I. PENDAHULUAN. penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Negara Indonesia merupakan negara hukum yang hampir semua aspek di

BAB 1 PENDAHULUAN. 1-1 Universitas Kristen Maranatha. Tahun Mobil Penumpang Bis Truk Sepeda Motor Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peran strategis dalam

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas jalan merupakan sarana masyarakat yang memegang peranan penting

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan merupakan hal yang penting dalam

BAB I PENDAHULUAN. kematian tiap hari di seluruh dunia. Berdasarkan laporan POLRI, angka

BAB 1 PENDAHULUAN. Dasar Negara Republik Indonesia Tahun Lalu lintas dan angkutan jalan

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional yang dilaksanakan oleh bangsa Indonesia dewasa. Untuk menunjang pembangunan tersebut salah satu sarana yang di

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR Latar Belakang. mencapai tujuan nasional (Lemhannas,1997). Mencermati kondisi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Keberhasilan pembangunan yang dilakukan pemerintah memberikan

BAB I PENDAHULUAN. Cidera kecelakaan lalu lintas (Road Traffic Injury) merupakan hal yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. jalur selatan Jawa dan jalur Semarang-Madiun, yang menjadikan posisinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. serangkaian perilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lebih lambat dari pertumbuhan lalu lintas menyebabkan tingginya angka

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan sejarah khususnya pembangunan dibidang penegakan supremasi

BAB I PENDAHULUAN. Akhir-akhir ini tingkat kecelakaan lalu lintas yang diakibatkan oleh kelalaian

BAB I PENDAHULUAN. pemantapan integrasi nasional guna memperkukuh ketahanan nasional.

BAB I PENDAHULUAN. Sarana transportasi merupakan sarana pelayanan untuk memenuhi

I. PENDAHULUAN. meningkatnya berbagai aktivitas pemenuhan kebutuhan, salah satunya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menjatuhkan sanksi. Sanksi hanya dijatuhkan pada warga yang benar-benar

BAB 1 : PENDAHULUAN. masyarakat yang adil dan makmur. Untuk menunjang pembangunan tersebut, salah satu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

PENDAHULUAN. Pertumbuhan dan penggunaan sepeda motor di Negara Indonesia sebagai salah

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PROGRAM SAFETY RIDING UNTUK MENEKAN ANGKA KECELAKAAN DI KOTA SURABAYA SKRIPSI

BAB 1 : PENDAHULUAN. tempat ke tempat lain dengan menggunakan kendaraan di ruang lalu lintas jalan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Era globalisasi saat ini menuntut masyarakat untuk mempunyai mobilitas

KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH NUSA TENGGARA BARAT RESORT SUMBAWA LAPORAN ANALISA DAN EVALUASI LANTAS POLRES SUMBAWA 2016

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1,24 juta jiwa meninggal dunia dan sekitar 50 juta jiwa mengalami luka berat dan

I. PENDAHULUAN. dan mencerminkan kehendak rambu-rambu hukum yang berlaku bagi semua subyek

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia disebabkan oleh beberapa faktor antara lain, keadaan geografis

BAB I PENDAHULUAN. sepeda motor yang tidak memiliki SIM (Surat Izin Mengemudi). Kurangnya

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Telepon genggam atau yang lebih dikenal dengan handphone (HP) merupakan

STUDI TENTANG KESADARAN HUKUM SISWA DALAM BERLALU LINTAS:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. untuk melayani pergerakan manusia dan barang secara aman, nyaman,

1. PENDAHULUAN. tidur hingga kembali tidur. Menurut Harold Lasswell, lalu lintas dimana polisi lalu lintas bertindak sebagai komunikator

BAB I PENDAHULUAN. banyak ada di Indonesia adalah sepeda motor. Di negara indonesia angka kepemilikan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi. Menurut Morlok (1991) transportasi adalah suatu proses pergerakan atau

HASIL ANALISIS DATA KECELAKAAN UNTUK MENGETAHUI KONTRIBUSI PENYEBAB KECELAKAAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. perjalanan pulang-pergi dengan menggunakan sepeda motor setiap harinya.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang permasalah. Semua makhluk hidup pasti sangat membutuhkan lalu lintas, untuk berpindah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kepentingan yang segara diselesaikan oleh individu, sehingga seseorang

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pengguna jalan itu bukan hanya satu, dua atau tiga orang. Belasan,

Mengenal Undang Undang Lalu Lintas

A). Perbandingan pelanggaran lalu lintas selama 12 hari pelaksanaan Ops Zebra Siak 2017 dengan Ops Zebra Siak 2016, sbb :

I. PENDAHULUAN. lalu lintas, dan lain sebagainya (Soekanto, 2007: 101). undang-undang yang berlaku secara sah, sedangkan pelaksananya adalah

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

ANALISIS PELANGGARAN PENGENDARA SEPEDA MOTOR TERHADAP UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

LAMPIRAN 1. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. 1. Ya 2. Tidak. Nominal. Nominal. 1. Ya 2. Tidak. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. diperoleh dengan mudah. Hal ini berpengaruh terhadap pergeseran kebutuhan manusia.

BAB I PENDAHULUAN. hampir terjadi diberbagai daerah terutama di kota-kota besar. Kondisi semacam

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Kepolisian Republik Indonesia dalam menciptakan situasi keamanan dan

BAB I PENDAHULUAN. Kepadatan penduduk yang terus bertambah, kebutuhan orang yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Aman dalam berkendara, bukanlah sebuah slogan sebuah instansi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkendara yang aman sangat diperlukan di dalam berlalu lintas untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang. tahun 2010 jumlah kecelakaan yang terjadi sebanyak sedangkan pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Dunia oleh WHO (World Health Organization) pada tahun 2004 merupakan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem transportasi adalah suatu hal yang penting bagi suatu kota,

BAB I PENDAHULUAN. hukum(rechtsstaat), tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka (machtsstaat). 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Keadaan di dalam masyarakat yang harmonis akan terpelihara dengan baik jika tercipta

I. PENDAHULUAN. Salah satu persoalan yang selalu dihadapi di kota-kota besar adalah lalu lintas.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia termasuk yang cukup memprihatinkan. Sejak tahun 1992 hingga 2009, jumlah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terjadi di kota-kota besar di negara-negara sedang berkembang. Di Indonesia

IV. GAMBARAN UMUM. A. Gambaran Umum Polresta Bandar Lampung. Kepolisian Negara Republik Indonesia (Polri) meru pakan merupakan alat

Foto 5. public adress Foto 7. public adress

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. di sekitar jalan raya, sehingga undang-undang ini memiliki fungsi hukum sebagai

TATA CARA PEMERIKSAAN KENDARAAN BERMOTOR DI JALAN DAN PENINDAKAN PELANGGARAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN

I. PENDAHULUAN. menjembatani kesenjangan dan mendorong pemerataan hasil-hasil pembangunan antar wilayah,

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan kendaraan, salah satunya berupa kendaraan bermotor. Semakin meningkatnya penggunaan alat transportasi maka akan

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan yang sesuai dengan

BAB I PENDAHULUAN. transportasi pribadi khususnya sepeda motor guna mempercepat dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lalu lintas dan angkutan jalan mempunyai peranan yang sangat

IMPLEMENTASI PROGRAM SAFETY RIDING DI PASAMAN BARAT (Studi Kasus: Remaja Simpang Empat Kec. Pasaman Kab. Pasaman Barat) ABSTRACT

BAB I PENDAHULUAN. Manusia selalu melakukan perubahan dalam kehidupannya, hal ini

UPAYA SATLANTAS KEPOLISIAN RESORT KOTA PADANG DALAM PENANGGULANGAN PELANGGARAN LALU LINTAS DI KOTA PADANG JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. lintas merupakan hal yang tidak asing lagi.

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN SIKAP DISIPLIN DALAM BERLALU LINTAS PADA REMAJA KOMUNITAS MOTOR

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah

I. PENDAHULUAN. Lalu lintas adalah salah satu permasalahan yang dihadapi kota-kota besar di

BAB I PENDAHULUAN. untuk keperluan tertentu dengan mempergunakan alat tertentu pula.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Salah satu roda perekonomian yang berperan penting adalah transportasi jalan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Pifih Setiawati, 2013

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Citra suatu negara ditunjukkan oleh citra sistem lalu lintas di negara

BAB I PENDAHULUAN. memiliki mobilitas tinggi dalam menjalankan segala kegiatan. Namun, perkembangan

2015 HUBUNGAN ANTARA STRES BERKEND ARA D ENGAN D ISIPLIN BERLALU LINTAS PAD A PENGGUNA SEPED A MOTOR D ENGAN STATUS MAHASISWA D I KOTA BAND UNG

BAB I PENDAHULUAN. untuk berpindah atau bergerak tersebut akan semakin intensif. Hal ini tidak dapat

I. PENDAHULUAN. komprehensif, yakni pendidikan kemampuan mental, pikir, kepribadian. manusia seutuhnya. Tujuan pendidikan adalah menciptakan seseorang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum, dalam pelakasanaan pemerintahan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. menggambarkan budaya bangsa. Kalau buruk cara kita berlalu lintas maka

I. PENDAHULUAN. interaksi tidak mungkin ada kehidupan bersama. Gillin dan gillin 1 mengatakan

PERILAKU PENGENDARA SEPEDA MOTOR DI JALAN LAKSDA ADISUCIPTO, YOGYAKARTA

Transkripsi:

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sejalan dengan perkembangan masyarakat saat ini maka kebutuhan sarana dan prasarana yang terkait dengan transportasi guna mendukung produktivitas di berbagai bidang yang menggunakan sarana jalan raya semakin meningkat. Menurut Adisasmita (2011 : 68) Meningkatnya jumlah kendaraan bermotor yang sangat pesat telah mengakibatkan berbagai kesulitan seperti, kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang semakin meningkat. Dengan jumlah penduduk kota Bandar Lampung yang semakin padat dan pertambahan jumlah kendaraan yang semakin pesat yang tidak diimbangi dengan sarana dan prasarana lalu lintas jalan yang memadai, maka akan semakin menambah kemacetan dan kepadatan arus lalu lintas dan hal itu menyebabkan banyaknya pelanggaranpelanggaran masyarakat dalam berkendara di jalan raya. Permasalahan-permasalahan lalu lintas seperti kemacetan, pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas terus berkembang. Pelanggaran lalu lintas dipandang memberi kontribusi yang cukup besar pada kecelakaan lalu lintas. Karena kasus kecelakaan lalu lintas yang terjadi pada umumnya diawali dengan pelanggaran

2 lalu lintas oleh pengemudi. Lalu disebabkan oleh kondisi kendaraan, jalan dan alam. Faktor penyebab kecelakaan lalu lintas jalan menurut kajian balitbang Kementerian PU sebesar 67% karena human error (kesalahan manusia), sedangkan sebesar 33% disebabkan oleh kondisi jalan, lingkungan, cuaca dan kendaraan bermotor yang tidak layak jalan. (http://www.menkokesra.go.id/content/rakor-dampak-kecelakaan-lalu-lintasdarat -bagi-kesehatan-sosial-dan-ekonomi, diakses pada hari senin, 24 februari 2014, pukul 19:35) Jumlah kecelakaan lalu lintas di Bandar Lampung dapat dilihat melalui tabel yang tertera di bawah ini yaitu jumlah kecelakaan lalu lintas tahun 2013 dan 2014. Tabel 1.1 Jumlah Kecelakaan Lalu Lintas No. TAHUN JUMLAH KORBAN KERUGIAN LAKA MENINGGAL DUNIA LUKA BERAT LUKA RINGAN MATERIL 1. 2013 302 77 105 307 Rp. 1.032.700.000 2. 2014 431 82 135 443 Rp. 1.664.750.000 Sumber : Unit Laka Lantas Polresta Bandar Lampung 2014 Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa jumlah kecelakaan lalu lintas yang terjadi di Bandar Lampung belum dapat diminimalisir. Jumlah kecelakaan lalu lintas pada tahun 2014 lebih banyak jika dibanding tahun 2013. Hal ini pun berbanding lurus dengan peningkatan jumlah korban, baik korban meninggal dunia, korban luka berat dan korban luka ringan. Kerugian material akibat kecelakaan lalu lintas pun semakin besar jumlahnya. Kecelakaan lalu lintas yang terjadi di wilayah Bandar Lampung juga lebih didominasi oleh sepeda motor, hal ini sesuai dengan data yang dihimpun oleh pihak Satlantas Polresta Bandar Lampung pada tahun 2014 tentang kecelakaan

3 lalu lintas yakni, pada tahun 2014 jumlah kecelakaan lalu lintas sepeda motor adalah 525 kejadian, mobil penumpang 51 kejadian, mobil beban 20 kejadian, bus 2 kejadian dan kendaraan khusus 1 kejadian. Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa sepeda motor menempati urutan pertama kendaraan yang paling banyak mengalami kecelakaan, selain itu jumlah korban meninggal dunia yang diakibatkan karena kecelakaan sepeda motor jumlahnya sangat banyak jika dibandingkan dengan kecelakaan yang disebabkan oleh kendaraan lain. Tujuan Polri untuk menciptakan zero accident sepertinya belum terwujud karena kecelakaan lalu lintas belum benar-benar dapat diminimalisir. Data kepolisian menyebutkan, tingginya angka kematian yang merupakan akibat langsung dari tingginya angka kecelakaan lalu lintas, mayoritas disebabkan oleh faktor manusia. Bukan karena kurang memiliki keterampilan mengemudi, namun lebih karena kurangnya etika atau moral berlalu lintas. Hal ini sesuai dengan data kepolisian mengenai penyebab kecelakaan lalu lintas berdasarkan faktor pengemudi yaitu sebagai berikut : Tabel 1.2 Penyebab Kecelakaan Lalu Lintas di Wilayah Lampung Berdasarkan Faktor Pengemudi tahun 2014 Wilayah Lelah Lengah Mengantuk Batas kecapatan Tidak tertib JUMLAH Bandar lampung 0 0 0 0 302 302 Metro 0 8 1 29 34 72 Lampung selatan 9 6 8 57 224 304 Lampung tengah 0 0 0 158 87 245 Lampung utara 1 3 2 89 97 192 Lampung timur 0 1 0 90 23 114

4 Lampung barat 0 0 0 0 56 56 Way kanan 0 2 2 2 61 67 Tanggamus 0 0 1 86 194 281 Tulang bawang 5 19 1 42 28 95 JUMLAH 15 39 15 553 1106 1728 Sumber : Unit Laka Lantas Polda Lampung 2014 Berdasarkan data tersebut terlihat bahwa faktor tidak tertib berlalu lintas menjadi penyebab kecelakaan paling dominan di wilayah Bandar Lampung. Artinya kesadaran masyarakat kota Bandar Lampung untuk tertib berlalu lintas masih rendah. Sedangkan untuk di wilayah lain selain karena kurangnya kesadaran tertib berlalu lintas, berkendara dengan melebihi batas kecepatan juga menjadi faktor yang dominan penyebab kecelakaan lalu lintas. Selain masih tingginya angka kecelakaan lalu lintas, Kepolisian Resort Kota (Polresta) Bandar Lampung mencatat, bahwa jumlah pelanggaran masih cukup tinggi. Hal ini dapat dilihat berdasarkan tabel yang tertera, Tabel 1.3 Jumlah Pelanggaran Lalu Lintas NO TAHUN Sumber : Satlantas Polresta Bandar Lampung Tahun 2014 JUMLAH PELANGGARAN TILANG TEGURAN JUMLAH 1 Tahun 2013 39.072 31.956 71.028 2 Tahun 2014 40.389 24.616 65.005 Berdasarkan tabel tersebut, jumlah pelanggaran lalu lintas yang terjadi pada tahun 2014 masih cukup tinggi, namun jumlah pelanggaran lalu lintas pada tahun 2014 mengalami penurunan jika dibanding pada tahun 2013. Pada tahun 2014, yang mengalami penurunan adalah pelanggaran non tilang atau pelanggaran yang hanya mendapat teguran saja. Pelanggaran yang dikenakan tilang pada tahun 2014

5 jumlahnya bertambah jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Pelanggaran lalu lintas yang sering terjadi antara lain berkendara tidak memakai helm, tidak menyalakan lampu sign sepeda motor di siang hari, menerobos lampu merah, dan melanggar marka, berkendara secara ugal-ugalan dan melebihi batas kecepatan serta berkendara tidak dilengkapi dengan SIM dan STNK. Sedangkan untuk profesi pelanggar lalu lintas tahun 2014 adalah sebagai berikut, Tabel. 1.4 Profesi Pelanggar Lalu Lintas Tahun 2014 No. Jenis Jumlah Pelanggaran Pegawai Negeri Profesi Pelanggar Lalu lintas Tahun 2014 Karyawan Swasta Sumber : Satlantas Polresta Bandar Lampung Tahun 2014 Mahasiswa Pelajar Pengemudi Lain lain 1 Tilang 40.389 120 22.180 4.656 9.026 1.677 2.730 2 Teguran 24.616 162 11.910 3234 6825 929 1556 Jumlah 65.005 282 34.090 7.890 15.851 2.606 4.286 Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa pelanggaran lalu lintas paling banyak dilakukan oleh karyawan swasta dan pelajar baik yang dikenakan tilang atau pun teguran saja. Memang jika dibanding tahun sebelumnya, pada tahun 2014 jumlah pelanggaran lalu lintas sudah berkurang, namun tetap harus diperhatikan bahwa jumlah pelanggaran lalu lintas yang dilakukan oleh pelajar jumlahnya terbanyak kedua setelah karyawan swasta. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada saat penelitian, oleh Bapak Kompol Ruhyat selaku Kasi Laka Polda Lampung pada tanggal 8 September 2014, mengatakan bahwa pelanggaran yang dilakukan oleh pelajar diantaranya banyak yang berkendara tidak memiliki SIM, selain itu banyak juga para pelajar yang sudah memiliki SIM namun berkendara tidak dilengkapi dengan surat-surat kendaraan, tidak memakai helm, motor tidak dilengkapi dengan kaca spion, dan tidak menyalakan lampu.

6 Kurangnya kesadaran masyarakat dalam bertata tertib lalu lintas di jalan bisa menyebabkan timbulnya kecelakaan yang menyebabkan pengendara luka-luka, cacat ataupun kematian. Kecelakaan dan pelanggaran lalu lintas seharusnya menjadi isu nasional karena jumlahnya yang masih tinggi. Inilah mengapa menekan angka pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas harus menjadi perhatian. Diperlukan kegiatan pengendalian lalu lintas secara menyeluruh dan terpadu, tidak cukup hanya dengan penegakkan hukum semata, namun perlu melakukan upaya yang ditunjang oleh seluruh komponen bangsa, adanya peran aktif dari masyarakat dalam mewujudkan rasa kesadaran dan disiplin dalam melakukan aktivitas di jalan raya. Hal ini sesuai dengan amanat pasal 258 Undang- Undang No. 22 Tahun 2009, bahwa masyarakat wajib berperan serta dalam pemeliharaan sarana dan prasarana, pengembangan disiplin dan etika berlalu lintas, dan berpartisipasi dalam pemeliharaan keamanan, keselamatan dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan. Mengingat banyaknya korban jiwa dan besarnya kerugian ekonomi dan sosial yang ditimbulkan oleh kecelakaan lalu lintas, maka pemerintah melalui kepolisian bagian lalu lintas membangun budaya keselamatan jalan ( road safety culture). Budaya dapat mempengaruhi bagaimana seseorang bersikap dan bertindak. Budaya yang baik akan memberikan hasil optimal. Namun sebaliknya, budaya yang tidak kondusif tidak akan memberikan hasil. Undang - Undang No. 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan mengamanatkan bahwa peran dan fungsi polisi di bidang lalu lintas adalah pendidikan masyarakat tentang lalu lintas, rekayasa lalu lintas, penegakkan hukum, registrasi dan identifikasi pengemudi kendaraan bermotor dan sebagai

7 pusat K3I (Komando, Kendali, Koordinasi dan Informasi) lalu lintas. Fungsi dan peran tersebut bertujuan untuk mewujudkan keamanan, keselamatan dan ketertiban lalu lintas, meminimalisir korban fatalitas sebagai akibat terjadinya kecelakaan lalu lintas, kepatuhan masyarakat terhadap hukum dan peraturan lalu lintas serta meningkatkan pelayanan masyarakat di bidang lalu lintas. Jadi, peran polisi lalu lintas secara ideal adalah mewujudkan sistem pengoperasian jalan dengan tingkat keamanan dan keselamatan yang tinggi, ketertiban, serta kelancaran lalu lintas. Selain melakukan penegakkan hukum atas masalah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas, pihak kepolisian juga melakukan upaya preventif agar masalah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas sebisa mungkin tidak terjadi. Upaya preventif yang dilakukan oleh pihak kepolisian untuk meminimalisir pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas antara lain dengan dilakukannya pendidikan keselamatan lalu lintas. Karena pihak kepolisian yang bertanggung jawab untuk memperbaiki perilaku pengguna jalan melalui pendidikan keselamatan berlalu lintas. Salah satu program dalam pendidikan berlalu lintas adalah program safety riding. Berdasarkan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan angkutan jalan bagian 4 yang mengatur tentang tata cara berlalu lintas maka Satlantas Polresta Bandar Lampung terus melakukan upaya upaya dengan melaksanakan program progam secara berkesinambungan yang bertujuan untuk menekan semaksimal mungkin terjadinya pelanggaran dan kecelakaan. Satlantas Polresta Bandar Lampung melakukan kebijakan program safety riding dan sosialisasi Undang-Undang nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu Lintas dan

8 Angkutan Jalan kepada masyarakat. Pihak Satlantas Polresta Bandar Lampung menerapkan kebijakan program safety riding berdasarkan Surat perintah Kapolda Lampung Nomor : Sprin/ 932 /XI/ 2013 tanggal 29 November 2013 tentang pelaksanaan Safety Riding. Program safety riding lebih memfokuskan pada kendaraan bermotor roda dua karena kendaraan bermotor roda dua atau sepeda motor adalah kendaraan yang jumlah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintasnya paling banyak jika dibandingkan dengan kendaraan lainnya. Pelaksanaan kebijakan program safety riding perlu mendapatkan perhatian karena program safety riding adalah program nasional keselamatan lalu lintas yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran tertib berlalu lintas. Dilaksanakannya program ini agar masalah pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas dapat diminimalisir. Selain itu diharapkan masyarakat akan menjadi masyarakat yang patuh terhadap tata tertib lalu lintas walaupun tidak ada petugas polisi yang sedang berjaga. Perilaku pengendara yang tidak tertib diharapkan akan berubah menjadi perilaku yang tertib ketika mereka sudah mendapatkan penyuluhanpenyuluhan lalu lintas. Dalam penelitian ini peneliti ingin melihat bagaimana kinerja pihak kepolisian lalu lintas terutama unit dikyasa yaitu melalui implementasi program safety riding untuk membangun kesadaran pegendara kendaraan bermotor dalam tertib berlalu lintas disamping permasalahan mengenai masih banyaknya pelanggaran dan kecelakaan lalu lintas yang terjadi dikarenakan kesalahan manusia (human error) sebagai faktor dominan.

9 B. Perumusan Masalah Dengan melihat permasalahan pada uraian di atas, maka rumusan masalah yang akan diteliti pada penelitian ini adalah : Bagaimanakah implementasi program safety riding Satlantas Polresta Bandar Lampung? C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut : Untuk mendeskripsikan dan menganalisis implementasi program safety riding yang dilakukan oleh Satlantas Polresta Bandar Lampung. D. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoritis dan secara praktis. 1. Manfaat Teoritis Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat memperkaya wawasan keilmuan administrasi negara terutama tentang kajian dalam bidang implementasi kebijakan publik. 2. Manfaat Praktis Secara praktis penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan bagi institusi kepolisian mengenai evaluasi pelaksanaan program safety riding. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan secara akademis terhadap informasi tentang program keselamatan lalu lintas.