BAB I PENDAHULUAN. Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN UKDW

BAB I PENDAHULUAN. kepada semua orang agar merasakan dan mengalami sukacita, karena itu pelayan-pelayan

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB V PENUTUP. diberikan saran penulis berupa usulan dan saran bagi GMIT serta pendeta weekend.

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1 PERMASALAHAN Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bertemunya masyarakat yang beragama, yang disebut juga sebagai jemaat Allah. 1

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. Dalam bab I ini, penulis menjelaskan latar belakang terjadinya penulisan Disiplin

BAB I PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Bab ini menjelaskan alasan atau dilakukannya penelitian ini serta

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB I. berasal dari bahasa Yunani, yaitu ekklesia (ek= dari, dan kaleo=memanggil), yaitu

BAB IV ANALISA FUNGSI KONSELING PASTORAL BAGI WARGA JEMAAT POLA TRIBUANA KALABAHI

BAB II GEREJA DAN PASTORAL

BAB IV ANALISA PEMAHAMAN MENGENAI BENTUK-BENTUK PELAYANAN KOMISI DOA DI JEMAAT GPIB BETHESDA SIDOARJO SESUAI DENGAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. Upaya untuk menilai sukses tidaknya pemimpin itu. dilakukan antara lain dengan mengamati dan mencatat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. Perjamuan kudus merupakan perintah Tuhan sendiri, seperti terdapat dalam Matius 26:26-29, Mar

BAB IV ANALISA FUNGSI PELAYANAN PASTORAL PENDETA BAGI WARGA JEMAAT. 4.1 Analisa Panca Pelayanan GMIT Menggunakan Teori Pastoral.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG MASALAH. Dalam era globalisasi yang sarat dengan teknologi dan perkembangan

BAB I P E N D A H U L U A N. menghargai orang yang menderita itu. Salah satunya dengan memanfaatkan metodemetode konseling dari ilmu psikologi.

BAB I PENDAHULUAN. Gereja merupakan persekutuan orang-orang percaya di dalam Kristus.

Pentingnya peran saksi dalam pernikahan (Suatu tinjauan terhadap pendampingan saksi nikah di jemaat GMIT Efata Benlutu)

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN 1. Permasalahan 1.1 Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan. Pelayanan kepada anak dan remaja di gereja adalah suatu bidang

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Gereja merupakan sebuah wadah yang seharusnya aktif untuk dapat

BAB V PENUTUP. terhadap permasalahan kekerasan pasangan suami isteri, yakni: 1. Peran Pendeta sebagai Motivator terhadap Permasalahan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Gereja adalah sebuah persekutuan orang-orang percaya, sebagai umat yang

BAB I PENDAHULUAN. material sampai pada segi yang bersifat mental, sehingga tidak mudah untuk menemukan dan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB IV REFLEKSI TEOLOGIS. perempuan atau pun jenis kelamin, semuanya pasti akan mengalaminya. Tidak hanya

Bab I Pendahuluan Bdk. Pranata Tentang Sakramen dalam Tata dan Pranata GKJW, (Malang: Majelis Agung GKJW, 1996), hlm.

BAB I KETENTUAN UMUM. Pasal 1 PENJELASAN ISTILAH

@UKDW BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memanggil mereka di dalam dan melalui Yesus Kristus. 1 Ada tiga komponen. gelap kepada terang, dari dosa kepada kebenaran.

BAB I PENDAHULUAN. 1 Majelis Agung GKJW, Tata dan Pranata GKJW, Pranata tentang jabatan-jabatan khusu, Bab II-V, Malang,

BAB IV PANDANGAN WARGA JEMAAT GBI BANDUNGAN TERHADAP PSK BANDUNGAN. A. Pandangan Warga Jemaat GBI Bandungan Terhadap PSK Bandungan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1.1.LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN. Latar belakang. Keluarga adalah kelompok terkecil dari masyarakat. Setiap anggota dalam

BAB V. Penutup: Refleksi, Kesimpulan dan Saran

Dalam rangka mewujudkan kehidupan bergereja yang lebih baik, GKJ Krapyak mempunyai strategi pelayanan kemajelisan sebagai berikut :

BAB IV ANALISIS HASIL PENELITIAN

1. Apa yang dipahami pejabat gereja dalam hal ini Pendeta jemaat tentang PASTORAL? 3. Sejak kapan TIM DOA ini hadir ditengah-tengah Gereja?

BAB I PENDAHULUAN A. PERMASALAHAN

2. Teori. (Jakarta: PT. Intisari Mediatama, 2007)

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. gereja, tetapi di sisi lain juga bisa membawa pembaharuan ketika gereja mampu hidup dalam

BAB I PENDAHULUAN 1. PERMASALAHAN

UKDW. Bab I. Pendahuluan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB III METODE PENELITIAN. Untuk memperoleh data lapangan guna. penelitian ini, penulis menggunakan pendekatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Permasahan. 1. Latar Belakang Masalah

Bab I Pendahuluan. Edisi 55, Fakultas Teologi UKDW, Yogyakarta, 1999, hal

BAB I. PENDAHULUAN. Gereja adalah suatu kehidupan bersama religius yang dijalani oleh manusia

Bab I Pendahuluan UKDW

BAB V PENUTUP. Pada bagian ini akan di paparkan tentang kesimpulan dan saran dari hasil penelitian

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam era globalisasi saat ini, banyak orang. yang menulis dan meneliti tentang sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. dan penderitaan, dan kebanyakan datang terlalu cepat". 1

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB 1 PENDAHULUAN. termasuk kepada anak-anak. Mandat ini memberikan tempat bagi anak-anak untuk

UKDW BAB I PENDAHULUAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN 1. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN. ajarannya akan berbeda dengan mainstream, bahkan memiliki kemungkinan terjadi

Pelayanan Konseling Pastoral Di GKP Jemaat Cimahi Tanpa Pendeta Jemaat

BAB I PENDAHULUAN. 1 J.D. Douglas, Ensiklopedi Alkitab Masa Kini Jilid II M Z, (Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih, 2007),

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Setiap budaya dari suatu kelompok masyarakat, pada dasarnya memiliki cara untuk

BAB I PENDAHULUAN. GPIB, 1995 p. 154 dst 4 Tata Gereja GPIB merupakan peraturan gereja, susunan (struktur) gereja atau sistem gereja yang ditetapkan

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB V PENUTUP. Bab ini menyajikan kesimpulan dari hasil. penelitian yang telah dilakukan. Kesimpulan yang. diambil kemudian menjadi dasar penyusunan

3. Sistem Rekrutmen Pengerja Gereja (vikaris) Gereja Kristen Sumba

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1 Chris Hartono, Mandiri dan Kemandirian, dalam Majalah Gema STT Duta Wacana, Maret 1983, p. 46.

BAB I PENDAHULUAN. sejarah misi terdahulu di Indonesia yang dikerjakan oleh Zending Belanda, orang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dewasa ini, pertumbuhan ekonomi yang semakin pesat tidak dapat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Kebijakan mutasi tenaga pendeta di GPM. Sesuai dengan data vikariat tahun 2013 yang

MILIK UKDW BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan

BAB I PENDAHULUAN UKDW

UKDW BAB I PENDAHULUAN

BAB IV TINJAUAN KRITIS TERHADAP MUTASI PENDETA DI GKBP

BAB V PENUTUP. sebelumnya, maka pada bab terakhir ini penulis akan menyimpulkan Telaah

BAB IV TINJAUAN HASIL PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1. Latar Belakang Permasalahan

BAB IV TINJAUAN TERHADAP PERUBAHAN MINAT MELAYANI DARI PERSPEKTIF PERUBAHAN SOSIAL

PENGARUH PEMBINAAN ROHANI TERHADAP KEAKTIFAN KAUM MUDA DALAM PELAYANAN DI GEREJA KRISTEN HOLISTIK JEMAAT SERENITY MAKASSAR SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1.Latar Belakang. Gereja adalah komunitas yang saling berbagi dengan setiap orang dengan

BAB I PENDAHULUAN. ada sebagian kecil orang yang memilih untuk hidup sendiri, seperti Rasul Paulus

BAB I PENDAHULUAN. Yogyakarta sebagai Runggun dan termasuk di dalam lingkup Klasis Jakarta-Bandung.

ANGGARAN DASAR PERSEKUTUAN PEMUDA KRISTIYASA GKPB BAB I NAMA, WAKTU DAN KEDUDUKAN

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Permasalahan

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH Dalam setiap profesi yang dilakoni oleh manusia tentu memiliki fungsinya masing-masing yang menjadi tugas dan tanggung jawabnya sendiri. Begitu pula menjadi seorang pendeta. Pendeta adalah seorang pemimpin jemaat, khususnya dalam hal moral dan spiritual. 1 Gereja Masehi Injili di Timor (selanjutnya disebut dengan GMIT) adalah salah satu gereja yang diharapkan mampu untuk menghasilkan pendeta-pendeta yang penuh dengan rasa tanggung jawab. Untuk itu, jabatan pendeta dapat diperoleh seseorang setelah melewati berbagai proses. Salah satu proses pembentukan karakter seorang pendeta di GMIT disebut masa vikariat. Proses ini wajib dijalani oleh seorang calon pendeta selama dua tahun. Setiap calon pendeta harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh GMIT. Syarat tersebut berhubungan dengan: 1). Pemahaman tentang Alkitab dan pengakuan dan ajaran GMIT; 2). Memiliki komitmen yang tinggi dalam pelayanan. Hal ini di tunjukan dengan kesediaan untuk bekerja penuh waktu, bersedia ditempatkan di mana saja dalam wilayah pelayanan GMIT, bersedia untuk tinggal di tempat pelayanan, bersedia untuk membangun hubungan persaudaraan dan persekutuan dengan jemaat; 3). Memiliki kecakapan dan ketrampilan manegerial. Seorang pendeta adalah pemimpin yang harus menjadi teladan bagi jemaat. Keteladanan hidup seorang pendeta bercermin dari teladan Kristus. Seorang pendeta adalah panutan bagi jemaat dalam kehidupan secara rohani maupun jasmani. 2 Dari uraian ini memberi gambaran 1 G. D. Dahlenburg, Siapakah pendeta Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1999), hal.12. 2 Majelis Sinode GMIT, Tata Dasar GMIT, (Majelis Sinode GMIT : Kupang, 2010). 1

bahwa terdapat standar khusus yang harus dipenuhi oleh seseorang, sebelum ditabiskan menjadi pendeta. Tidak saja standar akademik tetapi juga komitmen pelayanan yang tinggi, memiliki ketaatan dan mampu menjadi teladan, serta memiliki disiplin hidup ditengah jemaat. Fungsi seorang pendeta dalam pelayanan sebagaimana yang terdapat dalam Peraturan Pokok GMIT tentang jabatan pendeta, antara lain: 3 1. Pendeta berwenang untuk : a. Melayani Firman Allah dan sakramen, b. Menggembalakan umat dan melaksanakan perkunjungan rumah tangga, c. Melayani peneguhan sidi dan pemberkatan nikah d. Menthabiskan pejabat gereja e. Memperhadapkan karyawan gereja, Badan Pengurus, Badan Pembantu Pelayanan, dan Unit Pembantu Pelayanan, f. Menjadi ketua majelis jemaat, g. Memakamkan orang mati. 2. Tugas pendeta adalah melaksanakan panca pelayanan GMIT, yaitu pelayanan Koinonia (Persekutuan jemaat), Diakonia (pelayanan kasih), Marturia (pengajaran), Liturgia (tata ibadah) dan Oikonomia (Penataan kerumahtanggaan). Rumusan tentang tugas, wewenang dan tanggungjawab pendeta di atas, memberi gambaran bahwa, pendeta memiliki tugas untuk memimpin serta melengkapi warga jemaat untuk tugas kesaksian, pelayanan diakonia, penggembalaan, memelihara keutuhan jemaat dan mengelola perbendaharaan gereja demi kepentingan pelayanan. 3 Majelis Sinode GMIT, Tata Dasar..., 2010. 2

Kenyataannya dalam Evaluasi terhadap kinerja pendeta oleh Majelis Sinode GMIT periode 2007-2011, menunjukan bahwa kinerja pendeta GMIT rendah. Laporan MS-GMIT periode 2011-2015, dalam sidang kerja pada tanggal 24-27 September 2012 disampaikan bahwa sekitar 90% masalah yang diselesaikan oleh MS-GMIT pada tahun pertama adalah masalah personil, yang berhubungan dengan kinerja pendeta. Masalah dimaksud antara lain adanya pendeta yang tidak tinggal di jemaat; adanya pendeta hari minggu; rusaknya relasi antara pendeta dengan pendeta, khususnya di jemaat yang memiliki pendeta lebih dari satu; rusaknya relasi antar pendeta dengan majelis jemaat; rusaknya relasi antara pendeta dengan jemaat; rusaknya relasi antara pendeta dengan Ketua Majelis Klasis; adanya masalah moralitas dan disiplin hidup. 4 Dari fakta lapangan yang didapat oleh penulis, salah satu klasis di GMIT yaitu klasis Kupang Tengah, pendeta jemaat di gereja Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah yang tidak berdomisili di pastori yang telah disediakan oleh jemaat, namun lebih memilih untuk tinggal bersama keluarga dan mengunjungi jemaat hanya pada hari sabtu dan minggu. Pendeta tersebut juga memiliki seorang istri yang berprofesi sebagai pendeta, namun istrinya itu mendapatkan tugas di tempat yang jauh dari suaminya, sehingga mereka lebih memilih untuk tinggal di kota dari pada tinggal bersama jemaat, sehingga pelayanan pengembalaan menjadi terabaikan, 5 padahal Herbert Anderson yang mengutip E. Thurneysen, pelayanan penggembalaan adalah suatu percakapan yang didasarkan pada asumsi yang paling pokok. Pelayanan ini diarahkan kepada suatu percakapan yang 4 Laporan Pertanggung Jawaban Majelis Sinode GMIT periode 2007-2011 dalam sidang sinode GMIT di Rote tahun 2015. 5 Berdasarkan hasil wawancara dengan ketua wilayah Kupang Tengah, Senin-29-Desember-2014. 3

berlangsung dari firman Allah dan memimpin kepada firman Allah. 6 Penggembalaan adalah pelayanan yang membawa seseorang untuk semakin memahami kebenaran firman Tuhan dan kebenaran firman Tuhan itulah yang membuatnya mampu menjalani segala pergumulan hidupnya bersama dengan Tuhan. 7 Melalui kenyataan ini, integritas pendeta sebagai teladan dan pemimpin di tengah jemaat mulai dipertanyakan dengan mengingat tugas dan tanggungjawab yang telah diemban. Memang pelayanan-pelayanan terhadap jemaat seperti pelayanan rumah tangga bisa dilakukan oleh majelis yang ada, namun bagaimanapun jemaat lebih membutuhkan sosok yang mampu membimbing mereka dengan pemahaman Alkitab secara benar agar kehidupan jemaat bisa menjadi baik. Akibat yang timbulpun menyangkut masalah personil, yaitu kurangnya relasi dengan jemaat, perbendaan pendapat dengan majelis, tingkat kehadiran jemaat dalam ibadah yang kurang, serta berdampak bagi kehidupan spirituaal jemaat yang kurang sehingga menyebabkan menurunya nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan jemaat. Dengan mengacu pada hal di atas, maka sebaiknya para pendeta hari minggu tersebut sebaiknya lebih teliti dan peka terhadap tugas dan tanggung jawabnya, terkhususnya tugas sebagai pendampingan pastoral. Pendampingan patoral menurut Howard Clinebell 8 menjabarkan lima fungsi pendampingan dan konseling pastoral, yaitu: 1. Penyembuhan (healing) adalah fungsi pastoral yang bertujuan mengatasi beberapa kerusakan dengan cara mengembalikan orang itu pada suatu keuruhan dan menuntun ke arah lebih baik dari sebeumnya. 6 Incarnation and Patoral Care dalam The Chucrh and Pastoral Care, (ed. LeRoy Aden dan J. Harold Ellens; Grand Rapids: Baker, 1988), pg.58. 7 Obligations of Pastor and Congregation to Each Other dalam Vital Ministry Issues, (ed. Roy B. Zuck; Grand Rapids; Kregel, 1994), pg.95. 8 Howars Clinebell, Tipe-Tipe Dasar Pendampingan dan Konseling Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2011), hal.53-54. 4

2. Penopang (stuaining) adalah menolong orang yang terluka untuk bertahan melewati sutu keadaan yang dalamnya pemulihan kepada keadaan semula atau penyembuhan dari penyakit yang tidak mungkin atau tipis kemungkinan. 3. Pembimbingan (guidingi) adalah membntu orang-orang yang kebingungan untuk menentukan pilihan-pilihan yang pasti diantara berbagai pikiran dan tindakan alternatif, jika pilihan demikian dipandang sebagai yang mempengaruhi jiwa sekarang dan akan datang. 4. Pendamaian (reconciling) adalah berupaya untuk membangun relasi manusia dengan sesamanya dan antara manusia dengan Allah. 5. Mengasuh (nurturing) adalah bahwa penderita perlu ditolong dengan pengasuhan dalam arah menolong klien dalam hal pelayanan pastoral. Selaras dengan pemahaman Clinebell, Van Beek menambahkan satu fungsi pastoral tentang holistik. Holistik adalah fungsi utama dan tujuan utama dari pendampingan pastoral yaitu pengutuhan kehidupan manusia dalam segala aspek baik sosial, fisik, mental dan juga spiritual, 9 oleh karena itu pendeta diharapkan mampu untuk menjadi teladan bagi jemaatnya yang nampak dalam cara berpikir, perkataan, sikap, perilaku, dan karakternya. 10 Sebagai seorang pemimpin yang memimpin jemaatnya, pendeta juga diharapkan dapat memberi arah tujuan ke mana jemaat tersebut akan dibawa, yang tentunya agar menjadi lebih maju, lebih baik, lebih berkualitas dan meningkat dari segi jumlah. 11 Untuk itu, seorang pendeta harus menyadari panggilan hidup sebagai pendeta 9 Aart Van Beek, Pendampingan Pastoral, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2003), hal.12 10 The Journal of Pastoral Care and Counseling, SAGE JOURNAL, 2011. 11 Phan Bien Ton, Perkembangan Paradigma Pendampingan Pastoral di Indonesia, jurnal ICDCollege 2011, (diakses pada Jumat, 20-Februari-2015 pukul 21.07 WIB). 5

yaitu melakukan pelayanan firman dan pengembalaan yang adalah dasar dari tugas dan tanggungjawabnya. Pengertian dari pelayanan firman sendiri adalah penyampaian isi firman Tuhan yang merupakan sabda Tuhan kepada jemaat. 12 Penggembalaan merupakan kegiatan memelihara sekelompok orang Kristiani secara rohani. 13 Firman Tuhan yang dikotbahkan kepada jemaat diambil dari satu atau lebih ayat Alkitab yang dijabarkan sedemikian rupa sehingga jemaat dapat mengimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. 14 Penggembalaan merupakan istilah yang diambil dari kata gembala, yang menggambarkan pendeta memiliki tugas menjaga kehidupan rohani umatnya, mengenal umatnya dan melindungi umatnya dari keadaan-keadaan yang mengancam. Keadaan yang dikatakan mengancam misalnya, ketika jemaat ada yang mengalami masalah, pendeta bisa menguatkan dan menghibur mereka. 15 Menyediakan makanan rohani, melakukan bimbingan yang bersifat rohani sehingga jemaat melakukan perintah-perintah agama. 16 Dari latar belakang tersebut di atas, maka tulisan ini akan ditulis dengan judul: PERAN PELAYANAN PASTORAL PENDETA WEEKEND DI GEREJA BUKIT ZAITUN - OELELO - KUPANG TENGAH - NUSA TENGGARA TIMUR B. RUMUSAM MASALAH Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian adalah: Bagaimana peran pendampingan pastoral pendeta yang tidak berdomisili dalam 12 Waarren. W. Wiersbe, Be Wise (1 Corinthians): Discren the Difference Between Man s Knowladge and God s Wisdom, (USA Second Edition, 2010), hal.49-50. 13 Bons-storm, M, Apakah Pengembalaan Itu? (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008), hal.7. 14 Richard. L. Strauss (editor), Bagaimana Memahami Kehendak Tuhan, (Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2002), hal.90. 15 Anugrah dalam Pelayanan Pengembalaan, Nathanael Channing, jurnal Veritas 3/2, Oktober 2012. 16 Tj. G. Hommes (editor), Teologi dan Praktis Pastoral: Antologi Teologi Pastoral, (Jakarta: Kanisius, 1992), hal. 14-15. 6

pelayanan di jemaat GMIT Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah? C. TUJUAN PENELITIN Peneilitian ini bertujuan untuk: Mendeskripsikan dan menganalisis peran pendampingan pastoral pendeta yang tidak berdomisili dalam pelayanan di jemaat GMIT Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah. D. MANFAAT PENELITIAN Manfaat penelitian ini dapat bersifat teoritis dan praktis. 1. Manfaat teoritis Dapat memberikan sumbangan teoritik unutuk dapat menganalisa peran pendampingan pastoral bagi pendeta. 2. Manfaat praktis Dapat memberikan bahan rujukan kepada para pendeta yang tidak berdomisili di jemaat agar mampu melakukan tugas dan tanggungjawabnya dengan baik. E. METODE PENELITIAN Menurut Moh.Nazir para peneliti dapat memilih berjenis-jenis metode dalam melaksanakan penelitiannya. Metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan. Desain penelitian harus sesuai dengan metode penelitian yang dipilih. 17 Menurut Kartini Kartono metodologi adalah cara berpikir dan 17 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.48. 7

berbuat yang dipersiapkan sebaik-baiknya untuk mengadakan penelitian dan untuk mencapai tujuan berdasarkan kebenaran. 18 Tujuan akhir penelitian ini adalah mendeskripsikan dan menganalisis suatu metode peran pendampingan patoral bagi pendeta. Berdasarkan tujuan tersebut maka metode penelitian yang digunakan adalah metode deskriptif analitis. Metode deskriptif analitis dilaksanakan untuk menjelaskan secara sistematis, faktual dan akurat tentang fakta-fakta dan sifat-sifat yang terkait dengan substansi penelitian. 19 Metode deskriptif analitis dipilih karena penelitian ini bermaksud memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subyek penelitian misalnya, perilaku, persepsi, motivasi, dan tindakan secara holistik dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang dialamiahkan dengan cara memanfaatkan berbagai metode ilmiah. 20 F. TEKNIK PENGUMPULAN DATA Teknik pengumpulan data dilakukan dalam kajian empiris yang diperoleh melalui wawancara dan observasi yang ditambah dengan Focus Group Discussion. a. Wawancara Teknik wawancara merupakan peran seorang peneliti mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang dirumuskan untuk memperoleh jawaban yang relevan dengan masalah penelitian. Wawancara dilakukan dengan pedoman wawancara mengenai garis besar permasalahan yang ada. 21 Menurut Stewan dan Cash 22, wawancara adalah suatu proses komunikasi interaksional antara dua orang, setidaknya satu diantaranya 18 Kartini Kartono, Pengaantar Metodologi Riset Soial, (Bandung: CV. Mandar Maju 1996), hal.15. 19 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.61. 20 Lexy J. Maleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya, 2006), hal.21. 21 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabet, 2012), hal.140. 22 Charles. J. Stewart & W. B. Cash, Interviewing: Principles and Practices, (USA: McGraw Hill Company, 2000), hal.71. 8

memiliki tujuan tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya, dan biasanya melibatkan pemberian dan menjawab pertanyaan. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan teknik wawancara melalui tatap muka langsung dengan informan kunci atau orang-orang yang mengetahui tentang masalaah terebut, termasuk di dalamnya pendeta, jemaat serta majelis jemaat yang ada di gereja Bukit Zaitun - Oelelo Kupang Tengah. b. Observasi Menurut Moh.Nazir 23, observasi adalah pengamatan mata tanpa ada bantuan dari alat standar lain untuk keperluan tersebut. Sedangkan menurut Hadari Nawawi 24, observasi merupakan pengamatan langsung dilakukan terhadap objek ditempat terjadinya atau berlangsungnya peristiwa, sehingga peneliti berada bersama objek yang diselidiki. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu, melakukan umpan balik terhadap pengukuran tertentu. 25 c. Focus Group Discussion Herdiansyah 26 menyatakan bahwa tujan Focus Group Discussion (FGD) adalah untuk berdiskusi dan berdialog bersama, bertatap muka dengan sesama responden / subjek / informan penelitian guna menghasilkan suatu informasi langsung dari berbagai sudut pandang. FGD juga dapat dilakukan guna memvalidasi data yang telah diperoleh di lapangan, jika terdapat data yang kebenarannya maih diragukan, maka dapat dilakukan crosscheck ulang. 23 Mohamad Nazir, Metode Penelitian, (Bogor: Ghalia Indonesia, 2005), hal.175. 24 Harawi Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta: Gajah Mada Press, 1991), hal.100. 25 Bungin. B, Penelitian Kualitatif, (Jakarta: Prenada Media Grup, 2007), hal.25. 26 Haris Herdiansyah, Metode Penelitian Kualitatif untuk Ilmu-ilmu Sosial, (Jakarta: Salemba Humanik, 2012), hal.146,148. 9

G. SISTEMATIKA PENULISAN Susunan penyajian di dalam tulisan ini diatur sebagai berikut : BAB satu tentang Pendahuluan yang meliputilatar Belakang, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Metode Penelitian dan Sistematika Penulisan. BAB dua tentang Fungsi Pendampingan Pastoral Penedeta dalam Gereja yang meliputi Pengertian serta Fungsi Pendeta sebagai Konselor; Pelayanan Pastoral yang meliputi Pengertian Pastoral serta Pengetian Pelayanan Pastoral; Fungsi Konseling Pastoral; Konseling Pastoral dalam Jemaat. BAB tiga tentang Hasil Penelitian yang meliputi Fungsi Pendeta yang Tidak Berdomisili di Jemaat dalam Pelayanan. BAB empat berisi Pembahasan yang meliputipembahasan Fungsi Pendeta di GMIT. BAB lima berisi Penutup yang meliputi Kesimpulan dan Rekomendasi. Keimpulan berisi temuan-temuan penulis dari penelitian dan pembahasan. Rekomendasi berisi usulan dan saran bagi GMIT, pendeta yang tidak berdomisili di jemaat, majelis jemaat dan jemaat. 10