BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI"

Transkripsi

1 BAB III GAMBARAN UMUM KECAMATAN GUNUNGPATI Pada bab ini akan dijelaskan gambaran umum mengenai Kecamatan Gunungpati yang mencakup letak administratif Kecamatan Gunungpati, karakteristik fisik Kecamatan Gunungpati (kelerengan, jenis tanah, curah hujan, fungsi kawasan, penggunaan lahan, tutupan vegetasi dan produktivitas lahan), serta karakteristik non fisik Kecamatan Gunungpati (kependudukan). 3.1 Kecamatan Gunungpati Secara Administratif Kecamatan Gunungpati dalam konstelasi wilayah Kota Semarang termasuk ke dalam BWK (Bagian Wilayah Kota) VIII. Kecamatan Gunungpati mempunyai wilyah seluas Ha, dan terbagi menjadi 16 kelurahan. Ibukota Kecamatan Gunungpati terletak di Kelurahan Gunungpati. Adapun batas administratif dari Kecamatan Gunungpati adalah sebagai berikut: Sebelah Utara : Kecamatan Ngaliyan dan Kecamatan Gajah Mungkur Sebelah Selatan : Kecamatan Ungaran (Kabupaten Semarang) Sebelah Timur : Kecamatan Banyumanik Sebelah Barat : Kecamatan Gunungpati Kelurahan-kelurahan yang termasuk dalam wilayah Kecamatan Gunungpati ada 16 kelurahan yaitu: Sumber: Peta Wilayah Kecamatan Gunungpati Gambar 3. 1 Luas Wilayah Per Kelurahan di Kecamatan Gunungpati 53

2 Karakteristik Fisik Kecamatan Gunungpati Kelerengan/ Topografi Kecamatan Gunungpati Kondisi kelerengan di Kecamatan Gunungpati beragam mulai dari kelerengan 2% sampai dengan lebih dari 40%. Untuk kelerengan 2%-15% dapat ditemui pada kelurahan Jatirejo, Cepoko, Nongkosawit, Ngijo, Kandri, Pongangan, sebagian besar kelurahan Gunungpati,serta sebagian besar Kelurahan Mangunsari. Beberapa kelurahan tersebut terletak di bagian barat Kecamatan Gunungpati. Dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa Kecamatan Gunungpati bagian barat mempunyai topografi cenderung datar yaitu antara 2% - 15%. Topografi mulai beragam ketika semakin menuju ke bagian timur dari Kecamatan Gunungpati. Bagian timur Kecamatan Gunungpati memiliki kondisi topografi yang curam yaitu antara 15% sampai lebih dari 40%. Kecamatan Gunungpati bagian timur merupakan daerah perbukitan. Dengan kondisi fisik seperti ini, daerah-daerah di Kecamatan Gunungpati bagian timur yang memiliki kelerengan lebih dari 40 % diarahkan untuk tidak dimanfaatkan sebagai kawasan terbangun melainkan sebagai kawasan konservasi. Namun demikian kegiatan pembangunan tetap saja dilakukan pada lahan ini bahkan memiliki kecenderungan perkembangan pembangunan yang cukup tinggi. Fenomena ini terjadi di Kelurahan Sukorejo, Sekaran, Pakintelan, Jatirejo, Cempoko dan Kelurahan Gunungpati. Kegiatan pemanfaatan lahan yang dilakukan seperti pemanfaatan lahan untuk area pendidikan (Perguruan Tinggi) dan pemanfaatan lahan untuk kawasan permukiman. Sumber: Peta Topografi Kecamatan Gunungpati Gambar 3. 2 Topografi Kecamatan Gunungpati

3 Gambar 3. 3 Peta Topografi Kecamatan Gunungpati 55

4 56 Sebagai daerah hulu, kegiatan pembangunan di Kecamatan Gunungpati mempengaruhi besar volume air hujan yang mengalir ke daerah hilir ( daerah Semarang bawah). Volume air hujan yang meresap kedalam tanah menjadi berkurang karena banyak lahan yang tertutup oleh bangunan akibatnya volume air limpasan menjadi semakin besar. Jika drainase yang ada tidak mampu menampung seluruh air limpasan tersebut kemungkinan terburuk yang terjadi adalah timbulnya erosi pada daerah hulu dan banjir di daerah hilir. Akibat lain yang ditimbulkan dari fenomena ini adalah timbulnya sedimentasi sungai karena endapan lumpur yang dibawa oleh aliran air yang dapat menjadikan sungai tersebut bertambah dangkal. Untuk lebih jelasnya mengenai kondisi topografi di Kecamatan Gunungpati dapat dilihat pada gambar 3.1 Peta Kelerengan Kecamatan Gunungpati Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati Jenis tanah yang terdapat di Kecamatan Gunungpati ada tiga jenis yaitu latosol coklat kemerahan, mediteran coklat tua dan latosol coklat. Namun jenis tanah yang mendiminasi adalah latosol coklat kemerahan. Akan tetapi jenis tanah latosol coklat serta mediteran coklat tua juga banyak terdapat di Kecamatan Gunungpati. Jenis tanah mediteran coklat tua banyak terdapat di Kecamatan Gunungpati bagian utara yang meliputi sebagian besar Kelurahan Kandri, sebagian kecil Kelurahan Pongangan, Kelurahan Sadeng, Kelurahan Sukorejo serta sebagian kecil Kelurahan Sekaran. Sedangkan jenis tanah yang paling mendominasi Kecamatan Gunungpati yaitu latosol coklat kemerahan, terdapat pada sebagian kecil Kelurahan Kandri, sebagian besar Kelurahan Pongangan, sebagian besar Kelurahan Sekaran, sebagian besar Kelurahan Gunungpati, sebagian besar Kelurahan Nongkosawit, sebagian besar Kelurahan Ngijo, sebagian kecil Kelurahan Mangunsari, sebagian Kelurahan Sumurejo, Kelurahan Jatirejo, Cepoko, Kalisegoro, Petemon, dan Pakintelan. Untuk jenis tanah latosol coklat terdapat pada sebagian kecil Kelurahan Gunungpati, sebagian kecil Kelurahan Nongkosawit, sebaian kecil Kelurahan Ngijo, sebagian besar Kelurahan Mangunsari, sebagian Kelurahan Sumurejo, serta Kelurahan Plalangan. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.2 Peta Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati.

5 57 Sumber: Peta Topografi Kecamatan Gunungpati Gambar 3. 4 Sebaran Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati Curah Hujan Kecamatan Gunungpati Berdasarkan data BMG Kota Semarang tahun 2006 sampai tahun 2010 tercatat bahwa curah hujan tahunan rata-rata di Kecamatan Gunungpati mm/thn dengan curah hujan tertinggi terjadi pada bulan April tahun 2007 yaitu mecapai 791 mm/bulan dan curah hujan terendah 0-71 mm/bulan yang terjadi pada bulan Juli sampai bulan September. Gambar 3. 5 Data Curah Hujan Bulanan Tahun 2006 s/d 2010 Sumber: BMG Kota Semarang, Stasiun Gunugpati, 2011 Rata-rata curah hujan di Kecamatan Gunungpati adalah mm/tahun atau apabila curah hujan dihitung perhari maka curah hujan di Kecamatn Gunungpati masuk pada rentang antara 27,7 34,8 mm/hari. Suhu minimum 24,5 C dan maksimum 37 C sehingga memiliki kelembaban agak kering lembab. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.3 peta curah hujan Kecamatan Gunungpati

6 Gambar 3. 6 Peta Jenis Tanah Kecamatan Gunungpati 58

7 Gambar 3. 7 Peta Curah Hujan Harian Rata-rata Kecamatan Gunungpati 59

8 Penggunaan Lahan Kecamatan Gunungpati Ciri penggunaan lahan secara umum di Kecamatan Gunungpati masih berupa penggunaan lahan untuk kegiatan pedesaan (rural). Penggunaan lahan yang bercirikan rural ini tersebar secara merata di seluruh wilayah. Sedangkan penggunaan lahan yang bercirikan perkotaan (urban) tersebar di wilayah pusat aktivitas dan di sepanjang jalurjalur jalan. Daerah-daerah yang cukup cepat perkembangan lahan terbangunnya antara lain adalah di sekitar kawasan pendidikan Universitas Negeri Semarang di Sekaran dan pusat kegiatan transportasi Gunungpati (di Kelurahan Gunungpati), Kelurahan Sadeng, dan Kelurahan Sukorejo. Beberapa kelurahan tersebut menunjukkan perkembangan kawasan terbangun yang cukup pesat, selain itu juga terdapat penggunaan lahan untuk perumahan-perumahan terencana (real estate) (RDTRK Kota Semarang ). Untuk melihat persentase penggunaan lahan lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar 3.4 Diagram persentase penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati. Penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati selama 5 tahun terakhir ( ) secara umum mengalami penurunan jumlah luasan untuk tiap tahunnya. Kondisi penggunaan lahan pada tahun 2006 didominasi oleh penggunaan lahan berupa tegalan dengan luas hektar. Namun pada tahun 2007 penggunaan lahan berupa tegalan menurun drastis hingga menjadi hektar, hal ini dikarenakan banyaknya lahan yang mengalami perubahan fungsi menjadi lahan sawah irigasi teknis dan sawah tadah hujan. Kondisi tegalan pada tahun 2008 sedikit meningkat menjadi hektar, hal ini dikarenakan terjadinya penurunan jumlah lahan sawah sehingga menjadi lahan kering (tegalan). Namun pada tahun 2009 terjadi peningkatan yang drastis menjadi hektar, sama halnya dengan yang terjadi pada tahun Pada tahun 2010 kondisi luasan lahan tegalan mengalami penuruanan lagi menjadi hektar seperti yang terjadi pada tahun Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diagram perubahan penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati tahun b) Sawah a) Permukiman Sumber : Obserrvasi, Gambar 3. 8 Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunungpati

9 61 Sumber : Kecamatan Gunungpati dalam Angka Tahun Gambar 3. 9 Diagram Perubahan Penggunaan Lahan di Kecamatan Gunungpati Tahun

10 62 Penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati didominasi oleh fungsi tegalan, permukiman dan pertanian. Menurut data BPS di tahun 2010 luas tanah tegalan mencapai 1.476,64 Ha, sawah mencapai luas 1.525,97 Ha yang terbagi menjadi sawah beririgasi dan sawah non-irigasi. Untuk lebih jelasnya berikut diagram presentase penggunaan lahan di Kecamatan Gunungpati tahun 2010 Sumber: Kecamatan Gunungpati dalam Angka Tahun 2010 Gambar Persentase Penggunaan Lahan Kecamatan Gunungpati tahun 2010 Telah disebutkan sebelumnya bahwa penggunaan lahan yang paling mendominasi di Kecamatan Gunungpati Tahun 2010 adalah tegalan. Kondisi ini banyak ditemui di Kelurahan Gunungpati seluas 193,90 hektar dan di Kelurahan Pongangan seluas 157,46 hektar. Jenis penggunaan lahan berupa perkarangan banyak ditemui di Kelurahan Patemon seluas 126,70 hektar dan di Kelurahan 108,60 hektar. Penggunaan lahan berupa sawah tadah hujan banyak di temui di Kelurahan Patemon yaitu seluas 258,69 hektar dan di Kelurahan Gunungpati seluas 83,60 hektar. Penggunaan lahan untuk sawah beririgasi sederhana terluas terdapat di Kelurahan Gunungpati seluas 52,40 hektar dan di Kelurahan Nongkosawit seluas 40,00 hektar. Untuk penggunaan lahan berupa sawah beririgasi setengah teknis terluas terdapat di Kelurahan Plalangan seluas 70,59 hektar dan di Kelurahan Sumurrejo seluas 47,25 hektar. Selanjutnya jenis penggunaan lahan terkahir yaitu sawah irigasi teknis terluas terdapat di Kelurahan Mangunsari seluas 29,00 hektar dan di Kelurahan Nongkosawit seluas 14,26 hektar. Untuk lebih jelasnya berikut gambar Penggunaan Lahan per Kelurahan di Kecamatan Gunungpati Tahun 2010 dan gambar 3.11 peta penggunaan lahan Kecamatan gunungpati tahun 2010;

11 63 Sumber : Kecamatan Gunungpati dalam Angka Tahun Gambar Penggunaan Lahan per Kelurahan di Kecamatan Gunungpati Tahun 2010

12 64 Gambar Peta Penggunaan Lahan Kecamatan Gunungpati tahun 2010

13 Jumlah dan Perkembangan Penduduk Perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Gunungpati mengalami peningkatan setiap tahunnya. Tercatat bahwa jumlah penduduk Kecamtan Gunungpati pada tahun 2006 mencapai jiwa terinci menurut jenis kelamin laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Pada tahun 2007 terlihat jumlah kenaikan yang tidak terlalu signifikan, hanya mengalami peningkatan 300 jiwa untuk tiap masing-masing jenis kelamin. Peningkatan yang sangat signifikan mulai terjadi pada tahun 2008 dimana jumlah penduduk di Kecamatan Gunungpati mencapai jiwa terinci menurut jenis kelamin laki-laki jiwa dan perempuan jiwa. Memasuki tahun 2009 jumlah penduduk Kecamatan Gunungpati mengalami peningkatan hampir 3000 jiwa menjadi jiwa terinci menurut jenis kelamin laki jiwa dan jiwa perempuan. Keaadaan terus meningkat stabil hingga tahun 2010, pada tahun 2010 jumlah penduduk di Kecamatan gunungpati tercatat hingga jiwa terinci menurut jenis kelamin lakilaki jiwa dan perempuan jiwa. Untuk lebih jelasnya berikut diagram perkembangan jumlah penduduk Kecamatan Gunungpati tahun 2006 hingga tahun 2010; Sumber: Kecamatan Gunungpati dalam Angka Gambar Perkembangan Jumlah Penduduk Kecamatan Gunungpati tahun

14 Kebijakan Penanganan Lahan Kritis di Kecamatan Gunungpati Merespon fenomena kerusakan lingkungan di Jawa Tengah, Pemprov secara terpadu, konsisten dan berkesinambungan menempuh beberapa kebijakan pembangunan lingkungan hidup. Pertama, meningkatkan upaya pengelolaan dan pemanfaatan SDA dengan memperhatikan pelestarian fungsi lingkungan hidup agar tidak melampaui daya dukung dan daya tampungnya. Kedua, menyerasikan aktivitas pembangunan dengan daya dukung dan daya tampung lingkungan, dengan mengutamakan potensi sumberdaya lokal, teknologi ramah lingkungan dan pengelolaan dampak kerusakan lingkungan. Ketiga, mengembangkan upaya pemulihan dan pelestarian fungsi ekosistem DAS dan kawasan lindung, dan rehabilitasi kerusakan lingkungan, melalui pola kemitraan dan mediasi dengan berbagai pihak. Keempat, peningkatan dukungan pembiayaan bagi penanganan masalah lingkungan, peningkatan kesadaran masyarakat, penegakan hukum dan pembangunan basis data lingkungan hidup Jawa Tengah yang fungsional. Secara riil kebijakan Pemprov dalam pembangunan lingkungan hidup di break down dalam berbagai bentuk program. Di antaranya yang menonjol adalah pertama, program peningkatan efektivitas pemanfaatan lahan dan fungsi lindung serta peninjauan alih fungsi lahan di kawasan lindung untuk kepentingan konservasi dan perlindungan sistem kehidupan. Salah satu targetnya adalah mengondisikan lahan pertanian abadi yang bersinergi dengan fungsi lindung. Lahan abadi ini nantinya hanya memacu intensifikasi dan menolak ekstensifikasi (pembukaan lahan baru dengan mengurangi kawasan lindung atau hutan). Di tingkat konseptual, program ini dilengkapi dan bersinergi dengan program pengembangan kawasan secara komprehensif dan terintegrasi berbasis masyarakat. Kedua, program reboisasi melalui GNRHL (Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan). Sejak , program ini berupaya memulihkan lahan-lahan kritis di DAS Jratun Seluna, Pemali Comal, Serayu-Luk Ulo-Bogowoto. Disamping meliputi pula pembangunan tanggul dan pengerukan sungai. Dengan program ini diharapkan erosi tanah dan pendangkalan sungai bisa terkurangi. (Suara Merdeka, Juni 2006) BPDAS Pemali jatrun saat ini telah mengadakan usaha perbaikan lahan kritis yang ada di Kecamatan Gunungpati yaitu berupa penghijaun di Kecamatan Gunungpati khususnya di Desa Cepoko. Usaha konservasi ini bekerja sama dengan pemerintah Provinsi Jawa Tengah. Pemprov Jawa Tengah memberi bantuan 1000 batang bibit pohon Mahoni. Sebelumnya program ini juga telah pernah dilaksanakan pada tahun (BPDAS Pemali Jatrun) Selain itu dalam RDTRK Semarang BWK VIII Kecamatan Gunungpati menjelaskan bahwa rencana pola pemanfaatan lahannya menjadi 3 kawasan

15 67 pengembangan utama yaitu, kawasan perkotaan, kawasan pedesaan dan kawasan konservasi. Rencana kawasan konservasi ini Adalah kawasan/wilayah yang dikembangkan atau dipertahankan untuk tidak dibangun maupun tidak dibudidayakan (non- bodidaya). Adapun pertimbangan utama dari penetapan kawasan konservasi ini adalah bahwa Kecamatam Gunungpati merupakan kawasan yang harus dilindungi dalam usaha perlindungan terhadap tata air Kota Semarang, Kecamatam Gunungpati merupakan kawasan yang lahannya kritis (Longsor dan erosi) dan Kecamatam Gunungpati merupakan kawasan penghijauan bagi daerah kritis yang tidak dapat dibangun maupun dibudidayakan (daerah patahan dan pengaruhnya).

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN BAB IV HASIL PENELITIAN A. Gambaran Lokasi Penelitian Kecamatan Gunungpati terletak di bagian Selatan Kota Semarang, berbatasan langsung dengan Ungaran. Dari pusat Kota Semarang jaraknya sekitar 17 km.

Lebih terperinci

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI

BAB II DESKRIPSI DAERAH STUDI BAB II 2.1. Tinjauan Umum Sungai Beringin merupakan salah satu sungai yang mengalir di wilayah Semarang Barat, mulai dari Kecamatan Mijen dan Kecamatan Ngaliyan dan bermuara di Kecamatan Tugu (mengalir

Lebih terperinci

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011

ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 ANALISIS PERUBAHAN PENGGUNAAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TAHUN 2004 DAN TAHUN 2011 HALAMAN JUDUL NASKAH PUBLIKASI DiajukanUntukMemenuhi Salah SatuPersyaratan MencapaiGelarSarjana S1 Program

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan satu kesatuan ekosistem yang unsur-unsur utamanya terdiri atas sumberdaya alam tanah, air dan vegetasi serta sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya

BAB I PENDAHULUAN. dengan erosi geologi atau geological erosion. Erosi jenis ini tidak berbahaya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumberdaya alam utama yang mempunyai pengaruh besar terhadap kehidupan manusia. Sebagai sumberdaya yang banyak digunakan, tanah dapat mengalami

Lebih terperinci

UNIVERSITAS DIPONEGORO TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR AIDY HUZAINI L2D

UNIVERSITAS DIPONEGORO TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR AIDY HUZAINI L2D UNIVERSITAS DIPONEGORO TINGKAT KEKRITISAN LAHAN DI KECAMATAN GUNUNGPATI KOTA SEMARANG TUGAS AKHIR COVER JUDUL AIDY HUZAINI L2D 006 004 FAKULTAS TEKNIK JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA SEMARANG JANUARI

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembangunan secara umum diartikan sebagai usaha untuk memajukan kehidupan masyarakat dan warganya. Seringkali kemajuan yang dimaksud terutama adalah kemajuan

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 SERI E PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 13 TAHUN 2004 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KOTA SEMARANG BAGIAN WILAYAH KOTA VIII (KECAMATAN

Lebih terperinci

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 37 TAHUN 2012 TENTANG PENGELOLAAN DAERAH ALIRAN SUNGAI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : a. bahwa sesuai ketentuan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah suatu wilayah daratan yang secara topografi dibatasi oleh punggung-punggung gunung yang menampung air hujan kemudian mengalirkan

Lebih terperinci

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG

OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG OPINI MASYARAKAT TERHADAP PROGRAM PENGELOLAAN SUNGAI DI DAERAH HILIR SUNGAI BERINGIN KOTA SEMARANG (Studi Kasus: Kelurahan Mangunharjo dan Kelurahan Mangkang Wetan) T U G A S A K H I R Oleh : LYSA DEWI

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak dan Luas DAS/ Sub DAS Stasiun Pengamatan Arus Sungai (SPAS) yang dijadikan objek penelitian adalah Stasiun Pengamatan Jedong yang terletak di titik 7 59

Lebih terperinci

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Konservasi Lahan Sub DAS Lesti Erni Yulianti PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG Erni Yulianti Dosen Teknik Pengairan FTSP ITN

Lebih terperinci

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN

KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN 39 KONDISI UMUM WILAYAH PENELITIAN Letak Geografis dan Administrasi Kabupaten Deli Serdang merupakan bagian dari wilayah Propinsi Sumatera Utara dan secara geografis Kabupaten ini terletak pada 2º 57-3º

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN I-1

BAB I PENDAHULUAN I-1 I-1 BAB I 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) Pemali merupakan bagian dari Satuan Wilayah Sungai (SWS) Pemali-Comal yang secara administratif berada di wilayah Kabupaten Brebes Provinsi Jawa

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Kabupaten Magelang merupakan salah satu kabupaten yang berada di provinsi Jawa Tengah yang berbatasan dengan beberapa kota dan kabupaten seperti Kabupaten

Lebih terperinci

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini Abstract Key words PENDAHULUAN Air merupakan sumberdaya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perkembangan wilayah di Indonesia menunjukkan pertumbuhan yang sangat pesat pada dua dekade belakangan ini. Pesatnya pembangunan di Indonesia berkaitan dengan dua

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998)

BAB I PENDAHULUAN. Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Adapun pengertian dari FAO (1976) yang dikutip oleh Sitorus (1998) 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah yaitu : Menurut FAO (dalam Arsyad 1989:206) mengenai pengertian lahan, Lahan diartikan sebagai lingkungan fisik yang terdiri atas iklim, relief, tanah, air,

Lebih terperinci

SAMBUTAN KATA PENGANTAR

SAMBUTAN KATA PENGANTAR SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KOTA SEMARANG Assalamu alaikum Wr. Wb. Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT dengan telah diterbitkannya BUKU KECAMATAN GUNUNGPATI DALAM ANGKA TAHUN 2010 yang merupakan hasil

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1)

BAB I PENDAHULUAN. 9 Tubuh Air Jumlah Sumber : Risdiyanto dkk. (2009, hlm.1) A. Latar Belakang Penelitian BAB I PENDAHULUAN Sub Daerah Aliran Sungai (Sub DAS) Cisangkuy merupakan bagian dari Daerah Aliran Sungai (DAS) Citarum hulu yang terletak di Kabupaten Bandung, Sub DAS ini

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1. Letak dan luas wilayah Sub DAS Keduang Sub DAS Keduang daerah hulu DAS Bengawan Solo, secara administratif masuk ke dalam wilayah Kabupaten Wonogiri, Propinsi Jawa

Lebih terperinci

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU

PETA SUNGAI PADA DAS BEKASI HULU KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Sub DAS pada DAS Bekasi Hulu Berdasarkan pola aliran sungai, DAS Bekasi Hulu terdiri dari dua Sub-DAS yaitu DAS Cikeas dan DAS Cileungsi. Penentuan batas hilir dari DAS Bekasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG NOMOR 12 TAHUN 2000 SERI D NO. 12 PERATURAN DAERAH KOTAMADYA DAERAH TINGKAT II SEMARANG NOMOR 9 TAHUN 1999 TENTANG RENCANA DETAIL TATA RUANG KOTA (RDTRK) KOTAMADYA DAERAH

Lebih terperinci

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Administrasi GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 26 Administrasi Kabupaten Sukabumi berada di wilayah Propinsi Jawa Barat. Secara geografis terletak diantara 6 o 57`-7 o 25` Lintang Selatan dan 106 o 49` - 107 o 00` Bujur

Lebih terperinci

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Analisis Data. B. Data Hujan BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Data yang digunakan dalam penyusunan Tugas Akhir ini merupakan data sekunder. Data-data yang diperlukan antara lain, data hujan, peta daerah tangkapan air, peta

Lebih terperinci

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN Luas dan Letak Wilayah Kota Sintang memiliki luas 4.587 Ha yang terdiri dari 3 Bagian Wilayah Kota (BWK) sesuai dengan pembagian aliran Sungai Kapuas dan Sungai Melawi. Pertama,

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Bantul terletak pada Lintang Selatan dan 110 IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Deskripsi Daerah Daerah hulu dan hilir dalam penelitian ini adalah Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul. Secara geografis Kabupaten Sleman terletak pada 110 33 00

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM WILAYAH

KEADAAN UMUM WILAYAH 40 IV. KEADAAN UMUM WILAYAH 4.1 Biofisik Kawasan 4.1.1 Letak dan Luas Kabupaten Murung Raya memiliki luas 23.700 Km 2, secara geografis terletak di koordinat 113 o 20 115 o 55 BT dan antara 0 o 53 48 0

Lebih terperinci

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 )

Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) 8 Tabel 3 Kecamatan dan luas wilayah di Kota Semarang (km 2 ) (Sumber: Bapeda Kota Semarang 2010) 4.1.2 Iklim Berdasarkan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMD) Kota Semarang tahun 2010-2015, Kota

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung.

IV. GAMBARAN UMUM. Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. IV. GAMBARAN UMUM A. Kondisi Umum Kabupaten Lampung Tengah Kabupaten Lampung Tengah adalah salah satu Kabupaten di Provinsi Lampung. Luas wilayah Kabupaten Lampung Tengah sebesar 13,57 % dari Total Luas

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa

V. GAMBARAN UMUM. 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang. Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa V. GAMBARAN UMUM 5.1 Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Karawang Kabupaten Karawang merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Jawa Barat. Secara geografis, wilayah Kabupaten Karawang terletak antara 107

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 15 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Sub DAS Model DAS Mikro (MDM) Barek Kisi berada di wilayah Kabupaten Blitar dan termasuk ke dalam Sub DAS Lahar. Lokasi ini terletak antara 7 59 46 LS

Lebih terperinci

BAB III TINJAUAN WILAYAH

BAB III TINJAUAN WILAYAH BAB III TINJAUAN WILAYAH 3.1. TINJAUAN UMUM DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Pembagian wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) secara administratif yaitu sebagai berikut. a. Kota Yogyakarta b. Kabupaten Sleman

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan.

BAB I PENDAHULUAN. penggunaan lahan untuk pembangunan berbagai sektor berbasis lahan. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pengguna lahan maupun penentu kebijakan di Indonesia dihadapkan pada tantangan agar pembangunan di berbagai bidang dapat terus dilakukan, dengan tanpa mengorbankan

Lebih terperinci

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 5.1. Karakteristik Wilayah Kabupaten Banjarnegara termasuk dalam wilayah Propinsi Jawa Tengah dengan luas wilayah seluas 106.971,01 Ha dengan pusat pemerintahan Kab.

Lebih terperinci

commit to user BAB I PENDAHULUAN

commit to user BAB I PENDAHULUAN 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Sumberdaya alam merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari suatu ekosistem, yaitu lingkungan tempat berlangsungnya hubungan timbal balik antara makhluk hidup yang

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN. Oleh Yudo Asmoro, Abstrak DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) WALANAE, SULAWESI SELATAN Oleh Yudo Asmoro, 0606071922 Abstrak Tujuan dari tulisan ini adalah untuk melihat pengaruh fisik dan sosial dalam mempengaruhi suatu daerah aliran sungai.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Proses erosi karena kegiatan manusia kebanyakan disebabkan oleh BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Erosi merupakan proses penghancuran dan pengangkutan partikel-partikel tanah oleh tenaga erosi (presipitasi, angin) (Kusumandari, 2011). Erosi secara umum dapat disebabkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Terjadinya bencana banjir, longsor dan kekeringan yang mendera Indonesia selama ini mengindikasikan telah terjadi kerusakan lingkungan, terutama penurunan daya dukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Daerah Aliran Sungai (DAS) Biru terletak di Kabupaten Wonogiri, tepatnya di Kecamatan Purwantoro dan Kecamatan Bulukerto. Lokasinya terletak di bagian lereng

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) merupakan kesatuan hidrologi yang kompleks dan terdiri dari berbagai komponen. Komponen-komponen tersebut terdiri atas manusia, iklim, tanah,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sumberdaya alam yang terdapat di suatu wilayah pada dasarnya merupakan modal dasar bagi pembangunan yang perlu digali dan dimanfaatkan secara tepat dengan

Lebih terperinci

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Analisis karakteristik DTA(Daerah Tangkapan Air ) Opak 1. Luas DTA (Daerah Tangkapan Air) Opak Dari hasil pengukuran menggunakan aplikasi ArcGis 10.1 menunjukan bahwa luas

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Berdasarkan hasil evaluasi komoditas pertanian pangan di kawasan budiddaya di Kecamatan Pasirjambu, analisis evaluasi RTRW Kabupaten Bandung terhadap sebaran jenis pertanian

Lebih terperinci

HASIL DAN PEMBAHASAN

HASIL DAN PEMBAHASAN IV. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Kondisi Umum Daerah aliran sungai (DAS) Cilamaya secara geografis terletak pada 107 0 31 107 0 41 BT dan 06 0 12-06 0 44 LS. Sub DAS Cilamaya mempunyai luas sebesar ± 33591.29

Lebih terperinci

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS) Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten Polewali Mandar BAB II PROFIL WILAYAH KAJIAN Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh dan partisipatif untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan daerah yang berfungsi sebagai daerah resapan, daerah penyimpanan air, penampung air hujan dan pengaliran air. Yaitu daerah dimana

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 26 BAB IV KONDISI UMUM LOKASI 4.1 Kota Yogyakarta (Daerah Istimewa Yogyakarta 4.1.1 Letak Geografis dan Administrasi Secara geografis DI. Yogyakarta terletak antara 7º 30' - 8º 15' lintang selatan dan

Lebih terperinci

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi

BAB 5 PENUTUP 5.1 Temuan Studi BAB 5 PENUTUP Bab penutup ini akan memaparkan temuan-temuan studi yang selanjutnya akan ditarik kesimpulan dan dijadikan masukan dalam pemberian rekomendasi penataan ruang kawasan lindung dan resapan air

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di

BAB I PENDAHULUAN. merupakan bencana banjir dan longsor (Fadli, 2009). Indonesia yang berada di BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Bencana longsor merupakan salah satu bencana alam yang sering terjadi di Indonesia. Potensi longsor di Indonesia sejak tahun 1998 hingga pertengahan 2008, tercatat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) merupakan suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan,

Lebih terperinci

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis Kabupaten Bengkalis merupakan salah satu kabupaten di Provinsi Riau. Wilayahnya mencakup daratan bagian pesisir timur Pulau Sumatera dan wilayah kepulauan,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN LATAR BELAKANG BAB I PENDAHULUAN I.1. LATAR BELAKANG Pertumbuhan penduduk kota yang semakin pesat saat ini harus dapat berjalan seiring dengan peningkatan usaha pemenuhan kebutuhan hidup pnduduk kota itu sendiri. Perumahan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan

BAB I PENDAHULUAN. yang sebenarnya sudah tidak sesuai untuk budidaya pertanian. Pemanfaatan dan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sumberdaya lahan merupakan tumpuan kehidupan manusia dalam pemenuhan kebutuhan pokok pangan dan kenyamanan lingkungan. Jumlah penduduk yang terus berkembang sementara

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Wilayah Letak dan Batas Letak suatu wilayah adalah lokasi atau posisi suatu tempat yang terdapat di permukaan bumi. Letak suatu wilayah merupakan faktor yang sangat

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra

BAB I PENDAHULUAN Analisis Situasi Mitra BAB I PENDAHULUAN 1.1. Analisis Situasi Mitra Kawasan perumahan di RT 3 RW 20 dengan RW 22 Desa Sumbersari Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember adalah suatu kawasan perumahan yang perbedaan elevasinya

Lebih terperinci

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K

2012, No.62 2 Mengingat : 1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang K LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA No.62, 2012 LINGKUNGAN HIDUP. Pengelolaan. Daerah Aliran Sungai. Pelaksanaan. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5292) PERATURAN PEMERINTAH

Lebih terperinci

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN GUNUNGPATI

PETA ADMINISTRASI KECAMATAN GUNUNGPATI PETA ADMINISTRASI KECAMATAN GUNUNGPATI SAMBUTAN KEPALA BAPPEDA KOTA SEMARANG Assalamu alaikum Wr. Wb. Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, kami menyambut dengan gembira atas terbitnya

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan

BAB I PENDAHULUAN. Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Air merupakan sumber daya yang sangat penting untuk kehidupan makhluk hidup khususnya manusia, antara lain untuk kebutuhan rumah tangga, pertanian, industri dan tenaga

Lebih terperinci

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Perubahan kondisi hidrologi DAS sebagai dampak perluasan lahan kawasan budidaya yang tidak terkendali tanpa memperhatikan kaidah-kaidah konservasi tanah dan air seringkali

Lebih terperinci

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan

Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan Tema : Ketidaksesuaian Penggunaan Lahan 3 Nilai Tanah : a. Ricardian Rent (mencakup sifat kualitas dr tanah) b. Locational Rent (mencakup lokasi relatif dr tanah) c. Environmental Rent (mencakup sifat

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH

BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH BAB 3 GAMBARAN UMUM WILAYAH Bab ini akan memberikan gambaran wilayah studi yang diambil yaitu meliputi batas wilayah DAS Ciliwung Bagian Hulu, kondisi fisik DAS, keadaan sosial dan ekonomi penduduk, serta

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Manusia dan lingkungan memiliki hubungan yang tidak dapat terpisahkan. Manusia sangat bergantung pada lingkungan yang memberikan sumberdaya alam untuk tetap bertahan

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung

BAB 1 PENDAHULUAN. tidak semua kerusakan alam akibat dari ulah manusia. yang berbentuk menyerupai cekungan karena dikelilingi oleh lima gunung 1 BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tanah dan air merupakan sumber daya yang paling banyak dimanfaatkan oleh manusia. Tanah menjadi media utama manusia mendapatkan pangan, sandang, papan, tambang, dan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep

BAB I PENDAHULUAN. menduduki peringkat 8 perkiraan laju pertumbuhan penduduk dengan. mewujudkan keluarga kecil yang sehat dan sejahtera melalui konsep BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara-negara ASEAN pertumbuhan penduduknya masih tinggi. Singapura satu-satunya negara maju di ASEAN memiliki perkiraan laju pertumbuhan penduduk 2,6%, Myanmar negara

Lebih terperinci

KECAMATAN GUNUNGPATI DALAM ANGKA 205 Kecamatan Gunungpati Dalam Angka 205 ISBN : No. Publikasi: Katalog BPS : 0200.3374.020 Jumlah Halaman : v + 77 halaman Naskah/ Editor : KSK Kecamatan Gunungpati Gambar

Lebih terperinci

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah)

STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) JURNAL ILMU LINGKUNGAN Volume 9, Issue 2: 57-61 (2011) ISSN 1829-8907 STUDI IDENTIFIKASI PENGELOLAAN LAHAN BERDASAR TINGKAT BAHAYA EROSI (TBE) (Studi Kasus Di Sub Das Sani, Das Juwana, Jawa Tengah) Rathna

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 5.1 Kesimpulan Perencanaan pengembangan drainase di wilayah Kota Batam khususnya di Kecamatan Batam Kota sangatlah kompleks. Banyak sekali faktor yang harus dipertimbangkan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo

BAB I PENDAHULUAN. Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Daerah aliran sungai (DAS) Garang merupakan DAS yang terletak di Provinsi Jawah Tengah. DAS Garang terdiri dari tiga Sub DAS yaitu Kripik, Kreo dan Garang, berhulu

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas

BAB I PENDAHULUAN. Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas 1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lahan adalah bagian dari sumber daya alam yang makin terbatas ketersediaannya. Seperti sumber daya alam lainnya, lahan merupakan salah satu objek pemenuhan

Lebih terperinci

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu

sumber daya lahan dengan usaha konservasi tanah dan air. Namun, masih perlu ditingkatkan intensitasnya, terutama pada daerah aliran sungai hulu BAB I PENDAHULUAN Pembangunan pertanian merupakan bagian integral daripada pembangunan nasional yang bertujuan mewujudkan masyarakat Indonesia yang adil dan makmur (Ditjen Tanaman Pangan, 1989). Agar pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Daerah Aliran Sungai (DAS) berfungsi sebagai penampung air hujan, daerah resapan, daerah penyimpanan air, penangkap air hujan dan pengaliran air. Wilayahnya meliputi

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai

BAB I PENDAHULUAN. dalam Siswanto (2006) mendefinisikan sumberdaya lahan (land resource) sebagai A. Latar Belakang Masalah BAB I PENDAHULUAN Sumberdaya lahan merupakan suatu sumberdaya alam yang sangat penting bagi mahluk hidup, dengan tanah yang menduduki lapisan atas permukaan bumi yang tersusun

Lebih terperinci

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN

KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN KEADAAN UMUM DAERAH PENELITIAN Administrasi Kabupaten Garut terletak di Provinsi Jawa Barat bagian Selatan pada koordinat 6º56'49'' - 7 º45'00'' Lintang Selatan dan 107º25'8'' - 108º7'30'' Bujur Timur

Lebih terperinci

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN

IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 92 IV. ANALISIS SITUASIONAL DAERAH PENELITIAN 4.1. Kota Bekasi dalam Kebijakan Tata Makro Analisis situasional daerah penelitian diperlukan untuk mengkaji perkembangan kebijakan tata ruang kota yang terjadi

Lebih terperinci

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D

KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR. Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D KINERJA PENGENDALIAN PEMANFAATAN LAHAN RAWA DI KOTA PALEMBANG TUGAS AKHIR Oleh: ENDANG FEBRIANA L2D 306 007 JURUSAN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2008 ABSTRAK

Lebih terperinci

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27" Lintang Selatan dan 110º12'34" - 110º31'08" Bujur Timur. Di

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Letak Geografis. 08º00'27 Lintang Selatan dan 110º12'34 - 110º31'08 Bujur Timur. Di IV. KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI A. Letak Geografis Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta mempunyai lima Kabupaten dan satu Kotamadya, salah satu kabupaten tersebut adalah Kabupaten Bantul. Secara geografis,

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pemanfaatan sumber daya alam yang semakin meningkat tanpa memperhitungkan kemampuan lingkungan telah menimbulkan berbagai masalah. Salah satu masalah lingkungan di

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi

IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Administrasi IV. KONDISI UMUM 4.1 Kondisi Fisik 4.1.1 Wilayah Administrasi Kota Bandung merupakan Ibukota Propinsi Jawa Barat. Kota Bandung terletak pada 6 o 49 58 hingga 6 o 58 38 Lintang Selatan dan 107 o 32 32 hingga

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang yang dibutuhkan manusia, dengan cara budidaya usaha tani. Namun pertumbuhan manusia dan

Lebih terperinci

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec

28 antara 20º C 36,2º C, serta kecepatan angin rata-rata 5,5 knot. Persentase penyinaran matahari berkisar antara 21% - 89%. Berdasarkan data yang tec BAB III KONDISI UMUM LOKASI Lokasi penelitian bertempat di Kabupaten Banjar, Kabupaten Barito Kuala, Kabupaten Kota Banjarbaru, Kabupaten Kota Banjarmasin, dan Kabupaten Tanah Laut, Provinsi Kalimantan

Lebih terperinci

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR

4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4 GAMBARAN UMUM KABUPATEN BLITAR 4.1 Kondisi Fisik Wilayah Beberapa gambaran umum dari kondisi fisik Kabupaten Blitar yang merupakan wilayah studi adalah kondisi geografis, kondisi topografi, dan iklim.

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500

BAB I PENDAHULUAN. keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Kawasan Dieng merupakan salah satu kawasan penting dalam menyangga keseimbangan ekosistem di Pulau Jawa. Dieng berada di ketinggian antara 1500 sampai dengan 2093

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan

BAB I PENDAHULUAN. dan binatang), yang berada di atas dan bawah wilayah tersebut. Lahan BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lahan merupakan suatu wilayah di permukaan bumi yang meliputi semua benda penyusun biosfer (atmosfer, tanah dan batuan induk, topografi, air, tumbuhtumbuhan dan binatang),

Lebih terperinci

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN 43 IV. KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Geografis 1. Letak dan Batas Wilayah Kabupaten Kudus secara geografis terletak antara 110º 36 dan 110 o 50 BT serta 6 o 51 dan 7 o 16 LS. Kabupaten Kudus

Lebih terperinci

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran.

BAB IV KONDISI UMUM. Gambar 3 Peta Lokasi Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran. 25 BAB IV KONDISI UMUM 4.1 Letak dan Luas Sub-sub DAS Keyang, Slahung, dan Tempuran (KST) terletak di Sub DAS Kali Madiun Hulu. Secara geografis Sub-sub DAS KST berada di antara 7º 48 14,1 8º 05 04,3 LS

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya

BAB I PENDAHULUAN. khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya BAB I PENDAHULUAN I.1 Latar Belakang Kota Tanggerang setiap tahunnya mengalami permasalahan bencana banjir, khusunya di kawasan perumahan Pondok Arum, meskipun berbagai upaya penanganan telah dilakukan.

Lebih terperinci

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN IV.1 Hasil dan Analisis Peta Ancaman Bencana Tanah Longsor Pembuatan peta ancaman bencana tanah longsor Kota Semarang dilakukan pada tahun 2014. Dengan menggunakan data-data

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. akan mempengaruhi produksi pertanian (Direktorat Pengelolaan Air, 2010). BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang Masalah Air merupakan salah satu komponen penting untuk kehidupan semua makhluk hidup di bumi. Air juga merupakan kebutuhan dasar manusia yang digunakan untuk kebutuhan

Lebih terperinci

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Air merupakan sumber kehidupan bagi manusia. Dalam melaksanakan kegiatannya, manusia selalu membutuhkan air bahkan untuk beberapa kegiatan air merupakan sumber utama.

Lebih terperinci

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH

DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) TUNTANG, PROPINSI JAWA TENGAH Oleh : Sri Harjanti W, 0606071834 PENDAHULUAN Daerah aliran sungai (DAS) merupakan suatu kesatuan wilayah tata air dan ekosistem yang di dalamnya

Lebih terperinci

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN BAB V KESIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil penelitian dan analisis mengenai Potensi Pengembangan Produksi Ubi Jalar (Ipomea batatas L.)di Kecamatan Cilimus Kabupaten. Maka sebagai bab akhir pada tulisan

Lebih terperinci

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu.

Gambar 2 Peta administrasi DAS Cisadane segmen hulu. 25 IV. KONDISI UMUM 4.1 Letak dan luas DAS Cisadane segmen Hulu Daerah Aliran Sungai (DAS) Cisadane secara keseluruhan terletak antara 106º17-107º BT dan 6º02-6º54 LS. DAS Cisadane segmen hulu berdasarkan

Lebih terperinci

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG

ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG ANALISIS KESESUAIAN UNTUK LAHAN PERMUKIMAN KOTA MALANG Oleh : Muhammad 3615100007 Friska Hadi N. 3615100010 Muhammad Luthfi H. 3615100024 Dini Rizki Rokhmawati 3615100026 Klara Hay 3615100704 Jurusan Perencanaan

Lebih terperinci

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN A. Keadaan Umum Kabupaten Lampung Selatan 1. Keadaan Geografi Wilayah Kabupaten Lampung Selatan terletak antara 105,14 sampai dengan 105,45 Bujur Timur dan 5,15 sampai

Lebih terperinci

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara maritim yang lautannya lebih luas daripada daratan. Luas lautan Indonesia 2/3 dari luas Indonesia. Daratan Indonesia subur dengan didukung

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia memiliki peran penting terhadap suatu Daerah Aliran Sungai (DAS). Setiap aktivitas yang dilakukan manusia sangat berpengaruh terhadap DAS, baik secara langsung

Lebih terperinci

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kota merupakan wilayah yang didominasi oleh permukiman, perdagangan, dan jasa. Perkembangan dan pertumbuhan fisik suatu kota dipengaruhi oleh pertambahan penduduk,

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Konservasi sumber daya air merupakan salah satu pilar pengelolaan sumber daya air sebagaimana tertuang dalam Permen PUPR No. 10/PRT/M/2015. Konservasi sumber daya

Lebih terperinci