Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan

dokumen-dokumen yang mirip
Latar Belakang Kualitas ikan buruk pada saat sampai di tempat pelelangan, sehingga harga jual rendah, Kapal-kapal kecil yang di operasikan oleh nelaya

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Memanfaatkan Uap Es Kering

Studi Penggunaan Ampas Tebu Sebagai Material Inti (Core) Oleh : Windu Setiawan

Modifikasi Coolbox Dengan Insulasi Pendinginan Freon Pada Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

Modifikasi Coolbox Dengan Insulasi Pendinginan Freon Pada Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional

Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

PEMBUATAN PETI/PALKA BERINSULASI

Study Penggunaan Bambu Sebagai Material Alternative Pembuatan Kapal Kayu dengan Metode Wooden Ship Planking System

BIDANG STUDI INDUSTRI PERKAPALAN JURUSAN TEKNIK PERKAPALAN FAKULTAS TEKNOLOGI KELAUTAN INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMIS VARIASI JENIS BAMBU SEBAGAI BAHAN LAMINASI UNTUK PEMBUATAN KAPAL IKAN

BAB III PENGUJIAN SIFAT MEKANIK MATERIAL

ANALISISTEKNISDAN EKONOMIS PEMBUATAN BAMBU LAMINASI IKAN TRADISIONAL

Analisis Teknis dan Ekonomis Pemilihan Bilah Laminasi Bambu Berdasarkan Lokasi Potong Sebagai Alternatif Pengganti Kayu Dalam Pembuatan Lambung Kapal

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: ( Print) 1

Studi Teknis Ekonomis Pengaruh Variasi Sambungan Terhadap Kekuatan Konstruksi Lunas, Gading dan Balok Geladak Berbahan Bambu Laminasi

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi karet alam dunia 8,307 juta ton. Diprediksi produk karet alam

I.PENDAHULUAN. sehingga sifat-sifat mekaniknya lebih kuat, kaku, tangguh, dan lebih kokoh bila. dibandingkan dengan tanpa serat penguat.

JUDUL TUGAS AKHIR STUDI PERLAKUAN ALKALI TERHADAP SIFAT MEKANIK KOMPOSIT POLIESTER SERAT RAMI

STUDI PENGGUNAAN EKSTRAK BAHAN ALAMI SEBAGAI INHIBITOR KOROSI PADA CAT UTUK PELAT KAPAL A36

Pemanfaatan Limbah Sekam Padi Menjadi Briket Sebagai Sumber Energi Alternatif dengan Proses Karbonisasi dan Non-Karbonisasi

Analisis Perbandingan Perhitungan Teknis Dan Ekonomis Kapal Kayu Pelayaran Rakyat Menggunakan Regulasi BKI Dan Tradisional

Desain Sistem Pendingin Ruang Muat Kapal Ikan Tradisional Dengan Teknologi Insulasi Vakum

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 1, No. 1(Sept. 2012) ISSN: G-340

III. METODOLOGI PENELITIAN. a. Persiapan dan perlakuan serat ijuk di Laboratorium Material Teknik Jurusan

SABUT KELAPA SEBAGAI ALTERNATIF MATERIAL BANGUNAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian ini dilakukan adalah: 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

Analisis Pengaruh Cooling Rate pada Material ASTM A36 Akibat Kebakaran Kapal Terhadap Nilai Kekuatan, Kekerasan dan Struktur Mikronya

BAB III METODE PENELITIAN. 3 bulan. Tempat pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Program Teknik Mesin,

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

I. PENDAHULUAN. Dewasa ini penggunaan komposit semakin berkembang, baik dari segi

BAB I PENDAHULUAN. penghasil kayu, yang banyak digunakan untuk berbagai keperluan,baik

Analisis Teknis Dan Ekonomis Penggunaan Bambu Ori Dengan Variasi Umur Untuk Pembuatan Kapal Kayu

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 3, No. 2, (2014) ISSN: ( Print) F-266

LAMINASI FIBERGLASS SEBAGAI ALTERNATIF UNTUK MELINDUNGI KONSTRUKSI LAMBUNG KAPAL KAYU

Rancang Bangun Peralatan untuk MeMbuat GadinG kapal BerBahan Laminasi BamBu

Resizing Bangunan Atas Kapal Double Skin Bulk Carrier (DSBC) DWT untuk Mengurangi Biaya Produksi

PEMBUATAN POLA dan CETAKAN HOLDER MESIN UJI IMPAK CHARPY TYPE Hung Ta 8041A MENGGUNAKAN METODE SAND CASTING

III.METODE PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di empat tempat, yaitu sebagai berikut : Laboratorium Material Universitas Lampung.

BAB I PENDAHULUAN 1. 1 Latar Belakang

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2014) ISSN: ( Print) 1

ANALISA TEKNIK DAN EKONOMI PERENCANAAN PEMROSESAN IKAN BEKU UNTUK TPI MALANG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

Analisis Teknis dan Ekonomis Pembangunan Kapal Ikan Menggunakan Laminasi Hybrid Antara Bambu Ori dengan Kayu Sonokembang dengan Variasi Arah Serat

ANALISIS PENGARUH VARIASI UMUR BAMBU SEBAGAI MATERIAL ALTERNATIF PENGGANTI KAYU PADA PEMBUATAN KAPAL KAYU. Dosen Pembimbing : Ir. Heri Supomo, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. Perkembangan teknologi zaman sekarang berkembang sangat cepat dan pesat,

PENGARUH PANJANG SERAT TERHADAP KEAUSAN, KEKUATAN TARIK DAN IMPACT KOMPOSIT SERAT AMPAS TEBU BERMATRIK POLYESTER

I. PENDAHULUAN. alami dan harga serat alam pun lebih murah dibandingkan serat sintetis. Selain

ANALISIS PENGARUH VARIASI FRAKSI VOLUME TERHADAP KEKUATAN TARIK BAHAN KOMPOSIT POLIESTER DENGAN FILLER ALAMI SERABUT KELAPA MERAH

ANALISIS PERANCANGAN TUNGKU PENGECORAN LOGAM (NON-FERO) SEBAGAI SARANA PEMBELAJARAN TEKNIK PENGECORAN

III. METODE PENELITIAN. Tempat pelaksanaan penelitian sebagai berikut: 2. Pengujian kekuatan tarik di Institute Teknologi Bandung (ITB), Jawa Barat.

BAB III METODE PENELITIAN. Diagram alir penelitian ini dapat dilihat pada gambar 3.1 dibawah ini.

METODOLOGI PENELITIAN

III.METODOLOGI PENELITIAN. 1. Persiapan serat dan pembuatan komposit epoxy berpenguat serat ijuk di

BAB III PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA PENELITIAN

PERBAIKAN BETON PASCA PEMBAKARAN DENGAN MENGGUNAKAN LAPISAN MORTAR UTAMA (MU-301) TERHADAP KUAT TEKAN BETON JURNAL TUGAS AKHIR

SEMINAR TUGAS AKHIR. Oleh : Wahyu Kusuma A Pembimbing : Ir. Sarwono, MM Ir. Ronny Dwi Noriyati, M.Kes

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

Pengaruh Moisture Content dan Thermal Shock Terhadap Sifat Mekanik Komposit Hibrid Berbasis Serat Gelas dan Coir (Aplikasi: Blade Turbin Angin)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

STUDI PEMILIHAN JENIS COATING PADA KOMPOSIT BAMBU LAMINASI SEBAGAI MATERIAL LAMBUNG KAPAL

PEMBUATAN BATANG SILINDRIS DENGAN VARIASI UKURAN PARTIKEL SEKAM DARI SEKAM PADI

Prototipe Pembangkit Listrik Tenaga Air Memanfaatkan Teknologi Sistem Pipa Kapiler

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini akan dilaksanakan di dua tempat, yaitu sebagai berikut :

Studi Inovasi Peralatan Steam Wood untuk Membuat Gading Kapal Berbahan Laminasi Bambu

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat mendorong

PENGARUH MOISTURE CONTENT DAN THERMAL SHOCK TERHADAP SIFAT MEKANIK DAN FISIK KOMPOSIT HIBRID BERBASIS SERAT GELAS DAN COIR

TINJAUAN PUSTAKA. perabot rumah tangga, rak, lemari, penyekat dinding, laci, lantai dasar, plafon, dan

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

Studi Eksperimental Kekuatan Bending Material Gigi Tiruan Dari Resin Akrilik Berpenguat Fiber Glass Dengan Variasi Susunan Serat Penguat

JURNAL TEKNIK ITS Vol. 4, No. 1, (2015) ISSN: ( Print) B-80

Studi Eksperimental Efektivitas Penambahan Annular Fins Pada Kolektor Surya Pemanas Air dengan Satu dan Dua Kaca Penutup

Analisa Kekuatan Material Carbon Steel ST41 Pengaruh Preheat dan PWHT Dengan Uji Tarik Dan Micro Etsa

BAB IV PENGEMBANGAN MATERIAL PENYUSUN BLOK REM KOMPOSIT

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan menahan kelembaban, tidak mudah terbakar, tidak. mudah berjamur, tidak berbau dan lain-lain.

BAB I PENDAHULUAN. transportasi lebih baik, tidak hanya pada mesinnya yang irit bahan bakar

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

PRESENTASI TUGAS AKHIR PENGARUH SIFAT MEKANIK TERHADAP PENAMBAHAN BUBBLE GLASS, CHOPPED STRAND MAT DAN WOVEN ROVING PADA KOMPOSIT BENTUK POROS

Pengaruh Variasi Fraksi Volume, Temperatur, Waktu Curing dan Post-Curing Terhadap Karakteristik Tekan Komposit Polyester - Hollow Glass Microspheres

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. pembuatan bambu laminasi untuk rangka sepeda. 3. Perlakuan serat (alkali &bleaching)

Analisa Kebutuhan Tenaga Kerja Terampil untuk Mendukung Peningkatan Produksi Pembangunan Kapal Baru di Galangan- Galangan Kapal di Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. Karet merupakan bahan atau material yang tidak bisa dipisahkan. dari kehidupan manusia, sebagai bahan yang sangat mudah didapat,

Studi Eksperimental Sistem Pengering Tenaga Surya Menggunakan Tipe Greenhouse dengan Kotak Kaca

BAB 1 PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. areal perkebunan kelapa sawit di Indonesia dari tahun seluas 8,91 juta

BAB I PENDAHULUAN. Nanas merupakan salah satu tanaman buah yang banyak. dibudidayakan di daerah tropis dan subtropis. Volume ekspor terbesar

ANALISA PENGARUH KETEBALAN INTI (CORE) TERHADAP KEKUATAN BENDING KOMPOSIT SANDWICH

KAPAL JURNAL ILMU PENGETAHUAN & TEKNOLOGI KELAUTAN

BAB III METODE PENELITIAN

Rancang Bangun Sistem Kontrol Level dan Pressure Steam Generator pada Simulator Mixing Process di Workshop Instrumentasi

PENGUNAAN BAHAN MATRIK SEMEN,GIBSUM, TANAH LIAT TERHADAP PEMANFAATAN SABUT KELAPA SEBAGAI SERAT UNTUK PEMBUATAN PAPAN SERAT SABUT KELAPA

PEMBUATAN KOMPOSIT DARI SERAT SABUT KELAPA DAN POLIPROPILENA. Adriana *) ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN ANALISA

Studi Awal Pembuatan Komposit Papan Serat Berbahan Dasar Ampas Sagu

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. Dalam dunia Teknik Sipil, pengkajian dan penelitian masalah bahan bangunan

BAB 3 RANCANGAN PENELITIAN

LAMPIRAN. 3). 94% Resin, 3% Serat Pelepah Salak, dan 3% Serat Glass. 4). 94% Resin, 4% Serat Pelepah Salak, dan 2% Serat Glass.

III. METODELOGI PENELITIAN. Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Desember 2009 sampai Februari

Transkripsi:

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 1 Analisis Teknis dan Ekonomis Penggunaan Komposit Serabut Kelapa dan Serbuk Pohon Kelapa sebagai Isolasi Kotak Pendingin Ikan pada Kapal Ikan Ridho Idham Hasibuan, Heri Supomo, Soejitno Jurusan Teknik Perkapalan, Fakultas Teknologi Kelautan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 E-mail: herisupomo@na.its.ac.id Abstrak Salah satu kendala yang dihadapi para nelayan tradisional dalam memperoleh keuntungan dari hasil tangkapannya adalah produk tangkapan yang buruk pada saat sampai ditempat pelelangan. Hal tersebut diakibatkan ikan hasil tangkapan dari dalam air yang cepat rusak dan busuk setelah diangkat dari dalam air. Salah satu upaya yang bisa ditempuh oleh para nelayan untuk mempertahankan kesegaran ikan adalah menyimpannya dalam suhu dingin sejak ikan ditangkap. Kelapa merupakan bagian dari kehidupan masyarakat Indonesia, karena semua bagiannya dapat dimanfaatkan. Luas areal perkebunan kelapa Indonesia yaitu ± 3.74 juta hektar dan merupakan yang terluas didunia, 98% diantaranya merupakan perkebunan rakyat.dalam hal ini serat yang digunakan adalah serat dari serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa sebagai bahan isolasi coolbox. Metode pembuatan spesimen uji dilakukan dengan cara, pembuatan spesimen dari serat serabut kelapa, serbuk pohon kelapa, dan kombinasi antara serat serabut dan serbuk pohon kelapa. Dari hasil perhitungan yang telah dilakukan didapatkan nilai konduktifitas thermal dari ketiga bahan, yakni serat serabut kelapa, serbuk pohon kelapa, dan kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa, masing-masing nilai k nya adalah, 0.4285 btu/h.ft 0 F, 1.2245btu/h.ft 0 F, 0.6513btu/h.ft 0 F. Ketiga bahan belum memenuhi syarat sebagai isolator kotak pendingin. Dari data volume ruang muat untuk kapal berukuran 30GT, didapatkan berat beban pendingin sebesar 9.6 ton, sedangkan massa es yang dibutuhkan untuk mengatasi beban pendingin tersebut adalah 4.653 ton. Biaya pembuatan coolbox sebesar Rp.446.700, lebih mahal dari bahan lain. Kata kunci Bahan isolator, Cooler box, Konduktifitas thermal, Serat serabut kelapa, Serbuk pohon kelapa S I. PENDAHULUAN AAT ini adalah era pengembangan material yang ramah lingkungan.berbicara tentang pengembangan material, maka teknologi komposit yang mengalami kemajuan paling pesat. Perkembangan material komposit saat ini tidak hanya dari komposit sintesis, akan tetapi juga mengarah ke komposit natural. Hal ini dikarenakan keistimewaan sifatnya yang terbarukan dan ramah lingkungan. Bahan isolasi yang biasanya digunakan oleh sebagian besar nelayan adalah sterofoam. Namun penggunaan sterofoam ini masih belum maksimal hasilnya, hal ini disebabkan panas yang berasal dari luar palka atau coolbox masih dapat menerobos masuk ke dalam sehingga es pun lebih mudah mencair [1]. Fiberglass merupakan isolator yang baik namun bahan ini juga mempunyai sisi negatif. Serat kaca (matte) yang merupakan bahan pembuatan fiberglass bisa menyebabkan gatal jika bersentuhan dengan kulit. Selain itu karena terbuat dari bahan kimia, serat kaca sukar terdegradasi secara alami, kalaupun didaur ulang secara mekanik, akan menghasilkan gas CO dan debu yang berbahaya untuk kesehatan. Sebenarnya untuk mendapatkan coolbox yang baik memang sudah disediakan dipasaran, namun jika ditinjau dari segi harga masih belum cocok untuk kantong para nelayan tradisional. Luas areal perkebunan kelapa Indonesia yaitu ±3.74 juta hektar dan merupakan yang terluas didunia, 98% diantaranya merupakan perkebunan rakyat [2]. Oleh karena itulah dalam penulisan tugas akhir ini akan dilakukan percobaan terhadap penggunaan serat alami, yaitu kombinasi serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa sebagai isolasi kotak pendingin ikan pada kapal ikan. II. METODOLOGI PENELITIAN Pengerjaan dimulai dengan Pembuatan spesimen uji, yakni berbentuk silinder dengan ukuran p=5cm, dan d=4cm. Langkah pertama, yaitu membuat serat serabut kelapa, selanjutnya membuat serbuk pohon kelapa. Kemudian buat cetakan dengan menggunakan karton sesuai ukuran spesimen uji, dan beri pembatas jika spesimen yang dibuat merupakan kombinasi antara serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa. Setelah itu lem epoxy di aduk, antara resin dan hardnernya dengan perbandingan 1:1, lalu tuangkan serbuk pohon kelapa kedalam adukan lem tersebut. Kemudian hasil adukan tadi dimasukkan kedalam cetakan, sambil di press agar padat, lalu dibakar diatas perapian ±10 menit, agar lem cepat kering. Setelah kering maka bahan selanjutnya dapat dimasukkan kedalam cetakan seperti metode diatas. Hasil pembuatan spesimen uji dapat dilihat seperti gambar 1 dibawah ini.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 2 Gambar 1: Pembuatan spesimen uji Setelah spesimen uji dibuat, maka selanjutnya dapat dilakukan pengujian konduktifitas thermal. Proses pembuatan kotak pendingin ikan berbahan kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa adalah sebagai berikut : 1. Buat kotak dengan ukuran 500mmx500mmx500mm dengan menggunakan plywood yang memiliki ketebalan 2 mm. 2. Siapkan serat serabut kelapa yang sudah di semprot latex dan di press dengan tebal = 20 mm, panjang = 500mm, lebar = 500mm, sebanyak 6 lembar, 3. Selanjutnya buat serbuk pohon kelapa berukuran panjang = 500mm, lebar =500 mm, tebal = 1 cm, sebanyak 12 lembar. Proses pembuatan lembaran serbuk ini sama seperti proses pembuatan spesimen uji, hanya dalam pembuatan kotak pendingin ikan ini bentuknya persegi 4. Setelah serbuk yang telah dicetak kering, selanjutnya kombinasikan serbuk dengan serabut pohon kelapa, dengan ketentuan serbuk dengan ketebalan 1 cm, lalu serabut kelapa 2cm, selanjutnya ditutup serbuk lagi dengan ketebalan 1 cm. Kedua bahan tersebut disatukan dengan menggunakan lem epoxy, 5. Selanjutnya setelah kedua bahan dikombinasikan, maka ditutup kembali dengan menggunakan plywood dengan ketebalan 2 mm 6. Setelah itu dilakukan pengepressan terhadap sisi kotak pendingin yang telah dibuat, 7. Langkah selanjutnya yaitu melakukan hal yang sama seperti cara diatas untuk pembuatan sisi-sisi lainnya, 8. Untuk finishing, kotak dilapisi dengan menggunakan lem epoxy dan cat, untuk menghindari kebocoran dan memperindah warna kotak pendingin. mengetahahui berapa nilai dari konduktifitas thermal bahan, yaitu serat serabut kelapa, serbuk pohon kelapa, serta kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa. sehingga nantinya dapat diketahui apakah bahan ini bisa dikategorikan sebagai bahan isolasi yang baik atau tidak baik. Nilai konduktifitas thermal yang diizinkan untuk bahan isolasi yaitu 0.02-0.12 btu/h.ft 0 F Dari hasil percobaan yang telah dilakukan di dapatkan data sebagai berikut : Serbuk Pohon Kelapa Dari hasil pengujian didapat data temperature berdasarkan set point seperti dibawah : Tabel 1: Hasil pengujian serbuk pohon kelapa dalam 0 C Spesimen Serbuk pohon kelapa Set Point Thermo control Dari table 1 diatas, pengurangan temperature spesimen uji yang terkecil adalah pada set point 25 0 C yaitu 2.1 0 C sedangkan pengurangan temperature terbesar yaitu pada set point 125 0 C yakni 34.9 0 C. Adapun T1 dan T2 merupakan temperature bahan penghantar (logam), T3 dan T4 merupakan temperature yang masuk ke spesimen uji, dan T5 dan T6 merupakan temperature bahan penghantar. Hasil Kserbuk untuk beberapa set point diatas dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2: Nilai k serbuk pohon kelapa Temperature Nilai k (W/m.k) Temperature tiap titik T1 0 C T2 0 C T3 0 C T4 0 C T5 0 C T6 0 C 25 0 C 32.9 32.8 29.9 27.8 27.1 27 45 0 C 41.4 41.3 33.3 28.1 27.2 27 65 0 C 56.2 56.1 40.4 29.2 27.4 27.2 75 0 C 69.2 69.1 46.9 30.2 27.2 27.1 100 0 C 85.5 85.4 55.2 31.6 27.7 27.3 125 0 C 109.5 109.4 68.2 33.3 27.5 27.4 25 0 6.841836735 45 0 2.757211538 65 0 1.275414541 75 0 0.853977759 100 0 0.600847458 125 0 0.403847728 Gambar 2: kotak pendingin ikan III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Konduktifitas thermal k average = 2.122189293 Dari hasil nilai konduktifitas tiap set point diatas dapat digambarkan seperti grafik dibawah ini : Data yang diperoleh dari hasil pengujian konduktifitas thermal selanjutnya di analisis untuk

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 3 Dari hasil nilai konduktifitas tiap set point diatas dapat digambarkan seperti grafik dibawah ini : Gambar 3: Grafik Konduktifitas thermal serbuk Pohon kelapa Dari gambar 3 terlihat bahwa nilai k serbuk pohon kelapa dari set point 25 0 C sampai 125 0 C terus menurun. Serat Serabut Kelapa Dari hasil pengujian didapat data temperature spesimen serat serabut kelapa berdasarkan set point seperti dibawah : Tabel 3: Hasil pengujian serat serabut kelapa dalam 0 C Spesimen Serbuk pohon kelapa Set Point Thermoc ontrol Berdasarkan table 3, pengurangan temperature spesimen uji yang terkecil yaitu pada set point 25 0 C yaitu 7.4 0 C, sedangkan yang terbesar yaitu pada set point 125 0 C yaitu 72.9 0 C.Hasil Kserabut untuk beberapa set point diatas dapat dilihat pada tabel 4. Tabel 4: Nilai k serat serabut kelapa Temperature Nilai k (W/m.k) 25 0 1.940396 45 0 1.001099 65 0 0.606809 75 0 0.420118 100 0 0.294818 125 0 0.192593 k average = 0.742639 Temperature tiap titik T1 0 C T2 0 C T3 0 C T4 0 C T5 0 C T6 0 C 25 0 C 35.4 35.3 33.8 26.4 27.7 27.4 45 0 C 47.5 47.4 42.9 28.6 27.8 27.5 65 0 C 63.1 63 52.6 29.1 28 27.7 75 0 C 79.9 79.8 66.5 32.7 28.1 27.8 100 0 C 101.8 101.7 82.7 34.8 28.2 27.8 125 0 C 124.7 124.6 108.8 35.9 28.4 27.9 Gambar 4: Grafik Konduktifitas thermal serat serabut kelapa Kombinasi Serat Serabut dan Serbuk Pohon Kelapa Dari hasil pengujian didapat data temperature spesimen berdasarkan set point seperti dibawah : Spesimen Serbuk pohon kelapa Tabel 5: Hasil pengujian serat dan serbuk dalam 0 C Dari table 5 diatas, pengurangan temperature spesimen uji yang terkecil adalah pada set point 25 0 C yaitu 2.1 0 C sedangkan pengurangan temperature terbesar yaitu pada set point 125 0 C yakni 34.9 0 C. Dari hasil perhitungan maka di dapat hasil konduktifitas thermal serabut berdasarkan set point tabel 6. Tabel 6: Nilai k kombinasi serat dan serbuk Temperature Nilai k (W/m.k) 25 0 3.1201087 45 0 1.4914435 65 0 0.8649351 75 0 0.5881051 100 0 0.40703 125 0 0.3018813 k average = Set Point Thermo control 1.1289173 Temperature tiap titik T1 0 C T2 0 C T3 0 C T4 0 C T5 0 C T6 0 C 25 0 C 35.4 35.3 33.8 26.4 27.7 27.4 45 0 C 47.5 47.4 42.9 28.6 27.8 27.5 65 0 C 63.1 63 52.6 29.1 28 27.7 75 0 C 79.9 79.8 66.5 32.7 28.1 27.8 100 0 C 101.8 101.7 82.7 34.8 28.2 27.8 125 0 C 124.7 124.6 108.8 35.9 28.4 27.9 Dari hasil nilai konduktifitas tiap set point diatas dapat digambarkan seperti grafik dibawah ini :

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 4 Gambar 5: Grafik Konduktifitas thermal kombinasi serat dan serbuk Dari ketiga pengujian diatas terlihat bahwa semakin besar set point yang dimasukkan maka nilai k nya semakin kecil. Sehingga dari hasil pengujian ini dapat dsimpulkan bahwa antara temperature dan nilai k berbanding terbalik. Adapun grafik dari ketiga spesimen dapat dilihat seperti pada gambar dibawah: Gambar 7: Karakteristik coolbox dengan media pendingin air es Setelah dilakukan pengujian selama 10 jam, ternyata sebagian es belum mencair, pengurangan es yang terjadi selama 10 jam pengujian ± 20%. Pada jam ke 2 suhu mulai turun menjadi menjadi 0.1 0 C. Begitu pula pada jam ketiga, suhu kembali turun menjadi -0.7 0 C. Adapun suhu terendah terjadi pada jam ke 6, yaitu - 1.6 0 C. Setelah itu suhu kembali naik hingga akhirnya pada jam ke 10 menjadi 0.5 0 C. Kotak pendingin yang dijual dipasaran biasanya suhu bisa mencapai 0 0 C, bahkan mencapai suhu dibawah 0 0 C. Perbandingan temperature kotak pendingin dengan menggunakan kombinasi serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa, dengan kotak pendingin berbahan sterofoam [3] dengan media pendingin air murni dapat dilihat pada grafik dibawah: Gambar 6: Grafik konduktifitas thermal ketiga spesimen Grafik 6 diatas menunujukkan bahwa nilai konduktifitas thermal spesimen uji yang paling baik adalah serat serabut kelapa. Setelah nilai k dari 6 set point yang telah dilakukan dalam pengujian dijumlahkan, maka nilai k rata-rata dapat diketahui, adapun nilai k average spesimen uji diurutkan dari yang terbesar hingga terkecil yaitu serbuk pohon kelapa = 2.122 W/m.k, kombinasi serabut dan serbuk = 1.129 W/m.k, dan serat serabut kelapa = 0.742 W/m.k. B. Hasil Eksperimen Coolbox Tanpa Pembebanan Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dari media pendingin. Grafik 7 dibawah ini menunjukkan perubahan temperature dalam coolbox selama eksperimen. Eksperimen dihentikan setelah 10 jam, dengan asumsi satu kali perjalanan melaut. Pada grafik dibawah ini dapat dilihat karakteristik kotak pendingin dengan media pendingin berisi air es selama 10 jam. Gambar 8: Perbandingan nilai pengujian coolbox komposit serat dan serabut dengan sterofoam Dari grafik 8 diatas terlihat bahwa pada jam ke 2 temperature pada kombinasi serat dan serbuk yaitu 0.1 0 C, sedangkan pada sterofoam 0 0 C. pada jam-jam berikutnya temperature dari sterofoam lebih rendah dari pada kombinasi serat dan serbuk. Adapun temperature terendah dari sterofoam adalah -3, sedangkan untuk kombinasi serat dan serbuk temperature terendahnya yaitu -1.6. Pada jam ke 10 temperature kombinasi serat dan serbuk adalah 0.5 0 C, sedangkan sterofoam 0 0 C.

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 5 C. Hasil Eksprimen Coolbox Dengan Pembebanan ikan Eksperimen ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana kemampuan kotak pendingin apabila diberi pembebanan (ikan). Grafik dibawah ini menunjukkan perubahan temperature dalam coolbox selama eksperimen. Eksperimen dihentikan setelah 10 jam, dengan asumsi satu kali perjalanan melaut. Pada grafik dibawah ini dapat dilihat karakteristik kotak pendingin dengan media pendingin berisi air es selama 10 jam. Pada gambar 9 di bawah ini terlihat karakteristik kotak pendingin dengan media pendingin air es dengan diberi pembebanan ikan selama 10 jam. sterofoam 6 0 C. pada jam-jam berikutnya temperature dari sterofoam lebih rendah dari pada kombinasi serat dan serbuk. Namun temperature terendah pada gambar diatas yaitu pada kombinasi serat dan serbuk, -1.3 0 C pada jm ke 7, sedangkan temperature terendah dari. terofoam adalah -0.5 yaitu pada jam ke 4 dan ke 6. Pada jam ke 10 temperature kombinasi serat dan serbuk adalah 2 0 C, sedangkan sterofoam 1.5 0 C. Dari hasil pengujian diatas kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa dapat dikatakan memenuhi sebagai bahan isolator, ini dikarenakan suhu didalam coolbox cepat mendingin. Setelah ditinjau, untuk pengujian tanpa pembebanan es baru benar-benar mencair secara keseluruhan selama ±45jam, sedangkan untuk pengujian dengan pembebanan ikan selama ±25 jam. D. Biaya Pembuatan Kotak Pendingin Perhitungan biaya dilakukan dengan menentukan biaya dari tiap bahan yang diperlukan. Adapun hasil perhitungan biaya pembuatan kotak pendingin dengan dimensi 0.5m x 0.5 m x 0.5 m adalah sebagai berikut : Tabel 7: Biaya pembuatan Gambar 9: Karakteristik coolbox dengan media pembebanan ikan Setelah dilakukan pengujian selama 10 jam, pada jam ke 2 suhu mulai turun menjadi menjadi 4 0 C. Ada perbedaan dengan pengujian tanpa beban, yakni pada jam ke 2 suhunya 0.1 0 C.Begitu pula pada jam ketiga, suhu kembali turun menjadi 2.3 0 C. Adapun suhu terendah terjadi pada jam ke 7, yaitu -1.3 0 C. Setelah itu suhu kembali naik hingga akhirnya pada jam ke 10 menjadi 2 0 C. Apabila dibandingkan dengan kotak pendingin berbahan sterofoam, hasilnya akan terlihat seperti gambar dibawah : No Bahan Biaya (Rp) 1 Serat serabut kelapa 10.800 2 Serbuk pohon kelapa 81.600 3 lateks 28.800 4 Lem epoxy 280.500 5 plywood 45.000 Total Biaya 446.700 4. Perbandingan biaya pembuatan kotak pendingin dengan serat lain Dari data hasil perhitungan penelitian sebelumnya dibandingakan dengan bahan kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa, kebutuhan biaya total untuk membuat sebuah coolbox dengan ukuran 0.5m x0.5 cm x0.5cm untuk masing-masing isolasi adalah seperti ditunjukkan pada table 8 dibawah ini : Gambar 10: Perbandingan nilai pengujian coolbox serat dan serabut dengan sterofoam komposit Dari grafik 10 diatas terlihat bahwa pada jam ke 2 temperature pada kombinasi serat dan serbuk lebih rendah dari pada sterofoam, yaitu 4 0 C, sedangkan pada

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271) 6 Tabel 8: Hasil Perbandingan biaya pembutan coolbox dengan serat lain. No Jenis Bahan Resin Fiberglass katalis plywood 1 Bahan isolasi Epoxy Latex Total Kombinasi serbuk dan serabut 45000 92400 280500 28800 446700 2 sterofoam 165000 32000 8100 22500 22500 250100 3 Ampas tebu 165000 32000 8100 22500 2500 230100 4 bambu 165000 32000 8100 22500 7500 235100 5 sekam 165000 32000 8100 22500 5000 232600 Dari table 8 diatas terlihat bahwa biaya pembuatan yang paling murah yaitu dengan menggunakan ampas tebu yakni Rp.230.100. selanjutnya dengan menggunakan sekam, yakni Rp.232.600. Adapun biaya termahal adahal pembuatan coolbox dengan menggunakan kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa adalah Rp.446.700. Besarnya biaya yang terjadi dikarenakan banyaknya penggunaan lem epoxy. Dalam hal ini penggunan lem adalah untuk membuat serbuk pohon kelapa menjadi lembaran, sebagai perekat dari lembaran serat serabut kelapa dan lembaran serbuk pohon kelapa, serta perekat antara serbuk pohon kelapa dengan plywood, sehingga membuat biaya untuk lem epoxy ini menjadi besar. dalam pembuatan ruang muat kapal ikan sebesar Rp.15.411.800. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada Allah SWT, dosen pembimbing yang telah memberikan waktu dan pemikirannya dalam membantu menyelesaikan penelitian ini, yaitu bapak Ir. Heri Supomo M.Sc dan Ir. Soejitno. Tidak lupa ucapan terimakasih pada kedua orang tua tercinta yang selalu memberikan support dalam pengerjaan penelitian ini. DAFTAR PUSTAKA [1] Setiawan, W. (2008). Studi Penggunaan Ampas Tebu Sebagai Material Inti (Core) Kapal F.R.P. Surabaya: ITS. [2] Allorerung, D. M. (2005). Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Kelapa. Jakarta: Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. [3] Kurniawan, A. (2007). Penggunaan Serat Alami Sebagai Alternatif Pengganti Serat Kaca Untuk Bahan Isolasi Pada Coolbox. Surabaya: Jurusan Teknik Perkapalan, FTK ITS Surabaya. IV. KESIMPULAN Berdasarkan hasil pengujian dan analisis yang telah dilakukan pada pelaksanaan tugas akhir ini maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut a. Nilai konduktifitas thermal dari ketiga bahan, yakni serat serabut kelapa, serbuk pohon kelapa, dan kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa, masing-masing adalah, 0.4285 btu/h.ft 0 F, 1.2245btu/h.ft 0 F, 0.6513btu/h.ft 0 F. Sedangkan nilai konduktifitas thermal yang diizinkan untuk bahan isolasi yaitu 0.02-0.12 btu/h.ft 0 F. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dari hasil pengujian, ketiga bahan tersebut tidak dapat digunakan sebagai bahan isolasi kapal ikan, dikarenakan nilaikonduktifitas thermalnya yang belum memenuhi. b. Dari hasil perhitungan, untuk kapal ikan berukuran 30GT didapatkan massa beban pendingin (ikan) sebesar 9600 kg, sedangkan massa es yang dibutuhkan untuk mengatasi beban pendingin tersebut adalah 4653 kg. c. Coolbox isolator kombinasi serat serabut kelapa dan serbuk pohon kelapa suhu terdinginnya mencapai - 1.6 0 C tanpa pembebanan, dan -1.3 0 C dengan pembebanan ikan. Es baru mencair secara keseluruhan 45 jam tanpa pembebanan, dan 25 jam dengan pembebanan, dimulai dari awal pengujian. Biaya pembuatan coolbox sebesar Rp.446.700, lebih mahal dari bahan lain, sehingga jika ditinjau dari segi ekonomis, coolbox ini terlalu mahal untuk digunakan sebagai kotak pendingin ikan. Biaya yang dikeluarkan