BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sepak bola adalah olahraga yang membutuhkan kekuatan, daya ledak otot, kecepatan, kelincahan, serta daya tahan jantung dan paru (Depkes, 2002).Sepak bola adalah salah satu olahraga popular yang dimainkan hampir di seluruh negara, tak terkecuali Indonesia. Pada kompetisi di Asia Youth Game, Indonesia masih tertahan di perempat final (Kemenpora, 2013).Tim sepak bola Indonesia U-23 juga dikalahkan oleh tim Thailand pada final SEA GamesXXVII (Saputra, 2013). Sedangkan di Yogyakarta sendiri, tim DIY hanya mampu meraih posisi runner up setelah dikalahkan oleh tim DKI (Herawati, 2013). Menurut Swasti dan Sulistyarini (2009), prestasi atlet sepak bola Yogyakarta mulai mengalami penurunan di beberapa musim pertandingan. Prestasi atlet ini berkaitan dengan performa yang merupakan kombinasi dari kebugaran kardiovaskular, kekuatan otot, ketahanan, fleksibilitas, ketangkasan, koordinasi, keterampilan dan taktik. Performa atlet juga dipengaruhi oleh perubahan yang terjadi pada sistem imun tubuh. Pada saat latihan fisik, terjadi perubahan respon imun. Respon imun ini berlangsung pada latihan aerobik maupun anaerobik (Deilamiet al., 2013). Perubahan respon imun dapat memicu terjadinya risiko infeksi pada atlet(pedersen dan Hoffman-Goetz, 2000) dan kemudian dapat berdampak pada performa atlet dan fase pemulihan (recovery) untuk mempersiapkan latihan berikutnya (Gunzer et al., 2012).Kerusakan otot yang disebut dengan delayedonset of muscle damage (DOMS)dapat terjadi pada latihan akut yang disebabkan oleh stres oksidatif. Kerusakan otot inilah yang menimbulkan respon inflamasi serta menyebabkan perubahan total dan hitung jenis leukosit (Ascensaoet al., 2008). Respon yang terjadi adalah peningkatan leukosit neutrofil, monosit, sel natural killer, katekolamin, hormon, anti-inflamasi dan pro-inflamasi serta protein fase akut (Gunzer et al., 2012). Total leukosit meningkat setelah melakukan latihan fisik selama 30 menit pada 75% VO 2maks baik pada subjek terlatih maupun 54

2 tidak terlatih (Gurcan, 1998).Kadar leukosit meningkat hingga 30 menit setelah latihan singkat maupun intens, kembali ke level semula dan kemudian meningkat kembali pada 1-3 jam setelah latihan fisik (Nieman dan Pedersen, 2000). Latihan aerobik dengan intensitas 85% VO 2maks berefek pada akumulasi leukosit pada darah perifer. Perubahan kadar leukosit ini menjadi indikator penekanan pada imun (Hsuet al., 2001).Neutrofil, limfosit dan monosit mengalami peningkatan selama beberapa menit pertama latihan (Gabriel dan Kindermann, 1997). Untuk meningkatkan performa latihan dan kompetisi, diperlukan modifikasi asupan gizi pada atlet (Alghannam, 2013). Maltodekstrin adalah polimer karbohidrat yang digunakan secara khusus dalam diet untuk aktivitas fisik. Pengosongan lambung dari polimer glukosa lebih cepat daripada larutan gula biasa dapat mencegah penurunan glukosa darah secara tiba-tiba (Ruffo et al., 2009). Pemberian larutan polimer glukosa dianjurkan karena dengan osmolalitas yang rendah memberikan efek yang lebih baik daripada larutan glukosa saja sebagai asupan energi sebelum dan selama olahraga (Leese et al., 1995). Suplementasi maltodekstrin sebelum latihan fisik dapat meningkatkan simpanan glikogen otot dan hati (Ruffo et al., 2009; Khorshidi- Hosseini dan Nakhostin- Roohi, 2013). Asupan maltodekstrin sebelum dan selama latihan dapat meningkatkan kadar glukosa darah dan performa latihan (Wrightet al., 1991). Penelitian menunjukkan, konsumsi minuman dengan kandungan karbohidrat 6% (1 liter/jam) selama minimal 1 jam latihan endurance dengan intensitas tinggi dapat menekan peningkatan total hitung leukosit dan hitung jenis leukosit seperti monosit dan neutrofil (Gunzer et al., 2012). Vitamin Cbermanfaat untuk meningkatkan sistem imun dan memiliki efek antioksidan.vitamin C juga meningkatkan daya tahan terhadap infeksi melalui aktivitas imunologi dari leukosit, produksi interferon, proses reaksi inflamasi dan integritas membran. Vitamin C dapat mempengaruhi performa fisik pada atlet sehubungan dengan sintesis karnitin yang berperan dalam penyediaan energi dan meningkatkan fungsi imun, khususnya atlet olahragaendurance yang cenderung lebih mudah terkena infeksi saluran pernafasan atas (Greenwood et al., 2008 dan

3 Hasanloei, 2013).Suplementasi vitamin C dapat mencegah kerusakan otot (Nakhostin-Roohiet al., 2008). Dari pemaparan di atas, diperlukan kajian lebih lanjut mengenaibagaimana efektivitas minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap hitung jenis leukosit atlet sepak bola. B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana perubahan hitung jenis leukosit (neutrofil, limfosit, monosit, dan eosinofil) segera dan 30 menit setelah latihan pada subjek yang diberi minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C serta subjek yang diberi minuman plasebo? 2. Apakah terdapat perbedaan hitung jenis leukositsegera dan 30 menit setelah latihan padasubjek yang diberi minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C dengan subjek yang diberi minuman plasebo? C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji efektivitas minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C terhadap hitung jenis leukositsegera dan 30 menit setelah latihan pada atlet. 2. Tujuan Khusus Sedangkan tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Mengkaji perubahan hitung jenis leukosit (neutrofil, limfosit, monosit, dan eosinofil) segera dan 30 menit setelah latihan pada subjek yang diberi minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C serta subjek yang diberi minuman plasebo. b. Mengkaji perbedaanhitung jenis leukosit segera dan 30 menit setelah latihan antara subjek yang diberi minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C dengan subjek yang diberi minuman plasebo.

4 D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Peneliti Penelitian ini memberikan hasil kajian baru dalam bidang ilmu gizi dan olahraga terutama yang terkait dengan komposisi minuman olahraga dan manfaatnya untuk menunjang sistem imun serta performa atlet. 2. Bagi Atlet Sepak Bola Atlet mendapatkan pengetahuan baru dan strategi dalam asupan zat gizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh dan performa atlet sepak bola. 3. Bagi Institusi Penelitian ini memberikan rekomendasi bagi institusi untuk memperbaharui kebijakan yang mendukung penerapan asupan makanan atau minuman yang tepat untuk meningkatkan performa atlet sepak bola. 4. Bagi Penelitian Selanjutnya Diharapkan hasil penelitian ini bisa dijadikan referensi untuk mengembangkan minuman olahraga yang efektif untuk meningkatkan daya tahan tubuh atlet. E. Keaslian Penelitian 1. The Effect of Vitamin C Supplementation on Leucocyte Counts and Exercise Performance oleh Ozaslan et al. (2004). Penelitian tersebut bertujuan untuk melihat efek suplementasi vitamin C terhadap kadar leukosit dan performa latihan pada tikus. Hewan coba dibagi ke dalam 4 kelompok, yaitu 1 kelompok kontrol dan 3 kelompok intervensi dengan dosis yang berbeda. Vitamin C diberikan dengan injeksi intra-peritoneal. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa suplementasi vitamin C meningkatkan level limfosit di dalam darah dan menunda terjadinya kelelahan. Persamaan tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel tergantungnya yaitu hitung jenis leukosit. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah subjek, variabel penelitian, serta metode pemberian vitamin C. Subjek

5 penelitian tersebut adalah hewan coba tikus sedangkan subjek penelitian yang yang akan dilakukan adalah manusia (atlet sepak bola). Variabel bebas penelitian tersebut adalah vitamin C saja sedangkan variabel bebas penelitian yang akan dilakukan adalah minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C. Variabel tergantung pada penelitian tersebut adalah leukosit dan performa sedangkan penelitian yang akan dilakukan adalah hitung jenis leukosit. Metode pemberian vitamin C pada penelitian tersebut adalah melalui injeksi, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan metode pemberian melalui oral dalam bentuk minuman. 2. Influence of Acute Vitamin C and/or Carbohydrate Ingestion on Hormonal, Cytokine, and Immune Responses to Prolonged Exercise, oleh Davison dan Gleeson (2005). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui efek dari suplementasi vitamin C dengan atau tanpa karbohidrat yang dikonsumsi secara akut dalam bentuk minuman sebelum dan selama bersepeda terhadap respon imunoendokrin. Penelitian dilakukan kepada 6 laki-laki sehat yang diberi latihan selama 2,5 jam pada 60% VO 2maks dan mengonsumsi minuman berupa plasebo, karbohidrat, vitamin C serta karbohidrat yang dikombinasi vitamin C. Minuman diberikan sebelum latihan fisik dan wash-out selama satu minggu. Sampel darah diambil 1 jam sebelum, sesaat sebelum, segera dan 1 jam setelah latihan fisik. Hasil penelitian tersebut adalah plasma kortisol, ACTH dan total leukosit kelompok yang mendapatkan karbohidrat saja dan kelompok yang mendapat karbohidrat kombinasi vitamin C meningkat secara signifikan segera setelah latihan. Sebaliknya, aktivitas antioksidan plasma mengalami penurunan. Sedangkan pada kelompok yang diberi vitamin C saja, peningkatan terjadi pada kapasitas antioksidan plasma. Suplementasi akut dengan vitamin C dosis tinggi memiliki efek yang kecil atau tidak ada efek terhadap hormonal, IL-6, atau respon imun pada latihan jangka lama. Dan kombinasi karbohidrat dengan vitamin C tidak memberikan efek tambahan. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama menguji efek karbohidrat dan vitamin C terhadap respon imun.

6 Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas penelitian. Variabel bebas penelitian tersebut adalah minuman kombinasi dextrose monohidrat dengan vitamin C, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C. 3. Effects of Carbohydrate Supplementation and Different Types Of Exercise Training on Blood Cells Concentrations, oleh Rombaldi (2013). Tujuan penelitian ini untuk mengetahui efek suplementasi maltodekstrin pada latihan aerobik dan anaerobik terhadap hitung jenis leukosit, hemoglobin dan serum glukosa pada tikus. Sebanyak 69 hewan coba dibagi menjadi 6 kelompok perlakuan yaitu kelompok tanpa latihan dan tanpa suplementasi, kelompok tanpa latihan dengan suplementasi, kelompok latihan aerobikdengan suplementasi, kelompok latihan aerobik tanpa suplementasi, kelompoklatihan intensitas tinggi dengan suplementasi dan kelompok latihan intensitas tinggi tanpa suplementasi. Intervensi dilakukan selama 6 minggu. Hasil penelitian tersebut menunjukkan tidak ada efek dari suplementasi karbohidrat dan dua jenis latihan terhadap hitung jenis leukosit. Persamaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah sama-sama mengkaji efek pemberian maltodekstrin terhadap hitung jenis leukosit. Perbedaan penelitian tersebut dengan penelitian yang akan dilakukan adalah pada variabel bebas dan subjek penelitian. Subjek penelitian tersebut menggunakan hewan coba tikus, sedangkan subjek penelitian yang akan dilakukan adalah atlet. Variabel bebas pada penelitian tersebut adalah minuman maltodekstrin, sedangkan penelitian yang akan dilakukan menggunakan minuman kombinasi maltodekstrin dan vitamin C.