BAB I PENDAHULUAN. digunakan sebagai pendegradasi sampah organik, pakan ternak, bahan baku obat,

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. yang banyak mengandung senyawa organik dan bahan mineral yang cukup baik dari alam

I. PENDAHULUAN. banyak ditemukan pada 0 sampai 10 cm (Kuhnelt et al, 1976). Kelompok hewan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Padi. secara langsung atau melalui persemaian lebih dulu. Tanaman padi adalah

I. PENDAHULUAN. Fauna (CITES), P. pruatjan masuk ke dalam daftar Appendix I yang dinyatakan

BAB I PENDAHULUAN. dengan sifat dan ciri yang bervariasi, dan di dalam tanah terjadi kompetisi antara

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara tropis dan diketahui memiliki level

BAB I PENDAHULUAN. mulai dari tepi laut hingga dataran tinggi. Familia Pandanaceae terdiri dari

I. PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang banyak. keanekaragaman jenis. Gena spesies yang beranekaragam ini adalah modal

Volume IV. Nomor 1. Januari-Juni 2013 Page 38

BAB I PENDAHULUAN. Burung anggota Famili Columbidae merupakan kelompok burung yang

SISTEM RAK BERTINGKAT PADA BUDIDAYA CACING TANAH ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. mudah dibudidayakan, media dan pakannya mudah diperoleh sehingga. dapat berkesinambungan ketersediaannya serta memiliki kandungan

BAB I PENDAHULUAN. hewan yang menjijikkan dan kurang dimanfaatkan oleh masyarakat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Cacing tanah merupakan hewan Invertebrata dari filum Annelida, kelas

Menurut Syariffauzi (2009), pengembangan perkebunan kelapa sawit membawa dampak positif dan negatif Dampak positif yang ditimbulkan antara lain

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Jenis kelamin menjadi salah satu studi genetik yang menarik pada tanaman

BIO306. Prinsip Bioteknologi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. terbesar di seluruh dunia. Nenek moyang ikan mas diduga berasal dari Laut Kaspia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Cacing tanah merupakan hewan tidak bertulang belakang (Invertebrata)

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 41 tahun 1999). Menurut Indriyanto (2006), hutan merupakan masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memudahkan hewan tanah khususnya cacing untuk hidup di. sebagai pakan ayam dan itik. Para peternak ikan juga memanfaatkan

SKRIPSI MORARIO DEPARTEMEN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN 2009

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Kalimantan Tengah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINGKAT KEANEKARAGAMAN CACING TANAH BERDASARKAN RIWAYAT LAHAN (TERKENA DAN TIDAK TERKENA TSUNAMI) DI ACEH BARAT

BAB I PENDAHULUAN. Famili Columbidae merupakan kelompok burung dengan ciri umum tubuh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. bumi, namun demikian keanekaragaman hayati yang ada di dalamnya sangat

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

BAB 1 PENDAHULUAN. hayati terkaya (mega biodiveristy). Menurut Hasan dan Ariyanti (2004),

2014 STUDI KEKERABATAN FENETIK BEBERAPA JENIS TANAMAN SAWO

LAMPIRAN B. Data Jumlah dan Jenis Cacing Tanah yang Didapatkan pada 3 Stasiun Penelitian

Struktur Komunitas Cacing Tanah (Kelas Oligochaeta) di Kawasan Hutan Desa Mega Timur Kecamatan Sungai Ambawang

Monnes Hendri Batubara, Ainin Niswati, Sri Yusnaini & M.A. Syamsul Arif

BAB I PENDAHULUAN. mengandalkan hidupnya dan bermata pencaharian dari hutan (Pratiwi, 2010 :

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Ikan lele merupakan salah satu jenis ikan air tawar yang memiliki 3 pasang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Cacing tanah yang ditemukan pada agroforestri berbasis kopi di Desa

KOMPOSISI CACING TANAH PADA AREAL PERKEBUNAN KELAPA SAWIT DI JORONG LUBUK HIJAU KECAMATAN RAO UTARA KABUPATEN PASAMAN E-JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. dijumpai disetiap tempat dan mempunyai posisi penting sebagai salah satu

BAB I PENDAHULUAN. Tanah merupakan suatu sistem terpadu yang saling terkait dalam berbagai

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Clitellata, Ordo Oligochaeta. Pengolongan ini didasarkan pada bentuk morfologi,

I. PENDAHULUAN. Management of Farm Animal Genetic Resources. Tujuannya untuk melindungi dan

berdasarkan kriteria Gleason dengan LD mg kg BB -1 dan tidak ditemukan gejala klinis ketoksikan yang nyata pada mencit sebagai hewan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Hutan Sekipan merupakan hutan pinus yang memiliki ciri tertentu yang membedakannya dengan hutan yang lainnya.

BAB I Pendahuluan I.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KERAGAMAN Musa acuminata Colla LIAR DENGAN PENDEKATAN MORFOLOGI DAN MOLEKULER

PENGARUH SISTEM OLAH TANAH DAN APLIKASI HERBISIDA TERHADAP POPULASI DAN BIOMASSA CACING TANAH PADA PERTANAMAN UBI KAYU (Manihot utilissima)

TINJAUAN PUSTAKA. berikut: Kingdom Plantae, divisi Spermatophyta, subdivisi Angiospermae,

TINJAUAN PUSTAKA. Andaliman termasuk tanaman perdu. Hsuang Keng (1978 dalam Wijaya, Zanthoxylum; spesies: Zanthoxylum acanthopodium DC.

Preferensi Habitat Cacing Tanah (Oligochaeta) di Kabupaten Banggai Provinsi Sulawesi Tengah

IDENTIFIKASI MAKROFAUNA TANAH DI ZONA PASIF TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KLOTOK KOTA KEDIRI

II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Kamboja (Plumeria sp.)

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. flora yang dapat ditemukan adalah anggrek. Berdasarkan eksplorasi dan

SMP kelas 7 - BIOLOGI BAB 6. PERAN MANUSIA DALAM PENGELOLAAN LINGKUNGANLatihan Soal 6.2

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ANALISIS KERAGAMAN GENETIK MUTAN JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) HASIL PERLAKUAN MUTAGEN KOLKISIN BERDASARKAN PENANDA MOLEKULER RAPD

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Lectura Volume 05, Nomor 01, Februari 2014

BAB I PENDAHULUAN. dari buah pulau (28 pulau besar dan pulau kecil) dengan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Serangga merupakan bagian dari keanekaragaman hayati yang harus dijaga kelestariannya dari kepunahan

LAPORAN KEGIATAN BIO301 STUDI LAPANGAN. Judul: Keragaman Cacing Tanah di Hutan Pendidikan Gunung Walat

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan sumberdaya hutan dalam dasawarsa terakhir dihadapkan pada

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Ciri Morfologi Jarak Pagar

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Selain sebagai bahan pangan, akhir-akhir ini jagung juga digunakan

BAB I PENDAHULUAN. negara kepulauan yang terdiri dari tujuh belas ribu pulau. Pulau yang satu dengan

I. PENDAHULUAN. masyarakat dengan memperhatikan tiga prinsip yaitu secara ekologi tidak merusak. waktu, aman dan terjangkau bagi setiap rumah tangga.

BAB I PENDAHULUAN. daya tarik tinggi baik untuk koleksi maupun objek penelitian adalah serangga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. inventarisasi adalah kegiatan untuk mengumpulkan data tentang jenis-jenis tumbuhan bawah

BAB 1 PENDAHULUAN. Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki keanekaragaman

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Modul 1. Hutan Tropis dan Faktor Lingkungannya Modul 2. Biodiversitas Hutan Tropis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu merupakan tanaman semusim dari Divisio Spermathophyta dengan

III. HASIL DAN PEMBAHASAN M

BAB I PENDAHULUAN. dan ekologi. Besarnya peranan dari hutan pantai dan hutan mangrove tersebut

disinyalir disebabkan oleh aktivitas manusia dalam kegiatan penyiapan lahan untuk pertanian, perkebunan, maupun hutan tanaman dan hutan tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. (perairan) lainnya, serta komplek-komplek ekologi yang merupakan bagian dari

I.PENDAHULUAN. dan tidak bersaing dengan kebutuhan manusia. diikuti dengan meningkatnya limbah pelepah sawit.mathius et al.,

TINJAUAN PUSTAKA Sapi Lokal Indonesia

DASAR BIOTEKNOLOGI TANAMAN

KEANEKARAGAMAN CACING TANAH PADA TIPE HABITAT DAN KETINGGIAN TEMPAT YANG BERBEDA RIRIN RIANI

Gambar 1. Mencit Putih (M. musculus)

I. PENDAHULUAN. zat kimia lain seperti etanol, aseton, dan asam-asam organik sehingga. memiliki nilai ekonomis yang lebih tinggi (Gunam et al., 2004).

ABSTRAK Polimorfisme suatu lokus pada suatu populasi penting diketahui untuk dapat melihat keadaan dari suatu populasi dalam keadaan aman atau

PENDAHULUAN. Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) merupakan salah satu komoditas

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LAPORAN PRAKTIKUM EKOLOGI PERTANIAN ANALISIS VEGETASI METODE TITIK MENYINGGUNG OLEH : JEAN NIHANA MANALU

BAB I PENDAHULUAN. eks-karesidenan Surakarta (Sragen, Boyolali, Karanganyar, Sukoharjo) (Prihatman,

I. PENDAHULUAN. Pengolahan tanah merupakan suatu tahapan penting dalam budidaya tanaman

PENDAHULUAN. tinggi. Keadaan ini dapat dijadikan modal Indonesia dalam menanggapi

BAB I PENDAHULUAN. pada pulau. Berbagai fungsi ekologi, ekonomi, dan sosial budaya dari

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Cacing tanah merupakan hewan tingkat rendah yang tidak mempunyai tulang belakang. Cacing tanah mempunyai banyak manfaat, antara lain: dapat digunakan sebagai pendegradasi sampah organik, pakan ternak, bahan baku obat, dan bahan baku kosmetik. Jenis cacing tanah yang paling banyak dikembangkan oleh manusia adalah anggota dari Famili Megascolecidae dan Lumbricidae dengan Genus Lumbricus, Eisinia, Pheretima, Perionyx, dan Diplocardi. Keragaman cacing tanah pada suatu area dipengaruhi oleh kondisi lingkungan yang meliputi: jenis bahan organik, ph tanah, kadar air tanah, dan suhu tanah. Populasi cacing tanah juga dipengaruhi oleh kondisi lingkungan, musim dan penggunaan lahan. Populasi cacing tanah pada musim hujan lebih banyak dibandingkan pada musim kemarau (Maftuah & Susanti, 2008). Hal tersebut terkait dengan kadar air tanah, yang pada musim hujan lebih tinggi dibandingkan pada musim kemarau. Faktor yang mempengaruhi keragaman dan kelimpahan cacing tanah adalah iklim mikro tanah dan sumber makanan. Perbedaan ini dapat dilihat dari karakter morfologi sampai karakter genetik (molekular). Karakter pokok cacing tanah yang bisa digunakan untuk membedakan antar jenis antara lain: jumlah segmen, setae, prostomium, dan klitelum. Tubuh cacing tanah tersusun atas beberapa segmen, karena itu digolongkan dalam filum Annelida (Moore, 2001). Jumlah segmen antar jenis berbeda, ada yang memiliki 1

2 jumlah segmen kurang dari 100 sampai lebih dari 200 segmen. Pada tubuh cacing tanah terdapat struktur berbentuk rambut kaku yang berguna untuk memegang substrat dan untuk bergerak jumlah serta letak pada setiap jenis bervariasi, letak setae ada yang sangat rapat dan ada yang letak antar setae berpasangan yang tidak terlalu rapat. Bagian anterior tidak berupa kepala tetapi segmen mempunyai mulut yang disebut protomium yang bentuknya bermacammacam yaitu: tanylobus, prolobus, zygolobus, dan epilobus. Beberapa segmen yang cenderung menebal membentuk klitelum yang hanya dimiliki oleh cacing tanah yang sudah dewasa, setiap jenis bervariasi baik bentuk maupun panjangnya, ada yang berbentuk menyerupai cincin dan sadel sepeda. Beberapa karakter tersebut merupakan karakter yang penting untuk proses identifikasi sehingga bisa membedakan antar jenis cacing tanah. Jenis cacing tanah yang sudah diketahui di Indonesia adalah: Pontoscolex corethrurus, Peryonix excavatus, Pheretima pusthuma, Drawida sp, Megascolex cempii (Maftuah dan Susanti, 2009, Morario, 2010). Variasi genetik dalam karakterisasi molekular banyak dikaji dengan pemeriksaan DNA yaitu untuk mendukung dan memperjelas identifikasi serta mengetahui similaritas suatu spesies. Metode molekular merupakan suatu analisis dengan teknik PCR yang efektif untuk mengetahui variasi genetik pada tingkat DNA. Beberapa penanda DNA yaitu Restriction Fragment Length Polymorphism (RFLP), Amplified Fragment Length Polymorphism (AFLP) dan Random Amplified polymorphic DNA (RAPD). Pada penelitian ini dipilih metode RAPD karena didasarkan pada pertimbangan, antara lain: informasi susunan nukleotida

3 dalam DNA genom tidak perlu diketahui terlebih dahulu, metode ini relatif sederhana dan mudah preparasinya, memberikan hasil lebih cepat dibandingkan beberapa penanda molekular lain dan mampu menghasilkan jumlah karakter yang tidak terbatas sehingga sangat membantu dalam analisis keragaman genetik cacing tanah yang tidak diketahui latar belakang genomnya (Meenatchi et al., 2009). Analisis keragaman cacing tanah diperlukan identifikasi berdasar karakter morfologi maupun molekular untuk menguji keragaman genotip. Kebun Biologi UGM merupakan kebun buatan yang dijadikan sebagai tempat penelitian mahasiswa, dengan luas sekitar 0,5 hektar. Kebun Biologi UGM merupakan habitat berbagai jenis satwa liar maupun tumbuhan. Selain sebagai habitat berbagai jenis burung di Kebun Biologi UGM terdapat koleksi tumbuhan sebagai pendukung penelitian mahasiswa di bidang Botani. Koleksi tersebut meliputi berbagai spesies anggota famili Arecaceae, Bombacaceae, Moraceae, Dipterocarpaceae, Oxalidaceae, dan sebagainya. Tumbuhan di Kebun Biologi memiliki tipe habitus yang beragam mulai dari rumput, seedling, saplings, semak dan pohon. Tumbuhan dengan tipe habitus yang beragam tersebut mempunyai ukuran yang berbeda-beda mulai dari yang kecil, sedang, dan besar. Tumbuhan di Kebun Biologi UGM mempunyai tata letak yang tidak teratur, sehingga ada bagian kebun yang tertutup kanopi dan ada yang tidak tertutupi oleh kanopi. Berbagai tumbuhan di Kebun Biologi UGM menyebabkan banyak serasah dari daun yang berguguran. Beragamnya tipe habitus, ukuran, dan letak tumbuhan yang tidak teratur menyebabkan ketebalan serasah yang tidak sama. Ketebalan serasah yang tidak sama menyebabkan

4 kondisi tanah bervariasi yang merupakan sebagai substrat atau bahan organik untuk cacing tanah. Kondisi tanah yang bervariasi memungkinkan ada perbedaan jenis cacing tanah di Kebun Biologi UGM, oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai keragaman cacing tanah di Kebun Biologi UGM. Penelitian mengenai keragaman cacing tanah berdasarkan karakter morfologi telah dilakukan di Indonesia, namun penelitian berdasarkan karakter molekular belum pernah dilakukan. Sejauh ini penelitian yang mengungkap variasi genetik cacing tanah di Kebun Biologi belum pernah diteliti, oleh karena itu perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengetahui keragaman jenis cacing tanah di Kebun Biologi UGM dan karakter molekular. A. Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang penelitian di atas, maka dirumuskan permasalahan: 1. Bagaimana keragaman jenis cacing tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada? 2. Bagaimana variasi genetik cacing tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada berdasar penanda molekular?

5 B. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini adalah: 1. Untuk mengetahui keragaman jenis cacing tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada. 2. Untuk mengetahui variasi genetik cacing tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada berdasar penanda molekular. C. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat dimanfaatkan untuk: 1. Mengetahui similaritas antar individu cacing tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada, sebagai data inventaris terhadap keberadaan fauna tanah di Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada. 2. Sebagai sumber informasi yang bermanfaat bagi pelestarian Kebun Biologi Universitas Gadjah Mada.