Kurang 11 5 Tabel 2 menunjukkan kebutuhan enargi pada atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah sekitar 3000-4500 kalori, atlet yang masih dalam masa pertumbuhan (anak dan remaja) memerlukan penambahan energi untuk pertumbuhan tulang dan jaringan tubuh. Hasil food recall 24 jam selama 2 hari diperoleh tingkat rata-rata asupan energi dengan kategori Baik sebanyak 161 (70%) atlet, kategori cukup 58 orang (25%) dan kurang sebanyak 11 orang (5%) akategori kurang pada sampel sebanyak 230 atlet. Asupan Protein Tabel 3 Asupan Protein Atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Kriteria n % Baik 115 50 Cukup 103 45 Kurang 12 5 79

Tabel 3 menunjukkan bahwa tingkat ratarata asupan protein pada sampel sebanyak 115 atlet (50%) kategori Baik, 103 Atlet (45%) kategori cukup dan kategori kurang 12 atlet (5%), dari total sampel 230 atlet. Protein tidak merupakan substrat penghasil energi yang bermakna selama berolahraga oleh karena hanya 12-20% dari total yang energy yang dibutuhkan. Protein terutama berperan sebagai spare part tubuh, yaitu sebagai zat pembangun komponen dan struktur jaringan tubuh, mengganti komponen dan struktur jaringan tubuh yang rusak seperti otot, serta berperan dalam pembentukan enzim, hormon, neurotransmiter dan antibodi. Protein sangat diperlukan oleh atlet terutama pada atlet cabang olahraga yang membutuhkan kekuatan dan power karena protein membantu proses pembentukan serabut otot sehingga meningkatkan massa otot. Namun demikian, atlet olahraga endurance juga membutuhkan protein untuk membantu proses adaptasi akibat latihan, memperbaiki serabut otot yang rusak, dan pembentukan enzim-enzim. Kebutuhan protein untuk atlet berkisar antara 1,2-1,7 gr/kgbb/hari dengan maksimal 2 gr/ kgbb/hari. Kebutuhan protein ini biasanya sudah dapat dipenuhi oleh atlet melalui makanan tinggi kalori. Asupan lemak Tabel 4 Asupan Lemak Atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Kriteria n % Lebih 59 26 Baik 127 55 Kurang 44 19 Tabel 4 menunjukkan bahwa konsumsi asupan lemak pada atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah sebanya 59 atlet (26%) pada kategori lebih, 127 atlet (55%) pada kategori baik dan 44 atlet (19%) kategori kurang, dari total sampel 230 atlet. Lemak dalam makanan berasal dari tumbuhan dan hewan. Lemak tumbuhan (lemak nabati) biasanya berbentuk cair, contoh minyak kelapa, minyak sawit, minyak jagung. Lemak hewani sering dijumpai dalam bentuk padat, contoh mentega dan keju.lemak adalah bahan makanan yang paling lama dicerna di lambung sehingga akan memperlambat rasa lapar. Kebutuhan lemak berkisar antara 20-45% dari kebutuhan kalori total. Bila mengonsumsi lemak kurang 20% kurang dari kebutuhan kalori total tidak akan memberi keuntungan pada kinerja fisik. Demikian pula bila mengonsumsi lemak lebih 45% dari kebutuhan kalori total maka akan berbahaya bagi kesehatan atlet.meskipun tidak secara langsung berperan dalam peningkatan prestasi,lemak dalam jumlah tertentu masih sangat dibutuhkan oleh tubuh untuk fungsi organ dan pembentukan hormon. Kebutuhan lemak pada atlet dianjurkan 20-45% dari total kalori yang dibutuhkan. Kebutuhan lemak ini harus dicukupi untuk membentuk jaringan lemak. Jaringan lemak harus cukup terutama pada atlet wanita. Menstruasi dapat terjadi bila kadar lemak tubuh minimal 8%. Bila kadar lemak tubuh kurang dari 8%, maka menstruasi tidak terjadi karena rendahnya hormon estrogen. Rendahnya kadar 80

hormon estrogen juga dapat menyebabkan osteoporosis. Asupan Karbohidrat Karbohidrat merupakan sumber utama enrgi pagi penduduk seluruh dunia. Konsumsi energy total dianjurkan 55-75% berasal dari karbohidrat kompleks dan paling banyak hanya 10% dari gula sederhana. Hasil food recall 240jam diperoleh tingkat rata-rata asupan karbohidrat pada atlet sebanyak 60% memiliki asupan karbohidrat baik, 40% dengan asupan karbohidrat kurang sedangkan atlet yang memiliki asupan karbohidrat lebih tidak ada (0%). Karbohidrat merupakan sumber energi utama dan memegang peranan sangat penting untuk seorang atlet dalam melakukan olahraga. Untuk olahraga, energi berupa ATP dapat diambil dari karbohidrat yang terdapat dalam tubuh berupa glukosa dan glikogen yang disimpan dalam otot dan hati. Selama beberapa menit permulaan kerja glukosa dalam darah merupakan sumber energi utama, selanjutnya tubuh menggunakan glikogen otot dan hati. Glikogen otot dipergunakan langsung oleh otot untuk pembentukan energi, sedangkan glikogen hati mengalami perubahan menjadi glukose yang akan masuk ke peredaran darah untuk selanjutnya dipergunakan oleh otot dan kebutuhan karbohidrat 40-70%. Status Gizi Tabel 5 Status Gizi Berdasarkan Indeks Massa Tubuh atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 Kategori n % gemuk 12 5 Normal 203 88 Kurus 15 7 Tabel 5 menunjukkan data pemeriksaan antropometri diperoleh gambaran sebanyak 12 atlet (5%) kategori gemuk, 203 atlet (88%) kategori normal dan 15 atlet (7%) kategori kurus dari total 230 atlet PPLOP Provinsi Jateng. Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan serta menunjang pembinaan prestasi atlet. PEMBAHASAN Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi makanan dan penggunaan zatzat gizi. Status gizi dibedakan antara status gizi buruk, kurang, baik dan lebih (Almatsier, 2003). Status gizi yang baik diperlukan untuk mempertahankan derajat kebugaran dan kesehatan, membantu pertumbuhan serta menunjang pembinaan prestasi altet.(joko Pekik Irianto 2004) Dalam penentuan status gizi anak remaja dilakukan secara antropometri menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh menurut Umur (IMT/U) remaja, berdasarkan standar baku WHO- 2005. Penggunaan indikator IMT/U merupakan salah satu cara mengetahui status gizi pada saat ini. Bahwa berat badan merupakan salah satu parameter yang memberikan gambaran massa tubuh. Massa tubuh sangat sensitive terhadap perubahanperubahan yang mendadak, misalnya karena 81

terserang penyakit infeksi, menurunnya nafsu makan atau menurunnya jumlah makanan yang dikonsumsi.(ermita Ilyas 2016) Masa pertumbuhan serta perkembangan, proses kehidupan seseorang dipengaruhi oleh banyak faktor, salah satunya asupan zat gizi. Makanan untuk seorang olahragawan harus mengandung semua zat gizi yang dibutuhkan untuk mengganti zat-zat gizi dalam tubuh yang berkurang akibat digunakannya zat gizi tersebut untuk aktivitas olahraga. Energi diperlukan untuk mempertahankan fungsi tubuh agar dapat berfungsi dengan baik, peredaran darah, persyarafan darah, pernafasan, gerak otot sehingga atlet dapat berlatih dan bertanding dengan baik. Besarnya kebutuhan energi tergantung pada kegiatan atau aktivitas fisik yang dilakukan. (Lovejoy et al. 2001; Ekelund et al. 2007) Tingkat asupan energi yang baik disebabkan oleh konsumsi makanan sumber zat tenaga atau energi yang telah sesuai dengan kebutuhan hariannya, tingkat asupan yang kurang disebabkan karena konsumsi makanan sumber zat tenaga tidak mencukupi kebutuhan hariannya, ini terbukti dari hasil pengamatan dengan menggunakan formulir recall 24 jam. Hasil pengamatan tersebut menunjukkan bahwa atlet terkadang tidak sarapan pagi atau tidak mengkonsumsi makanan yang telah disiapkan oleh pihak asrama sehingga tidak mencukupi kebutuhan hariannya. Sementara pihak asrama atau penyelenggara makanan telah menentukan frekuensi makan atlet sebanyak 3 kali sehari. Protein merupakan zat gizi yang mempunyai fungsi utama sebagai zat pembangun, membentuk jaringan pada masa pertumbuhan atau pada masa pembentukan jaringan otot, membentuk sel darah, hormon, enzim antibodi dan juga berfungsi sebagai pengganti jaringan yang rusak. Protein akan digunakan sebagai sumber energi bila di dalam makanan tidak terdapat karbohidrat dan lemak.(beelen et al. 2008; Rose & Richter 2009) Secara umum, Proses penyelenggaraan makanan di PPLOP Provinsi Jawa Tengah meliputi kegiatan perencanaan menu, pembelian bahan makanan dan proses produksi, distribusi makanan, hygiene dan sanitasi penyelenggaraan makanan, pengawasan terhadap penyelenggaraan makanan. Sebagai langkah awal dalam penyelenggaraan makanan haruslah disusun suatu menu makanan. Perencanaan menu makanan di PPLOP Provinsi Jawa Tengah didasarkan pada tenaga ahli gizi, sehingga perencanaan menu disesuaikan pada kebutuhan atlet. Menu yang disediakan terdiri atas menu snack pagi, makan pagi, snack siang, makan siang, makan malam dan snack malam, dengan variasi yang berbeda-beda yaitu dengan cycle 3 bulan. SIMPULAN Tingkat pengetahuan gizi atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah tergolong baik sebanyak 60%, 30% yang tergolong cukup dan 10% yang tergolong kurang. Asupan zat gizi atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah menunjukkan bahwa 70% dengan asupan energi baik dan 25% asupan energi cukup dan 5% asupan energy kurang, asupan protein 50% tergolong baik dan 45%tergolong cukup dan 5% tergolong kurang, asupan lemak 26% tergolong lebih, 55% tergolong baik dan 9% tergolong kurang, sedangkan status gizi atlet di PPLOP Provinsi Jawa Tengah berdasarkan IMT, maka status gizi normal sebesar 88%, gemuk 5% dan kurus 7%. Dari hasil penelitian tentang Evaluasi Kecukupan Kalori Atlet PPLOP Provinsi JAwa Tengah maka dapat di ketahui bahwa kecukupan kalori atlet sebagian besar baik tetapi masih ada yang kurang, kekurangan diakibatkan kebutuhan masing-masing atlet berbeda tetapi penyediaan asupan kalori disamaratakan, Oleh karena itu 82

masih perlu adanya perbaikan pengaturan menu makan yang bervariatif, disamping itu untuk memenuhi kecukupan kalori perlu adanya perhitungan kebutuhan Kalori sehingga antara kebutuhan dengan kecukupan bisa seimbang. KETERBATASAN PENELITIAN Keterbatasan dalam penelitian ini yaitu peneliti menggunakan kuesioner Recall 24 Jam, untuk mengatahui asupan nutrisi yang dapat menimbulkan kekurangan karena jawaban tergantung daya ingat responden. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis menyampaikan terimakasih kepada seluruh Tim Manajemen, pelatih dan atlet PPLOP Provinsi Jawa Tengah Tahun 2017 yang telah meluangkan waktunya selama pengambilan data. DAFTAR PUSTAKA Beelen, M. et al., 2008. Protein coingestion stimulates muscle protein synthesis during resistance-type exercise. American journal of physiology. Endocrinology and metabolism, 295(1), pp.e70-7. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 18430966 [Accessed September 18, 2013]. Brad A. Roy, Ph.D., FACSM, F. & High-Intensity, 2013. High-Intensity Interval Training: Efficient, Effective, and a Fun Way to Exercise, Ekelund, U. et al., 2007. Increase in Physical Activity Energy Expenditure Is Associated With Reduced M... Ermita Ilyas, 2016. Nutrisi Pada Atlet, Gleeson, M., Nieman, D.C. & Pedersen, B.K., 2004. Exercise, nutrition and immune function., pp.115 125. Joko Pekik Irianto, 2004. Pedoman praktis berolahraga untuk kebugaran dan kesehatan, Yogyakarta: Andi Ofset. Kumar, V. et al., 2009. Human muscle protein synthesis and breakdown during and after exercise. Journal of applied physiology (Bethesda, Md. : 1985), 106(6), pp.2026 39. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1916 4770 [Accessed September 21, 2013]. Lovejoy, J.C. et al., 2001. Ethnic differences in dietary intakes, physical activity, and energy expenditure in middle-aged, premenopausal women: the Healthy Transitions Study. The American journal of clinical nutrition, 74(1), pp.90 5. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1145 1722. Nieman, D., 2000. Exercise And Immune Function : Nutritional Influences Moderate Physical Activity and the Common Cold., pp.235 248. Pialoux, V. et al., 2006. Effects of exercise and training in hypoxia on antioxidant/prooxidant balance. European journal of clinical nutrition, 60(12), pp.1345 54. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1678 8711 [Accessed September 22, 2013]. Rose, A.J. & Richter, E. a, 2009. Regulatory mechanisms of skeletal muscle protein turnover during exercise. Journal of applied physiology (Bethesda, Md. : 1985), 106(5), pp.1702 11. Available at: http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/1907 4568 [Accessed September 21, 2013]. 83