4.3 Pemodelan Data yang digunakan dalam pemodelan adalah data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. Data dari titik pengukuran sangat sedikit untuk mencakup inversi daerah semarang yang luas, maka digunakan grid data dengan ukuran 51x51 (spasinya 2 m pada arah x dan y). Gambar 4.7. Diagram alir dari proses inversi. Sebelum menjalankan proses inversi, dibuat dulu parameter-parameter yang disesuaikan dengan data kontrol yang tersedia. Parameter input yang membatasi proses inversi ini meliputi: data anomali 4D akibat perubahan fluida, ukuran sel daerah penelitian, topografi daerah penelitian, dan batasan hasil inversi. Secara umum diagram alir untuk teknik inversi yang digunakan dapat dilihat pada Gambar 4.7. Input data anomali terdiri dari koordinat data (UTM X dan UTM Y), topografi, nilai anomalinya sendiri, serta error. Error dalam pemodelan diambil berdasarkan harga standar deviasi data anomali gayaberat 4D akibat perubahan fluida. File masukkan ini di simpan dalam ekstensi *.grv. 27
Input ukuran sel untuk daerah penelitian dimodelkan dalam 16. sel (5 x 5 x 64), dimana tiap sel akan memiliki nilai kontras densitas yang sama. Koordinat UTM X mulai dari 431 sampai 441, dan koordinat UTM Y mulai dari 9223 sampai 9233. Kedalaman maksimum yang dimodelkan adalah 13 m. File masukkan ini di simpan dalam ekstensi *.mesh. Bentuk sel daerah penelitian bisa dilihat pada Gambar 4.8. Gambar 4.8. Ukuran sel untuk memodelkan daerah penelitian. Input topografi menunjukkan elevasi daerah tersebut berdasar referensi tertentu. Terdiri dari data koordinat (UTM X dan UTM Y), serta ketinggian di titik tersebut. File masukkan ini di simpan dalam ekstensi *.dat. Input untuk membatasi hasil inversi atau yang disebut sebagai bounds, berfungsi mengontrol keluaran harga densitas pada proses inversi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fluida, maka perubahan yang terjadi ditunjukkan dengan harga kontras densitas pada lapisan akuifer. Untuk lapisan yang kedap air diasumsikan tidak ada perubahan, maka batasan yang berbeda diterapkan pada lapisan akuifer dan lapisan kedap air. Batas atas yang diberikan untuk lapisan akuifer adalah harga asumsi porositas batuan tersebut, sedangkan 28
batas bawahnya adalah negatifnya. Untuk lapisan kedap air, diberikan batas atas dan batas bawah yang tujuannya harga densitas hasil inversinya menjadi sangat kecil atau mendekati nol. Ilustrasi untuk menentukan batasan pada lapisan bauan dapat dilihat pada Gambar 4.9. File masukkan ini di simpan dalam ekstensi *.den. Gambar 4.9. Sketsa pengaturan batas atas dan batas bawah dari hasil inversi. Komputasi diproses pada komputer dengan platform Windows XP dan processor Intel Pentium R(4) CPU 2.66 GHz dan RAM 512 MB. Waktu komputasi yang dibutuhkan dalam pemodelan dapat dilihat pada Tabel 4.2. Contoh perbandingan antara data anomali 4D akibat pengaruh fluida dan hasil pemodelan inversi serta error-nya dapat dilihat pada Gambar 4.1. Tabel 4.2. Waktu komputasi yang dibutuhkan pada proses inversi Inversi data Juli 22 - September 22 Juli 22 - Juni 23 Juli 22 - Desember 23 Juli 22 - Juni 24 Juli 22 - Februari 25 Juli 22 - November 25 Waktu Komputasi Menit 41 41 38 37 24 19 Detik 48 35 52 37 24 51 29
Model yang kita hasilkan dalam inversi sangat tipis ketebalannya jika dibandingkan dengan jarak UTM X dan UTM Y, maka untuk memperlihatkan adanya perubahan kontras massa jenis fluida yang seragam skalanya dan bersifat lebih informatif digunakan perangkat lunak Surfer8. Hasil pemodelan 3D ditampilkan dalam bentuk irisan penampang yang sejajar dengan sumbu X (UTM X), Y (UTM Y), dan Z (kedalaman). Desain irisan penampang dari model hasil inversi dapat dilihat pada Gambar 4.11. Contoh irisan penampang dari hasil pemodelan inversi dapat dilihat pada Gambar 4.12. Untuk kelima data yang lain, ditampilkan pada bab selanjutnya. 9233 9233 9232 9232 mikrogal 9231 mikrogal 9231 Tawang Mas Bulu Lor 9229 9228 9227 9226 25 24 23 22 21 2 19 18 17 16 15 14 13 12 11 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1-1 -2 923 9225 923 Tawang Mas Bulu Lor 9229 9228 9227 9226 9225 9224 9224 9223 431 432 9223 431 433 434 435 436 437 438 439 44 441 Peta Anomali 4D Akibat Perubahan Fluida Juli 22 - Desember 23 432 433 434 435 436 437 438 439 44 Peta Anomali Hasil Model Inversi Juli 22 - Desember 23 441 9233 9232 9231 % 923 Tawang Mas Bulu Lor 9229 9228 9227 9226 9225 9224 2.3 2.2 2.1 2 1.9 1.8 1.7 1.6 1.5 1.4 1.3 1.2 1.1 1.9.8.7.6.5.4.3.2.1 Utara km 1 2 Keterangan: Jalan Kereta Api Jalan Raya Laut Sungai 9223 431 432 433 434 435 436 437 438 439 44 441 Peta Perbedaan Anomali 4D Akibat Perubahan Fluida dengan Hasil Inversi Juli 22 - Desember 23 Gambar 4.1. Perbandingan anomali 4D akibat pengaruh fluida dan hasil pemodelan inversi serta error-nya untuk data Juli 22 s/d Desember 23. 3 25 24 23 22 21 2 19 18 17 16 15 14 13 12 11 1 9 8 7 6 5 4 3 2 1-1 -2
Gambar 4.11. Desain irisan penampang dari model hasil inversi. Periode Juli 22 s/d November 25 Periode Juli 22 s/d November 25 9228 9227 9226 Kedalaman (m) -2-4 -6-8 -1-12 434 435 436 437 438 439 UTM X 9225 9224 434 435 436 437 438 439 Periode Juli 22 s/d November 25 Ked al ama n (m) -2-4 -6-8 -1-12 9224 9225 9226 9227 UTM Y Gambar 4.12. Irisan penampang pada UTM X = 4361, UTM Y = 92267, dan kedalaman 99 m untuk hasil pemodelan inversi data Juli 22 s/d Februari 25. 31 9228