BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang. dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998).

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian yang dilakukan dengan metode

Pembuatan Media Kultur Bakteri Pemanenan sel bakteri. Isolasi DNA kromosom bakteri. Kloning DNA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dasar dengan menggunakan

BAB 3 PERCOBAAN. Alat elektroforesis agarosa (Biorad), autoklaf, cawan Petri, GeneAid High Speed Plasmid

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan berupa penelitian murni yang dilakukan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental dengan 7 sampel dari 7

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

BAB III METODE A. Jenis Penelitian B. Populasi dan Sampel C. Waktu dan Lokasi Penelitian D. Alat dan Bahan Rizki Indah Permata Sari,2014

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH DIREKTORAT PEMBINAAN SEKOLAH MENENGAH ATAS

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian akan diawali dengan preparasi alat dan bahan untuk sampling

BAB III METODE PENELITIAN. amplifikasi daerah HVI mtdna sampel dengan menggunakan teknik PCR;

BAB III METODE PENELITIAN. Dalam penelitian ini dilakukan lima tahap utama yang meliputi tahap

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan jenis penelitian dasar dengan menggunakan

II. BAHAN DAN METODE. Betina BEST BB NB RB. Nirwana BN NN RN. Red NIFI BR NR RR

BAB III. METODOLOGI PENELITIAN. Pengambilan sampel. Penyiapan templat mtdna dengan metode lisis sel

BAB III METODE PENELITIAN. Secara garis besar langkah-langkah yang dilakukan dalam penelitian ini

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian dasar dengan metode

LAMPIRAN. Lampiran 1. Deskripsi Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB III METODE PENELITIAN Bagan Alir Penelitian ini secara umum dapat digambarkan pada skema berikut:

Asam Asetat Glacial = 5,7 ml EDTA 0,5 M ph 8.0 = 10 ml Aquades ditambahkan hingga volume larutan 100 ml

LAMPIRAN. Lampiran 1. Pembuatan Larutan Stok dan Buffer

BAB 3 PERCOBAAN 3.1 Bahan 3.2 Alat

BAB III METODE PENELITIAN

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

Filogenetik Molekuler Bakteri Rhizosphere dari Tumbuhan. ObatAgeratum conytoides Berdasarkan Amplified Ribosomal. DNA Restriction Analyses (ARDRA)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Pada penelitian ini terdapat lima tahapan penelitian yang dilakukan yaitu

Kloning Domain KS dan Domain A ke dalam Sel E. coli DH5α. Analisis Bioinformatika. HASIL Penapisan Bakteri Penghasil Senyawa Antibakteri

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN PEMBAHASAN

II. MATERI DAN METODE. Tempat pengambilan sampel daun jati (Tectona grandis Linn. f.) dilakukan di

III. Bahan dan Metode

3 METODOLOGI 3.1 Waktu dan Tempat 3.2 Bahan dan Alat

3. METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

LAPORAN II (ISOLASI DNA GENOM)

BAHAN DAN METODE. Produksi Protein Rekombinan Hormon Pertumbuhan (rgh)

METODE PENELITIAN. Bahan Penelitian

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Institute of Human Virology and

BAB 3 PERCOBAAN Mikroba C. violaceum, Bacillus cereus dan E. coli JM 109

BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Bahan dan Alat

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Materi, Lokasi, dan Waktu Penelitian 1. Materi Penelitian

BAB in. METODE PENELITIAN

3 Metodologi Penelitian

Lampiran 1 Ekstraksi dan isolasi DNA dengan metode GeneAid

KLONING DAN OVEREKSPRESI GEN celd DARI Clostridium thermocellum ATCC DALAM pet-blue VECTOR 1

VISUALISASI HASIL PCR DENGAN METODE PCR LANGSUNG DAN TIDAK LANGSUNG PADA SAMPEL BAKTERI Pseudomonas fluorescens dan Ralstonia solanacearum

FAKULTAS BIOLOGI LABORATORIUM GENETIKA & PEMULIAAN INSTRUKSI KERJA UJI

BAB II. BAHAN DAN METODE

MATERI DAN METODE. Kota Padang Sumatera Barat pada bulan Oktober Amplifikasi gen Growth

BAB III BAHAN DAN CARA KERJA. Penelitian dilakukan di Laboratorium Biologi Molekuler, Pusat

II. BAHAN DAN METODE

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi Jurusan Biologi

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif.

The Genetic Fingerprint (Sidikjari Genetik)

3. METODE PENELITIAN

4.1. Alat dan Bahan Penelitian a. Alat Penelitian. No. URAIAN ALAT. A. Pengambilan sampel

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI. Waktu dan Tempat Penelitian. Bahan dan Alat. Cara Kerja

Tujuan Penelitian. Manfaat Penelitian

Gambar 1. Struktur organisasi promoter pada organisme prokariot [Sumber: University of Miami 2008: 1.]

Bab III Metodologi Penelitian

III. METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus-Desember 2015 di Laboratorium

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan termasuk ke dalam penelitian dasar dimana adanya

BAB III METODE PENELITIAN. D. Alat dan bahan Daftar alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada Lampiran 2.

HASIL DAN PEMBAHASAN bp bp bp

II. METODOLOGI PENELITIAN. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Udayana,

BAHAN DAN METODE. ditranskipsi dan produk translasi yang dikode oleh gen (Nasution 1999).

BAB III METODE PENELITIAN

METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu

BAB III METODE PENELITIAN A.

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III BAHAN DAN METODE

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Alat dan Bahan Alat Bahan

III. METODE PENELITIAN

III. BAHAN DAN METODE

BAB III METODE PENELITIAN. mengekstraksi DNA dari dari beberapa spesimen herbarium Rafflesia arnoldii

BAB 4 HASIL PERCOBAAN DAN BAHASAN. Oligonukleotida sintetis daerah pengkode IFNα2b sintetis dirancang menggunakan

Pengambilan sampel tanah dari lahan tambang timah di Belitung. Isolasi bakteri pengoksidasi besi dan sulfur. Pemurnian isolat bakteri

III. MATERI DAN METODE. Fakultas Pertanian dan Peternakan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif.

BAB III BAHAN DAN METODE PENELITIAN

II. METODELOGI PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Materi

BAHAN DAN METODE. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilaksanakan dari bulan Juli 2007 sampai bulan Juni 2008 di

NOTULENSI DISKUSI PHARM-C. Hari, tanggal : Sabtu, 23 Juli 2017 : WIB Tempat : Online (LINE Grup Pharm-C Kloter 1)

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi. Tabel 1. Jumah Sampel Darah Ternak Sapi Indonesia Ternak n Asal Sapi Bali 2 4

BAB III METODE PENELITIAN

MATERI DAN METODE. Lokasi dan Waktu. Materi

MATERI DAN METODE. Materi

BAB III BAHAN DAN METODE

Transkripsi:

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang dilakukan termasuk dalam penelitian dasar yang dilakukan dengan metode deskriptif (Nazir, 1998). B. Populasi dan Sampel 1. Populasi yang digunakan dalam penelitian adalah populasi bakteri ektorizosfer yang terdapat dalam tanah sekitar akar Ageratum conyzoides dari Kebon Botani FPMIPA UPI. 2. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah DNA bakteri ektorizosfer A. conyzoides. C. Waktu dan Lokasi Penelitian Penelitian ini dimulai bulan Februari sampai Oktober 2011 yang dilaksanakan Laboratorium Mikrobiologi, Jurusan Pendidikan Biologi, FPMIPA UPI, Jalan Dr. Setiabudhi 229 Bandung. D. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan pada penelitian ini terdapat di Laboratorium Mikrobiologi UPI. Alat dan bahan yang digunakan selama penelitian ini terdapat dalam Lampiran 2 dan Lampiran 3. 20

21 E. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan sampel Pengambilan sampel tanah akar Ageratum conyzoides dilakukan di Kebun Botani FPMIPA UPI Bandung. Sampel diambil di dua tempat, yaitu daerah ternaung dan daerah terbuka. Pengambilan sampel dilakukan dengan menggunakan peralatan steril yang telah disterilisasi panas lembab dan disemprot dengan alkohol 70%. Pengambilan dilakukan dengan cara menggali tanah di sekitar perakaran A. conyzoides yang sudah berbunga secara perlahan-lahan menggunakan sendok tanah. Akar dipisahkan dari bongkahan tanah besar dan membiarkan sebanyak mungkin tanah yang melekat pada akar. Kemudian akar beserta tanah yang melekat dimasukkan ke dalam cawan Petri (steril), diberi label, dan dimasukkan ke dalam termos es agar tidak cepat kering. 2. Enrichment Media Sebanyak 1 gram tanah yang melekat di akar diambil dengan menggunakan peralatan steril. Tanah dimasukkan ke dalam tabung reaksi kemudian ditambah dengan 5 ml NaCl 0,85%, dihomogenkan dengan cara di vortex selama 30 menit. Kemudian campuran tanah diendapkan selama 15 menit. Supernatan kemudian diambil sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam medium Luria Bertani (LB) Broth. Medium diinkubasi sambil dihomogenkan dengan shaker dengan kecepatan 125 rpm selama 16 jam

22 dalam suhu ruang (modifikasi Sambrook & Russel, 2001; Wahyudi et al., 2010). 3. Isolasi DNA DNA total isolat bakteri ektorizosfer diisolasi menggunakan DNA Purification Kit (FERMENTAS, Lithuania) dengan beberapa modifikasi pada beberapa langkah proses isolasi. Kultur bakteri yang telah berumur ±16 jam dari masing-masing sampel dimasukkan ke dalam tabung eppendorf 1,5 ml. Sampel tersebut disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 7.500 rpm. Bagian supernatan dibuang, sehingga yang tersisa hanya pelet. Selanjutnya ditambahkan 200 µl NaCl 0,85% dan dihomogenkan. Tabung berisi pelet tersebut ditambahkan 400 µl Lysis solution dan diinkubasi dalam suhu 65 C selama 15 menit sambil digoyang untuk memaksimalkan kontak larutan dengan sel bakteri. Setelah diinkubasi selama 15 menit, ke dalam sampel tersebut ditambahkan Chloroform sebanyak 600 µl kemudian dibolak-balikkan 3-4 kali lalu disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 13.000 rpm. Langkah selanjutnya yaitu memindahkan fase atas hasil sentrifugasi ke dalam tabung eppendorf baru lalu fase atas tersebut ditambahkan dengan 800 µl larutan presipitasi yang telah disiapkan sebelumnya. Kemudian sampel dibolak-balikkan selama 1-2 menit pada suhu ruangan lalu disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 13.000 rpm. Fasa cair dibuang dengan hati-hati, sehingga yang tertinggal dalam tabung hanya pelet DNA saja.

23 Setelah itu ke dalam pelet ditambahkan 100 µl ddh 2 O dingin steril, kemudian pelet dilarutkan dengan dijentik-jentikkan dengan jari tangan sampai pelet tersebut benar-benar larut. Apabila pelet sudah larut maka ke dalam campuran pelet DNA tersebut ditambahkan 300 µl alkohol absolut dingin kemudian disimpan pada freezer bersuhu -20 C selama 24 jam. Campuran DNA tersebut disentrifugasi kembali selama 10 menit dengan kecepatan 13.000 rpm. Buang alkohol kemudian keringkan pelet DNA. Setelah pelet kering, pelet DNA tersebut dilarutkan dengan 10 µl ddh 2 O dingin steril, lalu disimpan pada suhu -20 C sampai sampel tersebut digunakan untuk PCR. 4. Amplifikasi gen 16S rdna Amplifkasi gen 16S rdna pada penelitian ini mengacu pada proses amplifikasi yang dilakukan oleh Marchesi et al. (1998). Campuran reaksi PCR untuk mengamplifikasi gen 16S rdna terdiri dari: 1 µl DNA genom, buffer enzim (NEB, U.S.A) 10x sebanyak 2,5 µl hingga konsentrasi akhir 2,5 mm, 0,5 µl dntp 10 mm, 0,25 µl enzim Taq Polimerase 10U/µl, 0,5 µl primer 63F 0,4 mmol, 0,5 µl primer 1387R 0,4 mmol, dan 19,75 µl ddh 2 O. Selanjutnya tabung PCR dimasukkan ke dalam mesin PCR (Eppendorf) yang diprogram untuk melaksanakan beberapa kondisi, yaitu pre denaturasi awal pada suhu 95 C selama 5 menit, denaturasi pada suhu 94 C selama 1 menit, annealing pada suhu 56 C selama 1 menit, extention

24 pada suhu 72 C selama 1 menit, post PCR pada suhu 72 C selama 10 menit, dan tahap inkubasi pada suhu 4 C tanpa batas waktu. Reaksi amplifikasi pada mesin PCR dilakukan sebanyak 30 siklus. Amplikon dielektroforesis pada gel agarosa 0,8% dalam buffer TAE 1X untuk melihat kualitas hasil amplifikasi. 5. Elektroforesis DNA Tahap awal elektroforesis adalah menyiapkan cetakan gel untuk membuat gel elektroforesis. Gel agarosa dibuat dengan konsentrasi 0,8% dalam buffer TAE 1X. Gel agarosa dididihkan dengan menggunakan hotplate atau microwave sampai agar larut dan berwarna bening. Gel agarosa yang sudah hangat dituangkan ke dalam cetakan yang dilengkapi dengan comb dan dibiarkan mengeras pada suhu ruang. Gel dan cetakannya kemudian direndam dalam buffer TAE 1X pada kolom elektroforesis. Larutan sampel (amplikon hasil PCR) diambil sebanyak 5 µl kemudian dicampurkan dengan 2 µl loading dye dan dimasukkan ke dalam sumur. Elektroforesis secara horizontal dilakukan pada agarosa 0,8%, voltase sebesar 75 volt dan dirunning selama 45 menit dengan menggunakan buffer TAE 1X dalam alat elektroforesis BioRad. 6. Purifikasi DNA Produk PCR Fragmen DNA hasil PCR yang telah dianalisis melalui proses elektroforesis selanjutnya dipurifikasi (pemurnian) mengikuti prosedur

25 dari katalog Wizard SV Gel and PCR Clean-Up System (Promega, USA). Setelah DNA produk PCR dipurifikasi, kemudian dilakukan pengukuran konsentrasi DNA dengan spektrofotometri dihitung dengan menggunakan rumus: Konsentrasi DNA= A260 50 Faktor Pengenceran 7. Kloning gen 16S rdna Gen 16S rdna hasil PCR diklon ke plasmid pgem-t Easy vector (Promega, USA). Sebanyak 11 µl ddh 2 O, 2 µl 2X Buffer ligasi, 1 µl vektor pgem-t Easy, 5 µl insert dan 1 µl enzim Ligase dimasukkan ke dalam tabung eppendorf steril. Setelah itu sampel disimpan pada suhu 4 o C dan diamkan bermalam. Kemudian sampel dipindahkan ke freezer bersuhu -20 o C. 8. Transformasi hasil kloning Transformasi DNA dan penyiapan sel kompeten dilakukan dengan teknik CaCl 2 dingin menurut metode Sambrook & Russel (2001). Sel E. coli yang telah dikultur 16 jam di medium LB Broth diambil sebanyak 250 µl dan dipindahkan ke medium LB Broth baru, kemudian diinkubasi selama 3 jam pada suhu 37 C dan 125 rpm. Setelah itu sebanyak 1,5 ml sel E. coli berusia 3 jam tersebut dipindahkan ke dalam tabung eppendorf steril baru kemudian disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, kemudian pelet dicuci dengan larutan

26 NaCl 0,1 M ph 7 dingin, kemudian pelet dihomogenkan setelah itu disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 5.000 rpm. Supernatan dibuang, kemudian pelet ditambahkan dengan 200 µl CaCl2 dingin, selanjutnya pelet dihomogenkan dan dibiarkan selama 10 menit pada suhu 0 C. Sebanyak 200 µl sel kompeten ditambahkan 20 µl DNA hasil kloning, kemudian didiamkan pada suhu 0 C selama 30 menit. Setelah itu sampel di kejutkan dengan kejut panas (Heat shock) pada suhu 42 C selama 1 menit, kemudian dengan segera dipindahkan ke es dan didiamkan selama 5 menit. Setelah itu sampel ditambahkan 250 medium LB Broth dan diinkubasi pada suhu 37 C selama 1 jam sambil digoyang dengan kecepatan 125 rpm. Langkah selanjutnya yaitu sampel yang telah diinkubasi selama 1 jam tersebut disentrifugasi selama 2 menit dengan kecepatan 5.000 rpm. Supernatannya dibuang, kemudian ditambahkan kembali dengan medium LB Broth sebanyak 200 µl, lalu sampel dihomogenkan. Setelah itu sampel disebarkan ke dalam medium LA yang telah ditambahkan X-gal (40 µg/ml) dan ampisilin (100 µg/ml) masingmasing 100 µl kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam untuk seleksi Biru-Putih. 9. Seleksi biru putih Hasil transformasi disebarkan ke dalam medium yang berisi X-gal dan ampisilin masing-masing sebanyak 100 µl. Selanjutnya medium yang

27 berisi bakteri tersebut diinkubasi pada suhu 37 C selama 24 jam. Setelah itu koloni yang tumbuh diamati warna koloninya. Apabila koloni bakteri yang tumbuh berwarna putih maka dapat dipastikan bahwa koloni tersebut berhasil disisipi DNA asing. Akan tetapi apabila koloni yang tumbuh berwarna biru maka koloni bakteri tersebut tidak berhasil disisipi DNA asing. 10. Isolasi DNA Plasmid Isolasi DNA plasmid dilakukan mengikuti prosedur yang tersedia pada katalog EZ-10 Spin Column (BIO BASIC, Canada). Sebanyak 1,5 ml kultur bakteri transforman berusia 16 jam dimasukkan ke dalam tabung eppendorf steril kemudian disentrifugasi pada 12.000 rpm selama 2 menit. Supernatan hasil sentifugasi kultur bakteri transforman dibuang, kemudian ditambahkan 100 µl solution I dan dihomogenkan. Larutan diinkubasi selama 1 menit pada suhu kamar dan ditambahkan 200 µl solution II, lalu dihomogenkan dan didiamkan selama 1 menit pada suhu kamar. Campuran kemudian ditambahkan 350 µl solution III dan dicampur dengan hati-hati. Selanjutnya sampel disentrifugasi pada 12.000 rpm selama 5 menit. Supernatan dipindahkan ke EZ-10 column lalu disentrifugasi kembali pada 10.000 rpm selama 2 menit. Cairan yang terdapat pada collection tube dibuang, lalu ditambahkan 500 µl wash solution ke dalam tabung EZ-10 yang berisi sampel tersebut, setelah itu disentrifugasi pada 10.000 rpm selama 2 menit. Cairan yang berada di

28 collection tube dibuang, lalu campuran ditambahkan kembali 500 µl wash solution dan disentrifugasi kembali dengan kecepatan dan waktu yang sama seperti di atas. Cairan dibuang, kemudian tabung EZ-10 disentrifugasi kembali pada 10.000 rpm selama 1 menit. Tabung EZ-10 dipindahkan ke dalam tabung eppendorf baru steril dan ditambahkan 20 µl ddh 2 O steril, didiamkan selama 2 menit pada suhu kamar, kemudian sampel disentrifugasi pada 10.000 rpm selama 2 menit. DNA hasil isolasi plasmid disimpan pada suhu -20 C sampai DNA tersebut siap untuk digunakan. 11. Amplifikasi DNA plasmid Amplifikasi DNA plasmid dilakukan menggunakan prosedur Marchesi et al. (1998). Komposisi mix yang digunakan dalam amplifikasi ini adalah DNA plasmid sebanyak 0,5 µl dimasukkan dalam tabung PCR yang berisi 20,375 µl ddh 2 O, 0,5 µl dntp 10 mm, 0,125 µl enzim Taq Polimerase 10U/ µl, 2,5 µl buffer Taq Polymerase 10X, 0,5 µl primer 63F 0,4 mmol, 0,5 µl primer 1387R 0,4 mmol. Selanjutnya dilakukan perbanyakan sampel DNA menggunakan mesin PCR eppendorf tube dengan kondisi : pre start 95 C 5 menit, denaturasi 94 C 1 menit, annealing primer 56 C 1 menit, extention 72 C 1 menit yang dilakukan sebanyak 30 siklus ; post PCR 72 C 10 menit. Setelah itu suhu diturunkan dan diakhiri pada 4 C.

29 12. Restriksi gen 16S rdna Untuk digesti restriksi pada penelitian ini digunakan dua enzim restriksi endonuklease, yaitu MspI dan HhaI (NEB, USA). Sebanyak 12 µl ddh 2 O steril, 2 µl buffer enzim, 5 µl DNA plasmid (gen 16S rdna hasil PCR plasmid) dan 1 µl enzim restriksi (untuk 1 kali reaksi restriksi per enzim) dimasukkan ke dalam tabung eppendorf steril, kemudian diinkubasi pada suhu 37 C selama 5 jam. Selanjutnya, hasil restriksi di elektroforesis dengan menggunakan agarosa 1,2% pada tegangan 75 volt selama 45 menit dengan menggunakan alat elektroforesis Biorad. F. Analisis Data Analisis data dilakukan berdasarkan pola larik DNA pada gel agarosa. Larik DNA yang dianalisis adalah larik yang hadir dan jelas terlihat oleh mata, tanpa memperhitungkan intensitasnya. Selanjutnya larik DNA hasil elektroforesis diinterpretasikan menjadi angka satu (1) untuk kehadiran larik dan angka nol (0) untuk ketidakhadiran larik. Selanjutnya data biner hasil pemotongan dengan enzim restriksi digunakan untuk menyusun matriks kesamaan genetik berdasarkan rumus Nei dan Li (1979) dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method Aritmetic) menggunakan software MVSP 3.2. Dari hasil analisis data ini akan didapatkan pohon filogenetik. Untuk mendapatkan tingkat keragaman dari bakteri ektorizosfer digunakan Indeks Shannon-Wiener yang diadaptasi dari metode ekologi. Dari data biner

30 yang didapatkan, setiap sampel yang memiliki pola larik sama dihitung dengan menggunakan rumus: = ln dimana Keterangan: = ni = jumlah individu tiap spesies dalam sampel n = adalah jumlah total individu dalam dalam sampel. G. Alur Penelitian Skema alur penelitian Keragaman dan Hubungan Kekerabatan Bakteri Ektorizosfer Ageratum conyzoides dengan Amplified Ribosomal DNA Restriction Analysis (ARDRA) dapat dilihat pada Gambar 3.1.

31 Studi pustaka Pembuatan proposal Persiapan alat dan bahan Isolasi DNA bakteri ektorizosfer A. conyzoides ternaungi Isolasi DNA bakteri ektorizosfer A. conyzoides tidak ternaungi PCR hasil isolasi DNA dengan primer 63f dan 1387r Elektroforesis hasil PCR dengan agarosa 0,8% Purifikasi DNA Kloning Persiapan sel kompeten Transformasi menggunakan metode Heat-Shock Seleksi biru-putih Isolasi DNA plasmid PCR DNA plasmid Reaksi restriksi gen 16S rdna Analisis data Penyusunan laporan Gambar 3.1 Diagram Alur Penelitian