BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian eksperimen semu (quasi experimental research) yaitu metode eksperimen yang tidak memungkinkan peneliti melakukan pengontrolan penuh terhadap variabel dan kondisi eksperimen. Penelitian ini akan membandingkan bagaimana kemampuan komunikasi matematika siswa, antara kelompok eksperimen yang dikenai tindakan berupa penerapan strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray dan kelompok kontrol yang melaksanakan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan konvensional. B. Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di SMA Negeri 2 Purworejo yang beralamat di Jalan Mayjend S.Parman, Kutoarjo, Purworejo, Jawa Tengah. Sedangkan waktu penelitian pada bulan Mei - Juni 2016. C. Populasi dan Sampel Penelitian 1. Populasi Penelitian Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 2 Purworejo tahun pelajaran 2015/2016, yang terdiri dari kelas X-1 hingga X-6. 35
36 2. Sampel Penelitian Sampel yang akan digunakan pada penelitian ini diambil dua kelas dari populasi, yaitu kelas X-4 dan X-5. Pengambilan sampel ini menggunakan teknik simple random sampling dimana sampel diambil dari populasi secara acak tanpa memandang tingkatan ataupun peringkat dalam prestasi belajar. Dua kelas yang dijadikan sampel ini akan diberi perlakuan yang berbeda, dimana satu kelas dijadikan sebagai kelas kontrol yang tidak dikenai perlakuan khusus dan kelas lainnya dijadikan sebagai kelas eksperimen yang dikenai perlakuan khusus yaitu menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. D. Variabel Penelitian Penelitian eksperimen semu memiliki variabel-variabel penting yang menjadi fokus penelitian, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. 1. Variabel Bebas Variabel bebas pada penelitian ini adalah strategi pembelajaran, terdiri dari strategi pembeajaran kooperatif tipe two stay two stray dan pembelajaran konvensional. 2. Variabel Terikat Variabel terikat pada penelitian ini adalah kemampuan komunikasi matematika siswa kelas X SMA.
37 E. Definisi Operasional 1. Pembelajaran Kooperatif Tipe Two Stay Two Stray Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray yang dilakukan peneliti sebagai berikut. a. Tahap Persiapan 1. Guru menentukan pokok bahasan 2. Guru membuat RPP untuk setiap pertemuan 3. Guru membuat LKS untuk setiap pertemuan 4. Guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok, dengan masing-masing kelompok beranggotakan 4 orang siswa dengan kemampuan yang heterogen yaitu berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan nilai matematika semester sebelumnya. 5. Guru menentukan posisi kelompok dan perpindahan siswa pada waktu pembelajaran. b. Kegiatan Awal 1. Menyampaikan kompetensi dasar dan indikator pembelajaran. 2. Memperkenalkan pembelajaran kooperatif tipe Two Stay Two Stray. 3. Menjelaskan garis besar materi untuk tiap pertemuan. c. Kegiatan Ini 1. Penugasan Siswa diberikan tugas mendiskusikan materi yang dipelajari menggunakan LKS bersama anggota kelompoknya. Masing-masing kelompok
38 menyelesaikan soal-soal yang diberikan dengan cara mereka sendiri. Pada tahap ini masing-masing anggota tiap kelompok diberi waktu oleh guru untuk memahami materi dan mempelajari bagaimana cara penyelesaian soal agar diperoleh hasil yang tepat. 2. Tinggal dan Bertamu Dua dari empat anggota dari masing-masing kelompok meninggalkan kelompoknya dan bertamu kekelompok yang lain, sementara dua anggota yang tinggal dalam tiap kelompok bertugas menyampaikan hasil kerja dan informasi mereka kepada tamu. 3. Kembali ke Kelompok Setelah memperoleh informasi dari anggota yang tinggal, maka tamu mohon diri dan kembali kekelompok masing-masing dan melaporkan temuannya serta mencocokkan dan membahas hasil kerja mereka. 4. Berpikir Ulang Kelompok berpikir kembali dan mencocokkan jawaban mereka serta membahas hasil kerja mereka. 5. Presentasi Kelompok Setelah belajar dalam kelompok dan menyelesaikan permasalahan yang diberikan, maka salah satu kelompok yang dipilih secara acak mempresentasikan hasil diskusi kelompoknya untuk dikomunikasikan kepada kelompok lainnya serta meminta tanggapan dari kelompok lain.
39 d. Kegiatan Akhir Guru membahas dan mengarahkan siswa untuk membuat kesimpulan dari materi. 2. Kemampuan Komunikasi Matematika Kemampuan komunikasi matematika siswa dalam penelitian ini berperan sebagai variabel terikat. Kemampuan ini didefinisikan sebagai kemampuan siswa dalam menyampaikan alasan rasional terhadap suatu pernyataan matematika yang kemudian dapat memecahkan suatu permasalahan matematika dan dapat menyampaikannya ke dalam bentuk uraian. Aspek-aspek yang menandakan kemampuan komunikasi matematika dapat dinyatakan sebagai berikut. a. Kemampuan menjelaskan ide-ide matematika. b. Kemampuan menganalisis permasalahan matematika. c. Kemampuan menyelesaikan masalah matematika yang terorganisani dan terstruktur dengan baik. F. Desain Penelitian Desain penelitian yang digunakan adalah Desain Tes Kemampuan Awal. Kelas yang digunakan sebagai sampel akan diberi tes kemampuan awal yang kemudian disebut pretest sebelum diberi perlakuan yang kemudian akan diberi posttest setelah perlakuan.
40 Berikut desain penelitian yang dimaksud. Group Pretest Treatment R Eksperimen YE1 X R Kontrol YK1 - Keterangan : Posttest YE2 YK2 X : terdapat treatment atau perlakuan khusus, yaitu menggunakan strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray. - : tidak mendapat treatment atau perlakuan khusus, yaitu menggunakan pembelajaran konvensional. G. Instrumen Penelitian Penelitian ini menggunakan beberapa instrumen yang digunakan sebagai data yang akan diolah. Beberapa instrumen yang digunakan adalah sebagai berikut. 1. Lembar Observasi Keterlaksanaan Pembelajaran Lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran berupa pernyataan dengan alternatif jawaban Ya dan Tidak serta terdapat kolom deskripsi. Lembar ini digunakan untuk membantu peneliti untuk memantau dan mengevaluasi keterlaksanaan pembelajaran. 2. Catatan Lapangan Muhadi (2011 : 80) menjelaskan bahwa catatan lapangan merupakan catatan yang mencakup kesan dan penafsiran subjektif. Catatan ini berupa riwayat tertulis dan deskriptif tentang apa yang dilakukan perseorangan dalam kelas dengan jangka
41 waktu tertentu. Perhatian dalam catatan ini adalah persoalan yang dianggap menarik seperti perilaku yang kurang perhatian, pertengkaran, dan lain-lain. 3. Soal Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Soal tes pada penelitian ini berupa soal uraian yang dapat menunjukkan tingkat kemampuan siswa dalam mengomunikasikan matematika secara tulisan. H. Analisis Instrumen Penelitian Soal tes kemampuan komunikasi matematika ini merupakan instrumen penelitian yang vital, karena digunakan sebagai alat ukur dimana yang diukur adalah kemampuan komunikasi matematika siswa. Soal tes kemampuan komunikasi matematika yang digunakan dalam penelitian ini akan diuji validitasnya terlebih dahulu sebelum digunakan. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Agar memperoleh validitas isi, maka instrumen ini dikonsultasikan kepada para ahli yang meliputi dosen pembmbing, dosen ahli (selain pembimbing) dari Jurusan Pendidikan Matematika, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta. I. Teknik Pengumpulan Data Untuk mengumpulkan data yang akan diolah untuk memperoleh suatu kesimpulan dibutuhkan beberapa teknik. Pada penelitian ini, teknik pengumpulan data yang digunakan sebagai berikut.
42 1. Observasi Observasi atau pengamatan dilakukan oleh peneliti dengan mengisi lembar observasi keterlaksanaan pembelajaran dan membuat catatan lapangan. 2. Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Terdapat dua jenis tes yang digunakan, yaitu pretest dan posttest. Pretest adalah tes yang dilaksanakan sebelum materi pelajaran diberikan untuk mengetahui sejauh manakah penguasaan siswa terhadap materi atau bahan ajar yang akan diberikan. Sedangkan posttest adalah tes yang diberikan di akhir pembelajaran untuk mengetahui apakah semua materi yang tergolong penting sudah dapat dikuasai dengan baik oleh siswa atau belum. 3. Dokumentasi Dokumentasi berguna untuk melengkapi data dan memberi bukti bahwa penelitian dilakukan secara nyata. Dokumentasi dapat berupa foto. J. Teknik Analisis Data Data yang diperoleh melalui instrumen yang dipilih akan digunakan untuk menjawab pertanyaan penelitian atau menguji hipotesis. Oleh sebab itu data perlu diolah dan dianalisis agar mempunyai makna guna pemecahan masalah.tahap analisis dataakan mempermudah peneliti dalam memaknai hasil penelitian.dalam penelitian ini teknik analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut.
43 1. Analisis Data Hasil Observasi Pelaksanaan Pembelajaran Data hasil observasi yang dimaksud di sini adalah data-data deskriptif tentang keterlaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray yang diperoleh berdasarkan pada lembar observasi pelaksanaan pembelajaran.observasi ini dilakukan oleh observer pada setiap kali pertemuan. Data hasil observasi dari lembar observasi pelaksanaan pembelajaran matematika dengan strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ini akan dianalisis melalui teknik berikut ini : Untuk jawaban "ya" akan diberikan skor 1, sedangkan untuk jawaban "tidak" akan diberikan skor 0. Yang selanjutnya akan digunakan untuk mengetahui persentase keterlaksanaan pembelajaran dengan rumus : a x 100 % b Keterangan : : persentase keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan : jumlah skor yang diperoleh pada setiap pertemuan : jumlah skor maksimal pada setiap pertemuan x a b Kemudian setelah dilakukan perhitungan persentase keterlaksanaan pembelajaran untuk setiap pertemuan, selanjutnya dihitung rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran. Adapun cara menghitungnya yaitu dengan menggunakan rumus: x x n
44 Keterangan : : rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran : persentase keterlaksanaan pembelajaran setiap pertemuan : jumlahtotal pertemuan tatap muka x x n Selanjutnya perolehan rata-rata persentase keterlaksanaan pembelajaran ini akan dikategorikan ke dalam beberapa kualifikasi pada tabel berikut ini. Tabel 3.1. Kualifikasi Persentase Keterlaksanaan Pembelajaran No. Persentase Kualifikasi 1. 66,67% x 100% Tinggi 2. 33,33% x 66,67% Sedang 3. 0% x 33,33% Rendah 2. Analisis Data Hasil Tes Kemampuan Komunikasi Matematika Soal tes yang sudah divalidasi, kemudian digunakan di dalam kelas. Selanjutnya, dilakukan penskoran untuk masing-masing hasil pekerjaan siswa, dan pada akhirnya skor tersebut akan dikonversikan ke dalam bentuk nilai. Tes yang dilakukan dianalisis dengan pedoman penilaian berdasarkan aspekaspek untuk menunjukkan kemampuan komunikasi matematika siswa. Aspekaspeknya adalah sebagai berikut.
45 Tabel 3.2. Aspek dan Indikator Kemampuan Komunikasi Matematika Indikator Kemampuan Komunikasi Aspek yang diukur Matematika 1. Kemampuan menjelaskan a. Menuliskan data atau informasi ide-ide matematika secara matematika yang terdapat dalam suatu tulisan. soal. 2. Kemampuan menganalisis permasalahan matematika. 3. Kemampuan menyelesaikan masalah matematika dengan terorganisasi dan terstruktur. b. Menuliskan masalah yang terdapat dalam suatu soal. a. Mendefinisikan suatu permasalahan matematika. b. Menggunakan gambar atau tabel matematika untuk memodelkan permasalahan matematika dalam kehidupan sehari-hari. a. Ketepatan dalam menggunakan strategi penyelesaian masalah matematika. b. Menuliskan kesimpulan dari masalah yang telah diselesaikan menggunakan kalimat matematika yang tepat. Perolehan nilai siswa selanjutnya dianalisis guna mengetahui jawaban dari hipotesis penelitian yang telah dirumuskan. Adapun analisis hasil tes kemampuan komunikasi matematika ini dilakukan dengan tahap-tahap berikut ini. a. Analisis Deskriptif Analisis deskriptif adalah teknik analisis data untuk mendeskripsikan data yang terdapat dalam penelitian. Adapun data yang akan dianalisis dengan statistik deskriptif dalam penelitian ini adalah hasil pretest dan posttest siswa dari kelas
46 eksperimen dan kelas kontrol. Dalam analisis deskrtiptif akan dicari nilai rata-rata skor (mean), skor tertinggi, skor terendah, variansi, dan standar deviasi. a) Mean Mean adalah rata-rata perolehan skor siswa masing-masing kelas. Data perolehan skor siswa berupa data tidak berkelompok, maka mean ini dapat dicari dengan rumus : x = n i x i n Keterangan : x = Mean (Rata-rata skor siswa) x i = nilaisiswa n = banyaknya siswa b) Skor tertinggi Skor yang tertinggi diperoleh dengan cara melihat langsung dan mengidentifikasikan skor yang tertinggi yang diperoleh siswa. c) Skor terendah Skor yang terendah diperoleh dengan cara melihat langsung dan mengidentifikasikan skor yang terendah yang diperoleh siswa. d) Variansi Variansi di dapatkan melalui rumus : s 2 = 1 n n 1 (x i x ) 2 i=1 Keterangan : s = Variansi = skor siswa x i
47 x n = rata-rata skor siswa = banyaknya siswa e) Standar Deviasi Standar deviasi adalah akar dari variansi yang dapat menunjukkan seberapa besar simpangan baku dari data yang dianalisis. Cara menghitungnya yaitu : s = s 2 b. Uji Asumsi Analisis Uji asumsi yang digunakan dalam penelitian ini meliputi uji normalitas, uji homogenitas, dan uji kemampuan awal siswa. 1) Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah data hasil pretest dan posttest yang diperoleh dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol berasal dari populasi yang berdistribusi normal atau tidak. Rumusan hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : Skor pretest/posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tes kemampuan komunikasi matematika berasal dari populasi yang berdistribusi normal H 1 : Skor pretest/posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tes kemampuan komunikasi matematika siswa berasal dari populasi yang tidak berdistribusi normal
48 Statistik uji yang digunakan adalah Uji Kolmogorov-Smirnov melalui bantuan software SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah H 0 ditolak jika nilai Asymp. Sig. (2-tailed) kurang dari 0,025. 2) Uji Homogenitas Uji homogenitas ditujukan untuk mengetahui apakah variansi data pada populasi yang digunakan di dalam penelitian ini sama atau tidak. Rumusan hipotesis yang digunakan adalah: H 0 : σ 2 2 1 = σ 2 Skor pretest/posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tes kemampuan komunikasi matematika siswa mempunyai variansi yang sama. H 1 :σ 1 2 σ 2 2 Skor pretest/posttest kelas kontrol dan kelas eksperimen pada tes kemampuan komunikasi matematika siswa memiliki variansi yang tidak sama /berbeda. Statistik uji yang digunakan adalah Uji One Way ANOVA melalui bantuan software SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah H 0 ditolak jika jika nilai Sig. dari Levene Statistic pada tabel Test of Homogenity of Variances kurang dari 0,025. 3) Uji Kemampuan Awal Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah kemampuan awal dari kelas eksperimen maupun kelas kontrol sama atau tidak. Adapun pengolahan pada uji kemampuan awal ini adalah dengan uji-t.
49 Rumusan hipotesis yang digunakan adalah H 0 : μ E = μ K kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang sama. H 1 : μ E μ K kelas eksperimen dan kelas kontrol memiliki kemampuan awal yang tidak sama/berbeda. Statistik uji yang digunakan adalah Uji independent samples melalui bantuan software SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah H 0 ditolak jika jika nilai Sig. dari tabel Independent Samples kurang dari 0,025. c. Uji Hipotesis Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui jawaban dari rumusan masalah. Kriteria kefektifan dalam pengujian hipotesis ini adalah sebagai berikut. 1) Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 1 Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H 0 : μ e 74,99 : strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa
50 H 1 : μ e > 74,99 : strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa Statistik uji yang digunakan adalah uji one samples melalui bantuan software SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah H 0 ditolak jika jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05. 2) Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 2 Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana efektivitas pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa. Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H 0 : μ k 74,99 : pendekatan konvensional tidak efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa H 1 : μ k > 74,99 : pendekatan konvensional efektif ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa Statistik uji yang digunakan adalah uji one samples melalui bantuan software SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah H 0 ditolak jika jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05.
51 3) Pengujian Hipotesis untuk Menjawab Rumusan Masalah 3 Uji hipotesis ini bertujuan untuk mengetahui strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih efektif dibandingkan dengan pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa Hipotesis yang diajukan adalah sebagai berikut. H 0 : μ e μ k : strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray tidak lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa H 1 : μ e > μ k : strategi pembelajaran kooperatif tipe two stay two stray lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa Statistik uji yang digunakan adalah uji independent samples melalui bantuan software SPSS versi 16 dengan taraf signifikansi α = 0,05. Kriteria keputusannya adalah H 0 ditolak jika jika nilai Sig. (2-tailed) kurang dari 0,05. K. Indikator Keberhasilan Penelitian ini dikatakan berhasil jika memenuhi indikator berikut. 1. Strategi pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dan konvensional dalam pembelajaran matematika dikatakan efektif jika rata-rata nilai posttest pada masing-masing kelas lebih tinggi dari KKM berdasarkan uji one samples yang telah dilakukan.
52 2. Strategi pembelajaran kooperatif Two Stay Two Stray (TSTS) dikatakan lebih efektif daripada pembelajaran konvensional ditinjau dari kemampuan komunikasi matematika siswa jika hasil uji independent samples menunjukkan bahwa rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematika akhir (posttest) pada kelas eksperimen lebih besar daripada rata-rata nilai tes kemampuan komunikasi matematika akhir (posttest) kelas kontrol.