Optimalisasi Penjadwalan Audit di Inspektorat Daerah Kabupaten Cianjur Menggunakan Algoritma Genetika

dokumen-dokumen yang mirip
Optimalisasi Pengantaran Barang dalam Perdagangan Online Menggunakan Algoritma Genetika

OPTIMALISASI LAHAN TANAH UNTUK AREA RUMAH DAN JALAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMALISASI PENJADWALAN ACARA TELEVISI SWASTA MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Optimalisasi Rute Obyek Wisata Di Bandung Raya Menggunakan Algoritma Genetika

OPTIMALISASI PENJADWALAN BABAK PENYISIHAN PERTANDINGAN SEPAK BOLA LIGA MAHASISWA JAWA BARAT MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMALISASI PENEMPATAN DOSEN PEMBIMBING DAN PENJADWALAN SEMINAR TUGAS AKHIR MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

OPTIMALISASI AKSI NON PLAYER CHARACTER PADA GAME KARTU REMI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

GENETIKA UNTUK MENENTUKAN RUTE LOPER KORAN DI AGEN SURAT KABAR

Optimasi Multi Travelling Salesman Problem (M-TSP) Menggunakan Algoritma Genetika

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK TRAVELING SALESMAN PROBLEM DENGAN MENGGUNAKAN METODE ORDER CROSSOVER DAN INSERTION MUTATION

OPTIMASI PENJADWALAN CERDAS MENGGUNAKAN ALGORITMA MEMETIKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENJADWALAN KAPAL PENYEBERANGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Jl. Ahmad Yani, Pontianak Telp./Fax.: (0561)

BAB 2 LANDASAN TEORI. 2.1 Algoritma Genetika

Perancangan Sistem Penjadwalan Asisten Dosen Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus: STIKOM Bali)

Aplikasi Algoritma Genetika Untuk Menyelesaikan Travelling Salesman Problem (TSP)

PRESENTASI TUGAS AKHIR

Optimasi Pemilihan Pekerja Bangunan Proyek Pada PT. Citra Anggun Pratama Menggunakan Algoritma Genetika

Keywords Algoritma, Genetika, Penjadwalan I. PENDAHULUAN

PENENTUAN JARAK TERPENDEK PADA JALUR DISTRIBUSI BARANG DI PULAU JAWA DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA. Abstraksi

Lingkup Metode Optimasi

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN APLIKASI

Optimasi Multiple Travelling Salesman Problem Pada Pendistribusian Air Minum Menggunakan Algoritme Genetika (Studi Kasus: UD.

BAB II LANDASAN TEORI

BAB III PEMBAHASAN. Berikut akan diberikan pembahasan mengenai penyelesaikan CVRP dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejumlah aktivitas kuliah dan batasan mata kuliah ke dalam slot ruang dan waktu

Implementasi Algoritma Genetika dalam Pembuatan Jadwal Kuliah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1 Randy L Haupt & Sue Ellen Haupt, Practical Genetic Algorithms second edition, Wiley Interscience,2004.

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM (TSP)

OPTIMASI JADWAL MENGAJAR ASISTEN LABORATORIUM MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Penjadwalan Dinas Pegawai Menggunakan Algoritma Genetika Pada PT Kereta Api Indonesia (KAI) Daerah Operasi 7 Stasiun Besar Kediri

ERWIEN TJIPTA WIJAYA, ST.,M.KOM

Asri Maspupah Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal Achmad Yani Jl. Terusan Sudirman, Cimahi

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. hampir di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Alat transportasi ini memiliki

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Penjadwalan kegiatan merupakan pekerjaan yang tidak mudah, karena dalam. penyusunannya memerlukan perencanaan yang matang agar kegiatan tersebut

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN PERMASALAHAN PENJADWALAN DOSEN DENGAN FUZZY

Optimasi Penjadwalan Ujian Menggunakan Algoritma Genetika

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERSOALAN PEDAGANG KELILING (TSP)

Peramalan Kebutuhan Beban Sistem Tenaga Listrik Menggunakan Algoritma Genetika

Penerapan Adaptive Genetic Algorithm dengan Fuzzy Logic Controller pada Capacitated Vehicle Routing Problem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ALGORITMA GENETIKA Suatu Alternatif Penyelesaian Permasalahan Searching, Optimasi dan Machine Learning

PERANCANGAN TATA LETAK FASILITAS BAGIAN PRODUKSI MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIK DI PT. PUTRA SEJAHTERA MANDIRI

BAB 2 DASAR TEORI. 2.1 Teka-Teki Silang

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA DALAM PENYELESAIAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH PRECEDENCE CONSTRAINTS (TSPPC)

PERBANDINGAN KINERJA ALGORITMA GENETIK DAN ALGORITMA BRANCH AND BOUND PADA TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

Vukovich dinamis yang digabungkan dengan model PRoFIGA didalamnya.

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK MEMAKSIMALKAN LABA PRODUKSI JILBAB

Penjadwalan Mata Kuliah Menggunakan Algoritma Genetika di Jurusan Sistem Informasi ITS

BAB III. Metode Penelitian

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

APLIKASI ALGORITMA GENETIKA DALAM PENENTUAN DOSEN PEMBIMBING SEMINAR HASIL PENELITIAN DAN DOSEN PENGUJI SKRIPSI

Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi 2004 Yogyakarta, 19 Juni 2004

Penentuan Portofolio Saham Optimal Menggunakan Algoritma Genetika

DINAMISASI PARAMETER ALGORITMA GENETIKA MENGGUNAKAN POPULATION RESIZING ON FITNESS IMPROVEMENT FUZZY EVOLUTIONARY ALGORITHM (PROFIFEA)

OPTIMASI PERSEDIAAN BAJU MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

TEKNIK PENJADWALAN KULIAH MENGGUNAKAN METODE ALGORITMA GENETIKA. Oleh Dian Sari Reski 1, Asrul Sani 2, Norma Muhtar 3 ABSTRACT

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PERMASALAHAN OPTIMASI DISTRIBUSI BARANG DUA TAHAP

2 TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peringkasan Teks

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PERENCANAAN LINTASAN KENDARAAN Achmad Hidayatno Darjat Hendry H L T

OPTIMASI TRAVELLING SALESMAN PROBLEM WITH TIME WINDOWS (TSP-TW) PADA PENJADWALAN PAKET RUTE WISATA DI PULAU BALI MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA

Optimasi Penjadwalan Mata Pelajaran Pada Kurikulum 2013 Dengan Algoritme Genetika (Studi Kasus: SMA Negeri 3 Surakarta)

Penerapan algoritma evolution strategies untuk optimasi distribusi barang dua tahap

BAB III PERANCANGAN. Gambar 3.1 di bawah ini mengilustrasikan jalur pada TSP kurva terbuka jika jumlah node ada 10:

DAFTAR ISI. Tim Redaksi... i Kata Pengantar... ii Daftar Isi... iii

PENYELESAIAN MASALAH PENUGASAN DENGAN ALGORITMA GENETIKA TEKNIK CYCLE CROSSOVER.

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA SEBAGAI PROBLEM SOLVER DALAM GAME SUDOKU BERBASIS ANDROID

BAB I PENDAHULUAN. berjalan sesuai dengan yang telah di rencanakan. penjadwalan ini merupakan proses yang menyulitkan karena proses ini

Penjadwalan Job Shop pada Empat Mesin Identik dengan Menggunakan Metode Shortest Processing Time dan Genetic Algorithm

Implementasi Sistem Penjadwalan Akademik Fakultas Teknik Universitas Tanjungpura Menggunakan Metode Algoritma Genetika

Pencarian Rute Terpendek untuk Pengoptimalan Ditribusi Sales Rokok Gudang Garam di kecamatan Wuluhan Kabupaten Jember Menggunakan Algoritma Genetika

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK MENYELESAIKAN TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENDAHULUAN. Latar Belakang

Crossover Probability = 0.5 Mutation Probability = 0.1 Stall Generation = 5

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. wisata budaya, wisata belanja, hingga wisata Alam. Untuk menarik minat

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENJADWALAN UJIAN TUGAS AKHIR PADA JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA DALAM OPTIMASI JALUR PENDISTRIBUSIAN KERAMIK PADA PT. CHANG JUI FANG

ANALISIS PENGATURAN INDIVIDU CROSSOVER DAN MUTASI ALGORITMA GENETIKA STUDI KASUS TRAVELLING SALESMAN PROBLEM

PENERAPAN ALGORITMA GENETIKA PADA PENYELESAIAN CAPACITATED VEHICLE ROUTING PROBLEM

HASIL DAN PEMBAHASAN. Gambar 7 Diagram alur proses mutasi.

OPTIMASI PENJADWALAN KEGIATAN BELAJAR MENGAJAR DENGAN ALGORITMA GENETIK

PERFORMANCE ALGORITMA GENETIKA (GA) PADA PENJADWALAN MATA PELAJARAN

CODING VOL.2 NO. 1 (2014), Hal ISSN: X

1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang

APLIKASI UNTUK PREDIKSI JUMLAH MAHASISWA PENGAMBIL MATAKULIAH DENGAN MENGGUNAKAN ALGORITMA GENETIKA, STUDI KASUS DI JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA ITS

ALGORITMA GENETIKA PADA PEMROGRAMAN LINEAR DAN NONLINEAR

METODA GENETIC ALGORITMA SEBAGAI PERENCANAAN LINTASAN ROBOT UNTUK APLIKASI PENGEBORAN PADA PCB ABSTRAK

IMPLEMENTASI ALGORITMA GENETIKA UNTUK PENCARIAN RUTE PALING OPTIMUM

SIMULASI ROBOT PEMADAM API DENGAN METODE ALGORITMA GENETIK

PENERAPAN METODE ALGORITMA GENETIKA UNTUK PERMASALAHAN PENJADWALAN PERAWAT (Nurse Schedulling Problem)

Bab II Konsep Algoritma Genetik

ABSTRAK. Universitas Kristen Maranatha

Generator Jadwal Perkuliahan Menggunakan Algoritma Genetika

BAB III PEMBAHASAN. diperoleh menggunakan algoritma genetika dengan variasi seleksi. A. Model Matematika CVRPTW pada Pendistribusian Raskin di Kota

Transkripsi:

Optimalisasi Penjadwalan Audit di Inspektorat Daerah Kabupaten Cianjur Menggunakan Algoritma Genetika Alvi Yudistira 1, Esmeralda C Djamal, Rezki Yuniarti Jurusan Informatika, Fakultas MIPA Universitas Jenderal Achmad Yani Cimahi, Indonesia 1 alviy3@gmail.com Abstrak Program kerja Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur salah satunya adalah audit ke 192 unit setiap nya. Biasanya audit dilakukan 24 putaran dalam se, dengan delapan tim paralel, masing-masing tim berjumlah enam orang. Dari ketersediaan 55 orang Auditor, tidak mudah menjadwalkan audit mengingat terdapat persyaratan seperti spesifikasi tiap posisi yang tersedia, jumlah maksimum dan mininum frekuensi pemeriksaan Auditor serta tim yang sama tidak diperkenankan memeriksa dua putaran berurutan yang merupakan peraturan audit yang berlaku. Salah satu metode optimalisasi yang mempunyai keunggulan mendapatkan kombinasi yang memenuhi syarat tanpa harus mencoba seluruh kemungkinan adalah Algoritma Genetika. Penelitian ini telah membangun sistem optimalisasi penjadwalan audit di lingkungan Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur menggunakan Algoritma Genetika. Sistem yang dibangun diujikan dengan dua kondisi masingmasing sebanyak 8 kali dengan 10000 evolusi. Pertama diuji mengunakan metode persilangan 24 titik, diperoleh pelanggaran terkecil sebesar delapan dan rata-rata pelanggaran sebesar 22. Kedua diuji mengunakan metode persilangan di antara dua titik, diperoleh pelanggaran terkecil sebesar 11 dan rata-rata pelanggaran sebesar 22. Pelanggaran tersebut terjadi pada aturan keempat dan kelima yang masih dapat ditoleransi. Solusi tersebut diperoleh cukup cepat yaitu dalam waktu 74 detik. Sistem telah diimplementasikan dalam perangkat lunak sehingga dapat digunakan di lingkungan Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur. Kata kunci Optimalisasi Penjadwalan Tim Audit; Fungsi Kecocokan; Kromosom; Persilangan Permutasi; Mutasi; I. PENDAHULUAN Audit merupakan tugas pokok dari Inspektorat Daerah kabupaten/kota. Setiap unit kerja di lingkungan kabupaten/kota diaudit oleh tim audit dari Inspektorat Daerah kabupaten/kota, termasuk kabupaten Cianjur. Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur mempunyai 55 orang Auditor, untuk mengaudit 192 unit kerja setiap nya. Setiap bulan dilakukan dua kali audit dengan delapan tim yang masingmasing terdiri dari enam orang Auditor. Setiap tim harus memenuhi spesifikasi enam posisi yang tersedia, di antaranya posisi ketua dengan spesifikasi minimal golongan III D dan pengalaman kerja minimal 11. Posisi pengendali teknis dengan spesifikasi minimal golongan IV B dan pengalaman lebih dari 15. Empat slot posisi anggota dengan spesifikasi jabatan fungsional, pengalaman kerja, dan jurusan yang pernah ditempuh sesuai dengan yang telah ditentukan. Selain itu, terdapat jumlah maksimum dan mininum frekuensi pemeriksaan setiap Auditor serta tim yang sama tidak diperkenankan memeriksa dua putaran berurutan. Oleh karena itu, tidak mudah untuk menjadwalkan Auditor, akan terdapat banyak kombinasi yang memerlukan waktu yang lama apabila dicoba satu persatu, sehingga diperlukan suatu sistem yang dapat melakukan penjadwalan secara otomatis serta dapat diterapkan dalam sebuah program komputer. Dengan menggunakan Algoritma Genetika dapat diperoleh kombinasi paling sesuai dengan kriteria/persyaratan tanpa harus mencoba keseluruhan kemungkinan solusi yang ada. Pada beberapa kasus Algoritma Genetika digunakan untuk beberapa kasus penjadwalan, seperti penjadwalan produksi yang harus sesuai dengan permitaan produksi [1], penjadwalan perkuliahan yang mempertimbangkan jumlah ruangan, jumlah dosen, jumlah mahasiswa, dan kapasitas ruangan [2]. Penjadwalan rute kapal untuk 27 pelabuhan [3], penjadwalan 440 program kerja untuk 44 Ormawa selama se [4], penjadwalan proyek dengan mempertimbangkan penyeimbangan biaya [5], penjadwalan ujian akhir semester selama dua minggu [6], penjadwalan perawat di ruang ICU selama sebulan [7], dan penjadwalan shift kerja untuk karyawan hotel selama sebulan [8]. Selain itu, Algoritma Genetika juga digunakan untuk kasus pencarian rute terpendek, dan penempatan ruang, seperti kasus optimalisasi penempatan SDM dalam teknologi informasi [9], penempatan SVC [10], optimalisasi lahan untuk komplek perumahan dan jalan [11], penempatan halte Trans Metro Bandung [12], tata letak ruangan pada suatu rumah tinggal [13], optimalisasi rute terpendek pemadam kebakaran [14], rute kunjungan promosi [15], rute distribusi barang [16], dan multi traveling salesman loper koran [17]. Penelitian ini membuat model komputasi untuk penjadwalan audit di Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur selama se untuk 24 kali pemeriksaan. Dengan menggunakan Algoritma Genetika dapat diperoleh kombinasi penjadwalan audit yang sesuai dengan kriteria/persyaratan tanpa harus mencoba keseluruhan kemungkinan solusi yang ada. Model komputasi yang dibangun sudah Yogyakarta, 5 Agustus 2017 A-1

diimplementasikan dalam perangkat lunak, sehingga dapat digunakan oleh Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur. II. METODE Perancangan sistem optimalisasi penjadwalan audit seperti yang diperlihatkan Gambar 1 terdiri tahap input, pra proses, siklus Algoritma Genetika, dan output. Input pada sistem ini adalah kode setiap gen yang dibuat berdasarkan kode atribut, delapan kriteria penjadwalan audit, dan rancangan definisi kromosom. Selanjutnya tahap pra proses yang terdiri dari tahap kodefikasi gen berdasarkan input kode atribut Auditor, pembuatan fungsi kecocokan berdasarkan input delapan kriteria penjadwalan audit, dan representasi struktur kromosom. INPUT Daftar Auditor PRA PROSES Pengkodean isi Gen Hal yang paling penting dalam Algoritma Genetika adalah merepresentasikan kriteria/aturan dalam sebuah fungsi matematis [4]. Fungsi kecocokan dibuat untuk menghitung jumlah pelanggaran terhadap kriteria/aturan dari setiap kromosom. Tahapan siklus genetika diawali dengan pembangkitan populasi awal. Beberapa penelitian membangkitkan populasi awal dengan jumlah dan cara yang berbeda-beda, pada kasus penempatan SDM dalam teknologi informasi [9], optimalisasi lahan untuk perumahan [11], dan penempatan halte Trans Metro Bandung [12] cara membangkitkan populasi awal dengan menentukan jumlahnya sebanyak delapan kromosom. Sedangkan kasus penjadwalan proyek [5] jumlah kromosom yang dibangkitkan pada populasi awal adalah 15 kromosom. Evaluasi nilai kecocokan dilakukan dengan cara menghitung jumlah pelanggaran dari setiap kromosom yang dibangkitkan pada populasi awal. 8 kriteria penjadwalan audit 6 auditor x 8 tim x 24 putaran SIKLUS GENETIKA Struktur Kromosom Fungsi Kecocokan Evaluasi fungsi Fitness berdasarkan kebutuhan pejadwalan audit Ya Seleksi Terdapat pelanggaran? Tidak Memetakan kromosom, slot ruang-waktu, dan daftar Auditor ke dalam Tabel OUTPUT Pembangkitan populasi awal Mutasi Persilangan permutasi Jadwal Audit yang optimal dalam se (24 putaran) Gambar 1. Sistem optimalisasi penjadwalan audit Tahapan pra proses diawali dengan kodefikasi 55 daftar auditor beserta atributnya yang diperlihatkan oleh Tabel I. Selanjutnya, merepresentasikan solusi nyata dalam strukur kromosom. Dalam kasus ini kromosom dibentuk berdasarkan enam Auditor dalam satu tim dikali delapan tim dalam satu putaran dikali 24 putaran, sehingga panjang gen untuk satu kromosom adalah 6 x 8 x 24 = 1152 gen. Setiap gen akan diisi oleh Auditor sesuai dengan daftar Auditor, sehingga kemungkinan solusi yang akan muncul sebanyak 55 1152. TABEL I. DAFTAR AUDITOR No Nama Jurusan Jabatan Fungsional Peng. Kerja 1 AJ Akuntansi Audiwan 1 5 2 AS Non Kasubag 6 10 Akuntansi Ad um 54 AB Akuntansi Kasubag Evlap 11 15 55 DH Non Audiwan >15 Akuntansi Golongan IIA IIID IVA IVC Kemudian, dilakukan seleksi yang akan menghasilkan kromosom terpilih. Metode seleksi yang digunakan dapat mempengaruhi kinerja dari Algoritma Genetika. Salah satu metode seleksi adalah Elitisme. Metode ini merupakan metode yang cukup sederhana [3], dengan memilih nilai kromosom terbaik pada populasi awal. Metode seleksi lainnya adalah metode Rank Based Fitness. Seleksi pada metode ini dilakukan dengan cara mengurutkan nilai pelanggaran dari yang terkecil hingga nilai pelanggaran terbesar [4]. Kromosom-kromosom yang terpilih pada proses seleksi menjadi induk untuk disilangkan. Pada beberapa kasus, perlu dilakukan penataan ulang untuk mencegah gen yang sama pada setiap kromosom, seperti pada kasus penjadwalan rute kapal [3], penjadwalan program kerja Ormawa [4], penjadwalan perawat [7], dan optimasi lahan untuk area jalan dan perumahan [11]. Mutasi merupakan proses perubahan komposisi gen pada kromosom. Proses mutasi berperan untuk menggantikan gen yang hilang dari populasi akibat dari proses seleksi dan persilangan yang memungkinkan munculnya kembali gen yang tidak muncul pada inisialisasi populasi [8]. Metode mutasi di antaranya Swapping Mutation, Reciprocal Exchange Mutation, Shift Mutation. Siklus Algoritma Genetika akan berhenti bergenerasi jika kriteria penghengtian terpenuhi. Terdapat tiga kriteria penghentian generasi, yaitu batas maksimum generasi, fungsi Yogyakarta, 5 Agustus 2017 A-2

kecocokan bernilai paling kecil atau bernilai paling besar tergantung pada permasalahannya, dan kondisi jika tidak ada pelanggaran. Output dari sistem ini adalah penjadwalan audit di lingkungan Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur untuk se atau 24 putaran yang sesuai dengan delapan aturan/kriteria penjadwalan. III. HASIL DAN DISKUSI A. Representasi Struktur Kromosom Pada penelitian ini kromosom merepresentasikan jumlah enam Auditor dalam satu tim audit dengan delapan tim dalam satu putaran dari 24 putaran, sehingga jumlah gen dalam satu kromosom sebanyak 6 x 8 x 24 = 1152 gen. Struktur kromosom untuk penjadwalan audit ini diperlihatkan oleh Gambar 2. Tim 1 Putaran 1 TIM 8 1 2 3 4 5 6...... 1 2 3 4 5 6...... g1 g2... g6... g43 g44... g48 g1105 g1106... g1110 g1147 g1148... g1152 Tim 1 1 2 3 4 5 6 Gambar 2. Struktur kromosom Putaran 24...... Tim 8 1 2 3 4 5 6 Panjang setiap enam gen menyatakan satu tim audit. Panjang setiap 48 gen menyatakan satu putaran audit, serta panjang 1152 gen menyatakan 24 putaran audit. Sedangkan isi gen adalah kode posisi Auditor dalam satu tim. Nomor 1 menyatakan ketua. Nomor 2 menyatakan pengendali teknis, serta nomor 3 sampai nomor 6 menyatakan anggota. B. Fungsi Kecocokan Dalam kasus penjadwalan audit ini fungsi kecocokan dihitung berdasarkan jumlah pelanggaran setiap kromosom. Fungsi kecocokan diapat dilihat Persamaan (1). F = m=1152 n=8 f i (x) x=1 i=1 (1) Keterangan : F : menyatakan jumlah pelanggaran setiap kromosom, f i : menyatakan aturan, x : menyatakan gen, m : menyatakan jumlah gen sebanyak 1152 dalam satu kromosom, n : menyatakan banyaknya aturan yang di definisikan. Berikut ini merupakan delapan aturan/kriteria penjadwalan audit. 1. Satu Auditor dalam satu tim dan satu kali putaran (aturan 1). 2. Dalam satu tim terdapat seorang ketua yang mempunyai golongan minimal III D dan pengalaman kerja minimal 11 (aturan 2). 3. Dalam satu tim terdapat pengendali teknis yang mempunyai golongan minimal IV B dan pengalaman lebih dari 15 (aturan 3). 4. Dalam satu tim terdapat tiga Auditor yang mempunyai pengalaman kerja di bawah 11 dan tiga Auditor yang mempunyai pengalaman kerja di atas 11 (aturan 4). 5. Maksimal dua Auditor dalam satu tim yang memiliki jabatan fungsional sama (aturan 5). 6. Tidak diperkenankan tim yang sama dalam dua kali pemeriksaan berurutan (aturan 6). 7. Dalam satu tim minimal terdapat seorang Auditor dengan jurusan akuntansi (aturan 7). 8. Batasan minimum Auditor dijadwalkan sebanyak 8 kali pemeriksaan dan batasan maksimum Auditor dijadwalkan sebanyak 24 kali pemeriksaan (aturan 8). C. Membangkitkan Populasi Awal Pembangkitan populasi awal merupakan tahapan awal dari siklus Algoritma Genetika. Pada penelitian ini, pembangkitan populasi awal dilakukan secara acak mendekati aturan pertama, kedua, dan ketiga. Jumlah kromosom yang dibangkitkan pada populasi awal menentukan lamanya waktu proses komputasi dan kapasitas memori yang digunakan. Pada penelitian ini jumlah populasi awal ditentukan sebanyak delapan kromosom. D. Seleksi Proses seleksi pada penelitian ini menggunakan metode Rank Based Fitness. Nilai pelanggaran diurutkan dari yang terkecil hingga yang terbesar. Empat kromosom urutan tertinggi yang akan terpilih untuk persilangan. E. Persilangan Permutasi Proses persilangan dilakukan dengan cara memilih dua induk untuk disilangkan. Hasil persilangan dari dua induk akan menghasilkan dua anak hasil persilangan. Proses persilangan diperlihatkan oleh Gambar 4. INDUK 1 1 2 3 4 13 22 31 25 26 27 28 g1 g24 g25 g48 INDUK 3 23 45 2 7 ANAK 1 10 55 30 20 34 24 33 Gambar 3. Proses persilangan permutasi 29...... g49 g72 g1152 20...... g1 g24 g25 g48 g49 g72 g1152 1 2 3 4 10 55 30 20 26 27 28 g1 g24 g25 g48 ANAK 2 SILANGKAN MENGHASILKAN 29...... g49 g72 g1152 23 45 2 7 13 22 31 25 34 24 33 20...... g1 g24 g25 g48 g49 g72 g1152 Proses persilangan permutasi dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Pilih empat induk dari kromosom terbaik hasil mutasi. 2. Silangkan induk pertama dengan induk ketiga dan induk kedua dan keempat. 3. Tentukan jumlah titik persilangan sebanyak 48 titik dengan titik persilangan yang telah ditentukan setiap kelipatan 24 gen. Yogyakarta, 5 Agustus 2017 A-3

4. Silangkan titik yang bernilai genap. 5. Apabila pada setiap kelipatan 48 terdapat isi gen yang sama, maka lakukan penataan isi gen. F. Mutasi Proses mutasi pada penelitian ini menggunakan metode Swapping Mutation. Proses mutasi diawali dengan memilih empat kromosom hasil seleksi. Satu kromosom induk akan menghasilkan satu anak hasil mutasi. Proses mutasi diperlihatkan oleh Gambar 3. Proses mutasi dengan menggunakan metode Swapping Mutation dilakukan dengan cara sebagai berikut. 1. Acak nilai x (bilangan bulat 1-48). 2. Acak nilai y (bilangan bulat 1-48). 3. Jika nilai x = y, maka lakukan pengacakan ulang. 4. Jika x mod 6 = 0 dan nilai y mod 6 0, maka lakukan pengacakan ulang nilai y hingga y mod 6 = 0. 5. Jika x mod 6 = 1 dan nilai y mod 6 1, maka lakukan pengacakan ulang nilai y hingga y mod 6 = 1. 6. Jika x mod 6 > 1 dan nilai y mod 6 < 1, maka lakukan pengacakan ulang nilai y hingga y mod 6 > 1. 7. Acak nilai 0 sampai 23 untuk menentukan nilai segmen dari x dan y. Misalkan, x = 6, y = 12, dan segmen = 1. Masukan nilai x dan y ke dalam Persamaan (2), sehingga menghasilkan a = 54 dan b = 60. 8. Tukarkan isi gen posisi a dengan isi gen posisi b. (a, b) = (segmen 48) + c (2) Keterangan : a = posisi gen pertama, b = posisi gen kedua, segmen = nilai segmen, c = nilai x atau y. INDUK 1 2 3 4 13 20 22 31 25 39 40 Menghasilkan : ANAK g50 g60 1 2 3 4 13 39 22 31 25 20 40 G. Penghentian Evolusi a a g50 swap Gambar 4. Proses mutasi Siklus Algoritma Genetika akan berhenti apabila jumlah pelanggaran = 0 atau sudah mencapai 10000 evolusi. Apabila salah satu kondisi tersebut terpenuhi, maka kromosom pada generasi terakhir dinyatakan sebagai solusi optimal. H. Hasil Pengujian Sistem Pengujian sistem dilakukan dengan menggunakan dua metode persilangan. Pengujian pertama menggunakan metode persilangan 24 titik, sedangkan pengujian kedua menggunakan b b g98 metode persilangan di antara dua titik. Masing-masing pengujian dilakukan sebanyak delapan kali dengan 10000 evolusi. Penurunan jumlah pelanggaran untuk pengujian dengan metode persilangan 24 titik yang diperlihatkan oleh Tabel II, sedangkan untuk pengujian dengan metode persilangan di antara dua titik diperlihatkan oleh Tabel III. Terjadi penurunan jumlah pelanggaran setiap evolusi bertambah. Sistem menghasilkan jumlah pelanggaran terkecil delapan dengan rata-rata pelanggaran 22 dengan menggunakan metode persilangan 24 titik, sementara jumlah pelanggaran terkecil yang dihasilkan oleh sistem ketika menggunakan metode persilangan di antara dua titik lebih besar, yaitu 11 dengan ratarata pelanggaran 27. Proses menurunnya jumlah pelanggaran diwakili oleh pengujian keempat dengan menggunakan metode persilangan 24 titik, seperti yang diperlihatkan oleh Gambar 5. TABEL II. HASIL PENGUJIAN SISTEM DENGAN METODE PERSILANGAN 24 TITIK Evolusi ke Jumlah Pelanggaran dari pengujian ke 1 2 3 4 5 6 7 8 0 115 116 110 114 110 113 116 111 100 61 54 57 61 53 59 65 63 200 41 32 38 33 38 39 40 44 300 32 27 29 19 26 27 28 32 400 27 20 23 14 19 25 23 25 500 24 17 18 13 18 21 27 23 600 21 14 18 10 15 20 14 23 700 17 12 17 9 15 18 12 22 800 14 10 16 9 13 15 12 22 900 14 10 16 9 12 14 10 21 1000 14 9 15 9 11 14 9 21 2000 14 9 14 8 11 13 9 19 3000 13 9 14 8 11 12 9 19 4000 13 9 14 8 11 12 8 19 10000 10 9 14 8 11 12 8 19 Rata-rata 29 24 28 22 25 28 26 32 Waktu (detik) 73 75 73 78 75 74 74 74 Jumlah pelanggaran evolusi awal yang paling tinggi dengan menggunakan metode persilangan 24 titik terdapat pada pengujian kedua dan ketujuh, yaitu 116. Berbeda dengan jumlah pelanggaran evolusi awal yang menggunakan metode persilangan di antara dua titik, jumlah yang dihasilkan lebih tinggi, yaitu sebanyak 124 pada pengujian ketiga. Jumlah populasi awal selalu berbeda pada setiap pengujian yang disebabkan oleh proses pembangkitan populasi awal secara acak. Apabila tidak dilakukan penataan populasi awal mendekati aturan pertama, kedua, dan ketiga, kemungkinan jumlah pelanggaran pada evolusi awal akan lebih dari 124. Penataan ini bertujuan untuk mengurangi jumlah pelanggaran pada populasi awal, sehingga solusi jadwal yang optimal dapat ditemukan. Proses persilangan dan mutasi sangat menentukan proses menurunnya jumlah pelanggaran. Apabila proses persilangan dan mutasi tidak dilakukan secara acak dan hanya melibatkan gen-gen yang melanggar, dapat memungkinkan jumlah pelanggaran yang dihasilkan lebih kecil. Namun, pelanggaran terjadi pada aturan keempat dan kelima yang masih dapat ditolerir. Yogyakarta, 5 Agustus 2017 A-4

120 100 80 60 40 20 0 Pengujian Sistem Generasi Gambar 5. Grafik pengujian sistem TABEL III. HASIL PENGUJIAN SISTEM DENGAN METODE PERSILANGAN DI ANTARA DUA TITIK Evolusi Jumlah Pelanggaran dari pengujian ke ke 1 2 3 4 5 6 7 8 0 110 120 124 122 106 111 102 116 100 66 74 66 71 61 58 62 65 200 43 47 42 47 37 42 42 45 300 30 33 29 33 28 32 33 41 400 24 27 23 24 22 25 27 31 500 20 22 21 18 18 23 24 26 600 17 22 18 17 18 19 20 23 700 16 22 17 16 16 19 19 19 800 15 20 17 16 16 19 17 17 900 13 20 17 16 16 17 16 14 1000 13 20 17 14 14 16 15 14 2000 11 19 15 13 14 16 12 12 3000 11 18 14 13 14 16 12 12 4000 11 18 14 13 14 16 12 12 10000 11 18 14 13 14 16 12 12 Ratarata 27 33 30 30 27 30 28 31 Waktu (detik) 75 78 77 74 74 75 74 74 IV. KESIMPULAN Pelanggaran Penelitian ini telah menghasilkan sebuah sistem optimalisasi penjadwalan audit di lingkungan Inspektorat Daerah kabupaten Cianjur dengan menggunakan Algoritma Genetika. Pada penelitian ini dilakukan pengujian sebanyak delapan kali pengujian dengan 10000 evolusi. Sistem menghasilkan jumlah pelanggaran terkecil sebanyak delapan dan rata-rata pelanggaran sebanyak 22 dengan waktu selama 74 detik. Kelemahan sistem ini terletak pada persilangan dan mutasi tidak berdasarkan kepada gen yang melanggar. Namun, pelanggaran terjadi pada aturan keempat dan kelima yang masih dapat ditoleransi. Apabila penelitian ini ingin dikembangan lebih lanjut, maka saran dari sistem sekarang perlu dilakukan perbaikan pada proses persilangan dan proses mutasi dilakukan hanya dilakukan terhadap gen yang melanggar saja, sehingga memfokuskan perbaikan solusi. Selain itu, kriteria unit kerja yang diperiksa dipertimbangkan, sehingga kriteria tim Auditor yang diperlukan sesuai dengan unit kerja yang diperiksanya. Jumlah tim yang bertugas setiap putaran dapat ditentukan secara fleksibel sesuai dengan kebutuhan unit kerja pada setiap putarannya. DAFTAR PUSTAKA [1] N. Azmi dan I. Jamaran, Penjadwalan Pesanan Menggunakan Algoritma Genetika Untuk Tipe Produk Hybrid dan Flexible Flowshop Pada Industri Kemasan Karton, Jurnal Teknik Industri, vol. 2, pp. 176-188, 2012. [2] E. Yulianti, E. C. Djamal dan A. Komarudin, Optimalisasi Penjadwalan Perkuliahan di Fakultas MIPA Unjani Menggunakan Algoritma Genetik dan Tabu Search, dalam Seminar Nasional Informatika dan Aplikasinya, Cimahi, 2013. [3] N. W. Vivi dan F. M. Wayan, Optimization of Ship s Route Scheduling Using Genetic Algorithm, Indonesian Journal of Electrical Engineering and Computer Science, vol. 2, pp. 180-186, 2016. [4] B. Servitia, E. C. Djamal dan A. Komarudin, Optimalisasi Program Kerja Organisasi Mahasiswa di Unjani Menggunakan Algoritma Genetika, dalam Seminar Nasional IPTEK Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 2015. [5] A. Riza, Optimasi Penjadwalan Proyek Dengan Penyeimbangan Biaya Menggunakan Kombinasi CPM dan Algoritma Genetika, Jurnal Mayarakat Informatika, vol. II, pp. 1-14, 2012. [6] I. M. B. Adnyana dan N. K. D. Jayanti, Implementasi Sistem Penjadwalan Ujian Akhir Semester Menggunakan Algoritma Genetika, CSRID Journal, vol. VI, pp. 11-20, 2014. [7] R. R. Ilmi, M. W. Firdaus dan D. E. Ratnawati, Optimasi Penjadwalan Perawat Menggunakan Algoritma Genetika, Jurnal Mahasiswa PTIIK, vol. V, no. 13, 2015. [8] R. Victor Imbar dan K. Septiano, Sistem HRD, Perekrutan, Penggajian, dan Penjadwalan Menggunakan Algoritma Genetika pada Hotel Nirwana, Jurnal Informatika, vol. 9, no. 1, pp. 65-80, 2013. [9] F. Kasyidi dan E. C. Djamal, Optimalisasi Penempatan Sumber Daya Manusia Berdasarkan Proyek Menggunakan Algoritma Genetika, dalam Seminar Nasional Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 2014. [10] S. Anwar, H. Suyono dan H. Soekotjo, Optimisasi Penempatan SVC untuk Memperbaiki Profil Tegangan dengan Menggunakan Algoritma Genetika, Elektro ELTEK, vol. 3, pp. 203-208, 2012. [11] A. F. Luthfi, C. D. Esmeralda dan I. Ridwan, Optimalisasi Lahan Untuk Area Rumah dan Jalan Menggunakan Algoritma Genetika, Prosiding Seminar Nasional Sains dan Teknologi Fakultas Teknik, vol. 1, pp. 96-101, 2016. [12] F. Purwanto, E. C. Djamal dan A. Komarudin, Optimalisasi Penempatan Halte Trans Metro Bandung Menggunakan Algoritma Genetika, dalam Seminar Nasional Aplikasi Teknologi Informasi, Yogyakarta, 2016. [13] Y. M. Putra, E. C. Djamal dan A. Komarudin, Optimalisasi Tata Letak Ruangan Untuk Rumah Tinggal Mengggunakan Algoritma Genetika, dalam Seminar Nasional IPTEK Jenderal Achmad Yani, Cimahi, 2015. [14] P. Y. Utami, C. Suhery dan Ilhamsyah, Aplikasi Pencarian Rute Terpendek Menggunakan Algoritma Genetika (Studi Kasus : Pencarian Rute Terpendek untuk Pemadam Kebakaran Wilayah Kota Pontianak), Jurnal Coding Sistem Universitas Tanjungpura, vol. 02, no. 1, pp. 19-25, 2014. [15] L. Tri dan M. Syafiul, Implementasi Population Resizing on Fitness Improvement Genetic Algorithm (PROFIGA) Untuk Optimasi Rute Kunjungan Promosi Universitas Muria Kudus Berbasis Android dan Google Maps Api, Jurnal SIMETRIS, vol. 7, pp. 59-68, 2016. [16] I. D. M. Joni, A. Baskara dan V. Nurcahyawati, Penentuan Jarak Terpendek Pada Jalur Distribusi Barang di Pulau Jawa Dengan Menggunakan Algoritma Genetika, Jurnal Nasional Pendidikan Teknik Informatika (JANAPATI), vol. 1, no. 3, pp. 244-258, 2012. [17] F. Y. Saptaningtyas, Multi Traveling Salesman Problem (MTSP) Dengan Algoritma Genetika Untuk Menentukan Rute Loper Koran di Agen Surat Kabar, Pythagoras, vol. 7, pp. 55-64, 2012. Yogyakarta, 5 Agustus 2017 A-5