BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1. Kajian Pustaka 2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif Menurut Rusman (2011:201) Teori yang melandasi pembelajaran kooperatif adalah teori kontruktivisme. Soejadi dalam Teti Sobari, (Rusman, 2011:201). Pada dasarnya pendekatan teori kontruktivisme dalam belajar adalah suatu pendekatan dimana siswa harus secara individual menemukan dan mentransformasikan informasi yang kompleks, memeriksa informasi dengan aturan yang ada dan merevisinya bila perlu. Menurut Slavin, (Rusman, 2011:201), pembelajaran kooperatif menggalakan siswa berinteraksi secara aktif dan positif dalam kelompok. Dalam pembelajaran kooperatif tipe ini, guru lebih berperan sebagai fasilitator yang berfungsi sebagai jembatan penghubung ke arah pemahaman yang lebih tinggi, dengan catatan siswa sendiri. Menurut Agus Suprijono (2009:54) Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. Davidson 1994, (Miftahul Huda 2011:29) Mendefinisikan pembelajaran kooperatif secara terminologis dan perbedaannya dengan pembelajaran kolaboratif. Menurutnya pembelajaran kooperatif merupakan suatu konsep yang sebenarnya sudah ada sejak dulu dalam kehidupan sehari-hari. Nurulhayati,(Rusman 2011:203), Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang melibatkan partisipasi siswa dalam satu kelompok kecil untuk saling berinteraksi. Selain itu Nurulhayati, (Rusman 2011:204) mengemukakan lima unsur dasar cooperative learning, yaitu : 1. Ketergantungan yang positif 2. Pertanggungjawaban individual 3. Kemampuan bersosialisai 4. Tatap muka 5. Evaluasi proses kelompok. 6
7 2.1.2 Tujuan Pembelajaran Kooperatif Tujuan penting lain dari pembelajaraan kooperatif adalah untuk mengajarkan kepada siswa keterampilan kerja sama dan kolaborasi (Rusman 2011:210). Keterampilan ini amat penting untuk dimiliki di dalam masyarakat di mana banyak kerja orang dewasa sebagian besar dilakukan dalam organisasi yang saling bergantung satu sama lain dimana masyarakat secara budaya semakin beragam. Dalam pembelajaran kooperatif tidak hanya mempelajari materi saja. Namun, siswa juga harus mempelajari keterampilan-keterampilan khusus yang disebut keterampilan kooperatif. Keterampilan kooperatif ini berfungsi untuk melancarkan hubungan, kerja dan tugas. Peranan hubungan kerja dapat dibangun dengan mengembangkan komunikasi antaranggota kelompok, sedangkan peranan tugas dilakukan dengan membagi tugas antaranggota kelompok selama kegiatan.
8 Menurut Rusman (2011:211) Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif. Untuk langkah-langkah model pembelajaran kooperatif dapat dilihat pada tabel 1. Tahap Tahap 1 Menyampaikan tujuan dan motivasi siswa Tahap 2 Menyajikan informasi Tahap 3 Mengorganisasikan siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar Tahap 4 Membimbing kelompok dan belajar Tahap 5 Evaluasi Tahap 6 Memberikan penghargaan Tabel 1 Langkah-langkah Pembelajaran Kooperatif Tingkah laku guru Guru menyampaikan tujuan pelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar. bekerja 2.1.3 Prinsip-prinsip Pembelajaran Kooperatif Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan. Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Menurut Roger dan David Johnson (Rusman 2011:212) ada lima unsur dasar dalam pembelajaran kooperatif (cooperatif learning), yaitu sebagai berikut: 1. Prinsip ketergantungan positif (positive interdependence), yaitu dalam pembelajaran kooperatif, keberhasilan dalam penyelesaian tugas tergantung pada usaha yang dilakukan oleh kelompok tersebut. 2. Tanggungjawab perseorangan (individual accountability), yaitu keberhasilan kelompok sangat tergantung dari masing-masing anggota kelompoknya. 3. Interaksi tatap muka (face to face promotion interaction), yaitu memberikan kesempatan yang luas kepada setiap anggota kelompok untuk bertatap muka
9 melakukan interaksi dan diskusi untuk saling memberi dan menerima informasi dari anggota kelompok lain. 4. Partisipasi dan komunikasi (participacion communication), yaitu melatih siswa untuk dapat berpartisipasi aktif dan berkomunikasi dalam kegiatan pembelajaran. 5. Evaluasi proses kelompok, yaitu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka, agar selanjutnya bisa bekerjasama dengan lebih efektif. 2.1.4 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD (Student Teams Achievement Divisions) Menurut Slavin (H. Isjoni 2009:74) tipe ini dikembangkan Slavin, dan merupakan salah satu tipe kooperatif yang menekankan pada adanya aktivitas dan interaksi diantara siswa untuk saling memotivasi dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran guna mencapai prestasi yang maksimal. STAD merupakan salah satu model dalam pembelajaran kooperatif yang paling sederhana, yang dikembangkan oleh Robert Slavin di Universitas John Hopkin, dan merupakan sebuah pendekatan yang baik untuk guru yang baru menerapkan model pembelajaran kooperatif di kelas. Menurut Slavin (Rusman 2011:213), Model STAD merupakan variasi pembelajaran kooperatif yang paling banyak diteliti. Model ini juga sangat mudah diadaptasi, telah digunakan dalam matematika, IPA, IPS, bahasa Inggris, teknik dan banyak subjek lainnya, dan pada tingkat sekolah dasar sampai perguruan tinggi. Menurut Rusman (2011:215) Langkah-langkah pembelajaran kooperatif model STAD sebagai berikut: 1. Penyampaian Tujuan dan Motivasi Menyampaikan tujan pelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotivasi siswa untuk belajar. 2. Pembagian Kelompok Siswa dibagi dalam beberapa kelompok, dimana setiap kelompoknya terdiri dari 4-5 siswa yang memprioritaskan heterogenitas (keragaman) kelas dalam presentasi akademik, gender/jenis kelamin,ras atau etnik. 3. Presentasi dari Guru
10 Guru menyampaikan materi pelajaran dengan terlebih dahulu menjelaskan tujuan pelajaran yang ingin dicapai pada pertemuan tersebut serta pentingnya pokok bahasan tersebut dipelajari. Guru memberi motivasi siswa agar dapat belajar dengan aktif dan kreatif. Di dalam proses pembelajaran guru dibantu oleh media, demonstrasi, pertanyaan atau masalah nyata yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Dijelaskan juga tentang keterampilan dan kemampuan yang diharapkan dikuasai siswa,tugas dan pekerjaan yang harus dilakukan serta cara-cara mengerjakannya. 4. Kegiatan Belajar dalam Tim (kerja Tim) Siswa belajar dalam kelompok yang telah dibentuk. Guru menyiapkan lembaran kerja sebagai pedoman bagi kerja kelompok, sehingga semua anggota menguasai dan masing-masing menggunakan kontribusi. Selama tim bekerja, guru melakukan pengamatan, memberikan bimbingan, dorongan dan bantuan bila diperlukan. Kerja tim ini merupakan ciri terpenting dari STAD. 5. Kuis (Evaluasi) Guru mengevaluasi hasil belajar melalui pemberian kuis tentang materi yang dipelajari dan juga melakukan penilaian terhadap presentasi hasil kerja masing-masing kelompok. Siswa diberikan kursi secara individual dan tidak dibenarkan bekerja sama. Ini dilakukan untuk menjamin agar siswa secara individu bertanggung jawab kepada diri sendiri dalam memahami bahan ajar tersebut. Guru menetapkan skor batas penguasaan untuk setiap soal, misalnya 60, 75, 84, dan seterusnya sesuai dengan tingkat kesulitan siswa. 6. Penghargaan Prestasi Tim Setelah pelaksanaan kuis, guru memeriksa hasil kerja siswa dan diberikan angka dengan rentang 0-100. Selanjutnya pemberian penghargaan atas keberhasilan kelompok dapat dilakukan oleh guru dengan melakukan tahapan-tahapan sebagai berikut: 1) Menghitung Skor Individu Menurut Slavin (Rusman 2011:216), untuk menghitung perkembangan skor individu dihitung sebagaimana dapat dilihat pada tabel 2 sebagai berikut:
11 No Nilai Tes Skor Perkembangan 1. 2. 3. 4. 5. Lebih dari 10 poin dibawah skor dasar 10 sampai 1 poin di bawah skor dasar Skor 0 sampai 10 poin di atas skor dasar Lebih dari 10 poin di atas skor dasar Pekerjaan sempurna (tanpa memperhatikan 0 Poin 10 Poin 20 Poin 30 Poin 30 Poin skor dasar) 2) Menghitung Skor Kelompok Skor kelompok dihitung dengan membuat rata-rata skor perkembangan anggota kelompok, yaitu dengan menjumlahkan semua skor perkembangan individu anggota kelompok dengan membagi sejumlah anggota kelompok tersebut. Sesuai dengan rata-rata skor perkembangan kelompok, diperoleh skor kelompok sebagaimana dalam tabel 3 sebagai berikut: No. Rata-rata Skor Kualifikasi 1. 0 N 5-2. 6 N 15 Tim yang baik (good team) 3. 16 N 20 Tim yang Baik Sekali (Great Team) 4. 21 N 30 Tim yang Istimewa (Super Team) 3) Pemberian Hadiah dan Pengakuan Skor Kelompok Setelah masing-masing kelompok atau tim memperoleh predikat, guru memberikan hadiah atau penghargaan kepada masing-masing kelompok sesuai dengan prestasinya (kriteria tertentu yang ditetapkan guru). Setiap periode penilaian, guru menghitung skor kuis rata-rata siswa dan menentukan skor dasar baru. Setelah 5 atau 6 minggu atau pada akhir periode penilaian siswa dibuat kelompok baru. Dengan tujuan memberi kesempatan baru pada siswa yang berada pada kelompok rendah untuk bekerja dengan teman yang lain. Pembelajaran kooperatif tipe STAD dapat digunakan untuk memberikan pemahaman konsep materi yang sulit kepada siswa dimana materi tersebut telah dipersiapkan oleh guru melalui lembar kerja atau perangkat pembelajaran yang lain. Materi-materi dalam Standar Isi yang diharapkan akan berhasil secara
12 optimal dalam kegiatan pembelajaran jika digunakan pembelajaran kooperatif tipe STAD adalah: 1. Materi-materi untuk memahami konsep-konsep IPA yang sulit serta membutuhkan kemampuan bekerjasama, berfikir kritis, dan mengembangkan sikap sosial siswa. 2. Materi-materi yang berkaitan dengan pemecahan masalah(problem solving). Perubahan lingkungan fisik dan prosesnya merupakan materi yang dianggap siswa sulit dan berkaitan dengan pemecahan masalah untuk memecahkan masalah dibutuhkan kerjasama tiap anggotanya. Selain materi perubahan lingkungan fisik dan prosesnya pembelajaran kooperatif tipe STAD juga dapat mengunakan materi lain yang membutuhkan pemecahan masalah secara berkelompok. Kunci keberhasilan di dalam penggunaan pembelajaran kooperatif tipe STAD ini adalah persiapan guru dalam: 1. Memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat pengetahuan prasyarat siswa. 2. Memilih materi yang ada pada Standar Isi dengan melihat minat siswa. 3. Memilih materi yang ada pada Standar Isi yang memungkinkan untuk dilakukannya kuis yang dapat diujikan dan diskor dengan cepat. 4. Menyusun tugas untuk anggota masing-masing kelompok sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugas masing-masing dengan bertanggung jawab untuk kelompok masing-masing. Selain itu juga, para anggota masing-masing kelompok harus saling mendengarkan dan mengungkapkan pendapat masing-masing kelompok secara ikhlas. 5. Membimbing agar siswa dapat berkomunikasi dengan kelompok lain secara bijaksana sehingga melalui pembelajaran kooperatif tipe STAD, dapat dikembangkan diskusi dan komunikasi dengan tujuan agar siswa dapat saling berbagi kemampuan, belajar berpikir kritis, menyampaikan pendapat, memberi kesempatan, menyalurkan kemampuan, membantu belajar, serta menilai kemampuan dan peranan diri sendiri maupun teman lain anggota kelompok.
13 Suatu strategi pembelajaran mempunyai keunggulan dan kekurangan. Demikian pula dengan model pembelajaran Kooperatif tipe STAD. Menurut Slavin (1995) pembelajaran Kooperatif tipe STAD mempunyai beberapa keunggulan, diantaranya sebagai berikut: 1. Siswa bekerja sama dalam mencapai tujuan dengan menjunjung tinggi norma-norma kelompok. 2. Siswa aktif membantu dan memotivasi semangat untuk berhasil bersama. 3. Aktif berperan sebagai tutor sebaya untuk lebih meningkatkan keberhasilan kelompok. 4. Interaksi antar siswa seiring dengan peningkatan kemampuan mereka dalam berpendapat. Selain keunggulan tersebut pembelajaran tipe STAD juga memiliki kekurangan-kekurangan, menurut Dess (1991:411) diantaranya sebagai berikut: 1. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk siswa sehingga sulit mancapai target kurikulum. 2. Membutuhkan waktu yang lebih lama untuk guru sehingga pada umumnya guru tidak mau menggunakan pembelajaran kooperatif. 3. Membutuhkan kemapuan khusus guru sehingga tidak semua guru dapat melakukan pembelajaran kooperatif. 4. Menuntut sifat tertentu dari siswa, misalnya sifat suka bekerja sama.. 2.2 Kajian Hasil Penelitian yang Relevan Penelitian ini juga didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh beberapa peneliti yang menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe STAD untuk memecahkan masalah pembelajaran di Sekolah Dasar. Penelitian tersebut antara lain: Penelitian yang dilakukan oleh Alfera Bekti Susani yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Penerapan Dienes Games dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sifat-sifat Bangun Ruang Kelas V Semester II di SD Kutawinangun 11 Tahun Pelajaran 2011/2012. Upaya meningkatkan SDM diperlukan pengembangan dalam pendidikan untuk hasil yang optimal. Komunikasi dua arah antara guru dan siswa atau siswa dengan
14 siswa sehingga terjadi kerjasama yang timbal balik. Salah satu model pembelajaran yang menerapkan kerjasama adalah Kooperatif tipe STAD yang dikembangkan dengan teori belajar Dienes Games. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Yang diteliti adalah proses pelaksanaan pembelajaran dan hasil belajar siswa yang dinilai melalui lembar observasi dan soal evalusi. Penerapan Dienes Games dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe STAD dapat meningkatkan ketrampilan sosial siswa dari skor 48,67 menjadi 57 dari skor maksimal yang harus diperoleh 64, minat dari skor 48 menjadi 54 dari skor maksimal 64, perhatian dari skor 48 menjadi 58 dari skor maksimal 64. Serta meningkatkan hasil belajar siswa dengan rata-rata sebelum tindakan 69,19 menjadi 76,13 pada siklus yang pertama dan pada siklus kedua mengingat menjadi 94,37. Setelah melaksanakan penelitian dan pengolahan data dapat disimpulkan bahwa penerapan teori belajar Dienes Games dalam pembelajaran kooperatif tipe STAD berpengaruh pada peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa. Penelitian yang dilakukan oleh Nur Jamil Musthofa yang berjudul Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas IV SDN Yosorejo Gringsing Batang. Hasil penelitian tersebut menunjukkan Pembelajaran kooperatif STAD dapat meningkatkan kualitas pembelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. Hal ini dapat dibuktikan dengan meningkatnya ketuntasan belajar siswa dari jumlah 40 siswa yang tuntas dengan KKM : 60 pada siklus 1 PTK sebanyak 27. Kemudian setelah diadakan siklus 2 PTK ketuntasan belajar siswa meningkat menjadi 35 siswa (96 %). Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatkan minat siswa dalam pelajaran matematika materi operasi hitung pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu peningkatan hasil belajar tidak sesuai karena dengan Student Teams-Achievement Divisions (STAD) masih belum bisa sepenuhnya mengaktifkan minat siswa dalam kelompoknya. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian pada pokok bahasan operasi pecahan.
15 Penelitian Rahmawati (2011) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siswa Kelas IV Semester Gajil Tahun Ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa setelah diterapkan pembelajaran kooperatif tipe STAD, hasil belajar siswa pada materi pelajaran penjumlahan dan pengurangan pecahan semakin meningkat. Hal ini ditujukan dengan sebelum pelaksanaan tindakan, siswa yang mencapai KKM sejumlah 11 siswa atau 45,83% dari 24 siswa dan rata-rata kelas 70,83. Sedangkan pada siklus 2 siswa yang mencapai KKM sejumlah 21 siswa atau 87,50% dari 24 siswa dan rata-rata kelas 83,08. Keunggulan dari penelitian ini yaitu meningkatkan hasil belajar pada materi penjumlahan dan pengurangan pecahan. Sedangkan kelemahannya yaitu harus saling bekerja sama, padahal anak sangat sulit untuk bekerja sama dengan anggota kelompok lain dan selalu ada salah satu dari anggota kelompok yang mendominasi. Berdasarkan hasil penelitian tersebut maka dipilih tindak lanjut untuk melakukan penelitian dengan memperhatikan hal-hal yang berkaitan pelaksanaan tindakan terutama persiapan guru. Sebaiknya guru mempelajari dengan baik tahapan-tahapan pelaksanaan STAD. Dari beberapa kajian yang relevan diatas dapat dilihat perbedaan yang cukup jelas, diantaranya oleh Alfera Bekti Susani (2011) Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar dengan Penerapan Dienes Games dalam Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD pada Sifat-sifat Bangun Ruang Kelas V Semester II. Oleh Nur Jamil Musthofa yang berjudul Penerapan Pendekatan Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Kualitas Hasil Belajar Matematika Tentang Operasi Hitung Pecahan Siswa Kelas IV SDN Yosorejo Gringsing Batang. Oleh Rahmawati (2011) yang berjudul Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Tentang Pecahan Siswa Kelas IV Semester Ganjil Tahun Ajaran 2011/2012. Dari kajian hasil penelitian yang relevan diatas jelas sekali perbedaan dengan penelitian yang dilakukan saat ini, perbedaannya adalah pada mata pelajaran yang diteliti yakni mata pelajaran IPA untuk SD Kelas IV.
16 2.3 Kerangka Berfikir Metode yang digunakan oleh guru dalam menyampaikan materi, yaitu menggunakan metode ceramah yang bersifat konvensional. Dengan menggunakan metode ceramah menyebabkan siswa menjadi jenuh dalam pembelajaran, siswa tidak fokus dalam pembelajaran, siswa kurang merespon perintah yang disampaikan oleh guru. Melalui metode ceramah yang hanya dilakukan oleh guru tanpa memvariasikan model lain menyebabkan kualitas pembelajaran rendah, menyebabkan hasil belajar siswa rendah dan banyak yang masih dibawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Untuk itu peneliti akan menggunakan strategi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD, diharapkan dengan menggunakan model STAD dapat membuat siswa lebih aktif dalam kegiatan belajar-mengajar. Adapun langkah-langkah pembelajaran STAD, yaitu siswa membentuk kelompok yang terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, siswa menyimak materi yang disampaikan oleh guru tentang perubahan lingkungan fisik dan prosesnya, siswa mengerjakan lembar kerjasiswa (LKS), siswa berdiskusi dalam kelompok, siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya, dan siswa membuat penegasan atau kesimpulan. Diharapkan dengan menggunakan model STAD akan diperoleh hal-hal yang positif baik bagi guru maupun bagi siswa, misalnya keterampilan guru dalam mengajar akan meningkat, aktivitas siswa dalam belajar akan meningkat, dan terutama hasil belajar siswa juga pasti meningkat.
17 Untuk lebih jelasnya kerangka berpikir ini, diringkaskan dalam gambar 1 sebagai berikut: Siswa: Guru : Siswa jenuh dalam Pembelajaran pembelajaran Konvensional Siswa tidak fokus dalam pembelajaran Siswa kurang merespon Kualitas pembelajaran rendah menyebabkan hasil belajar siswa rendah dan banyak yang masih di bawah Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yang ditetapkan sekolah yaitu 65. Tindakan Kelas: Strategi pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe STAD Aktivitas siswa meningkat Hasil belajar siswa meningkat 2.4 Hipotesis Tindakan Dengan mengacu pada landasan teori dan kerangka berpikir sebagaimana yang telah diuraikan diatas, penulis mengajukan hipotesa sebagai berikut: Penggunaan model pembelajaran Kooperatif Tipe Student Team Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan hasil belajar pada siswa Kelas IV Mata Pelajaran IPA di SDN Randuacir 01 Tahun Pelajaran 2012/2013.