BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

dokumen-dokumen yang mirip
2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Penelitian

Aspek Perubahan Lahan terhadap Kondisi Tata Air Sub DAS Cisangkuy-DAS Citarum

Analisis Program Rehabilitasi DTA Saguling

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Respon Petani Terhadap Lahan Pertanian Kritis di Wilayah Hulu Sud Das Cisangkuy Kabupaten Bandung

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Perubahan Penggunaan Lahan Terhadap Karakteristik Hidrologi Di SUB DAS CIRASEA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan merupakan sumber daya alam strategis bagi segala pembangunan. Hampir

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

commit to user BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil analisis mengenai dampak perubahan penggunaan lahan

4. PERUBAHAN PENUTUP LAHAN

BAB I PENDAHULUAN. Bab I Pendahuluan 1.1. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

PENDAHULUAN Latar Belakang

Gambar 3.1 Peta lokasi penelitian Sub DAS Cikapundung

2016 EVALUASI LAJU INFILTRASI DI KAWASAN DAS CIBEUREUM BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Menurut Bocco et all. (2005) pengelolaan sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

Bab III Studi Kasus. Daerah Aliran Sungai Citarum

BAB I PENDAHULUAN. Dalam siklus hidrologi, jatuhnya air hujan ke permukaan bumi merupakan

Lampiran 1. Curah Hujan DAS Citarum Hulu Tahun 2003

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

Gambar 3 Peta lokasi penelitian terhadap Sub-DAS Cisangkuy

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Solehudin, 2015 Kajian Tingkat Bahaya Erosi Permukaandi Sub Daerah Aliran Sungai Cirompang

Bab I Pendahuluan. I.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

PENDAHULUAN. daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam persekutuan alam

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. hidrologi di suatu Daerah Aliran sungai. Menurut peraturan pemerintah No. 37

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. transportasi, Wisata air, olah raga dan perdagangan. Karena kondisi lahan dengan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

2015 ZONASI TINGKAT BAHAYA EROSI DI KECAMATAN PANUMBANGAN, KABUPATEN CIAMIS

BAB I PENDAHULUAN. Pengelolaan dan pemanfaatan lahan yang tidak sesuai dengan kemampuan,

TINJAUAN HIDROLOGI DAN SEDIMENTASI DAS KALI BRANTAS HULU 1

PENDAHULUAN. Berdasarkan data Bappenas 2007, kota Jakarta dilanda banjir sejak tahun

BAB I PENDAHULUAN. Meningkatnya jumlah populasi penduduk pada suatu daerah akan. memenuhi ketersediaan kebutuhan penduduk. Keterbatasan lahan dalam

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Peraturan Menteri Kehutanan Nomor: P. 39/Menhut-II/2009,

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai merupakan suatu sistem alam yang menjadi

RENCANA TINDAK PENGELOLAAN DAS CITARUM

BAB I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

HASIL DAN PEMBAHASAN

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Sumber daya alam merupakan titipan Tuhan untuk dimanfaatkan sebaikbaiknya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 TINJAUAN UMUM SUB-DAS CITARIK

BAB I PENDAHULUAN. Sumber daya alam meliputi sumber daya lahan, hutan, air, dan mineral.

commit to user BAB I PENDAHULUAN

TINJAUAN PUSTAKA. yang merupakan kesatuan ekosistem dengan sungai dan anak-anak sungainya

BAB I PENDAHULUAN. pemukiman, pertanian, kehutanan, perkebunan, penggembalaan, dan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH

VI. KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

HASIL PENELITIAN. ANALISIS FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB BANJIR Di KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungai, yang berfungsi menampung,

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Air merupakan unsur yang sangat penting di bumi dan dibutuhkan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

KEBERADAAN, POTENSI DAN GAGASAN PEMANFAATAN SUNGAI MATI DI SEPANJANG SUNGAI CITARUM DAERAH BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. tinggi. Kebutuhan tersebut terkait untuk pemenuhan kebutuhan hidup

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS POTENSI DAERAH RESAPAN AIR HUJAN DI SUB DAS METRO MALANG JAWA TIMUR

KAJIAN LAHAN KRITIS SUB DAERAH ALIRAN CI KERUH DI KAWASAN CEKUNGAN BANDUNG

BAB III GAMBARAN LOKASI STUDI

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

3. METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Enok Yanti, 2013

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara agraris dimana pembangunan di bidang

I. PENDAHULUAN. kerusakan akibat erosi dalam ekosistem DAS (Widianto dkk., 2004). Kegiatan

Faktor penyebab banjir oleh Sutopo (1999) dalam Ramdan (2004) dibedakan menjadi persoalan banjir yang ditimbulkan oleh kondisi dan peristiwa alam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II KONDISI UMUM LOKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

PENDUGAAN TINGKAT SEDIMEN DI DUA SUB DAS DENGAN PERSENTASE LUAS PENUTUPAN HUTAN YANG BERBEDA

Transkripsi:

A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini mempunyai luas 34.159 hektar dengan debit air baku 1600 liter/detik yang merupakan salah satu penyangga utama pemenuhan air baku di Kota Bandung dan Kabupaten Bandung. Selain itu, Sub DAS ini menjadi sumber listrik untuk Kota Bandung dan sekitarnya melalui PLTA Cikalong, PLTA Lamajan dan PLTA Pangalengan (Bappenas, 2012). Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada tahun 2009 oleh Risdiyanto dkk., diketahui bahwa dalam kurun waktu tahun 1991-2008 Sub DAS Cisangkuy mengalami perubahan penggunaan lahan yang signifikan terutama luas lahan berhutan, pemukiman, dan semak belukar. Berikut disajikan secara rinci dalam Tabel 1.1 Tabel 1.1 Perubahan Penggunaan Lahan Sub DAS Cisangkuy Tahun 1990-2008 Luas Penggunaan Perubahan No Penggunaan Lahan Lahan (Ha) 1990-2008 Tahun Tahun Luas Persen 1990 2008 (ha) (%) 1 Hutan 8738.3 5702.0 3036.3-34.8 2 Kebun/Perkebunan 3452.3 3575.8 123.5 3.6 3 Pemukiman/terbangun 1283.7 3482.0 2198.3 171.2 4 Sawah Irigasi 2736.4 2171.1 565.3-20.7 5 Sawah Tadah Hujan 2032.6 1826.1 206.5-10.2 6 Semak Belukar 1106.7 2754.7 1648 148.9 7 Tegalan/Ladang 4770.5 3933.4 837.1-17.5 8 Tegalan/Ladang 3376.2 3952.9 576.7 17.1 Bersemak 9 Tubuh Air 298.1 397.4 99.3 33.3 Jumlah 27795.3 27795.3 Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1) 1

2 Berdasarkan Tabel 1.1 dapat dilihat penurunan luas lahan paling tinggi terjadi pada hutan sebesar -3036.3 ha (-34.8%) dari total luas pada tahun 1990, selanjutnya sawah irigasi sebesar -565.3 ha (-20.7%), sawah tadah hujan sebesar 206.5 ha (-10.2%), dan tegalan/ladang sebesar -837.1 ha (17.5%). Luas lahan hutan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan/ladang mengalami penurunan, sedangkan kebun/perkebunan, pemukiman, semak belukar, tegalan/ladang bersemak dan tubuh air mengalami penambahan luas. Penurunan luas hutan, sawah irigasi, sawah tadah hujan, dan tegalan/ladang diatas berimplikasi pada kenaikan luas penggunaan lainnya. Kenaikan luas tertingi yaitu pemukiman 2198.3 ha (171.2%), kemudian semak belukar 1648 ha (148.9%), tegalan/ladang bersemak 576.7 ha (17.1%), tubuh air sebesar 99.3 ha (33.3%), dan kebun/perkebunan sebesar 123.6 ha (3.6%). Pola perubahan penggunaan lahan bervegetasi di Sub DAS Cisangkuy merupakan suatu dinamika perubahan yang saling mempengaruhi. Berdasarkan pola perubahan penggunaan lahan tersebut dapat diketahui jika di suatu lokasi terjadi penurunan kerapatan vegetasi maka di lokasi lain terjadi penambahan. Kerapatan vegetasi ini berpengaruh terhadap keseimbangan neraca air suatu DAS. Lahan berhutan akan menghasilkan jumlah limpasan permukaan yang lebih rendah serta mempunyai tingkat infiltrasi yang lebih tinggi dibandingkan jenis tutupan lahan yang lain. ( Risdiyanto dkk., 2009) Perubahan penggunaan lahan yang sangat signifikan khususnya hutan, semak belukar, dan sawah menyebabkan Sub DAS Cisangkuy berada dalam kondisi kritis yang ditunjukan dengan tingkat erosi, fluktuasi debit dan tingkat sedimentasi. Sebagaimana dikemukakan oleh Sarmaningsih (2007, hlm. 8) bahwa Erosi cekungan Bandung khususnya Sub DAS Cisangkuy mencapai 163 ton/ha/tahun. Demikian pula sedimentasi yang ditunjukkan dengan laju sedimentasi Waduk Saguling yang mencapai 3,02-4,32 juta m 3 / tahun. Kondisi Sub DAS ini pun berada dalam kondisi kritis ditunjukkan dengan fluktuasi debit maksimum dan minimum berkisar antara 49-394 m 3 /detik. Akibatnya daerah hilir Sub DAS Cisangkuy yaitu Kecamatan Dayeuh Kolot dan sekitarnya menjadi daerah langganan banjir ketika musim penghujan tiba.

3 Perubahan penggunaan lahan yang terjadi di Sub DAS Cisangkuy khususnya hutan, semak belukar, dan sawah mengindikasikan kebutuhan akan sumberdaya alam khususnya lahan semakin besar seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk. Pada Tahun 2013 BPS Kabupaten Bandung mencatat jumlah penduduk Kecamatan Pangalengan mencapai 144.178 jiwa dengan rata-rata pertumbuhan penduduk sebesar 2,89%. Pertumbuhan penduduk di perdesaan mengakibatkan penurunan rasio lahan terhadap penduduk karena sebagian besar penduduk di perdesaan tetap bekerja sebagai petani. Penurunan rasio tersebut berdampak pada penurunan rata-rata luas lahan pertanian per petani. Hal ini terbukti dari rata-rata luas kepemilikan lahan pertanian kurang dari 0,25 hektar per keluarga petani (BPS Kabupaten Bandung, 2013). Walapun produksi pertanian persatuan luas dapat dinaikan, namun luas lahan pertanian tidak lagi dapat mencukupi kebutuhan hidup petani dan keluarganya. Akibat kebutuhan terhadap lahan pertanian yang terus meningkat sementara lahan yang tersedia tidak lagi mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk, cepat atau lambat kemampuan suatu wilayah untuk mendukung kehidupan (daya dukung lingkungan) akan melebihi ambang batas. Pada akhirnya mucul dorongan petani untuk memperluas lahan garapannya atau mungkin mencari lapangan pekerjaan lain dan keluar dari lapangan kerja pertanian. Istilah ini yang kemudian dikenal dengan tekanan penduduk. Masalah-masalah yang akan mungkin timbul akibat tekanan penduduk yang tinggi perlu mendapat perhatian serius. Soemarwoto (1989, hlm.13) memaparkan bahwa tekanan penduduk terhadap lahan ini, mendesak petani untuk menggarap lahan marjinal, antara lain tanah miring di tepi sungai dan di lereng bukit dan gunung yang curam, serta meyerobot lahan hutan. Apabila hal ini terus dibiarkan, maka keadaan hutan di Sub DAS Cisangkuy akan semakin terancam. Hutan yang seharusnya dijaga kelestariaanya karena mempunyai peran yang sangat penting bagi kehidupan terutama untuk menjaga kesimbangan suatu DAS akan dirambah dan dijadikan lahan garapan baru. Selain hutan, lahan-lahan kritis yang seharusnya dikonservasi justru

4 akan dijadikan lahan garpan baru. Apabila hal ini terjadi, maka persoalan lingkungan seperti banjir, longsor, kurangnya daerah resapan air, dan pendangkalan sungai akan terjadi. Masalah lain yang mungkin timbul akibat tekanan penduduk yang tinggi adalah kemiskinan penduduk perdesaan. Langkanya sumber pendapatan non pertanian serta desakan kebutuhan ekonomi memungkinkan penduduk perdesaan bermigrasi ke kota untuk mengadu nasib. Migrasi besar-besaran dari desa ke kota tentunya akan menimbulkan juga masalah baru diperkotaan. Mengingat pentingnya masalah tekanan penduduk serta besarnya dampak yang mungkin terjadi terutama terhadap kerusakan hutan, maka peneliti merasa perlu untuk melakukan sebuah penelitian untuk mengukur besarnya tekanan penduduk sehingga kita biasa menyelamatkan hutan yang sekarang kondisinya sudah terancam. Untuk mengangkat permasalahan tersebut di atas, maka penulis menuangkannya dalam bentuk skripsi yang berjudul Tekanan Penduduk di Sekitar Kawasan Hutan Sub Daerah Aliran Sungai Cisangkuy Hulu Kabupaten Bandung B. Identifikasi Masalah Berdasararkan latar belakang masalah yang diuraikan, peneliti telah memfokuskan permasalahan yang akan dikaji serta merumuskan berbagai permasalahan penelitian yang akan dilakukan. Masyarakat sekitar kawsan hutan yang berinteraksi dengan hutan merupakan objek penelitian ini. Sementara itu, fokus penelitian ini adalah tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu, baik itu indeks tekanan penduduknya maupun implikasinya terhadap interaksi masyarakat sekitar kawasan hutan. C. Rumusan Masalah Penelitian Memperhatikan kondisi serta perkembangan berbagai masalah yang ada di Sub DAS Cisangkuy hulu terutama tekanan penduduk serta dampak yang

5 mungkin ditimbulkan terutama terhadap kerusakan hutan, maka berdasarkan latar belakang diatas perumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Seberapa besar Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu? 2. Bagaimana kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu? 3. Bagaimana interkasi masyarakat sekitar kawasan hutan dengan hutan di Sub DAS Cisangkuy hulu? D. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah di atas tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini antara lain: 1. Mengukur Indeks Tekanan Penduduk (ITP) terhadap lahan di sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu. 2. Mendeskripsikan kondisi sosial ekonomi masyarakat sekitar kawasan hutan Sub DAS Cisangkuy hulu. 3. Mendeskripsikan bentuk interkasi masyarakat sekitar hutan dengan hutan di Sub DAS Cisangkuy hulu. E. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini adalah: 1. Secara teoritis hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian bidang ilmu geografi terutama masalah kependudukan. 2. Secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan referensi dan gambaran umum mengenai masalah tekanan penduduk di sekitar kawasan hutan. 3. Dari segi kebijakan, hasil penelitian ini diharapkan menjadi bahan rekomendasi bagi lembaga/instansi terkait guna menentukan strategi dan kebijakan pemberdayaan masyarakat sekitar hutan,

6 pengelolaan kebijakan DAS, dan upaya-upaya pencegahan dampak tekanan penduduk. 4. Hasil penelitian ini diharapkan menjadi pendorong bagi masyarakat agar lebih sadar dan peduli akan pentingnya sumber daya alam sehingga masyarakat tidak hanya mengeksploitasi tetapi juga ikut mengkonservasi dan merehabilitasi. F. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN Bab I menguraikan mengenai latar belakang masalah yang akan diteliti, identifikasi masalah, rumusan masalah, tujan penelitian, manfaat penelitian serta struktur organisasi skripsi. BAB II KAJIAN PUSTAKA Memaparkan kajian putaka yang berisi teori yang sedang dikaji terkait permasalahan yang dibahas, meliputi masalah kependudukan di Indonesia, tekanan penduduk, kehutanan di Indonesia, dan aspek hubungan manusia dengan hutan. BAB III METODE PENELITIAN Bab III menjelaskan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan proses atau kegiatan yang dilakukan dalam penelitian. Bab ini memaparkan mengenai lokasi penelitian, desain penelitian, metode penelitian, populasi sampel, definisi operasional, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian dan analisis data. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN Bab IV merupakan hasil dan pembahasan yang terdiri atas pengolahan dan analisis data untuk menghasilkan temuan mengenai kondisi geografis Sub DAS Cisangkuy hulu baik dari segi fisik maupun sosial, indeks tekanan penduduk, serta bentuk interaksi masyarakat sekitar hutan.

7 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Bab V berisi tentang penafsiran dan pemaknaan penelitian terhadap hasil analisis temuan penelitian serta saran yang diberikan dari hasil penelitian.