BAB II KAJIAN PUSTAKA. Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. dihasilkan sebanyak 5 gram. Perbandingan ini dipilih karena peneliti ingin

SINTESIS DAN KARAKTERISASI KATALIS CuO/ZnO/AL 2 O 3 SECARA KOPRESIPITASI

Bab II Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL dan PEMBAHASAN

BAHAN BAKAR KIMIA. Ramadoni Syahputra

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Sintesis Nanopartikel ZnO dengan Metode Kopresipitasi

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. komposit. Jenis material ini menjadi fokus perhatian karena pemaduan dua bahan

I. PENDAHULUAN. Kebutuhan pada senyawa berukuran atau berstruktur nano khususnya dalam

BAB II LANDASAN TEORI. Gas HHO merupakan hasil dari pemecahan air murni ( H 2 O (l) ) dengan proses

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENGANTAR. A. Latar Belakang

4. Hasil dan Pembahasan

BAB II GAMBARAN UMUM TEKNOLOGI SEL BAHAN BAKAR

BAB I PENDAHULUAN. Pendirian pabrik metanol merupakan hal yang sangat menjanjikan dengan alasan:

BAB I PENDAHULUAN. luar biasa dalam penerapan nanosains dan nanoteknologi di dunia industri. Hal ini

I. PENDAHULUAN. oleh H.K Onnes pada tahun 1911 dengan mendinginkan merkuri (Hg) menggunakan helium cair pada temperatur 4,2 K (Darminto dkk, 1999).

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN. Struktur Karbon Hasil Karbonisasi Hidrotermal (HTC)

I. PENDAHULUAN. Alumina banyak digunakan dalam berbagai aplikasi seperti digunakan sebagai. bahan refraktori dan bahan dalam bidang otomotif.

Desain Prototipe Reaktor Steam Reforming Menggunakan Ultrasonik Nebulizer

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman sekarang, manusia sangat bergantung pada kebutuhan listrik

Hasil Penelitian dan Pembahasan

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. kinerjanya adalah pemrosesan, modifikasi struktur dan sifat-sifat material.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Hidrogen (bahasa Latin: hidrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes:

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.2 DATA HASIL ARANG TEMPURUNG KELAPA SETELAH DILAKUKAN AKTIVASI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sehingga dapat menghasilkan data yang akurat.

REDOKS dan ELEKTROKIMIA

Bab III Metodologi Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Nanoteknologi adalah ilmu dan rekayasa dalam menciptakan material, struktur fungsional, maupun piranti alam

BAB I PENDAHULUAN. teknologi elektronika. Alternatif yang menarik datang dari fuel cell, yang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan di Kelompok Bidang Bahan Dasar PTNBR-

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Gambar 3.1 Diagram alir penelitian

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Polimer. 2.2 Membran

Kelompok B Pembimbing

BAB I PENDAHULUAN. Energi merupakan hal yang sangat penting dan dibutuhkan oleh setiap

Bab III Metodologi Penelitian

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN. sol-gel, dan mempelajari aktivitas katalitik Fe 3 O 4 untuk reaksi konversi gas

BAHAN BAKAR KIMIA (Continued) Ramadoni Syahputra

DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR TABEL DAFTAR ISTILAH DAFTAR SINGKATAN DAN LAMBANG BAB I

BAB IV ANALISA DATA & PEMBAHASAN

2 Tinjauan Pustaka. 2.1 Sel Bahan Bakar

KISI-KISI PENULISAN SOAL USBN

Bab IV. Hasil dan Pembahasan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. METODOLOGI PENELITIAN. analisis komposisi unsur (EDX) dilakukan di. Laboratorium Pusat Teknologi Bahan Industri Nuklir (PTBIN) Batan Serpong,

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian ini dilakukan pembuatan keramik Ni-CSZ dengan metode kompaksi

KISI KISI SOAL ULANGAN AKHIR SEMESTER GASAL MADRASAH ALIYAH TAHUN PELAJARAN 2015/2016

4 Hasil dan Pembahasan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Proses akhir logam (metal finishing) merupakan bidang yang sangat luas,

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. I.1 Latar Belakang Kebutuhan akan energi semakin berkembang seiring dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. hal ini memiliki nilai konduktifitas yang memadai sebagai komponen sensor gas

BAB I PENDAHULUAN. disamping memberikan dampak positif yang dapat. dirasakan dalam melakukan aktifitas sehari hari, juga dapat memberikan beberapa

(Fuel cell handbook 7, hal 1.2)

Hubungan koefisien dalam persamaan reaksi dengan hitungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang dan Permasalahan Penelitian

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan metode eksperimen.

BAB 1 PENDAHULUAN. Studi kapasitas..., Prolessara Prasodjo, FT UI, 2010.

BAB II ALUMINIUM DAN PADUANNYA

BAB III EKSPERIMEN & KARAKTERISASI

30 Soal Pilihan Berganda Olimpiade Kimia Tingkat Kabupaten/Kota 2011 Alternatif jawaban berwarna merah adalah kunci jawabannya.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

4 Hasil dan pembahasan

1. PENDAHULUAN. Proses pengendapan senyawa-senyawa anorganik biasa terjadi pada peralatanperalatan

BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang

BAB I PENGANTAR A. Latar Belakang B. Tinjauan Pustaka

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Struktur atom, dan Tabel periodik unsur,

SOAL LATIHAN CHEMISTRY OLYMPIAD CAMP 2016 (COC 2016)

2014 PEMBUATAN BILAYER ANODE - ELEKTROLIT CSZ DENGAN METODE ELECTROPHORETIC DEPOSITION

Overview Microscope Optik v.s SEM Scanning Electron Microscopy (SEM)

Elektrokimia. Tim Kimia FTP

I. PENDAHULUAN. kimia yang dibantu oleh cahaya dan katalis. Beberapa langkah-langkah fotokatalis

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Hal ini berarti meningkat pula kebutuhan manusia termasuk dari

SILABUS. Alokasi Sumber/ Kompetensi Dasar Materi Pembelajaran Kegiatan Pembelajaran Indikator Penilaian

Handout. Bahan Ajar Korosi

MODUL 7 FUEL CELL DAN SEL SURYA

Soal ini terdiri dari 10 soal Essay (153 poin)

BAB I PENDAHULUAN. Pencemaran udara dewasa ini semakin memprihatinkan. Hal ini terlihat

1 BAB I BAB I PENDAHULUAN

3. ELEKTROKIMIA. Contoh elektrolisis: a. Elektrolisis larutan HCl dengan elektroda Pt, reaksinya: 2HCl (aq)

Prarancangan Pabrik Metilen Klorida dari Metil Klorida dan Klorin Kapasitas Ton/Tahun

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Nanopartikel saat ini menjadi perhatian para peneliti untuk pengembangan dalam

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Permasalahan

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari 2013 sampai dengan Juni 2013 di

Oksidasi dan Reduksi

BAB I PENDAHULUAN. 1. UU Presiden RI Kegiatan Pokok RKP 2009: b. Pengembangan Material Baru dan Nano Teknologi

MODUL I SIFAT KOLIGATIF LARUTAN Penurunan Titik Beku Larutan

Harry Rachmadi (12/329784/TK/39050) ` 1 Zulfikar Pangestu (12/333834/TK/40176) Asia/Pasific North America Wesern Europe Other Regions 23% 33% 16% 28%

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA KIMIA FISIK II SEL ELEKTROLISIS (PENGARUH SUHU TERHADAP SELASA, 6 MEI 2014 DISUSUN OLEH: Fikri Sholiha

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang dan Permasalahan

KISI-KISI UN KIMIA SMA/MA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Sel Bahan Bakar (Fuel Cell) Sejak ditemukan oleh ilmuwan berkebangsaan Jerman Christian Friedrich Schönbein pada tahun 1838, sel bahan bakar telah berkembang dan menjadi salah satu sumber energi alternatif. Para ahli kimia dari industri elektronik mengembangkan sel bahan bakar sebagai pembangkit listrik yang dimulai pada tahun 1955. Pada tahun 1958, sel bahan bakar untuk pembangkit listrik secara komersial dikembangkan pertama kalinya. Pengembangan terus berlanjut hingga pada tahun 2009 diprediksikan akan dapat menghasilkan keluaran listrik hingga 400 KW (Awaludin, 2009). Sel bahan bakar adalah alat yang menghasilkan energi listrik secara elektrokimia. Seperti halnya sel elektrokimia, sel bahan bakar memiliki anoda dan katoda. Pada anoda terdapat bahan bakar gas hidrogen. Sedangkan pada katoda terdapat gas oksigen yang digunakan sebagai oksidator. Hidrogen yang berasal dari anoda diubah menjadi ion hidrogen dan elektron. Pada katoda, oksigen direduksi dengan adanya elektron. Perbedaan potensial yang terjadi pada anoda dan katoda inilah yang menghasilkan arus listrik (Awaludin, 2009). Secara sederhana sel bahan bakar memiliki prinsip kerja seperti pada baterai. Hanya bedanya, pada pemakaian waktu yang lama sel bahan bakar ini tidak semakin menurun energi listrik yang dihasilkan seperti halnya baterai. Jenis bahan bakar ini 6

7 juga tidak perlu diisi ulang untuk mengembalikan voltasenya. Selain itu bahan bakar ini juga akan menghasilkan energi dalam bentuk listrik dan panas selama persediaan bahan bakar (Republika, 1999). Sistem sel ini memanfaatkan berbagai bahan bakar berupa hidrokarbon dari gas alam seperti metanol karena bahan bakar bekerja dalam sebuah reaksi kimia bukan pada prinsip pembakaran, tentu saja gas emisi yang dihasilkan jauh lebih kecil ketimbang kinerja mesin yang berdasarkan pada proses pembakaran yang menghasilkan emisi seminim sekalipun. (Republika, 1999). Skema sel bahan bakar dapat diliha pada gambar II.1 di bawah ini : Gambar II.1 Skema Sel Bahan Bakar (Sarisnatiti 2012) 2.2 Hidrogen sebagai Sel Bahan Bakar Hidrogen (bahasa Latin: hydrogenium, dari bahasa Yunani: hydro: air, genes: membentuk) adalah unsur kimia pada tabel periodik yang memiliki simbol H dan nomor atom 1. Pada suhu dan tekanan standar, hidrogen tidak berwarna, tidak berbau, bersifat non-logam, bervalensi tunggal, dan merupakan gas diatomik yang sangat

8 mudah terbakar. Dengan massa atom 1,00794 sma, hidrogen adalah unsur teringan di dunia. Hidrogen dapat dihasilkan dari air melalui proses elektrolisis, namun proses ini secara komersial lebih mahal daripada produksi hidrogen dari gas alam (Muliawati, 2008). 2.3 Reaksi Reformasi Kukus Metanol Sistem terintegrasi reformasi kukus metanol (methanol steam reforming atau SRM) untuk menghasilkan hidrogen biasanya melibatkan empat reaksi di dalam tiga reaktor, yaitu dekomposisi metanol (1) dan/atau reformasi kukus metanol (2), reaksi pergeseran gas air (3), dan oksidasi selektif CO (4) (Marsih dkk, 2006). CH 3 OH(g) CO(g) + 2H 2 (g) H 0 = 90,64 kj/mol (1) CH 3 OH(g) + H 2 O(g) CO 2 (g) + 3H 2 (g) H 0 = 49,47 kj/mol (2) CO(g) + H 2 O(g) CO 2 (g) + H 2 (g) H 0 = - 41,17 kj/mol (3) CO(g) + ½O 2 (g) CO 2 (g) H 0 = - 28,3 kj/mol (4) Saat ini terdapat kecenderungan pengembangan sel bahan bakar yang menggunakan hidrokarbon cair sebagai sumber gas hidrogen. Salah satu hidrokarbon cair yang dapat digunakan sebagai sumber hidrogen adalah metanol. Melalui reaksi terkatalisis pada suhu tidak terlalu tinggi (200 400 o C), metanol dapat diubah menjadi gas yang kaya dengan hidrogen. Kelebihan lainnya, metanol mudah diperoleh dan dapat dihasilkan dari sumber terbarukan. Contoh proses pembuatan metanol dari hasil ekstrak dedaunan yang mengandung methanol. Proses produksi gas hidrogen secara langsung dari hidrokarbon cair harus memenuhi beberapa syarat agar dapat diterapkan pada sel bahan bakar. Proses tersebut harus efisien, praktis, dan gas

9 yang dihasilkannya mengandung CO sangat rendah. Pada konsentrasi beberapa ppm gas CO dapat meracuni sel bahan bakar dengan mendeaktifkan katalis (terutama Pt) pada anoda (Marsih dkk, 2006). Proses dekomposisi metanol dan oksidasi parsial metanol menghasilkan produk samping gas CO. Reformasi kukus metanol menjadi alternatif terbaik untuk sintesis gas hidrogen dari metanol. Reaksi ini menghasilkan gas H 2 /CO 2 dengan rasio mol 3:1 dan tidak menghasilkan gas CO pada suhu reaksi di bawah 300 o C. Dengan demikian, reformasi kukus metanol menjadi proses yang cocok untuk produksi hidrogen secara langsung pada sel bahan bakar pada kendaraan (Marsih dkk, 2006). Reformasi kukus metanol merupakan kebalikan reaksi sintesis metanol dari campuran gas hidrogen dan CO 2. Dengan demikian, dapat diasumsikan bahwa katalis untuk sintesis metanol juga memiliki keaktifan yang tinggi dalam reaksi kebalikannya. Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 yang secara komersial telah digunakan dalam reaksi pergeseran gas suhu rendah (low-temperature gas shift) dan sintesis metanol telah digunakan dalam reaksi reformasi kukus metanol. Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 memiliki keaktifan tinggi namun memiliki ketahanan termal rendah dan mengalami pendeaktifan selama reaksi. Pada katalis Cu/ZnO/Al 2 O 3 yang bertindak sebagai pusat aktif adalah logam Cu (Marsih dkk, 2006). 2.4 Metode Kopresipitasi Menurut Benny (2011) metode kopresipitasi merupakan salah satu metode sintesis senyawa anorganik yang didasarkan pada pengendapan lebih dari satu

10 substansi secara bersama sama ketika melewati titik jenuhnya. Kopresipitasi merupakan metode yang menjanjikan karena prosesnya menggunakan suhu rendah dan mudah untuk mengontrol ukuran partikel sehingga waktu yang dibutuhkan relatif lebih singkat. Beberapa zat yang paling umum digunakan sebagai zat pengendap dalam kopresipitasi adalah hidroksida, karbonat, sulfat dan oksalat. Produk dari metode ini diharapkan memiliki ukuran partikel yang lebih kecil dan lebih homogen daripada metoda solid state dan ukuran partikel yang lebih besar dari pada metoda sol-gel Bila suatu endapan memisah dari dalam suatu larutan, endapan itu tidak selalu sempurna murninya, kemungkinan mengandung berbagai jumlah zat pengotor, bergantung pada sifat endapan dan kondisi pengendapan. Kontaminasi endapan oleh zat-zat yang secara normal larut dalam cairan induk dinamakan Kopresipitasi 2.5 Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 Para peneliti pada umumnya menyarankan agar menggunakan Cu sebagai logam aktif. Permasalahan yang terpantau dari penggunaan Cu adalah bahwa Cu mudah terdeaktivasi pada suhu tinggi. Jika ini terjadi maka ketika digunakan dalam reaksi akan terbentuk produk samping yang tidak diinginkan. Sedangkan penggunaan logam lain seperti Pd harganya sangat mahal sehingga kurang ekonomis. Padahal diharapkan katalis yang dikembangkan selain murah, mudah diperoleh, memiliki stabilitas tinggi, dan juga dapat memproduksi hidrogen setinggi-tingginya dan menekan produk samping yang tidak diinginkan. Persoalan ini dapat dipecahkan dengan memodifikasi kadar Cu dengan ZnO serta menggunakan penyangga seperti

11 Al 2 O 3. Jung dan Joo (2002) menyarankan agar Cu dan ZnO diberikan dalam jumlah yang proporsional sehingga dapat memberikan konversi metanol dan selektivitas hidrogen yang memuaskan. Selain itu, perlu diatur rasio steam/metanol dalam umpan untuk mendapatkan produk yang maksimum (Amphlett dkk, dalam Husni, 2010). Penggunaan Al 2 O 3 selain dapat menebarkan fasa aktif juga berfungsi sebagai pelapis ketika katalis digunakan pada suhu tinggi untuk transportasi. Dengan demikian dapat diyakini bahwa katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 akan menjadi katalis steam reforming metanol untuk memproduksi hidrogen sebagai energi alternatif masa depan (Husni, 2010). Kelebihan yang dimiliki oleh alumina adalah daya tahan termal yang tinggi, daya tahan terhadap tekanan tinggi, dan luas permukaan yang besar. Luas permukaan yang besar menyebabkan fasa aktif katalis yang terdapat pada permukaan alumina menjadi lebih efisien. Daya tahan termal yang tinggi dapat mencegah terjadinya sintering fasa aktif katalis pada temperatur yang tinggi. Daya tahan pada tekanan tinggi sangat berguna untuk reaksi terkatalisa yang menggunakan tekanan tinggi (Anson, 2008). 2.6 Karakterisasi dengan Menggunakan Metode Difraksi Sinar -X Sinar-X adalah gelombang elektromagnetik dengan panjang gelombang sekitar 1 angstrom (10-10 ). Panjang gelombang kira-kira sama dengan jarak antara atom dalam kristal. Oleh karena itu, sinar-x dapat didifraksi oleh atom-atom dalam material berbentuk kristal. Dengan mengamati pola difraksi Sinar-X yang dihasilkan

12 dari gambar maka struktur kristal material tersebut dapat ditentukan (Mikrajuddin dan Khairurrijal, 2010). Apabila suatu bahan dikenai Sinar-X maka intensitas Sinar-X yang ditransmisikan lebih kecil dari intensitas sinar datang. Hal ini disebabkan adanya penyerapan oleh bahan dan juga penghamburan oleh atom-atom dalam material tersebut. Berkas sinar yang dihantarkan tersebut ada yang saling menghilangkan karena fasenya berbeda dan ada juga yang saling menguatkan karena fasenya sama. Berkas Sinar-X yang saling menguatkan disebut sebagai berkas difraksi (Jamaluddin, 2010). Pola difraksi Sinar-X dapat dilihat pada Gambar II.2 berikut ini : Grafik II.2 : Difraktogram katalis Cu/ZnO/ Al 2 O 3 (Marsih dkk, 2010). 2.7 Penentuan Morfologi Permukaan dengan Menggunakan Metode Scanning Electron Microscopy (SEM) Scanning Electron Microscopy (SEM) adalah jenis mikroskop elektron yang menggunakan berkas elektron untuk menggambar profil permukaan benda. Elektron berinteraksi dengan atom-atom yang membentuk sampel menghasilkan sinyal yang

13 berisi informasi tentang sampel yang meliputi permukaan topografi, komposisi dan sifat lain seperti konduktivitas listrik (Nur dan Rita, 2010). Pada saat dilakukan pengamatan, lokasi permukaan benda yang ditembak dengan berkas electron di-scan ke seluruh area pengamatan. Kita dapat mebatasi lokasi pengamatan dengan melakukan zoom-in atau zoom-out. Berdasarkan arah pantulan berkas pada berbagai titik pengamatan maka profil permukaan benda dapat dibangun menggunakan program pengolahan citra yang ada pada komputer (Mikrajuddin dan Khairurrijal, 2010). Pembesaran dalam SEM dapat dikendalikan rentang hingga 6 urutan magnitudo dari sekitar 10 sampai 500.000 kali. Tidak seperti transmisi elektron mikroskop dan optik, gambar perbesaran dalam SEM bukan merupakan fungsi dari kekuatan lensa objektif. SEM mungkin memiliki kondensor obyektif dan lensa, tetapi fungsi mereka adalah untuk fokus balok ke tempat, dan bukan untuk gambar spesimen. Sebuah SEM bisa di prinsip kerja seluruhnya tanpa kondensor atau lensa objektif, meskipun sangat tidak fleksibel atau mencapai resolusi sangat tinggi. (Nur dan Rita, 2010). Berikut contoh Gambar II.3 hasil SEM untuk katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 yang memperlihatkan bentuk morfologi pada perbesaran 20 nm.

Gambar II.3 : Morfologi oksida logam dari Katalis CuO/ZnO/Al 2 O 3 (Xin, 2005). 14