GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. rawat jalan, rawat inap, pelayanan gawat darurat, pelayanan medik dan non medik

PENANGANAN LINEN KOTOR NON-INFEKSIUS DI RUANGAN KEPERAWATAN No. Dokumen No. Revisi Halaman 1 / 1. RS Siti Khodijah Pekalongan

CHECK LIST METODE PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT BHAKTI KARTINI, BEKASI TAHUN 2014

GAMBARAN PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT TK.II KARTIKA HUSADA KABUPATEN KUBU RAYA

ALUR PENCUCIAN KAIN LINEN DI INSTALASI LAUNDRY RS. ROYAL PRIMA KOTA MEDAN

GAMBARAN PENGELOLAAN MAKANAN DAN MINUMAN DI INSTALASI GIZI RSUD Dr. SOEDARSO PONTIANAK

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH MEURAXA KOTA BANDA ACEH NOMOR : /TU.K/ / /2015

Rumus untuk membuat larutan klorin 0,5% dari larutan konsentrat berbentuk cair :

SPO PERENCANAAN/PENANGANAN LINEN. No.Dokumen : No.Revisi : Halaman : Direktur Utama RS Trimitra STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR. Dr.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PERENCANAAN KEBUTUHAN LINEN RUMAH SAKIT

Kebijakan-kebijakan CSSD:

Universitas Sumatera Utara

GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI BAGIAN LAUNDRY RSPAU Dr. SUHARDI HARDJOLUKITO YOGYAKARTA ABSTRACT

PANDUAN LINEN DAN LAUNDRY DI RUMAH SAKIT MULYASARI JAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan di bidang kesehatan merupakan bagian integral dari

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB 1 : PENDAHULUAN. ini mempunyai konsekuensi perlunya pengelolaan limbah rumah sakit sebagai bagian

LINEN: Upaya Pengendalian Infeksi Nosokomial, Sebuah Studi di Rumah Sakit Umum di Indonesia.

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan yang bermutu sesuai dengan standar yang sudah ditentukan

BAB 1 PENDAHULUAN. terhadap infeksi nosokomial. Infeksi nosokomial adalah infeksi yang didapat pasien

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Tripradanti, et al, Kajian Pengelolaan Linen di Instalasi Central Strerile Supply Department (CSSD) dan...

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu

BAB 1 : PENDAHULUAN. keperawatan yang berkesinambungan, diagnosis, serta pengobatan penyakit yang diderita oleh

TENTANG PEDOMAN PELAYANAN INSTALASI UNIT CSSD DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH BLAMBANGAN BANYUWANGI

ANALISIS PENGELOLAAN LINEN KOTOR DI UNIT LAUNDRY RUMAH SAKIT PERMATA MEDIKA SEMARANG TAHUN 2016

PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

ANALISIS RESIKO KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA PADA INSTALASI LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. setinggi-tingginya, sebagai salah satu unsur kesejahteraan umum dari. tujuan nasional (Depkes RI, 2009).

Promotif, Vol.1 No.1, Okt 2011 Hal PENERAPAN KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA PADA PETUGAS PENANGANAN SAMPAH DI RUMAH SAKIT KOTA PALU

BAB V PEMBAHASAN. identifikasi kebutuhan dan syarat APD didapatkan bahwa instalasi laundry

Infeksi yang diperoleh dari fasilitas pelayanan kesehatan adalah salah satu penyebab utama kematian dan peningkatan morbiditas pada pasien rawat

Promotif, Vol.2 No.2 April 2013 Hal

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. Menurut Undang-Undang RI Nomor 44 tahun 2009, rumah sakit adalah

HUBUNGAN ANTARA TINGKAT PENGETAHUAN PERAWAT TENTANG PENCEGAHAN INFEKSI NOSOKOMIAL DENGAN PERILAKU CUCI TANGAN DI RSUD Dr. MOEWARDI SURAKARTA SKRIPSI

promotif (pembinaan kesehatan), preventif (pencegahan penyakit), kuratif (pengobatan penyakit) dan rehabilitatif (pemulihan kesehatan) serta dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Rumah Sakit sebagai salah satu institusi kesehatan mempunyai peran penting

BAB I PENDAHULUAN. dinilai melalui berbagai indikator. Salah satunya adalah penilaian terhadap upaya

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA. (WHO, 2002). Infeksi nosokomial (IN) atau hospital acquired adalah

BAB I PENDAHULUAN. pekerjaan sedang dilakukan oleh tenaga kerja. Besar kecilnya potensi

BAB I PENDAHULUAN. dan tenaga ahli kesehatan lainnya. Di dalam rumah sakit pula terdapat suatu upaya

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan bahwa semua orang mempunyai hak yang sama dalam. berhak mendapatkan lingkungan sehat bagi pencapaian derajat kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. mikroorganisme dapat terjadi melalui darah, udara baik droplet maupun airbone,

BAB I PENDAHULUAN. agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya. Pembangunan

Disampaikan pada Pertemuan Ilmiah Tahunan Nasional Ikatan Perawat Dialisis Indonesia (IPDI) Palembang, 17 Oktober 2014

G E R A K A N N A S I O N A L B E R S I H N E G E R I K U. Pedoman Teknis RUMAH SAKIT BERSIH. (Disusun dalam rangka Gerakan Nasional Bersih Negeriku)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I. KESELAMATAN KERJA, KEBAKARAN DAN KEWASPADAAN BENCANA (K3)

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Undang-undang Nomor 36 tahun 2009 tentang Kesehatan menegaskan bahwa upaya

BAB I PENDAHULUAN. Kesehatan merupakan salah satu kebutuhan pokok hidup manusia yang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

BAB I PENDAHULUAN. berlangsung dua puluh empat jam sehari dan melibatkan berbagai aktifitas orang

KARAKTERISTIK PENGETAHUAN DAN PERILAKU PENJAMAH MAKANAN TENTANG HIGIENE DAN SANITASI DAN DAYA TERIMA MAKAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH SRAGEN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyakit infeksi dan penyakit menular merupakan masalah yang masih dihadapi oleh negara-negara berkembang.

BAB 1 : PENDAHULUAN. Dalam hal ini sarana pelayanan kesehatan harus pula memperhatikan keterkaitan

1. Setiap penggunaan alat dan laboratorium harus diketahui teknisi/laboran atas izin kepala lab atau penanggung jawab praktikum.

PERSEPSI TERHADAP APD

BAB I PENDAHULUAN. Keselamatan menjadi isu global termasuk juga untuk rumah sakit. Ada lima isu

No. Kuesioner : I. Identitas Responden 1. Nama : 2. Umur : 3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Pekerjaan : 6. Sumber Informasi :

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian dan kecacatan secara terpadu dengan melibatkan berbagai multi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Gambar 3.1 Sumber : Pedoman Manajemen Linen di Rumah Sakit Departement Kesehatan RI Dirjen Pelayanan Medik Tahun 2004

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN ANGKA KUMAN UDARA DI RUANG RAWAT INAP KELAS III RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA

PERANAN JASA LAUNDRY Laundry Service

BAB I PENDAHULUAN. Penyelenggaraan makanan yang sehat dan aman merupakan salah satu faktor yang

BAB 1 : PENDAHULUAN. kesehatan, dan keturunan. Berdasarkan ke empat faktor tersebut, di negara yang

PENGELOLAAN LIMBAH PADAT MEDIS DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH DR. AGOESDJAM KETAPANG

BAB I PENDAHULUAN. Hygiene dan sanitasi makanan adalah upaya untuk mengendalikanfaktor

BAB II TINJAUAN UMUM RUMAH SAKIT. karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan

MENCUCI INSTRUMEN BEDAH No.Dokumen No.Revisi Halaman. Tanggal Terbit Ditetapkan Oleh : Direktur RS

BAB 1 PENDAHULUAN. kuratif, rehabilitatif, dan preventif kepada semua orang. Rumah sakit merupakan

Teknologi dan Pengelolaan Sampah Padat & Infeksius Rumah Sakit

BAB 1 PENDAHULUAN. Analisis sistem..., Dian Fitri Arestria, FKM UI, Universitas Indonesia

KERANGKA ACUAN PROGRAM DIKLAT PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI (PPI) DI RSIA ANUGRAH KUBURAYA

PENERIMAAAN BAHAN MAKANAN KERING

BAB 1 : PENDAHULUAN. penunjang medik dan non medik. Rumah sakit sebagai institusi pelayanan kesehatan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Undang-Undang Kesehatan RI Nomor 36 Tahun 2009 menyatakan bahwa

GAMBARAN HIIGIENE DAN SANITASI SARANA FISIK SERTA PERALATAN PENGOLAHAN BAHAN MAKANAN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PEMBALAH BATUNG AMUNTAI TAHUN 2013

Kata Kunci : Pengelolaan, Limbah Medis Padat

BAB III METODE PENELITIAN. Hygiene Perawat dan Fasilitas Sanitasi dalam Pencegahan Infeksi Nosokomial di

BAB 1 PENDAHULUAN. kesehatan kepada masyarakat memiliki peran yang sangat penting dalam

KUESIONER PENELITIAN. Perbedaan Sanitasi Lingkungan dan Perilaku Petugas Kesehatan terhadap Angka

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Di jaman modernisasi seperti sekarang ini Rumah Sakit harus mampu

MEDICAL WASTE ANALYSIS IN PUBLIC HEALTH CENTER. Anita Dewi Moelyaningrum Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Jember.

DAFTAR ISI. 1.1 Latar belakang Definisi Pengelolaan Linen...5

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

ISNANIAR BP PEMBIMBING I:

BAB I PENDAHULUAN. Alat Pelindung Diri (APD) sangat penting bagi perawat. Setiap hari

BAB 1 PENDAHULUAN. Saat ini perhatian terhadap infeksi nosokomial di sejumlah rumah sakit di Indonesia

Pedoman Sanitasi Rumah Sakit di Indonesia

nosokomial karena penyakit infeksi. Di banyak negara berkembang, resiko perlukaan karena jarum suntik dan paparan terhadap darah dan duh tubuh jauh

BAB I PENDAHULUAN. Rumah Sakit (RS) merupakan suatu unit yang sangat kompleks. Kompleksitas ini

SURAT KEPUTUSAN DIREKTUR RSB. PERMATA HUSADA NO : 06/SK-DIR/PPI/RSB.PSH/IX/2015 TENTANG KEBIJAKAN PENGELOLAAN LINEN DAN LAUNDRY

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pelayanan kesehatan (Saifuddin, 2006). Menurut WHO (World Health Organization), pada tahun 2013 AKI

Transkripsi:

GAMBARAN PENGELOLAAN LINEN DI RUMAH SAKIT UMUM YARSI PONTIANAK Zulkifli, Sunarsieh dan Susilawati Jurusan Kesehatan Lingkungan Poltekkes Kemenkes Pontianak E-mail: osp_zulkifli@yahoo.com Abstrak: Gambaran Pengelolaan Linen di Pontianak. Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan observasi yaitu menggambarkan suatu keadaan dalam waktu yang bersamaan dan tanpa mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel yang di teliti, variabel dilihat sebagai mana adanya. Analisis data dengan cara membandingkan hasil yang diamati dengan persyaratan Kepmenkes 20/Menkes/SK/X/200. Hasil penelitian menunjukkan bahwa dapat diketahui bahwa keadaan pengelolaan linen di Pontianak pada tahun 206 yaitu memenuhi syarat 6%. Sedangkan menurut KepMenKes 20 tahun 200 presentasi pengelolaan linen yang memenuhi syarat adalah %. Disarankan kepada pihak rumah sakit untuk meningkatkan kualitas dalam pengelolaan linen agar seluruh proses pengelolaan linen sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan Kepmenkes 20/Menkes/SK/X/200. Kata Kunci: Pengelolaan Linen, Rumah Sakit Abstract: The Describe Management of Linen in General Hospital Yarsi Pontianak. Type this research is descriptive observation that describes a state at the same time and without convening a setting or manipulation of variables in meticulous, variable seen as they are. Analysis of the data by comparing the results observed with the requirements Kepmenkes 20/Menkes/SK/X/200. The results showed that it can be seen that the state management of linen at the General Hospital Yarsi Pontianak in 206 which qualified 6 %. Meanwhile, according to the 200 presentation Kepmenkes 20 eligible linen management is %. It suggested for hospitals to improve quality in linen management so that the whole process of linen management in accordance with the criteria established Kepmenkes 20/Menkes/SK/X/200. Keywords: Management of Linen, Hospital Rumah sakit merupakan satu institusi kesehatan dimana sekelompok orang dengan berbagai disiplin ilmu dan keahlian melakukan aktivitas secara bersama dengan kegiatan utamanya berupa pelayanan kesehatan yang bersifat preventif, kuratif, promotif dan rehabilitatif, sehingga rumah sakit merupakan salah satu penyelenggaraan kegiatan pelayanan publik (UU RI, 2009B). Upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat, baik fisik, kimia, biologi, maupun sosial yang memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Salah satu kondisi lingkungan yang perlu diperhatikan adalah rumah sakit (UU RI, 2009C). Pelayanan medik tidak dapat berhasil, jika tidak didukung oleh pelayanan penunjang medik dan pelayanan penunjang non medik. Unit laundry merupakan unit penunjang non medik yang memberikan pelayanan linen terutama kepada pasien inap. Unit laundry merupakan unit yang melakukan pengelolaan linen rumah sakit, khususnya linen yang merupakan kelengkapan tempat tidur pasien rawat inap (Nugraheni, 20). Linen di rumah sakit di butuhkan disetiap ruangan. Kebutuhan akan linen di setiap ruangan ini sangat bervariasi, baik jenis, 0

Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... jumlah dan kondisinya. Alur pengelolaan linen cukup panjang, membutuhkan pengelolaan khusus dan banyak melibatkan tenaga kesehatan dengan bermacam-macam klasifikasi. Klasifikasi tersebut terdiri dari ahli manajemen, teknisi, perawat, tukang cuci, penjahit, tukang setrika, ahli sanitasi, serta ahli kesehatan dan keselamatan kerja. Untuk mendapatkan kualitas linen yang baik, nyaman dan siap pakai, diperlukan perhatian khusus, seperti kemungkinan terjadinya pencemaran infeksi dan efek penggunaan bahan-bahan (Depkes RI, 200). Sering dijumpai kendala-kendala dalam pengelolaan linen di rumah sakit seperti, kualitas linen yang tidak baik, dalam arti linen sudah kadaluarsa dan kerapatan benang sudah tidak memenuhi persyaratan, kualitas hasil pencucian sulit menghilangkan noda berat seperti darah, bahan kimia dan lain-lain, unitunit pengguna linen tidak melakukan pembasahan terhadap noda sehingga noda yang kering akan sulit dibersihkan saat pencucian, ruangan tidak memisahkan linen kotor terinfeksi dan kotor tidak terinfeksi, kurang optimalnya pengelolaan untuk jenis linen tertentu seperti kasur, bantal, linen berenda dan lain-lain, kurangnya koordinasi yang dengan bagian lain khususnya dalam perbaikan sarana dan peralatan, aspek hukum apabila pengelola linen dilakukan oleh pihak ketiga, kurangnya pemahaman tentang kewaspadaan universal, kurangnya pemahaman dalam pemilihan, penggunaan dan efek samping bahan kimia berbahaya, kurangnya kemampuan dalam pemilihan jenis linen (Depkes RI, 200). Berdasarkan hasil riset fasilitas kesehatan, terdapat 9 RSU pemerintah yang memiliki binatu sendiri (86,7%). Sebanyak 9,8% RSU Pemerintah kelas A, 9,% RSU Pemerintah kelas B, 90,7% RSU Pemerintah kelas C, dan 7,% RSU Pemerintah kelas D memiliki binatu sendiri. Selebihnya menggunakan jasa outsourcing atau tidak memiliki pelayanan binatu sama sekali.sekitar 6,8% Pelayanan binatu RSU pemerintah memiliki ruang linen kotor, 62,6% memiliki ruang linen bersih,,% memiliki ruang kereta linen,% memiliki ruang kelengkapan cuci, dan 6,9% memiliki ruang setrika (Rifakes, 20). Berdasarkan standar minimal untuk penilaian linen di rumah sakit untuk semua tipe kelas A, B, C dan D adalah % sesuai KepMenKes RI No. 20/MenKes/SK/X/200 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Setelah melakukan penilaian terhadap enam rumah sakit yang ada di Pontianak didapatkan hasil penilaian linen rumah sakit antara lain: RS Universitas Tanjungpura 00%, RS Soedarso 00%, RS Mitra Medika 80%, RS Bhayangkara 6%, RS Sultan Syarif Abdurrahman %, RS Islam Yarsi %. Jadi dari penilaian yang kami lakukan untuk nilai yang terendah yaitu adalah rumah sakit Islam Yarsi. Komponen yang tidak memenuhi syarat dalam pengelolaan linen di Rumah Sakit Islam Yarsi yaitu Pada pencucian linen, tidak terdapat kran air bersih dengan kapasitas, kualitas dan kuantitas baik serta tidak disediakan air panas untuk desinfeksi awal sehingga mendapatkan nilai yang kurang baik, tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius juga mendapatkan nilai yang buruk karena memakai mesin cuci untuk semua jenis linen. Pada pencucian linen infeksius tidak di lakukan dengan baik karna masih menggunakan manual. Oleh sebab itu peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di Rumah Sakit Islam Yarsi Pontianak. Rumah Sakit Umum YARSI merupakan salah satu rumah sakit yang dimiliki pihak swasta yang berlokasi di Pontianak Timur Jalan Tanjung raya II. Sebagai salah satu Rumah sakit, YARSI juga berpotensi untuk menyebabkan terjadinya infeksi nosokomial. Linen-linen kotor baik yang infeksius maupun yang non infeksius bekas pemakain pasien maupun bekas kegiatan pelayanan kesehatan senantiasa dihasilkan setiap hari. Hasil survei awal yang saya lakukan saat kegiatan observasi di Rumah Sakit Islam Yarsi Pontianak. Pada pencucian linen, tidak terdapat kran air bersih dengan kapasitas, kualitas dan kuantitas baik serta tidak disediakan air panas untuk desinfeksi awal sehingga mendapatkan nilai yang kurang baik, tidak dilakukan pemilahan antara linen infeksius dan non infeksius juga mendapatkan nilai yang buruk karena memakai mesin cuci untuk semua jenis linen. Pada pencucian linen infeksius tidak di lakukan dengan baik karna masih menggunakan manual. Disamping itu pemerintah juga telah mengeluarkan KepMenKes RI No. 20/MenKes/SK/X/200 tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit. Berdasarkan uraian tersebut maka peneliti tertarik untuk meneliti tentang Gambaran Pengelolaan Linen Ditinjau dari

2 Sanitarian, Volume 8 Nomor, Desember 206, hlm.0-9 Pengumpulan, penerimaan, pencucian, pengeringan, penyetrikaan, penyimpanan, pendistribusian, pengangkutan Linen di Rumah Sakit Islam YARSI Pontianak. METODE PENELITIAN Jenis penelitian ini bersifat deskriptif dengan pendekatan observasi yaitu menggambarkan suatu keadaan dalam waktu yang bersamaan dan tanpa mengadakan pengaturan atau manipulasi terhadap variabel yang di teliti. Data yang telah terkumpul diolah dan disajikan dalam bentuk tabel dan dijabarkan dalam narasi. Pada penelitian ini analisis data yang dilakukan adalah analisis data secara deskriptif yaitu data disajikan dalam bentuk tabel dan persentase dan penjabaran dalam narasi. Kemudian menggolongkan setiap kategori beberapa responden mempunyai kategori memenuhi syarat dan tidak memenuhi syarat, dengan berpedoman pada KepMenKes 20 tahun 200, tersebut adalah: (a) Memenuhi syarat: %, (b) Tidak memenuhi syarat: <% HASIL Pontianak telah memiliki instalasi laundri sendiri dengan menggunakan buah mesin cuci, mesin pengering, buah mesin pemeras, 2 alat menyetrika dan 2 buah troli dengan jumlah petugas sebanyak orang yang di bawahi oleh penanggung jawab rumah sakit untuk mengawasi. Pengumpulan Tabel. Pengelolaan Linen Laundri di Pontianak Tahap Pengumpulan. No Tahap Pengumpulan 2 6 Pemilihan antara linen infeksius dan linen non infeksius Linen infeksius dan non infeksius dipisahkan dimasukkan ke kantong sesuai dengan jenisnya dan diberi label Linen kotor tidak diletakkan dilantai Linen kotor yang dikumpulkan, dicatat petugas ruangan Linen infeksius diperlakukan khusus dan dimasukan terlebih dahulu Pengambilan linen tidak dikibas- Kibas Jumlah Presentase (%) 8% 7% Berdasarkan tabel pada tahap pengumpulan sudah memenuhi syarat karena pada tahap pengumpulan 8%. Penerimaan Tabel 2. Pengelolaan Linen Laundri di Pontianak Tahap Penerimaan No Tahap Penerimaan Mencatat linen yang diterima 2 Linen yang diterima telah dipisahkan antara infeksius dan non infeksius Line dipisahkan berdasarkan dan warna tingkat kekotorannya Jumlah 2 Presentase (%) 66% % Berdasarkan tabel 2 pada tahap penerimaan sudah memenuhi syarat karena pada tahap penerimaan 66%. Pencucian

Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... Tabel. Pengelolaan Linen Loundri di Pontianak Tahap Pencucian No Tahap Pencucian Menimbang berat linen terlebih dahulu 2 Pada saat penerimaan linen tidak diletakkan dilantai Linen infeksius langsung didesinfeksi Linen yang bernoda darah dibersihkan terlebih dahulu Pencucian linen infeksius dan non infeksius dipisahkan 6 Suhu air panas yang digunakan 6 C - 77 C selama 0 menit 7 Proses pencucian menggunakan deterjen 8 Proses pencucian menggunakan desinfektan 9 Proses pencucian menggunakan pemutih 0 Proses pencucian menggunakan pelembut Proses pencucian menggunakan mesin cuci No Tahap Pencucian 2 Proses desinfeksi menggunakan suhu air panas 70 0 C selama 2 atau 9 0 C selam 0 menit Petugas linen kotor kontak dengan linen bersih Semua linen yang dicuci langsung dikeringkan Linen kotor yang ada di cuci habis dalam waktu satu hari Jumlah 0 Presentase (%) 6% % Berdasarkan tabel pada tahap pencucian sudah memenuhi syarat karena pada tahap pencucian 6%. Pengeringan Tabel. Pengelolaan Linen Loundri di Pontianak Tahap Pengeringan No Tahap Pengeringan 2 6 Setelah linen melalui proses pencucian, linen langsung dikeringkan Seluruh linen dikeringkan dengan mesin pengering (maks. 70 0 C) Tidak kontak dengan linen kotor Linen tidak kontak langsung dengan petugas Linen dikeringkan habis dalam waktu x 2 jam Linen yang telah dikeringkan itempatkan pada trolly yang telah dibersihkan terlebih dahulu menuju ruang setrika Jumlah 2 Presentase (%) 66% % Berdasarkan tabel pada tahap pengeringan sudah memenuhi syarat karena pada tahap pengeringan 66%. Penyetrikaan Tabel. Pengelolaan Linen Loundri di Pontianak Tahap Penyetrikaan No Tahap Penyetrikaan Linen yang sudah kering langsung disetrika 2 Linen di setrika satu per satu Linen langsung dipisahkan sesuai dengan jenisnya Menggunakan mesin plat press maupun roll pess untuk menyetrika dengan suhu min 20 C Linen tidak ada yang berjatuhan dan menyentuh lantai Jumlah 2 Presentase (%) 60% 0%

Sanitarian, Volume 8 Nomor, Desember 206, hlm.0-9 Berdasarkan tabel pada tahap penyetrikaan sudah memenuhi syarat karena pada tahap penyetrikaan 60%. Penyimpanan Tabel 6. Pengelolaan Linen Loundri di Pontianak Tahap Penyimpanan. No Tahap Penyimpanan Linen disimpan ditempat yang tertutup (lemari) 2 Linen dipisahkan sesuai jenisnya Linen dibungkus dengan plastik No Tahap Penyetrikaan 6 Lipatan linen harus menghadap keluar agar memudahkan penghitungan maupun pengambilan Ruang penyimpanan bersih, bebas debu dan tidak lembab Pintu lemari penyimpanan selalu tertutup Jumlah Presentase (%) 0% 0% Berdasarkan tabel 6 pada tahap penyimpanan tidak memenuhi syarat karena persentase <%. Dan nilai hasil persentase pada tahap penyimpanan 0%. Pendistribusian Tabel 7. Pengelolaan Linen Loundri di Pontianak Tahap Pendistribusian No 2 6 Tahap Pendistribusian Penyerahan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai kartu tanda terima Pendistribusian linen terbungkus rapi dengan menggunakan plastik transparan di buat paket Petugas pendistribusian berbeda dengan petugas pengumpul linen kotor Menggunakan trolley yang berbeda dengan trolley linen kotor Trolley untuk pengambilan linen bersih tertutup Pendistribusian dilakukan oleh petugas laundry No Tahap Pendistribusian 7 8 9 Pendistribusian linen berdasarkan blanko pengiriman Petugas menyerahkan linen bersih kepada petugas ruangan sesuai dengan linen yang diterima Pengambilan linen harus dengan sistem FIFO (first in first out) Jumlah 6 Presentase (%) 67% % Berdasarkan tabel 7 pada tahap pendistribusian sudah memenuhi syarat karena pada tahap pendistribusian 67%. Pengangkutan

Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... Tabel 8. Pengelolaan Linen Loundri Di Pontianak Tahap Pengangkutan No Tahap Pengangkutan 2 6 Menggunakan trolley yang berbeda dan tertutup antara linen bersih dan kotor Trolley dalam keadaan bersih (secara fisik) Trolley tidak dibawa keruangan/kamar masuk Bagian dalam trolley dilapisi dengan plastik Waktu pengangkutan linen kotor berbeda dengan linen bersih Trolley langsung di bersihkan/ dicuci setelah digunakan Jumlah 2 Presentase (%) 67% % Berdasarkan tabel 8 pada tahap pengangkutan sudah memenuhi syarat karena pada tahap pengangkutan 67%. Rekapitulasi Hasil Tabel 9. Rekapitulasi Data No Variabel Data diatas dapat diketahui bahwa keadaan pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak pada tahun 206 yaitu memenuhi syarat 6%. Sedangkan menurut KepMenKes 20 tahun 200 presentasi pengelolaan linen yang memenuhi syarat adalah % Memenuhi Syarat Ya % Tidak % %. Pengumpulan 8 7 6 00 2. Penerimaan 2 66 00. Pencucian 0 6 00. Pengeringan 66 2 6 00. Penyetrikaan 60 2 0 00 6. Penyimpanan 0 0 6 00 7. Pendistribusian 6 67 9 00 8. pengangkutan 67 2 6 00 Pengelolaan Linen 6 2 800 00 = 6, % 20 276 800 00 6 800 =, % PEMBAHASAN Pengelolaan Linen di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak Hasil yang diproleh saat melakukan penelitian dilapangan maka penulis mencoba membahas hasil-hasil yang didapat yaitu pada tahap-tahap pengelolaan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak, adalah sebagai berikut: Pengumpulan Tahap pengumpulan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 8%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 7%, yang mana linen infeksius dan non infeksius tidak dipisahkan dan tidak di masukkan ke kantong sesuai dengan jenisnya dan tidak diberi label. Hal ini di karenakan pihak managemen rumah sakit belum menyediakan sarana dan prasarana seperti kantong dan lebel untuk memisahkan yang mana linen infeksius dan yang mana linen non infeksius Keadaan seperti ini besar kemungkinan akan terjadi penularan penyakit karena menurut kepmenkes 20 tahun 200 linen infeksius dan non infeksius harus di pisahkan dan dimasukkan sesuai kantong dan jenis dan diberi label. Oleh sebab itu pihak managemen rumah sakit harus menyediakan sarana dan prasaran seperti kantong pemisah dan label agar tidak terjadi penularan penyakit. Proses pengumpulan linen kotor di Pontianak ini ternyata tidak sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan. Perawat yang melakukan pengumpulan pertama seharusnya sudah memisahkan linen kotor infeksius dengan non infeksius sebelum dimasukan ke dalam kantong plastik linen kotor. Hal ini mungkin terjadi karena perawat tidak peduli atau paham akan bahaya yang akan terjadi, mungkin juga karena perawat merasa bahwa itu bukanlah tugas pokok yang mereka lakukan. Dalam hal ini petugas memang tidak sarankan melakukan pensortiran di ruang perawatan karena dapat menyebabkan tersebarnya mikroorganisme. Penerimaan

6 Sanitarian, Volume 8 Nomor, Desember 206, hlm.0-9 Tahap penerimaan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 66%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah %, yang mana linen yang diterima tidak dipisahkan antara infeksius dan non infeksius, Dan tidak dilakukan penimbangan saat penerimaan linen, dan yang seharusnya ditahap penerimaan dilakukan penimbangan dan dilakukan pemisahan antara linen infeksius dan linen non infeksius sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Hal ini di karenakan pihak mangemen rumah sakit belum menyediakan sarana dan prasarana seperti timbangan untuk menimbang linen, akan tetapi langsung di masukkan ke dalam trolli tanpa ada pemisahan antara linen infeksius dan linen non infeksius. Tahap penerimaan linen kotor di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak ini ternyata tidak sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan oleh sebab itu pihak managemen rumah sakit harus menyediakan sarana dan prasarana seperti timbangan agar dalam tahap penerimaan di pengelolaan linen di rumah sakit umum yarsi pontianak menjadi lebih baik dan sesuai standar Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan. Pencucian Tahap pencucian linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 6%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah %, untuk tahap pencucian linen masih menggunakan tenaga manual saat pencucian linen infeksius. Oleh sebab itu pencucian menggunakan tenaga manual sangat berbahaya karna dapat menularkan penyakit kepada petugas loundri, adapun petugas loundri jarang menggunakan APD yang lengkap seharusnya petugas loundri menggunakan APD yang lengkap seperti masker, sarung tangan, celemek, dan sepatu booth untuk menghindari penularan penyakit. Tahap pencucian linen tidak menggunakan desinfektan khusus dan tidak tersedianya air panas, hal ini di karenakan pihak managemen rumah sakit belum menyediakan sarana dan prasarana seperti air panas dan mesin cuci khusus untuk pencucian linen infeksius dan desinfektan khusus, oleh sebab itu besar kemungkinan penularan penyakit terhadap petugas loundri sangat beresiko karena kontak langsung dengan linen infeksius. Proses pencucian linen di Rumah Sakit Umum Yarsi Pontianak tidak sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan dimana petugas masih ada yang menggabung proses pencucian linen yang terkontaminasi dan tidak melakukan penanganan khusus. Hal ini terjadi bisa saja dikarenakan kurangnya fasilitas rumah sakit, seharusnya pihak rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana di bagian linen tidak tersedianya air panas atau desinfektan untuk proses awal pencucian dan mungkin saja dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dalam penanganan linen infeksius sedangkan petugas memiliki batas waktu dalam menyelesaikan proses pencucian, yang juga berarti linen yang ada di rumah sakit kurang mencukupi. Seharusnya ada pengawasan terhadap petugas. Pengeringan Tahap pengeringan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 66%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah %, yang mana linen yang telah dikeringkan ditempatkan pada trolly yang tidak dibersihkan terlebih dahulu menuju ruangan setrika dan linen kontak langsung dengan petugas. Proses pengeringan linen yang dilakukan di Unit laundry Pontianak sudah sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dikarenakan petugas sudah sesuai dalam pemasangan suhu pengeringan mesin yaitu 70 o C. Jika proses pengeringan tidak dilakukan dengan baik atau tidak sesuai dengan suhu yang ditentukan maka linen akan menjadi lembab dan mikroorganisme yang masih ada tidak mati dan memungkinkan akan terjadi kontaminasi. Serta dapat menyebabkan tumbuhnya jamur yang dapat membuat linen cepat rusak. Penyetrikaan Tahap penyetrikaan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 60%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 0%, yang mana setelah pengeringan linen tidak

Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 7 disimpan ditempat yang khusus akan tetapi diletakkan di lantai. Hal ini di karenakan pihak managemen rumah sakit belum menyediakan tempat khusus untuk tempat penyetrikaan agar linen tidak di letakkan di lantai supaya tidak terkontaminasi oleh udara patogen yang berbahaya. Tahap penyetrikaan tidak semua linen disetrika akan tetapi hanya untuk bagian ruangan anak saja yang disetrika karena petugas tidak pernah sebagaian hanya pada linen diruangan anak saja yang disetrika dan yang lain dilipat manual. Seharusnya terdapat tempat khusus untuk penyimpanan linen yang telah kering sebelum dilakukan penyetrikaan agar tidak terkontaminasi. Penyetrikaan dapat dilakukan dengan mesin setrika besar dapat di setel sampai dengan suhu sampai dengan 20 o C, namun harus diingat bahwa linen mempunyai keterbatasan terhadap suhu sehingga suhu disetel antara 70-80 o C. Penyetrikaan di Unit laundry RSU Yarsi Pontianak sudah baik petugas menyesuaikan panas mesin setrika sesuai dengan ketentuan Kepmenkes 20 yaitu 70 o C, hanya saja seharusnya dalam proses penyetrikaan linen dilipat setelah proses penyetrikaan selesai sehingga seluruh bagian pada linen dapat tersetrika. Hal ini terjadi mungkin saja karena petugas menyesuaikan waktu kerja dengan beban kerja yang ada. Penyimpanan Tahap penyimpanan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 0%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah 0%, yang mana linen disimpan ditempat yang tidak tertutup (lemari terbuka), dan linen tidak dibungkus menggunakan plastik, dan pintu lemari selalu terbuka karena pintu lemari penyimpanan linen tidak mempunyai pintu (lemari terbuka) sehingga linen tersebut bisa terkontaminasi dengan linen kotor yang belum diproses yang ada diruangan tersebut. Penyimpanan mempunyai tujuan selain melindungi linen dari kontaminasi ulang baik bahaya seperti mikroorganisme dan pest juga untuk mengontrol posisi linen tetap stabil. Sebaiknya posisi linen yang terdapat diruangan penyimpanan. Ada baiknya lemari penyimpanan dipisahkan menurut masingmasing ruangan dan diberi obat anti ngengat yaitu kapur barus. Sebelum disimpan sebaiknya linen dibungkus dengan plastik transparan, sebelum di distribusi-kan. Hal ini sejalan dengan Depkes (200) yang menyatakan bahwa penyimpanan linen harus dipisah sesuai jenisnya, linen baru yang diterima ditempatkan dilemari bagian bawah, pintu lemari selalu di tutup. Dengan demikian perlu perhatian khusus untuk mengubah penyimpanan linen bersih kedalam lemari khusus untuk menghindari kontaminasi dari udara luar yang dapat menurunkan kualitas linen tersebut. Penyimpanan di Rumah Sakit Umum Yarsi ini ternyata tidak sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dikarenakan petugas kurang memahami tentang tata cara penyimpanan linen yang benar, petugas juga ternyata tidak pernah mendapatkan pelatihan tentang pengelolaan linen. Padahal jika penyimpanan linen tidak dilakukan secara baik maka akan meningkatkan terjadinya infeksi nosokomial pada pasien di rumah sakit. Pendistribusian Tahap pendistribusian linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 67%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah %, yang mana pendistribusian linen tidak terbungkus rapi dan tidak menggunakan plastik transparant, dan petugas pendistribusian sama dengan petugas pengumpul linen kotor, dan trolly untuk pengambilan linen tidak tertutup hal ini di karenakan pihak managemen rumah sakit belum melengkapi sarana dan prasarana seperti pembungkus linen plastik transparan agar linen terbungkus rapi dengan plastik tansparan, dan petugas pengumpul linen kotor berbeda dengan petugas pengantar linen bersih, dan troli seharusnya keadaan tertutup agar tidak tercemar mikroorganisme. Dengan demikian perlu perhatian khusus untuk menghindari kontaminasi dari udara luar yang dapat menurunkan kualitas linen tersebut. Pengangkutan Tahap pengangkutan linen di Rumah Sakit Umum Yarsi pontianak yang memenuhi syarat kesehatan adalah 67%, sedangkan yang tidak memenuhi syarat kesehatan adalah %, yang mana bagian dalam trolly tidak dilapisi

8 Sanitarian, Volume 8 Nomor, Desember 206, hlm.0-9 dengan plastik, dan trolly tidak langsung dibersihkan/dicuci setelah digunakan, dan trolly saat pengangkutan keruangan terbuka tidak tertutup oleh sebab itu apabila terbuka akan terjadi pencemaran udara di sekitar. Selain itu troli yang digunakan oleh petugas untuk mengangkut linen bersih dan kotor menggunakan troli yang sama dan tanpa membersihkannya terlebih dahulu dengan desinfektan para petugas sebetulnya mengetahui akan bahaya ketika troli bekas linen kotor tidak dibersihkan dan langsung mengangkut linen bersih hanya saja pihak rumah sakit belum menyediakan desinfektan untuk membersihkan troli bekas pengangkutan dan pada saat penyimpanan linen ke tempat penyimpanan petugas laundry tidak menggunakan sarung tangan pelindung memungkinkan mikro-organisme juga menempel. Saat pengangkutan linen bersih dan kotor harus dibawa terpisah, kontainer atau kereta yang dipakai membawa linen kotor harus dibersihkan dengan seksama sebelum digunakan untuk membawa linen bersih. Kalau kontainer dan kereta yang berbeda digunakan untuk mengantar linen bersih dan juga linen kotor harus dipasang label. Linen bersih harus dibungkus atau ditutupi selama dibawa untuk mencegah kontaminasi. Akibat dari penggunaan troli yang sama bisa memungkinkan adanya infeksi karena salah satu factor yang menimbulkan terjadinya infeksi menurut Depkes RI (200) adalah penggunaan alat yang terkontaminasi. Seharusnya pada tahap pengangkutan dalam bagian trolly harus dilapisi dengan plastik, dan setelah menggunakan trolly harus di bersihkan atau dicuci terlebih dahulu, dan trolly harus tertutup. Proses pengangkutan linen bersih di pontianak tidak sesuai dengan Kepmenkes 20 tahun 200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit dikarenakan linen bersih yang diangkut tidak dibungkus dengan plastik troli pun tidak menggunakan tutup. Hal ini terjadi dikarenakan tidak tersedia desinfektan di unit laundry, dan troli yang dimiliki unit laundry tidak sesuai dengan syarat troli yang dibutuhkan oleh laundry. SIMPULAN Tahap pengumpulan linen memenuhi syarat kesehatan (8%). Tahap penerimaan linen memenuhi syarat kesehatan (66%). Tahap pencucian linen memenuhi syarat kesehatan (6%). Tahap pengeringan linen memenuhi syarat kesehatan (66%). Tahap penyetrikaan linen memenuhi syarat kesehatan (60%). Tahap penyimpanan linen tidak memenuhi syarat kesehatan (0%). Tahap pendistribusian memenuhi syarat kesehatan (67%). Tahap pengangkutan linen memenuhi syarat kesehatan (67%). Pengelolaan linen loundri di instalasi Pontianak yaitu memenuhi syarat kesehatan lingkungan rumah sakit dengan ketentuan Kepmenkes RI Nomor 20/Menkes/SK/X/200. Dari penelitian yang dilakukan ada beberapa hal yang dapat disarankan : Tahap penyimpanan seharusnya pihak managemen rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana seperti lemari yang mempunyai pintu untuk menghindari kontaminasi dari udara luar yang dapat menurunkan kualitas linen tersebut. Tahap pengangkutan Seharusnya pihak managemen rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana seperti troli yang tertutup, dan bagian trolly harus dilapisi dengan plastik, dan setelah menggunakan trolly harus di bersihkan atau dicuci. Tahap penyetrikaan Seharusnya Seharusnya pihak managemen rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana seperti tempat khusus untuk penyimpanan linen yang telah kering sebelum dilakukan penyetrikaan agar tidak terkontaminasi. Tahap pencucian seharusnya pihak rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana di bagian linen tidak tersedianya air panas atau desinfektan untuk proses awal pencucian dan mungkin saja dikarenakan membutuhkan waktu yang lama dalam penanganan linen infeksius sedangkan petugas memiliki batas waktu dalam menyelesaikan proses pencucian, yang juga berarti linen yang ada di rumah sakit kurang mencukupi. Tahap pengeringan seharusnya linen tidak kontak langsung dengan petugas dan trolly seharusnya dibersihkan terlebih dahulu.

Zulkifli, dkk, Gambaran Pengelolaan Linen di... 9 Tahap penerimaan seharusnya pihak managemen rumah sakit harus melengkapi sarana dan prasarana seperti di lakukan penimbangan dan dilakukan pemisahan antara linen infeksius dan linen non infeksius Tahap pendistribusian sebaiknya linen terbungkus rapi dengan plastik tansparan, dan petugas pengumpul linen kotor berbeda dengan petugas pengantar linen bersih, dan troli seharusnya keadaan tertutup agar tidak tercemar mikroorganisme. Dengan demikian perlu perhatian khusus khusus untuk menghindari kontaminasi dari udara luar yang dapat menurunkan kualitas linen tersebut. Tahap pengumpulan seharusnya pihak mangemen rumah sakit harus menyediakan sarana dan prasarana seperti kantong dan lebel untuk memisahkan yang mana linen infeksius dan yang mana linen non infeksius linen infeksius dan non infeksius harus di pisahkan dan dimasukkan sesuai kantong dan jenis dan diberi label. DAFTAR PUSTAKA Adisasmito, Wiku, 2007. Sistem Manajemen Lingkungan Rumah Sakit. PT Raja Grafindo Persada: Jakarta. Alamsyah, Dedi, 20. Managemen Pelayanan Kesehatan. Nuha Medika: Yogyakarta Depkes RI, 200. Departemen Kesehatan Republik Indonesia, 200. tentang pedoman manajemen linen di rumah sakit. direktorat jendral pelayanan medik: Jakarta Eskariani, N., dkk, 20. Analisis Tingkat Kepatuhan Petugas Linen Loundry Terhadap SOP Pencucian Linen Loundry di Rumah Sakit x Yogyakarta Tahun 20. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Ahmad Dahlan: Yogyakarta Kemenkes RI, 202. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan, 202. Laporan Akhir Riset Fasilitas Kesehatan 20. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta Nauli, Mutiara, 20. Analisis Pengelolaan Linen Loundry di Rumah Sakit Umum X Kota Medan 20. Program Studi Kesehatan Masyarakat. USU: Medan. Pihak rumah sakit khususnya unit instalasi laundry harus menyesuaikan SOP dengan Kepmenkes RI Nomor: 20/Menkes/SK/X/200 tentang persyaratan Kesehatan Lingkungan. Unit laundry harus memiliki sarana air panas dan desinfektan untuk penunjang proses pencucian, dan juga menyesuaikan jumlah dan fungsi sarana prasarana yang dimilki unit laundry Pontianak. Perlu dilakukan pemeriksaan angka kuman pada linen bersih guna menghindari penyebaran mikroorganisme pathogen dan mikroorganisme non pathogen. Untuk petugas pada unit laundry perlu dilakukan pelatihan dan pengawasan agar kinerja petugas sesuai dengan prosedur dan untuk menghindari terjadi infeksi dikarenakan penanganan linen yang tidak baik atau sesuai. Nugraha, N., 202. Penanganan Bahaya Infeksius di Instalasi Loundry RSUD Dr.Moewardi Surakarta. Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret: Surakarta. Nugraheni, E., 20. Laundri Terhadap SOP Pencucian Linen Laundry di Rumah Sakit X di Yogyakarta. Program Studi Kesehatan Masyarakat. FKMUAD: Yogyakarta. Depkes RI, 200. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 20/MENKES/SK/X/200 tentang persyaratan kesehatan lingkungan rumah sakit. Ditjen PPM dan PLP: Jakarta Profil Pontianak 20 Rifakes, 20. Hasil Riset Fasilitas Kesehatan. Tentang binatu rumah sakit: Jakarta UU RI, 2009A. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik: Jakarta UU RI, 2009B. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor Tahun 2009 Tentang Rumah Sakit: Jakarta UU RI, 2009C. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 6 Tahun 2009 tentang tesehatan:jakarta