PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi

1 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat tahun 2015 adalah meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang optimal melalui terciptanya masyarakat, bangsa dan negara Indonesia yang ditandai oleh penduduknya yang hidup dalam lingkungan dan dengan perilaku hidup sehat serta memiliki kemampuan untuk menjangkau pelayanan dan fasilitas kesehatan yang bermutu secara adil dan merata di seluruh wilayah Republik Indonesia dan dapat mewujudkan bangsa yang mandiri, maju dan sejahtera (Depkes RI,2010). Menurut UU RI No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan pasal 6 menyebutkan Setiap orang berhak mendapatkan lingkungan yang sehat bagi pencapaian derajat kesehatan dan pada pasal 10 disebutkan Setiap orang berkewajiban menghormati hak orang lain dalam upaya memperoleh lingkungan yangsehat, baik fisik, biologi, maupun sosial. Sarana pelayanan kesehatan merupakan bagian tak terpisahkan dari program kesehatan secara menyeluruh dalam mewujudkan kondisi masyarakat yang sehat dan sejahtera. Menurut UU RI No 36 Tahun 2014 tentang Tenaga Kesehatan pasal 1 ayat (3) menyebutkan bahwa Fasilitas pelayanan kesehat ah adalah alat dan/atau tempat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan baik promotif, preventif, kuratif maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat. Rumah sakit merupakan salah satu fasilitas penyelenggara pelayanan publik yang kegiatan sehari-harinyaberpotensi menghasilkan sampah. Sampah rumah sakit kalau tidak dikelola dengan baik akan mempengaruhi lingkungan sekitar, karena sampah rumah sakit dapat berupa limbah bahan berbahaya beracun yang karena sifat, konsentrasinya atau jumlahnya dapat membahayakan bagi kesehatan maupun lingkungan.undang-undang No 36 Tahun 2009 pasal 162 menyatakan bahwa upaya kesehatan lingkungan ditujukan untuk mewujudkan kualitas lingkungan yang sehat baik fisik, kimia, biologi maupun sosial yang 1

2 2 memungkinkan setiap orang mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya, dan pasal 163 ayat 2 menyebutkan bahwa lingkungan yang sehat mencakup lingkungan pemukiman, tempat kerja, tempat rekreasi serta tempat dan fasilitas umum sedangkan pada ayat 3 menyebutkan lingkungan sehat sebagaimana yang dimaksud di ayat 2 adalah lingkungan yang bebas dari unsur-unsur yang menimbulkan gangguan kesehatan antara lain gangguan limbah cair, limbah padat, limbah gas dan gangguan sampah yang tidak diproses sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan pemerintah. Penelitian Abdulla et al, (2008) dalam Khalaf (2009) menyebutkan pengelolaan limbah yang tidak tepat dapat menyebabkan pencemaran lingkungan, bau yang tidak sedap, pertumbuhan serangga, tikus dan cacing yang kemudian dapat menyebabkan penularan penyakit seperti tipus, kolera dan hepatitis melalui cedera dari benda tajam yang terkontaminasi dengan darah manusia.sementara menurut Silva et al.,(2005) dalam Salam (2009) dinegara berkembanglimbahmedisbelum mendapat perhatian yang cukup serius, dibanyak negara limbah berbahaya dan limbah medis masih ditangani dan dibuang bersama dengan limbah rumah tangga, sehingga akan menimbulkan gangguan kesehatan bagi pekerja di kota, masyarakat dan lingkungan. Moazzam dan Chushi (2009) menunjukkan bahwa pengelolaan sampah di sarana kesehatan merupakan masalah kesehatan masyarakat yang serius, di negara-negara berkembang, pengelolaan limbah infeksius belum cukup mendapatperhatian. Baru-baru ini, kesadaran masyarakatmulai tumbuh untuk memberlakukan kontrol dalam penanganan dan pembuangan limbah yang dihasilkan oleh sarana kesehatan. mereka mengusulkan gambaran penanganan praktek, keselamatan kerja, dan status pelaksanaan kebijakan pengelolaan sampah, bersama-sama dengan isu-isu kebijakan lainnya. Berdasarkan besarnyapotensi risiko kesehatan yang akan ditimbulkan pada rumah sakit yang pengelolaan sampahnya kurang baik sehingga dapat menimbulkan dampak kesehatan kepada masyarakat sekitar, maka sebagai sarana kesehatan yang memberikan pelayanan langsung kepada masyarakat dan sebagai sarana pelayanan umum, rumah sakit wajib menjaga, memelihara dan

3 3 meningkatkan lingkungan yang sehat sesuai dengan standar persyaratan yang ada. Lingkungan yang sehat menurut Kepmenkes No1204/Menkes/SK/IX/2004 adalah lingkungan, ruang dan bangunan rumah sakit harus selalu dalam keadaan bersih dan tersedia fasilitas sanitasi secara kualitas dan kuantitas yang memenuhi persyaratan kesehatan, sehingga tidak memungkinkan sebagai tempat bersarang dan berkembangbiaknya serangga, binatang pengerat dan binatang pengganggu lainnya. Rumah sakit umum daerah Hadji Boejasin adalah satu-satunya rumah sakitmilik pemerintah daerah Kabupaten Tanah Laut, dan merupakan rumah sakit rujukan semua puskesmas yang ada di Tanah Laut.Menurut laporan tahunan Rumah Sakit UmumDaerah Hadji Boejasin Pelaiharimengalami peningkatan yang segnifikan, berturut-turut mulai tahun 2010 jumlah pasien sebanyak , tahun 2011 sebanyak , tahun 2012 sebanyak , tahun 2013 sebanyak dan tahun 2014 berjumlah (Laporan tahunan RSUD HB) Berdasarkan observasi awal/hasil pengamatan langsung di Rumah Sakit Hadji Boejasin sebagaimana ditunjukkanpada gambar 1a dan 1bdibawah menunjukkan bahwa sampah medis yang dibungkus dengan kantong plastik warna kuning keadaannya terbuka (masih ada yang belum terikat), penumpukan sampah ini berada di antara ruang rawat inap pasien, ini tentu sangat mengganggu kenyamanan pasien yang dirawat dan dapat mengundang vektor pembawa penyakit. Gambar 1a Gambar 1b Gambar 1a dan 1 b. Tumpukan sampah medis dan sampah non medis

4 4 Pada Gambar 2 sampah nonmedis dikumpulkan di wadah/tong sampah dalam keadaan terbuka, namun pada tempat sampah ini masih terdapat bekas bungkus obat, bekas jarum suntiksebelum diangkut ke tempat pengumpulan sampah sementara. Gambar 2. Tempat sampah yang sudah penuh dengan sampah medis dan sampah nonmedis (sampah medis dan sampah nonmedis tidak dipisah) Pada Gambar 3tampak seorang petugas kebersihan sedang mengumpulkan dan mengikat pembungkus sampah (sampah medis dan sampah nonmedis) tanpa menggunakan alat pelindung diri (APD), ini sangat berisiko tertular penyakit dan terjadi kecelakaan kerja. Gambar 3. Seorang petugas kebersihan (cleaning service) sedang mengikat plastik pembungkussampah tanpa alat pelindung diri (APD)

5 5 Tampak pada Gambar 4adalah tempat pengumpulan sampah sementara,sampahyang ada di tiap ruangan dikumpulkan di sini terlebih dahulu sebelum diangkut ke pembuangan akhir atau dimasukkan ke inseneratoruntuk dibakar, namun pengumpulannya tepat di belakang ruang rawat inap pasien, dan terlihat tidak ada pemisahan sampah medis dan sampah nonmedis. Dalam gambar tampak kendaraanpengangkut yang sudah siap mengangkut sampah yang sudah terkumpul. Gambar 4. Sampah medis dan sampah nonmedis siap diangkut ke pembuangan akhir dan ke insenerator Sepertipada Gambar 5alat angkut yang digunakan untuk membuang sampah ke tempat pembuangan akhir, namun belum ada pemisahan antara sampah medis dan sampah nonmedis. Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari selama ini sudah mengelola sendiri sampah medisnya menggunakan insinerator dan untuksampah nonmedis pihak rumah sakit mengangkut sendiri ke pembuangan akhir dengan menggunakan alat angkut kendaraan roda tiga ( tossa) tanpa penutup sehingga memungkinkan dalam pengangkutannya, sampah akan jatuh (tercecer),

6 6 Gambar. 5Sampah medis dan sampah nonmedis yang sudah dimasukkan ke pengangkut sampah (tossa) tanpa penutup. Terkait dengan pengelolaan sampah di Rumah Sakit Umum ada 5 (lima) aspek pendukung yang perlu diperhatikan menurut(badan Standar Nasional, SNI ) meliputi: aspek organisasi, aspek peraturan/regulasi, aspek teknik operasional, aspek pembiayaan dan aspek peran serta masyarakat (karyawan/karyawati, pengunjung) B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti dan ingin mengetahuisistem pengelolaansampah yang ada di Rumah SakitUmum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari.Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:bagaimanapengelolaansampah di Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari? 1. Tujuan Umum. C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi pengelolaan sampah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin Pelaihari.

7 7 2. Tujuan Khusus. Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk : a. Mengetahui bagaimana pengelolaan dan penanganan sampah yang ada di Rumah Sakit Umum Daerah Hadji Boejasin b. Mengevaluasi aspek organisasi (ketersediaan sumber daya), sarana dan prasarana c. Mengidentifikasi aspek peraturan/regulasi yang mendukung pelaksanaan teknis kegiatan pengelolaan sampah serta penerapannya di Rumah Sakit tersebut. d. Mengidentifikasi faktor yang berpengaruh padapenanganan sampah di Rumah Sakit Hadji Boejasin. e. Mengetahui ketersediaan anggaran yang ada apakah sudah cukup mendukung dalam kegiatan pengelolaan sampah tersebut. f. Mengetahui peran serta karyawan/karyawati dalam upaya ikut memelihara kebersihan dan keindahan Rumah Sakit. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi Rumah SakitUmum Daerah (RSUD) a. Sebagai bahan masukan danbahan pertimbangan dalam membuat perencanaan kegiatan pengelolaan sampah, dalam pelaksanaan dan perbaikan sistem pengelolaan sampah. b. Sebagai bahan pertimbangan dalam membuat perencanaan kegiatan pengelolaan sampah rumah sakit 2. Bagi Pemerintah Daerah Bagi Pemerintah Daerah Kabupaten Tanah Laut dapat digunakan sebagai masukan dalam merumuskan kebijakan untukmenentukananggaran pada kegiatan pengelolaan sampah di rumah sakit.

8 8 E. Keaslian Penelitian Sepanjang pengetahuan penulis, beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti sebelumya dan mempunyai persamaan topik antara lain dilakukan oleh: 1. Prasetyo (2012) Evaluasi pengelolaan limbah medis layanan kesehatan puskesmas di Kabupaten Kulonprogo. Tujuan penelitian melakukan evaluasi manajemen pengelolaan limbah layanan kesehatan di Puskesmas Kulonprogo. Hasil penelitiantenaga pengelola yang berada di puskesmas sudah memenuhi minimal klasifikasi pendidikan yang disyaratkan, koordinasi dan kerjasama telah dilakukan dengan BBTKL-PPM, rumah sakit swasta dan pemerintah pada kegiatan pada pemilahan, pewadahan, pengangkutan dan pengolahan limbah medis layanan kesehatan puskesmas secara umum telah dilakukan dan sudah sesuai dengan standart, ditinjau dari cakupan layanan sudah menjangkau seluruh puskesmas namun output pengelolaan limbah medis tidak dapat diukur dari jumlah limbah yang ditangani, kapasitas pelayanan, jumlah limbah yang dimusnahkan tetapi minimalisasi limbah perlu dilakukan sejak dari sumber timbulan sampah. 2. Sukantoro (2008) meneliti tentang pengelolaan limbah klinis tajam puskesmas di Kota Yogyakarta. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengelolaan limbah klinis tajam puskesmas di Kota Yogyakarta. Hasil penelitian adalah sistem pengelolaan limbah klinis puskesmas di Kota Yogyakarta menggunakan sistem terpadu yang di koordinir Dinas Kesehatan Kota Yogyakarta. 3. Muchsin Maulana (2012) meneliti tentang manajemen pengolahan limbah rumah sakit Jogya. Tujuan penelitian untuk menggambarkan bagaimana manajemen pengolahan limbah rumah sakit di Jogyakarta. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa proses pembuangan limbah hasil pembakaran dibuang di kolam penampungan lumpur IPAL Rumah Sakit Jogya.