Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar

dokumen-dokumen yang mirip
Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali di Sentra Pembibitan Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Prevalensi Trematoda pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi Bali yang Dipelihara Peternak di Desa Sobangan, Mengwi, Badung

Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Prevalensi Trematoda di Sentra Pembibitan Sapi Bali Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING NEMATODA PADA KELOMPOK TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI

Identifikasi Ookista Isospora Spp. pada Feses Kucing di Denpasar

Identifikasi dan Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Anak Babi di Bali

METODA UJI APUNG SEBAGAI TEKNIK PEMERIKSAAN TELUR CACING NEMATODA DALAM TINJA HEWAN RUMINANSIA KECIL

Table of Contents. Articles. Editors. 1. I G. Made Krisna Erawan, Bagian Klinik Hewan, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Bali, Indonesia

Prevalensi Nematoda Gastrointestinal bibit Sapi Bali Di Nusa Penida

Prevalensi Infeksi Protozoa Saluran Pencernaan pada Anjing Kintamani Bali di Desa Sukawana, Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli, Bali

BAB III METODE PENELITIAN. berupa kecepatan pemusingan berbeda yang diberikan pada sampel dalam. pemeriksaan metode pengendapan dengan sentrifugasi.

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, karena hanya. Kabupaten Blora sedangkan pemeriksaan laboratorium

Kata kunci : Prevalensi, infeksi cacing Toxocara canis, Anjing Kintamani Bali.

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian bersifat analitik karena akan membandingkan jumlah

Epidemiologi Helminthiasis pada Ternak Sapi di Provinsi Bali (Epidemiology of Helminthiasis in Cattle in Bali Province )

TINGKAT INFESTASI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

Prevalensi Penyakit Cacing Saluran Pencernaan pada Sapi Potong Peranakan Ongole (PO) dan Sapi Simental di Kecamatan Laren Kabupaten Lamongan

Prevalensi Parasit Gastrointestinal Ternak Sapi Berdasarkan Pola Pemeliharaan Di Kecamatan Indrapuri Kabupaten Aceh Besar

Buletin Veteriner Udayana Vol.1 No.2. :41-46 ISSN : Agustus 2009 PREVALENSI INFEKSI CACING TRICHURIS SUIS PADA BABI MUDA DI KOTA DENPASAR

an sistem pemel ubucapan TERIMA KASIH

BAB 2. TARGET LUARAN BAB 3. METODE PELAKSANAAN

INFESTASI PARASIT CACING NEOASCARIS VITULORUM PADA TERNAK SAPI PESISIR DI KECAMATAN LUBUK KILANGAN KOTA PADANG SKRIPSI. Oleh :

Prevalensi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Kambing Peranakan Ettawa di Kecamatan Siliragung, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur

PENUNTUN PRAKTIKUM PARASITOLOGI

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan pada Desember 2014 Januari 2015 di Kecamatan

AKURASI METODE RITCHIE DALAM MENDETEKSI INFEKSI CACING SALURAN PENCERNAAN PADA BABI

RINGKASAN. Kata kunci : Cacing nematoda, Kuda, Prevalensi, Kecamatan Moyo Hilir, Uji apung. SUMMARY

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Sapi adalah ternak ruminansia yang memiliki nilai ekonomi tinggi dalam

UPAYA MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SAPI BALI MELALUI PENGENDALIAN PENYAKIT PARASIT DI SEKITAR SENTRA PEMBIBITAN SAPI BALI DI DESA SOBANGAN ABSTRAK

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. terkait meningkatnya konsumsi masyarakat akan daging babi. Khusus di Bali, ternak

BAB III METODE PENELITIAN. hubungan antara keberadaan Soil Transmitted Helminths pada tanah halaman. Karangawen, Kabupaten Demak. Sampel diperiksa di

Varla Dhewiyanty 1, Tri Rima Setyawati 1, Ari Hepi Yanti 1 1. Protobiont (2015) Vol. 4 (1) :

BAB III METODE PENELITIAN. variabel pada satu saat tertentu (Sastroasmoro, 2011). Cara pengumpulan

PENUNTUN PRAKTIKUM MATA KULIAH PARASITOLOGI

Protozoa Gastrointestinal: Eimeria Auburnensis dan Eimeria Bovis Menginfeksi Sapi Bali Betina Di Nusa Penida

Prevalensi Infeksi Cacing Trichuris spp. Pada Sapi Bali Berdasarkan Letak Geografis Provinsi Bali

PEMERIKSAAN FESES PADA MANUSIA

I Putu Agus Kertawirawan Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Bali Jl. By Pas Ngurah Rai, Pesanggaran-Denpasar

Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga ABSTRAK

(PREVALENCE AND IDENTIFICATION OF LOCAL HORSE (Equus caballus) DIGESTIVE NEMATODES CHANNEL IN MOYO HILIR SUBDISTRICT SUMBAWA)

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

METODE LARVALCULTURE SEBAGAITEKNIKUNTUK MENGIDENTIFIKASI JENIS CACING NEMATODA SALURAN PERCERNAAN PADARUMINANSIAKECIL

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini termasuk penelitian deskriptif. Pemeriksaan cacing parasit

Prevalensi Infeksi Cacing Toxocara cati pada Kucing Lokal di Wilayah Denpasar (The Prevalence of Toxocara cati in Local Cat in Denpasar)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Nematoda adalah cacing yang berbentuk panjang, silindris (gilig) tidak

Prevalensi Nematoda pada Sapi Bali di Kabupaten Manokwari

Susunan Redaksi Indonesia Medicus Veterinus. Pimpinan: I Wayan Batan. Wakil Pimpinan: Muhsoni Fadli

Prevalensi dan Intensitas Telur Cacing Parasit pada Feses Sapi (Bos Sp.) Rumah Potong Hewan (RPH) Kota Pontianak Kalimantan Barat

Prevalensi Helminthiasis Saluran Pencernaan melalui Pemeriksaan Feses pada Sapi di Lokasi Pembuangan Akhir (LPA) Kecamatan Benowo Surabaya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Soil transmitted helminths adalah cacing perut yang siklus hidup dan

BAB I PENDAHULUAN. Ternak babi merupakan salah satu jenis ternak yang memiliki banyak

PEMERIKSAAN NEMATODA USUS PADA FAECES ANAK TK (TAMAN KANAK- KANAK) DESA GEDONGAN KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

SATUAN ACARA PERKULIHAN (SAP)

HUBUNGAN MANAJEMEN PEMELIHARAAN TERHADAP KEJADIAN INFEKSI CACING TREMATODA PADA TERNAK SAPI DI PETANG KECAMATAN PETANG, BADUNG SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 2 triliun/tahun. (Anonim. 2014). sebagai berikut : adanya parasite, adanya sumber parasit untuk

PREVALENSI DAN JENIS TELUR CACING GASTROINTESTINAL PADA RUSA SAMBAR (Cervus unicolor) DI PENANGKARAN RUSA DESA API-API KABUPATEN PENAJAM PASER UTARA

PENGUJIAN KEMURNIAN SAPI BALI DENGAN MENGGUNAKAN METODE ISOELEKTRIC FOCUSING

Cacing Parasit Saluran Pencernaan Pada Hewan Primata di Taman Satwa Kandi Kota Sawahlunto Provinsi Sumatera Barat

RIWAYAT HIDUP Perbandingan Jumlah Bakteri Coliform Pada Feses Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan Dan Tipe Pemeliharaannya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Pendapatan nasional per kapita tahun 2012 yakni ,07 sedangkan tahun 2013

Jurnal Penelitian Peternakan Indonesia Vol. 1(1): 8-15, April 2017

Kolokium: Ulil Albab - G

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini sudah dilaksanakan di Pusat Konservasi Gajah (PKG), Taman

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis panelitian yang digunakan adalah analitik, karena akan membahas

KERAGAAN INFEKSI PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI BALI MODEL KANDANG SIMANTRI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Indonesia Medicus Veterinus Maret (2):

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Panduan Praktikum Manajemen Kesehatan Ternak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Sapi bali merupakan salah satu sapi lokal asli Indonesia yang tersebar

ISOLASI, PEMURNIAN DAN STERILISASI Oosista Eimeria tenella DENGAN Sodium hypochlorite 13%

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di Desa Kertosari Kecamatan Tanjungsari pada bulan

Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda pada Ular Python Reticulatus yang Dipelihara Pecinta Ular di Denpasar

BAB III METODE PENELITIAN

METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat observasional analitik dengan

IDENTIFIKASI DAN PREVALENSI INFEKSI PROTOZOA SALURAN CERNA ANAK BABI YANG DIJUAL DI PASAR TRADISIONAL DI WILAYAH PROVINSI BALI SKRIPSI

PARASIT GASTROINTESTINAL PADA SAPI DI DAERAH ALIRAN SUNGAI PROGO YOGYAKARTA. The Gastrointestinal Parasites Cows on Progo Watershed in Yogyakarta

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian survei yang bersifat deskriptif dengan

ABSTRAK. Kata Kunci: Prevalensi, Intensitas, Tetrameres spp., Ayam Buras, Bukit Jimbaran

Prevalensi Infeksi Entamoeba Spp pada Ternak Babi di Pegunungan Arfak dan Lembah Baliem Provinsi Papua

1. BAB I PENDAHULUAN

DERAJAT INFESTASI PARASIT NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA SAPI DI ACEH BAGIAN TENGAH Zulfikar 1), Hambal 2) dan Razali 2) ABSTRACT

INFEKSI CACING NEMATODA GASTROINTESTINAL PADA KERBAU DI KABUPATEN TORAJA UTARA, SULAWESI SELATAN ABIA TAMMU PADONDAN

Bioassay Toxoplasma Gondii pada Kucing

RESPON AYAM LOKAL DI BALI DAN LOHMAN BROWN TERHADAP INFEKSI Ascaridia galli

Kata kunci: Albumin, Cross sectional studies, Fasciolosis, Fasciola gigantica, Sapi Bali.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Hewan coba Metode Penelitian 1 Isolasi dan Produksi Antigen E/S Fasciola gigantica

TINGKAT INFESTASI CACING HATI PADA SAPI BALI DI KECAMATAN SUKOHARJO KABUPATEN PRINGSEWU PROVINSI LAMPUNG

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional (potong lintang) untuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Sapi Bali Sapi bali adalah sapi potong asli Indonesia yang merupakan hasil

Gambar 12 Kondisi tinja unta punuk satu memperlihatkan bentuk dan dan tekstur yang normal atau tidak diare.

RENCANA PEMBELAJARAN SEMESTER (RPS) Program Studi Kedokteran Hewan

Perbandingan Bakteri Coliform pada Feses Sapi Bali Menurut Tingkat Kedewasaan dan Tipe Pemeliharannya

III BAHAN DAN METODE PENELITIAN. 1. Sampel Feses Sapi Potong segar dan sludge (100 gram/sampel) 2. Batu bara jenis Subbitumminus dan Bituminus

PENDAHULUAN. Latar Belakang. baik, diantaranya dalam hal pemeliharaan. Masalah kesehatan kurang

PENGARUH WAKTU ROTASI GEMBALA PADA RUMPUT Brachiaria brizantha TERHADAP TINGKAT INFESTASI CACING Haemonchus contortus PADA TERNAK DOMBA

Transkripsi:

Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan pada Sapi Bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar (THE PREVALENCE OF HELMINTH INFECTION IN CATTLE GASTROINTESTINAL NEMATODES BALI IN FINAL DISPOSAL (TPA) SUWUNG DENPASAR) Indri Agustin Stevi Sajuri 1, I Made Dwinata 2, Ida Bagus Made Oka 2 1. Mahasiswa Pendidikan Profesi Dokter Hewan 2. Laboratorium Parasitologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayana Jl. PB. Sudirman Denpasar, Bali; Tlp. (0361) 223791, 701808. E-mail: indrisayuri@yahoo.co.id ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi sapi bali yang dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA), Suwung Denpasar. Sampel penelitian adalah feses sapi bali berjumlah 100 sampel diperiksa dengan metode kosentrasi apung menggunakan larutan NaCl jenuh sebagai zat pengapung. Parameter yang diamati adalah melihat jenis telur cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi sapi bali. Data yang diperoleh dilaporkan secara deskriptif. Hasil penelitian didapatkan bahwa prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali di TPA sebesar 30%. Jenis cacing yang menginfeksi saluran pencernaan sapi bali ditemukan jenis cacing tipe strongyl sebesar 28% dan cacing strongyloides sp sebesar 8%. Berdasarkan hasil penelitian dapat disarankan bahwa lingkungan TPA Suwung Denpasar kurang layak digunakan untuk memelihara sapi bali. Kata Kunci :Sapi bali, Prevalensi, Nematoda, TPASuwung ABSTRACT This study aims to determine the prevalence of digestion tract infections nematode worm that infected Bali cattle reared in the Final Disposal (TPA), Suwung Denpasar. Stool samples are Bali cattle totaling 100 samples taken at the landfill Suwung Denpasar. Faecal samples diperikasa with floating concentration methods using saturated NaCl solution as a flotation agent. Parameters measured were seeing the type of nematode eggs in the alimentary tract infections Bali cattle. The data obtained are reported descriptively. The results showed that the prevalence of gastrointestinal nematodes in Bali Cattle in the landfill by 30%. Types of worms that infect the gastrointestinal tract Bali cattle that kind of worm-type strongyl totaling 28% and worms strongyloidessp by 8%. Based on the results of this study concluded that a landfill environment Suwung Denpasar improperly used to maintain the Bali cattle. Keywords: Cattle Bali, prevalence, nematodes, TPA Suwung 75

PENDAHULUAN Sapi bali adalah jenis sapi lokal, keturunan banteng yang sudah di domestikasi (Payne, 1970) dan merupakan plasma nutfah ternak asli daerah di Indonesia. Sapi bali memiliki potensi dan nilai ekonomi untuk dikembangkan diantara sapi unggulan lain yang ada di Indonesia. Sapi bali telah menyebar keseluruh daerah di Indonesia, selain itu sapi bali banyak dikembangkan di Malaysia, Filipina dan Australia bagian utara (Tim Pusat Kajian Sapi Bali, 2012). Sapi bali memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan sapi lainnya (Pane, 1990), antara lain: cepat berkembang biak/fertilitas tinggi, mudah beradaptasi dengan lingkungan baru, dapat hidup dilahan kritis, dan mempunyai persentase karkas yang tinggi. Untuk melestarikan kemurniannya, pemerintah telah menetapkan UU Peternak No. 6 Tahun 1968 tentang Bali sebagai wilayah pemurnian sapi bali dan tidak boleh ada sapi bangsa lain yang masuk kewilayah ini. (Panjono, 2012). Banyak faktor yang menjadi kendala dalam pemiliharaan sapi bali, salah satunya adalah gangguan kesehatan. Ada beberapa macam gangguan kesehatan pada sapi, diantaranya disebabkan oleh infeksi virus, bakteri, dan parasit (Bandini, 2004). Parasit merupakan salah satu penghambat bagi gerak laju pembangunan peternak utama dalam hubungannya dengan peningkatan populasi dan produksi ternak. Menurut Soulsby (1982) dan Levine (1994) parasit yang sering menginfeksi saluran pencernaan sapi adalah cacing nematoda, diantaranya, Haemonchus contortus, Bunostonum phlebotomum, Strongyloides papillosus, Trichostrongylus axei, Toxocara vitulorum, Oesophagustomum raditum, Nematodirus filicollis, Cooperia punctata, Trichuris ovis. Hasil penelitian di Ethiophia melaporkan prevalensi infeksi parasit saluran pencernaan pada ternak ruminansia di dapat rata-rata sebesar 69,86%. Pada sapi 50,2%, pada kambing 75,3 %, dan pada domba 84,1% (Regassa et al., 2006). Sedangkan hasil penelitian Affan (2013) pada sapi bali yang dipelihara disentra pembibitan sapi bali di desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung dilapaorkan bahwa cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi sapi bali diantaranya: Bunostomum phlebotomum (2,07%), Strongyloides papillosus (2,41%), Trichostrongylus axei (3,45%), Trichuris ovis (1,31%). Prevalensi infeksi cacing nematoda secara umum dipengaruhi oleh hospes, agen penyakit dan lingkungan. Dari ketiga faktor tersebut faktor lingkungan berpengaruh paling dominan. Lingkungan yang kotor dan lembab, merupakan tempat yang cocok untuk perkembangannya berbagai telur cacing. Peternak yang memilihara sapinya di TPA Suwung 76

Denpasar, menerapkan pemiliharan yang masih bersifat tradisonal; dimana sapi-sapinya dilepaskan dan mencari pakan berupa rumput, sisa-sisa makanan, minuman yang didapat dari tempat yang tertimbun sampah-sampah di lingkungan tempat pembuangan akhir. Kebersihan tempat untuk tidur tidak terurus, kotoran sapi masih terlihat menumpuk di tempat beristirahat. Cara pemeliharaan seperti ini dapat memicu terjadinya infeksi cacing akibat dari makanan dan minuman tercemar oleh telur ataupun larva infektif. Selain itu kondisi lingkungan TPA Suwung Denpasar, sangat kotor dan lembab sehingga tidak layak untuk memilihara sapi-sapi disana. Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan sampel feses sapi bali yang dipelihara di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Suwung Denpasar, jumlah feses yang diteliti sebanyak 100 sampel yang dibedakan berdasarkan umur dan jenis kelamin. Bahan lain yang digunakan adalah air dan larutan NaCl jenuh sebagai larutan pengapung. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah gelas beker, saringan, tabung sentrifuse dan sentrifugator, pipet pasteur, rak tabung reaksi, gelas obyek, gelas penutup, dan mikroskop. Sampel feses sapi bali yang terjatuh dii TPA Suwung Denpasar diambil sebanyak 10-15 gram kemudian dimasukan ke dalam plastik dan diberi label. Pemeriksaan feses dilakukan dengan metode konsentrasi apung. Feses seberat ± 3 gram dimasukan ke dalam gelas beker, ditambahkan aquades sampai kosentrasinya kira-kira 10% (30 ml air), kemudian aduk sampai homogen. Selanjutnya memakai saringan dan hasilnya ditampung dengan gelas beker yang lain. Filtrat dimasukkan ke dalam tabung sentrifiuse sampai ¾ volume tabung (skala 10). Sentrifius dengan kecepatan 1.500 rpm selama 3 menit. Tabung sentrifuge dikeluarkan dari dalam sentrifugator, supernatannya dibuang dengan cara dituangkan. Tambahkan larutan pengapung sampai ¾ volume tabung (skala 10), aduk hingga homogen, kemudian dimasukkan lagi ke dalam sentrifugator dan disentrifusi dengan kecepatan 1.500 rpm selama 2-3 menit. Keluarkan tabung sentrifuse secara hati-hati dari dalam sentrifugator dan selanjutnya ditaruh pada rak tabung reaksi dengan posisi tegak lurus. Tambahkan cairan pengapung secara perlahan-perlahan dengan cara ditetesi menggunakan pipet pasteur sampai permukaan cairan cembung (tidak boleh 77

sampai tumpah). Tunggu selama 2 menit dengan tujuan memberikan kesempatan telur cacing untuk mengapung ke permukaan. Ambil gelas penutup, kemudian disentuhkan pada permukaan cairan pengapung dan setelah itu tempelkan diatas gelas obyek. Periksa dengan mikroskop, dengan pembesaran obyektif 40X. Indentifikasi telur berdasarkan morfologi menurut Taylor et al. (2007) dan Zajac (2012). Data yang diperoleh dari penelitian ini di laporkan secara deskriptif. Untuk mengetahui prevalensi dari cacing nematoda dapat di hitung dengan rumus sebagai berikut : Prevalensi jumlah sampel terinfeksi jumlah sampel yangdiperiksa x100 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil penelitian terhadap 100 sampel feses yang diperiksa, didapatkan (30%) positif terinfeksi cacing nematoda saluran pencernaan. Setelah di identifikasi jenis cacing nematoda saluran pencernaan yang menginfeksi sapi bali adalah cacing tipe strongyl dengan jumlah (28%) dan cacing Strongyloides sp berjumlah (8%). Ringkasannya seperti gambar 1. Gambar 1. Histogram prevalensi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali yang dipelihara di tempat pembuangan akhir (TPA) Suwung Denpasar. 78

Berdasarkan jenis kelamin, dari 6 ekor sapi berjenis kelamin jantan, 3 diantaranya positif terinfeksi cacing nematoda dengan prevalensi (50%), sedangkan pada sampel sapi betina berjumalah 94 ekor, 27 diantaranya positif terinfeksi cacing dengan prevalensi (28,72%). Ringkasannya seperti tabel 1 berikut ini. Tabel 1. Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan Berdasarkan Jenis Kelamin Sapi. Jenis Kelamin Jumlah Sampel Positif Negatif Persentase(%) Jantan 6 3 3 50 Betina 94 27 67 28,72 Berdasarkan umur sapi, pada pedet yang berjumlah 21 ekor, 6 diantaranya positif terinfeksi cacing dengan prevalensi (28,57%), sedangkan pada sapi dewasa yang berjumlah 79 ekor, 24 diantaranya positif terinfeksi cacing dengan prevalensi (30,38%). Ringkasannya pada tabal 2 berikutini. Tabel 2. Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan Berdasarkan Umur Sapi. Umursapi Jumlah sampel Positif Negatif Persentase(%) Pedet 21 6 15 28,57 Dewasa 79 24 55 30,38 Bedasarkan jumlah dan jenis infeksinya, oleh infeksi tunggal tipe strongyl berjumlah 22 diantranya positif dengan prevalensi (22%), dan Strongyloides sp berjumlah 2 diantaranya positif dengan prevalensi (2%). Infeksi ganda dan campuran oleh tipe strongyl dan Strongyloides sp ditemukan 6 sampel positif dengan prevalensi (6%). Ringkasannya pada tabal 3 berikut ini. Tabel 3. Prevalensi Infeksi Cacing Nematoda Saluran Pencernaan Pada Sapi Berdasarkan Jenis Infeksi dantipe Infeksi. Jenis infeksi Tipe infeksi Positif Persentase (%) Strongyl 22 22 Tunggal Strongyloides sp 2 2 Ganda Strongyl + Strongyloides sp 6 6 79

Dari hasil penelitian didapat prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali di Tempat Pembungan Akhir (TPA) Suwung Denpasar sebesar (30%). Terinfeksinya sapi bali di TPA Suwung Denpasar disebabkan karena sanitasi pakan dan minum yang kurang bagus, sapi tidak dikandangkan dan dilepaskan di sekitar lingkungan TPA Suwung Denpasar. Kebersihan kandang tidak terurus, sehingga sapi yang dipelihara di TPA Suwung Denpasar kurang diperhatikan dimana feses masih terlihat menumpuk ditempat sapi beristirahat, dan lingkungan sekitar TPA. Feses yang tertinggal mungkin mengandung telur, karena didukung oleh lingkungan sehingga akan berkembang menjadi telur infektif atau larva infektif. Larva infektif akan menulari sapi dengan cara menembus kulit saat istirahat. Selain itu juga disebabkan karena pedet yang dilepaskan bisa menjadi faktor penularan infeksi cacing, karena pedet yang belum dikeluh sering terlihat masuk ke dalam tempat makan untuk belajar makan, hal ini yang menyebabkan tercemarnya pakan atau minuman oleh telur atau larva infektif. Feses sapi biasanya dibiarkan di lingkungan sekitar TPA yang merupakan tempat sapi-sapi mencari pakan dan minuman, sehingga tidak menutup kemungkinan feses yang tertinggal disana mengandung telur, sehingga berkembang menjadi larva atau telur infektif akan mencemari pakan sapi. Sapi bali dapat terinfeksi cacing nematoda tipe strongyl dan Strongyloides sp karena memakan rumput yang tercemar larva infektif. Pencemaran dari cacing tipe strongyl dan Strongyloides sp adalah melalui larva infektif (Soulby, 1982). Berdasarkan hasil penelitian, kejadian infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali di TPA Suwung Denpasar sebesar (30%). Dibandingkan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Affan (2013) melaporkan bahwa prevalensi nemetoda yang menginfeksi sapi bali di Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Kabupaten Badung adalah (9,31%) lebih rendah dari hasil penelitian di TPA. Perbedaan prevalensi yang di dapat, disebabkan karena sistem pemiliharan yang diterapkan. Sistem pemiliharan sapi bali yang terdapat di TPA Suwung Denpasar, menerapkan pemiliharan sapi bali dilepaskan untuk mencari pakan dan minum di sekitar lingkungan TPA, sedangkan sapi bali yang diteliti oleh Affan (2013) menggunakan sistem pemiliharan semi intensif. Faktor lain yang berpengaruh terhadap prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan, antara lain : agen penyebab, umur, jenis kelamin, breed, pakan, wilayah, serta menejemen yang diterapkan (Soulby,1982; Regassa et al., 2006). 80

SIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa prevalensi infeksi cacing nematoda saluran pencernaan pada sapi bali di TPA Suwung Denpasar sebesar (30%). Jenis cacing nematoda saluran pencernaan yang ditemukan pada sapi bali di TPA Suwung Denpasar terdiri dari jenis cacing tipe strongyl (28 %) dan jenis cacing Strongyloides sp (8%). SARAN Perlu memberi penyuluhan kepada peternak untuk menambah pengetahuan tentang menejemen pemiliharaan sapi yang baik dan benar.perlu diberikan pengobatan dengan memberikan obat cacing secarateratur pada ternak sapi. Sapi-sapi sebaiknya dikandangkan dan tidak digembalakan di lingkungan TPA, sehingga mengurangi terinfeksinya cacing. UCAPAN TERIMAKASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada kepalalaboratorium Parasitologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Udayanayang telah memberikan izin serta sarana dan prasarana selama penulis melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat terselesaikan dengan baik. DAFTAR PUSTAKA Affan Nur Alamsyah, 2013. Prevalensi Nematoda Gastrointestinal pada Sapi bali di Sentra Pembibitan Sapi Bali, Desa Sobangan, Kecamatan Mengwi, Badung. Fakultas Kedokteran Hewan Udayana. Bandini, Y. 2004. Sapi bali. Jakarta: Penebar Swadaya. Levine, Norman D 1994. Buku Pelajaran Parasitologi Veteriner. Yogyakarta: Gadjah Mada Uneversity Press Pane, I. 1990. Upaya Peningkatan Mutu Genetik Sapi bali di P3 Bali. Seminar Nasional Sapi bali 20-22 September 1990, Fakultas Peternakan Universitas Udayana Denpasar- Bali Panjono. 2012. Bangsa-Bangsa Sapi. Klaten: PT Intan Sejati. Payne, WJA. 1970. Cattle Production In the Tropics. Tropical Argriculture Series, Breeds and Breeding. Longman. Regassa F, Sori T, Dhuguma R, Kiros Y. 2006. Epidemiology of Gastrointestinal Parasites of Ruminants in Westren Oromia, Ethiopia. Interen J Appl Res Vet Med 4 (1). Soulsby, EJL. 1982. Helminths, Arthropods, and Protozoa of Domesticated Animals 7 thn ed. Philadelphia, london. Bailliere Tindall Taylor MA, Coop RL, Wall RL. 2007. Veterinary Parasitology. Oxford, UK: Blackwell Publishing. 81

Tim Pusat Kajian Sapi Bali. 2012. Sapi bali Sumberdaya Genetika Asli Indonesia. Universitas Udayana Denpasar Zajac AM. 2012. Clinical Veterinary Parasitology. 8 th ed. Iowa: Blackwell Publishing. 82