INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA

dokumen-dokumen yang mirip
Evaluasi Kinerja Pelayanan Pada Simpang Empat Juanda Kabupaten Sidoarjo

STUDI OPERASI WAKTU TEMPUH DAN LOAD FACTOR PADA TIAP HALTE BUSWAY TRANSJAKARTA TRAYEK KOTA BLOK M

Indikator pengukuran kinerja jalan perkotaan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG

KINERJA LAYANAN BIS KOTA DI KOTA SURABAYA

Rekayasa Teknik Sipil Vol 3 Nomer 3/rekat/14 (2014) : Kabupaten Sidoarjo. Anita Susanti. Dosen Teknik Sipil. Universitas Negeri Surabaya

MAHASISWA : DANANG IDETYAWAN DOSEN PEMBIMBING: IR HERA WIDIYASTUTI, MT.PHD ISTIAR, ST.MT

I. PENDAHULUAN. Permasalahan di sektor transportasi merupakan permasalahan yang banyak terjadi

EVALUASI KINERJA TRAYEK LYN BM SURABAYA JURUSAN BRATANG MENANGGAL DISUSUN OLEH : BIMA PUTRA

BAB I PENDAHULUAN. tinggi yang mengakibatkan kepadatan penduduk yang tinggi. Hal ini berdampak

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR SURABAYA SIDOARJO ( LEWAT JALAN AHMAD YANI)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan

EVALUASI KINERJA BUS EKONOMI ANGKUTAN KOTA DALAM PROVINSI (AKDP) TRAYEK PADANG BUKITTINGGI

ANALISIS DEMAND BUS RAPID TRANSIT PADA MERR SURABAYA

TUGAS AKHIR. Oleh: RICO CANDRA L2D

BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Masalah

EVALUASI PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) Fitra Hapsari ( ) Jurusan Teknik Sipil Bidang Keahlian Manajemen Rekayasa Transportasi

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut kamus besar bahasa Indonesia edisi (2005) Evaluasi adalah

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Implementasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan dan Penjadwalan Keberangkatan Bus Kota DAMRI (Studi Kasus di Surabaya)

PERSEPSI PENUMPANG TERHADAP PENGOPERASIAN DAN PENGEMBANGAN SISTEM ANGKUTAN UMUM DI KOTA MAKASSAR

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Munawar, A. (2004), angkutan dapat didefinisikan sebagai

BAB III METODOLOGI MULAI. Studi Pustaka. Perumusan Masalah dan Tujuan. Persiapan dan Pengumpulan Data

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

EVALUASI KINERJA SIMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS : JLN. RAYA KARANGLO JLN. PERUSAHAAN KOTA MALANG)

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008) Evaluasi adalah penilaian. Prestasi yang di perlihatkan, (3) kemampuan kerja.

PERATURAN DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PENGELOLAAN SISTEM BUS RAPID TRANSIT

KEPUTUSAN MENTERI PERHUBUNGAN NOMOR : KM 65 TAHUN 1993 T E N T A N G FASILITAS PENDUKUNG KEGIATAN LALU LINTAS DAN ANGKUTAN JALAN MENTERI PERHUBUNGAN,

Evaluasi Kinerja Angkutan Umum (Bis) Patas dan Ekonomi Jurusan Surabaya - Malang

MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS PERSIMPANGAN SEPANJANG Jl. A. YANI SISI BARAT AKIBAT PEMBANGUNAN FRONTAGE ROAD

ANALISIS PENERAPAN BRT (BUS RAPID TRANSIT) DENGAN PEMBANGUNAN BUSLANE PARSIAL PADA KORIDOR UTARA-SELATAN KOTA SURABAYA

PERENCANAAN ANGKUTAN BUS KORIDOR TERMINAL TAMBAK OSOWILANGUN PERAK KENJERAN SURABAYA

PERENCANAAN TRAYEK KERETA API DALAM KOTA JURUSAN STASIUN WONOKROMO STASIUN SURABAYA PASAR TURI TUGAS AKHIR

STUDI ANALISIS DAMPAK LALU LINTAS PEMBANGUNAN SURABAYA GRAMEDIA EXPO

BAB V PENUTUP. Dari hasil analisis dan perhitungan yang telah dilakukan pada bab. sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB IV METODOLOGI PENELITIAN. (terlihat gambar 4.1.) dan Jl. Diponegoro (depan pasar Kranggan) (terlihat

MANAJEMEN LALU LINTAS DI PUSAT KOTA JAYAPURA DENGAN MEMPERTIMBANGKAN PENATAAN PARKIR

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN DAN TINGKAT KEPUASAN 8 KORIDOR TRANSJAKARTA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Peranan Lalu Lintas dan Angkutan Jalan. pemindahan orang dan atau barang dari suatu tempat ke tempat lain dengan

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT TREM DI JALAN RAYA DARMO SURABAYA

EVALUASI SISTEM PELAYANAN TRANSIT ANTAR KORIDOR BUS RAPID TRANSIT TRANS SEMARANG

PERENCANAAN WILAYAH KOMERSIAL STUDI KASUS RUAS JALAN MARGONDA DEPOK

: PERHUBUNGAN : URUSAN PEMERINTAHAN ORGANISASI DINAS PERHUBUNGAN JUMLAH DASAR HUKUM URAIAN KODE REKENING

MANAJEMEN LALU LINTAS AKIBAT BEROPERASINYA TERMINAL TIPE C KENDUNG BENOWO SURABAYA

PELUANG INVESTASI PEMBANGUNAN LRT DAN BRT

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

EVALUASI KINERJA OPERASIONAL PELAYANAN TERMINAL TIPE C PADA TERMINAL PADANGAN DI KABUPATEN MOJOKERTO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 TINJAUAN UMUM

Manajemen Fasilitas Pejalan Kaki dan Penyeberang Jalan. 1. Pejalan kaki itu sendiri (berjalan dari tempat asal ke tujuan)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Contoh penyeberangan sebidang :Zebra cross dan Pelican crossing. b. Penyeberangan tidak sebidang (segregated crossing)

DATA JUMLAH MIKROLET DI KOTA SURABAYA 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sumber kebutuhan manusia tidak berada di sembarang tempat, sehingga terjadi. 1. manusia yang membutuhkan perangkutan,

ALTERNATIF (Waktu Sinyal Manajemen Lalu Lintas)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISIS KEMACETAN LALU LINTAS DI SUATU WILAYAH (STUDI KASUS DI JALAN LENTENG AGUNG)

EVALUASI PENGARUH PASAR MRANGGEN TERHADAP LALU-LINTAS RUAS JALAN RAYA MRANGGEN

BAB 1 PENDAHULUAN. Angkutan umum sebagai salah satu moda transportasi untuk melakukan

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

I. PENDAHULUAN. Transportasi merupakan faktor pendukung pertumbuhan perekonomian di sebuah

PERENCANAAN PEMBERHENTIAN BUS RAPID TRANSIT (BRT) DAN AKSES BAGI PENUMPANG DI KORIDOR UTARA SELATAN SURABAYA

Alternatif Pemecahan Masalah Transportasi Perkotaan

INDIKATOR KINERJA UTAMA SKPD LAKIP 2012

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

KONSEP PERGERAKAN TRANSPORTASI DI KOTA SURABAYA

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 26 TAHUN 2008 T E N T A N G

STUDI BIAYA EMISI CO AKIBAT ADANYA RENCANA PENGEMBANGAN TRANSPORTASI MASSAL CEPAT (TREM) DI SURABAYA

BAB I PENDAHULUAN I.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN I.1

EVALUASI PENERAPAN BELOK KIRI LANGSUNG PADA SINMPANG BERSINYAL (STUDI KASUS SIMPANG TIGA SUPRIYADI)

SATUAN ACARA PERKULIAHAN ( SAP ) Mata Kuliah : Rekayasa Lalulintas Kode : CES 5353 Semester : V Waktu : 1 x 2 x 50 menit Pertemuan : 4 (Empat)

Scaffolding 4 (1) (2015) Scaffolding.

Perencanaan Trase Tram Sebagai Moda Transportasi Terintegrasi Untuk Surabaya Pusat

Agus Surandono 1,a*, Amri Faizal 2,b

BAB III METODOLOGI MULAI. Permasalahan

T E N T A N G WALIKOTA SURABAYA,

SEMINAR TUGAS AKHIR. Aplikasi Aljabar Max-Plus Pada Pemodelan Dan Penjadwalan Busway Yang Diintegrasikan Dengan Kereta Api Komuter

I. PENDAHULUAN. transportasi sehingga bertambah pula intensitas pergerakan lalu lintas kota.

KATA PENGANTAR. penyusunan tugas akhir ini dengan judul Evaluasi Kinerja Simpang Bersinyal

BAB II KERANGKA TEORITIS. NO.: 011/T/Bt/1995 Jalur Pejalan Kaki yang terdiri dari :

OPERASIONAL ANGKUTAN PARATRANSIT SEPEDA MOTOR DI KAWASAN TERMINAL BUNGURASIH SURABAYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Dampak Pembangunan Mall Olimpic Garden (MOG) Terhadap Lalu Lintas Kota Malang

BUPATI PASURUAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN PASURUAN NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG MANAJEMEN DAN REKAYASA LALU LINTAS

PERATURAN MENTERI PERHUBUNGAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PM 35 TAHUN 2018 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN PENGHARGAAN WAHANA TATA NUGRAHA

TERMINAL TOPIK KHUSUS TRANSPORTASI

BAB III METODOLOGI. 3.1 Metodologi Pemecahan Masalah B A. Studi Pustaka MULAI. Permasalahan. Observasi Lapangan. Pengumpulan Data

LAMPIRAN Kajian Kebijakan Standar Pelayanan Angkutan Umum di Indonesia (Menurut SK. Dirjen 687/2002)

Studi Pemilihan Jenis dan Sebaran Fasilitas Penyeberangan di Koridor Urip Sumiharjo Kota Makassar

Studi Pemindahan Lokasi Parkir dari On-street parking menjadi Off-street parking (Studi Kasus Jalan Dhoho Kediri)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perkembangan kota sebagai perwujudan aktivitas manusia senantiasa mengalami perkembangan dari waktu ke waktu.

BAB I PENDAHULUAN. interaksi yang baik dan ideal antara komponen komponen transportasi

Transkripsi:

INFRASTRUKTUR TRANSPORTASI DALAM MENDUKUNG ANGKUTAN MASSAL BUSWAY YANG BERKELANJUTAN DI SURABAYA Dadang Supriyatno Jurusan Teknik Sipil, Prodi Teknik Transportasi, Universitas Negeri Surabaya Ketintang, Surabaya, Jawa Timur Email : dadang.supriyatno@gmail.com Abstrak Rencana pengoperasian Angkutan Massal Cepat/BRT berupa bus besar yang beroperasi pada jalur khusus terpisah di jalur utama tengah kota arah Utara Selatan merupakan salah satu upaya peningkatan pelayanan angkutan massal yang harus disambut baik denganya adanya keberadaan prasarana angkutan yang sangat memadai. Ketersediaan prasarana yang memadai berupa halte dan JPO sangat mendukung dalam meningkatkan pelayanan angkutan dalam hal ini pelayanan Bus Rapid Transit bagi masyarakat pada umumnya. Sehingga permasalahan seperti kemacetan yang merupakan gambaran permasalahan transportasi perkotaan dapat segera diatasi. Penelitian dilakukan guna mengevaluasi kebutuhan infrastruktur halte dan JPO dalam mendukung beroperasinya angkutan massal cepat di wilayah Surabaya Selatan. Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survai primer dan survai sekunder dimana kedua survai tersebut sangat diperlukan demi keberhasilan penelitian ini. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada enam (6) titik rencana penataan halte yang akan ditetapkan dan ada tambahan sembilan (9) JPO yang harus tersedia di ruas jalan A.Yani sebagai ruas jalan utama masuknya Kota Surabaya. Enam titik lokasi rencana penataan halte ada di halte Siwalankerto, halte Diponegoro, halte Jemursari, halte Margorejo,halte Waru, halte RSI. Sedangkan evaluasi kebutuhan JPO yang harus ada di ruas jalan A.Yani adalah di depan LLAJ Jatim, depan PO Bus Kalisari, depan RM Kartika, depan Toyota, depan Polda, depan Pabrik Kulit, depan Giant, depan UMC, depan SMA Bhayangkari/Royal Plaza. Kata Kunci: BRT, halte, JPO, Surabaya Selatan PENDAHULUAN Latar Belakang Pertumbuhan kendaraan yang semakin meningkat yang tidak diimbangi dengan adanya persediaan infrastruktur halte dan JPO dalam mendukung beroperasinya angkutan massal cepat dapat menyebabkan permasalahan transportasi perkotaan pada umumnya. Perlunya evaluasi kebutuhan infrastruktur halte dan JPO di wilayah Surabaya Selatan dalam hal ini di sepanjang ruas jalan A.Yani sebagai ruas jalan utama dan pintu masuknya Kota Surabaya. Perencanaan penataan halte dan JPO dilakukan berdasarkan potensi naik turun penumpang, agar halte lyn-lyn yang berhenti di sepanjang koridor Bus Rapid Transit yang direncanakan dapat terintegrasi dengan rencana halte Bus Rapid Transit tersebut. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah mampu mengevaluasi tingkat kebutuhan infrastruktur dalam perencanaan halte dan JPO di wilayah Surabaya Selatan terutama di sepanjang koridor Bus Rapid Transit. Maksud penelitian ini adalah mampu memberikan gambaran secara detail titik-titik lokasi halte dan JPO dalam mendukung beroperasinya Bus Rapid Transit guna peningkatan pelayanan angkutan massal cepat bagi masyarakat pada umumnya. Hal tersebut sangat perlu dilakukan agar permasalahan transportasi perkotaan seperti kemacetan dapat segera diatasi. Batasan Masalah Penelitian ini hanya terbatas membahas masalah infrastruktur halte dan JPO saja. Hal-hal lain mengenai jaringan jalan, terminal, trotoar dan pdestrian tidak dibahas dalam penelitian ini. Kebutuan Infrastruktur Jalur Utama dan Cabang Dalam memenuhi kebutuhan rencana pemberhentian (halte) yang terintegrasi antara jalur utama, jalur feeder dalam layanan sistem transportasi perkotaan, dari hasil analisa diatas bahwa rata-rata maksud perjalanan serta potensi naik turun pengguna angkutan lyn diwilayah Surabaya 79 dari 430

Selatan kebanyakan untuk bekerja dan tujuan bekerjanya berada di pusat kota. Sedangkan potensi naik turun penumpang kebanyakan berada pada jalur utama untuk berpindah ke angkutan lain sesuai tujuan bekerjanya. Sedangkan angkutan lyn yang kebanyakan menurunkan penumpangnya di jalur utama yang akan bepindah ke moda lainnya, seharusnya dilakukan penataan angkutan tersebut, agar tidak masuk kejalur utama dengan mengakhiri perjalanan pada tempat-tempat seperti pada persimpangan jalan antara jalur utama dengan jalur cabang, untuk selanjutnya Sosialisasi Rencana Penataan Angkutan Kota Terhadap Operator dan Penumpang Sosialisasi kepada operator dan penumpang mengenai rencana penataan angkutan kota sangat penting dilakukan, untuk meminimalisir dampak-dampak yang terjadi dengan adanya pelaksanaan penataan angkutan lyn baik mengenai dampak sosial maupun dampak ekonomi. Dalam kajian ini tidak memuat pembahasan mengenai dampak-dampak sosial maupun dampak ekonomi, namun gambaran dampak-dampak sosial dan ekonomi yang akan terjadi diantaranya adalah : 1. Pemotongan rute eksisting angkutan lyn. 2. Pengalihan rute angkutan lyn. 3. Dampak ekonomi penghasilan operator lyn akibat pemotongan rute. 4. Dampak ekonomi biaya / ongkos perjalanan penumpang ke tempat tujuan dengan berpindahpindah moda. 5. Sosialisasi kepada operator bahwa rute yang panjang belum tentu bisa mendapat keuntungan lebih besar. 6. Sosialisasi kepada operator mengenai biaya operasi kendaraan (BOK) yang dapat diminimalisir dengan adanya rute baru yang lebih pendek PEMBAHASAN Metode Penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah survai sekunder dengan mencari datadata pendukung terkaitn melakukan dengan kebutuhan infrastruktur, selain itu survai primer dengan melakukan survai traffic counting guna mengetahui potensi naik turun penumpang di sepanjang ruas jalan yang berhimpit dengan jalur Bus Rapid Transit. Tabel 1. Potensi Naik Turun Penumpang Pada Jalur Berhimpit Koridor Selatan Pada Arah Berangkat 80 dari 430

580 Prosiding Seminar Nasional Teknik Sipil 2016 ISSN: 2459-9727 Analisa Data Potensi naik turun penumpang perlu dievaluasi guna mengetahui titik lokasi penumpang naik dan turun atau matrik asal tujuan terbesar berada dimana. Hal ini sangat berpengaruh pada perencanaan halte dan JPO yang terintegrasi dengan Bus Rapid Transit. Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui potensi naik turun penumpang pada tabel 1. berikut ini. Tabel 2. Potensi naik turun penumpang pada jalur berhimpit koridor selatan pada arah pulang/kembali HALTE BUSWAY JEMBATAN PENYEBERANGAN JALUR KHUSUS BUSWAY JALUR KHUSUS BUSWAY KERB BETON 350 350 350 350 350 350 Gambar 1. Tipikal desain halte BRT dengan JPO 81 dari 430

MULTI HABITAT ENGINEERING CONSULTANT Kutisari Indah Selatan VI / 25 Surabaya UNESA Gambar 2. Rencana penempatan halte BRT dengan halte Lyn Tabel 2. Rencana penataan beberapa lyn dengan fasilitas infrastruktur halte dan JPO. No. Kode Trayek Trayek Lokasi Pemberhentian 1. BM Terminal Bratang-Pangkalan Menanggal Halte Siwalankerto (gb.2) 2. GL Pangkalan RSAL-Pasar Loak Halte Diponegoro 3. H4J Terminal Joyoboyo-Rungkut-Sedati Halte Jemursari (gb.2) 4. H4W Terminal Wonokromo-Rungkut-Sedati Halte Jemursari (gb.2) 5. JTK1 Terminal Joyoboyo-Pangkalan Tambak Klangri Halte Margorejo (gb.2) 6. JTK2 Terminal Joyoboyo-Pangkalan Medokan Ayu Halte Margorejo (gb.2) 7. H1 Terminal Wonokromo-Waru Halte Waru 8. H2P Terminal Wonokromo-Pagesangan-Menanggal Halte RSI (gb.2) Sumber : Hasil Analisa Halte Tempat pemberhentian angkutan umum baik itu bus kota maupun (lyn) dalam 2 yang terdiri dari sebuah halte bus atau tempat penampungan, dan tanda (tidak ada bangunan). Dari halte bus atau tempat penampungan sekitar 53 buah sedangkan bentuk tanda-tanda sejumlah 29 buah. Fasilitas Penyeberangan Berdasarkan pengamatan di lapangan terdapat ketersediaan fasilitas pejalan kaki baik trotoar dan fasilitas pejalan kaki di setiap jalan utama di kota Surabaya yang disurvei hampir semua jalan telah trotoar tersedia, namun, masih dalam kondisi baik dan berfungsi dengan baik kurang dari 60%, sisanya adalah trotoar rusak dan belum tersedia. Kondisi data dan jumlah fasilitas untuk pejalan kaki (zebra penyeberangan, Crossing The Bridge / JPO, dan trotoar) dapat dilihat pada tabel di bawah ini. 82 dari 430

Tabel 4. Jumlah shelter / halte bus di kota Surabaya Dengan bangunan : No Status shelter/halte bus (buah) Tanpa bangunan : Dibutuhkan Terpasang Dibutuhkan Terpasang (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Jalan Nasional 32 25 15 15 2 Jalan Propinsi 14 10 9 7 3 Jalan Kabupaten/Kota 25 18 9 7 Jumlah 71 53 33 29 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya Tabel 5. Jumlah zebra cross dan jembatan penyeberangan orang (JPO) di kota Surabaya No Fasilitas Dibutuhkan (buah) Terpasang (buah) Tabel 6. Jumlah trotoar di kota Surabaya Berfungsi (buah) (1) (2) (3) (4) (5) 1 Zebra cross 369 192 192 2 Jembatan penyeberangan JPO 31 16 16 Jumlah 400 208 208 Sumber : Dinas Perhubungan Kota Surabaya No Status Dibutuhkan (Km) Terbangun (Km) Lebar ratarata (Km) Keterangan (1) (2) (3) (4) (5) (6) 1 Jalan Nasional 80,87 45,5 3 2 Jalan Propinsi 18,57 10,92 3 3 Jalan Kota 1.997,00 1499,1 2,5 Kiri-kanan Jumlah rata-rata 2.096,44 1555,52 2,83 Sumber : Dinas Bina Marga dan Pematusan Kota Surabaya Analisa Kebutuhan Fasilitas Penyeberangan Kebutuhan akan fasilitas penyeberangan didasarkan pada jumlah orang yang melintasi fasilitas penyeberangan tersebut dan volume lalu lintaspada jalan raya selama jam sibuk seperti pada pagi hari, siang dan sore hari. Jenis fasilitas peyeberangan disajikan pada tabel 7 berikut ini. Tabel 7. Analisa kebutuhan fasilitas penyeberang di Jl. A. Yani No Pejalan Volume Lalu Lokasi Fasilitas Kode Jenis Fasilitas kaki (P) Lintas (V) PV2 Penyeberangan Lokasi Penyeberangan (orang/jam) (kend/jam) 1 Depan DLLAJ Jatim P2-Z 143 23446 7,86E+10 2 Depan PO. Bus P3-P 395 23446 2,17E+11 Kalisari 3 Depan RM. Kartika P4-Z 46 23446 2,53E+10 4 Depan Toyota P5-Z 86 23446 4,73E+10 83 dari 430

5 Depan Polda P7-Z 241 17010 6,97E+10 6 Depan Pabrik Kulit P9-Z 156 17010 4,51E+10 7 Depan Giant P10-Z 67 19714 2,60E+10 8 Depan UMC/Rumah Makan Padang P11-Z 100 19714 3,89E+10 9 Depan SMA Bhayangkari P12-Z 503 19714 1,95E+11 Sumber : Hasil analisa KESIMPULAN a) Potensi naik turunnya penumpang di koridor sisi selatan berbanding dengan rata rata naik dan turunnya penumpang pada jam sibuk yaitu 5120 Org/jam dan di luar jam sibuk 2786 Org/jam, yang berarti 44 % bepergian, 23 % bekerja dan sekolah, 17 % belanja, 7 % sosial dan 9 % lain lain. b) Peraturan yang ada belum mampu membatasi atau mengatur izin transportasi antar kota yang masuk ke kota Surabaya, sehingga transportasi antar kota yang berada di perbatasan kota Surabaya, beroperasi di kota Surabaya c) Pengembangan sarana dan prasarana untuk mendukung bahwa tidak adanya integrasi dengan kebutuhan masyarakat, sehingga banyak layanan transportasi umum yang menaik turunkan penumpang di sepanjang jalan dan bukan pada prasarana yang ada seperti halte, JPO serta penyeberangan lainnya DAFTAR PUSTAKA Morlok, Edward K. 1987. Pengantar Teknik dan Perencanaan Transportasi. Jakarta : Erlangga. Pedoman Teknis Penyelenggaraan Angkutan Penumpang Umum di Wilayah Perkotaan dalam trayek, 1996. Jakarta: Departemen Perhubungan Darat. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, Tentang angkutan Jalan Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 193, Tentang Prasarana dan Lalu lintas Jalan Tamin, Ofyar Z, 2000. Perencanaan dan Pemodelan Transportasi. Bandung : Institut Teknologi Bandung. Undang-undang Republik Indonesia nomor 14 Tahun 1992, Tentang Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Warpani, Suwardjoko P. 2000. Pengelolaan Lalu lintas dan Angkutan Jalan. Bandung : Institut Teknologi Bandung. 84 dari 430