HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DENGAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TELUK TIRAM BANJARMASIN

dokumen-dokumen yang mirip
HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL DAN STATUS GIZI DENGAN SIKLUS MENSTRUASI DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. menjadi BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) dengan. variabel yang mempengaruhi fertilitas (Wiknjosastro, 2009).

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan salah satu masalah kesehatan masyarakat yang banyak

BAB 1 : PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang World Health Statistic 2013 menyatakan bahwa WUS Indonesia

HUBUNGAN PENAMBAHAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI BPM ZUNIAWATI PALEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. kekuatan sosial ekonomi (Rismawati, 2012). mengatur jarak kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan

Jurnal Ilmiah Multi Science Kesehatan Volume 14, Juli 2017

HUBUNGAN ANTARA PEMAKAIAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN TEKANAN DARAH PADA AKSEPTOR KB SUNTIK DI PUSKESMAS DELANGGU KLATEN

PERBEDAAN PENGARUH KB SUNTIK 1 BULAN DAN KB SUNTIK 3 BULAN TERHADAP PENINGKATAN BERAT BADAN DI BPS BIDAN S KECAMATAN TAWANGSARI KOTA TASIKMALAYA

Hubungan Lama Penggunaan Kontrasepsi Suntik 3 Bulan Dengan Kenaikan Berat Badan 1

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI IMPLAN DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA WANITA USIA SUBUR DI PUSKESMAS MLATI II KABUPATEN SLEMAN YOGYAKARTA

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KB SUNTIK 1 BULAN DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPS NY. YULIANA KABUPETEN LAMONGAN.

BAB I PENDAHULUAN. Menurut WHO (World Health Organization) (1970, dalam Suratun, 2008)

BAB I PENDAHULUAN. (RISKESDAS) tahun 2013 menunjukkan bahwa pada wanita usia tahun

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia merupakan salah satu negara berkembang dengan berbagai

Jurnal Keperawatan, Volume XII, No. 2, Oktober 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. pasangan suami istri untuk mendapatkan objektif-objektif tertentu,

BAB I PENDAHULUAN. dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga Keluarga Berencana

HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN SUNTIK DEPO PROGESTIN DENGAN KEJADIAN SPOTTING PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS PATTINGALLOANG MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN. Visi Keluarga Berencana Nasional adalah Keluarga Berkualitas. Keluarga yang

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sekarang ini. Menurut World

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 1, April 2015 ISSN HUBUNGAN LAMA PENGGUNAAN KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN SIKLUS HAID

ANALISIS PERBEDAAN BERAT BADAN ASEPTOR KB MENGGUNAKAN KONTRASEPSI SUNTIK TIGA BULAN

BAB 1 PENDAHULUAN berjumlah jiwa meningkat menjadi jiwa di tahun

BAB 1 PENDAHULUAN. Pada Zaman sekarang ini perempuan sering mengalami banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. LATAR BELAKANG Menurut Word Health Organisation (WHO) Expert Commite

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan penduduk maka semakin besar usaha yang dilakukan untuk. mempertahankan kesejahteraan rakyat. Ancaman terjadinya ledakan

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

Jl. Ki Ageng Selo no. 15 Pati ABSTRAK

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI INTRA UTERINE DEVICE

HUBUNGAN PENGGUNAAN KB SUNTIK 3 BULAN (DMPA) DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN DI PUSKESMAS CENDRAWASIH KOTA MAKASSAR

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Oleh: Syajaratuddur Faiqah Dosen pada Jurusan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Mataram

PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN FISIK IBU DI KLINIK ANITA MEDAN Mey Elisa Safitri Dosen Akademi Kebidanan Helvetia Medan

Yuyun Oktaviani Dano Nim: Program Studi Ilmu Keperawatan, Fakultas Ilmu Ilmu Kesehatan dan Keolahragaan, Universitas Negeri Gorontalo

BAB I PENDAHULUAN. menunggu mendapatkan keturunan dan menunda kehamilan dapat dilakukan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan kehamilan. Alat kontrasepsi non hormonal artinya tidak mengandung

BAB 1 PENDAHULUAN. umumnya dan penduduk Indonesia khususnya. Dengan semakin

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Pengguna Kontrasepsi Hormonal Suntikan dengan Kenaikan I. PENDAHULUAN. kontrasepsi yang populer di Indonesia. adalah kontrasepsi suntik.

Desi Andriani * Kaca Kunci : Pengetahuan, Pendidikan, AKDR. Daftar pustaka : 16 ( )

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sejarah penemuan kontrasepsi hormonal berjalan panjang, mulai dari

AKSEPTOR KB SUNTIK DENGAN PERUBAHAN BERAT BADAN DI KELURAHAN KARAMAT WILAYAH KERJA PUSKESMAS KARANG TENGAH KOTA SUKABUMI

*Korespondensi Penulis, Telp: , ABSTRAK

KARAKTERISTIK, STATUS GIZI DAN PRAKTIK MENYUSUI DENGAN POLA MENSTRUASI AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK DI DESA DOMBO KECAMATAN SAYUNG DEMAK ABSTRAK

HUBUNGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DEPOMEDROKSI PROGESTERON ASETAT (DMPA) DENGAN TEKANAN DARAH PADA IBU DI PUSKESMAS RANOTANA WERU

HUBUNGAN ANTARA MENSTRUASI DINI DAN SOSIAL EKONOMI DENGAN KEJADIAN KANKER PAYUDARA DI RUANG EDELWIS RSUD ULIN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. oleh tiga faktor utama yaitu: kelahiran (fertilitas), kematian (mortalitas), dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Jurnal Keperawatan, Volume XI, No. 2, Oktober 2015 ISSN

Volume 2 / Nomor 2 / November 2015 ISSN :

BAB I PENDAHULUAN. kehamilan pada umur kurang 15 tahun dan kehamilan pada umur remaja. Berencana merupakan upaya untuk mengatur jarak kelahiran anak

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan jenis penelitian observasional analitik

BAB I PENDAHULUAN. (KB) yang dimulai sejak tahun 1968 dengan mendirikan LKBN (Lembaga

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan salah satu masalah kependudukan Indonesia sehingga memerlukan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PEMILIHAN JENIS KONTRASEPSI SUNTIK PADA AKSEPTOR KB DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS WATAMPONE

Hubungan Lama Pemakaian Kontrasepsi Implant dengan Kenaikan Berat Badan

KARAKTERISTIK AKSEPTOR NON AKDR TENTANG KONTRASEPSI AKDR DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS GADANG HANYAR BANJARMASIN

Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Penggunaan Alat Kontrasepsi Hormonal Pada Wanita Usia Subur Di Puskesmas Pekauman Banjarmasin

Volume 4 No. 1, Maret 2013 ISSN :

BAB 1 : PENDAHULUAN. utama masalah kesehatan bagi umat manusia dewasa ini. Data Organisasi Kesehatan

STUDI KOMPARASI KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB SUNTIK 1 BULAN DAN 3 BULAN DI KLINIK GRIYA HUSADA KARANGANYAR

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk mengatur fertilitas mempunyai pengaruh yang bermakna

BAB I PENDAHULUAN. hidup dan pola makan, Indonesia menghadapi masalah gizi ganda yang

Oleh : Noviyanti, Indria Astuti, dan Siska Erniawati Stikes Jendr.A. Yani Cimahi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. kontrasepsi (Sulistyawati, 2012). 1) Metode kontrasepsi sederhana. 2) Metode kontrasepsi hormonal

BAB I PENDAHULUAN. penduduk Indonesia sebanyak jiwa terdiri atas jiwa

BAB I PENDAHULUAN. payudara, dan kanker ovarium (Maysaroh, 2013). Salah satu kanker yang

HUBUNGAN LAMA PEMAKAIAN KONTRASEPSI SUNTIK DENGAN PENINGKATAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR SUNTIK DEPO MEDROKSI PROGESTERON ASETAT

GAMBARAN MENSTRUASI IBU PADA AKSEPTOR ALAT KONTRASEPSI SUNTIK DMPA DENGAN ALAT KONTRASEPSI SUNTIK KOMBINASI DI RB MEDIKA JUWANGI KABUPATEN BOYOLALI

BAB I PENDAHULUAN. (International Conference on Population and Development) tanggal 5 sampai

KONTRASEPSI INJEKSI ( INJECTION CONTRACEPTIVE)

BAB 1 PENDAHULUAN. dihasilkan dalam International Conference of Population Development (ICPD) Cairo

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet (2013) Indonesia merupakan urutan

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI KONDOM DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS KASOKANDEL KABUPATEN MAJALENGKA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. leiomyoma uteri, fibromioma uteri, atau uterin fibroid. 1 Angka kejadian

PENGARUH PENDIDIKAN KESEHATAN KB VASEKTOMI TERHADAP PENGETAHUAN SUAMI DI DESA SOCOKANGSI KECAMATAN JATINOM KABUPATEN KLATEN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI IUD PADA AKSEPTOR KB DI DESA PULO ARA KECAMATAN KOTA JUANG KABUPATEN BIREUEN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut World Population Data Sheet 2013, Indonesia

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. terjadinya penyempitan, penyumbatan, atau kelainan pembuluh nadi

PELAYANAN KB DALAM RUANG LINGKUP KEBIDANAN KOMUNITAS

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF AKSEPTOR AKTIF HORMONAL SUNTIK 1 BULAN PADA Ny E DENGAN PENINGKATAN BB DI PUSKESMAS LAMONGAN TAHUN 2015

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PARTISIPASI SUAMI MENJADI AKSEPTOR KELUARGA BERENCANA (KB) DI DESA KEBET KECAMATAN BEBESEN KABUPATEN ACEH TENGAH

HUBUNGAN PEMBERIAN KONSELING OLEH BIDAN DENGAN PEMILIHAN ALAT KONTRASEPSI IUD TERHADAP AKSEPTOR KB

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Program keluarga berencana (KB) merupakan bagian yang terpadu

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI CYCLOFEM TERHADAP SURAKARTA TAHUN Oleh. Siti Maesaroh 1) dan Nur Hayati 2) AKBID Mamba`ul `Ulum Surakarta

HUBUNGAN TINGKAT PENDAPATAN DAN PENDIDIKAN ORANG TUA DENGAN STATUS GIZI PADA BALITA DI WILAYAH PUSKESMAS KELAYAN TIMUR BANJARMASIN

HUBUNGAN INTERAKSI SOSIAL DENGAN KUALITAS HIDUP PADA LANSIADI WILAYAH KERJA PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB IV HASIL PENELITIAN. diambil dari para wanita akseptor kontrasepsi oral kombinasi dan injeksi

32 Jurnal Kesehatan Samodra Ilmu Vol. 08 No. 01 Januari 2017

GAMBARAN KENAIKAN BERAT BADAN AKSEPTOR KONTRASEPSI SUNTIK PROGESTIN Aibah 1, Tyasning Yuni Astuti Anggraini 1

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI RENDAHNYA PENGGUNAAN ALAT KONTRASEPSI DALAM RAHIM (AKDR) DI PUSKESMAS PEKAUMAN BANJARMASIN

BAB I PENDAHULUAN. Program Keluarga Berencana (KB) yang kita kenal seperti. sekarang ini adalah buah perjuangan yang cukup lama yang dilakukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL DENGAN KENAIKAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KONTRASEPSI HORMONAL DI DESA BATOH TAHUN 2012

PENGARUH PENGGUNAAN KONTRASEPSI HORMONAL TERHADAP PERUBAHAN BERAT BADAN AKSEPTOR KB DI BPM CHOIRUL MALA HUSIN PALEMBANG TAHUN 2015

Transkripsi:

HUBUNGAN PENGGUNAAN KONTRASEPSI PIL DENGAN BERAT BADAN PADA AKSEPTOR KB DI PUSKESMAS TELUK TIRAM BANJARMASIN Getha Annisa Rayma 1*, Dede Mahdiyah 1, Mahpolah 2 1 Akademi Kebidanan Sari Mulia Banjarmasin 2 Politeknik Negeri Kementerian Kesehatan RI Banjarbaru *Korespondensi penulis: gethaannisa@gmail.com, No. Hp : 082230568391 ABSTRAK Latar Belakang : Kontrasepsi merupakan upaya yang dilakukan untuk mencegah kehamilan yang bersifat sementara ataupun menetap. Salah satu jenis kontrasepsi yang banyak digunakan adalah pil, namun terdapat beberapa efek samping yang akan dirasakan oleh akseptor KB diantaranya stroke, sakit empedu, bayi cacat, mual-mual, tumor payudara, migrain, hilang gairah seksual, serta kenaikan berat badan. Tujuan : Mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin. Metode : Penelitian menggunakan survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin bulan Februari April tahun 2016 berjumlah 752 orang. Sampel adalah sebagian dari populasi yang berjumlah 30 orang dengan teknik pengambilan accidental sampling. Alat pengumpul data berupa angket. Data dianalisis menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95%. Hasil : Akseptor KB lebih banyak yang menggunakan jenis kontrasepsi pil sebanyak 16 orang (53,3%) dan yang memiliki berat badan normal sebanyak 17 orang (56,7%). Ada hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin (p = 0,024 < α 0,05). Simpulan : Penggunaan kontrasepsi pil dapat berhubungan dengan berat badan akseptor KB. Perlunya diakukan penyuluhan kesehatan kepada akseptor kontrasepsi Pil untuk lebih mengatur pola makan dan aktivitas sehingga ukuran berat badan dapat tetap normal. Kata kunci : Kontrasepsi Pil, Berat Badan 1

PENDAHULUAN Undang-undang Nomor 52 tahun 2009 16,51% dan di Provinsi Kalimantan Selatan sebesar 18,43% (Kemenkes RI, 2015). tentang perkembangan kependudukan dan Metode kontrasepsi yang paling pembangunan keluarga menyatakan bahwa pembangunan keluarga adalah upaya mewujudkan keluarga berkualitas yang hidup banyak digunakan oleh peserta KB aktif di Indonesia tahun 2014 adalah suntikan (47,54%) dan terbanyak ke dua adalah pil dalam lingkungan yang sehat. Keluarga (23,58%), sedangkan metode kontrasepsi yang Berencana (KB) adalah upaya yang mengatur kelahiran anak, jarak dan usia ideal paling sedikit dipilih oleh peserta KB aktif yaitu Metoda Operasi Pria (MOP) sebanyak melahirkan, mengatur kehamilan, melalui 0,69%, kemudian kondom sebanyak 3,15% promosi perlindungan dan bantuan sesuai hak produksi untuk mewujudkan keluarga (Kemenkes RI, 2015). Efek samping dari pengguna pil salah berkualitas. Undang-undang ini mendukung satunya adalah mengalami kenaikan berat program Keluarga Berencana (KB) sebagai salah satu upaya untuk mewujudkan keluarga sehat dan berkualitas. Pengaturan kehamilan dalam program KB dilakukan dengan menggunakan alat kontrasepsi (Kemenkes RI, 2014). Secara global penggunaan kontrasepsi modern tahun 2012 sebesar 57% dan di Asia kontrasepsi modern tetap pada level 62% (WHO, 2012). Data Kementerian Kesehatan RI tahun 2014 secara nasional persentase peserta KB Baru pada tahun 2014 sebesar badan (Kusumaningtyas, 2015). Pil kontrasepsi dapat meningkatkan berat badan karena kandungan dari hormon estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi pil, dimana hormon estrogen menyebabkan retensi cairan dan oedema, sedangkan progesterone mempermudah penumpukan karbohidrat dan gula menjadi lemak dan merangsang nafsu makan serta menurunkan aktifitas fisik, akibatnya pemakaian kontrasepsi pil dapat menyebabkan bertambah berat badan (Tukiman, 2012). 2

Kelebihan berat badan dapat berdampak pada gangguan kesehatan fisik dan gangguan psikososial. Gangguan kesehatan fisik akibat kelebihan berat badan diantaranya adalah dapat berisiko mengalami sindrom resistensi insulin, tekanan darah tinggi, kolestrol dan trigliseri tinggi, penyakit jantung koroner, gangguan saluran pencernaan, pernapasan dan gangguan penyakit kulit. Gangguan psikososial sebagai dampak dari kelebihan berat badan diantaranya krisis percaya diri dan depresi (Damayanti, 2013). Data Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin tahun 2013 jumlah akseptor KB sebanyak 13.782 orang dan dari jumlah tersebut yang paling banyak menggunakan kontrasepsi pil adalah akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram yaitu sebanyak 1.738 orang. Hasil studi pendahuluan dengan wawancara singkat dan pengukuran berat badan serta tinggi badan kepada 10 orang pengguna kontrasepsi di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin yang terdiri dari 5 orang (50%) pengguna akseptor pil dan 5 orang lainnya (50%) bukan pengguna kontrasepsi pil. Dari 5 orang pengguna kontrasepsi pil sebanyak 3 orang memiliki berat badan dengan kategori gemuk dan 2 orang memiliki berat badan normal sedangkan dari 5 orang pengguna kontrasepsi bukan pil sebanyak 3 orang memiliki berat badan normal, 1 orang memiliki berat badan gemuk dan 1 orang lainnya memiliki berat badan kurus. Berdasarkan uraian fenomena penggunaan alat kontrasepsi khususnya kontrasepsi pil maka peneliti ingin melakukan penelitian yang berjudul Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil dengan Berat Badan pada Akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin BAHAN DAN METODE Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah survei analitik dengan pendekatan cross sectional. Populasi adalah semua akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin bulan Februari April tahun 2016 berjumlah 752 3

orang. Sampel sebagan dari populasi yang diambil menggunakan jumlah sampel minimal (Sujarweni, 2014) yaitu sebanyak 30 orang, dengan teknik pengambilan sampel accidental sampling. Variabel independen adalah penggunaan KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin lebih banyak yang menggunakan jenis kontrasepsi pil sebanyak 16 orang (53,3%). b) Berat badan akseptor KB Gambaran berat badan pada kontrasepsi pil sedangkan variabel terikat akseptor KB di Puskesmas Teluk adalah berat badan akseptor KB. Metode analisis data dalam penelitian ini meliputi analisis univariat dan analisis bivariat menggunakan uji Chi-Square dengan tingkat kemaknaan α = 0,05. HASIL 1. Analisis univariat a) Penggunaan kontrasepsi pil Gambaran penggunaan kontrasepsi pil pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 1 berikut: Tabel 1 Distribusi frekuensi Akseptor KB Menurut Penggunaan Kontrasepsi Pil di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Tahun 2016 No Penggunaan Kontrsepsi Pil f % 1 Kontrasepsi pil 16 53,3 2 Kontrasepsi bukan 14 46,7 pil Jumlah 30 100 T abel 1 menunjukkan bahwa akseptor Tiram Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 2 berikut: Tabel 2 Distribusi frekuensi Akseptor KB Menurut Berat Badan di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Tahun 2016 No Berat Badan f % 1 Gemuk 13 43,3 2 Normal 17 56,7 3 Kurus 0 0 Jumlah 30 100 Tabel 2 menunjukkan bahwa akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin lebih banyak yang memiliki berat badan normal sebanyak 17 orang (56,7%). 2. Analisis bivariat Analisis bivariat dalam penelitian ini adalah analisa hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin dapat dilihat pada tabel 3 berikut. 4

Tabel 3 Hubungan Penggunaan Kontrasepsi Pil dengan Berat Badan pada Akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Tahun 2016 No. 1 2 Penggunan Kontrasepsi Pil Kontrasepsi pil Kontrasepsi bukan pil Gemuk Berat Badan Normal Jumlah f % f % f % 10 62,5 6 37,5 16 100 3 21,4 11 78,6 14 100 Jumlah 13 43,3 17 56,7 30 100 p value = 0,024 Tabel 3 menunjukkan akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi pil lebih banyak yang memiliki berat badan gemuk sebanyak 10 orang (62,5%) sedang kan akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi bukan pil lebih banyak yang memiliki berat badan normal sebanyak 11 orang (78,6%). Hasil uji Chi-Square didapatkan p = 0,024 maka p < α maka Ho ditolak dan Ha diterima artinya ada hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin. PEMBAHASAN 1. Penggunaan kontrasepsi pil pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Hasil penelitian didapatkan bahwa Banjarmasin lebih banyak yang menggunakan jenis kontrasepsi pil sebanyak 16 orang (53,3%). Akseptor KB lebih banyak menggunakan kontrasepsi pil dapat disebabkan karena penggunaan pil yang lebih mudah tanpa memerlukan petugas kesehatan khusus, selain itu jika sewaktu-waktu akseptor KB tidak bisa ke puskesmas maka mereka dapat mudah mendapatkannya dijual bebas di pasaran dengan harganya masih relatif terjangkau dibandingkan jenis kontrasepsi lain. Menurut data penelitian terdapat akseptor KB yang tidak menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 14 orang (46,7%), hal tersebut dapat dikarenakan efek samping yang dirasakan oleh akseptor KB misalnya berat badan menjadi gemuk. Setiap akseptor KB akan merasakan efek samping yang berbeda-beda, selain itu dapat disebabkan akseptor KB itu sendiri yang menginginkan jenis kontrasepsi yang lebih praktis dan tidak dikonsumsi setiap harinya misalnya kontrasepsi suntik yang diberikan hanya 1 bulan atau 3 bulan akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram 5

sekali sehingga akseptor KB tidak mudah lupa dengan jadwal yang telah ditentukan. Jenis alat kontrasepsi yang tersedia sangat beragam dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Seorang perempuan yang ingin menjadi akseptor KB hendaknya harus membekali diri dengan pengetahuan. Pengetahuan menentukan presepsi seseorang terhadap jenis-jenis kontrasepsi yang akan digunakannya. Keuntungan utama pil adalah keefektifannya yang sangat tinggi apabila digunakan dengan tepat dan benar. Pil memenuhi unsur sederhana, mudah penggunaannya, tidak memerlukan intervensi medis, tidak memerlukan pemeriksaan dalam bagi pemakainya, tidak menggangu senggama. Penelitian tentang pil sudah cukup banyak sehingga pil diyakini melindungi wanita terhadap penyakit radang panggul. Hal ini disebabkan oleh beberapa mekanisme antara lain pil mengurangi jumlah darah menstruasi sehingga mengurangi medium kultur untuk beberapa jenis kuman. Pil juga menjadikan siklus haid lebih teratur, mengurangi rasa sakit (dismenorea) dan menurunkan jumlah darah yang hilang sehingga mengurangi insidensi anemia (Siswosudarmo, 2007). Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni (2013) yang menyatakan bahwa akseptor KB di Kelurahan Aur Kuning Wilayah Kerja Puskesmas Aur Birugo Tigo Baleh Kota Bukittinggi lebih banyak yang menggunakan kontrasepsi pil sebanyak 41 orang (50,6%). Hasil penelitian Sanding (2014) menyatakan bahwa dari 2.898 istri pasangan usia subur di Puskesmas Modayag Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur lebih banyak yang menggunakan jenis kontrasepsi pil sebanyak 1.123 orang (38,75%). 2. Berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Hasil penelitian didapatkan akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin lebih banyak memiliki berat badan normal yaitu sebanyak 17 orang (56,7%). Ini dapat menunjukkan bahwa 6

perbandingan berat badan dan tinggi badan akseptor KB banyak yang seimbang. Berat badan akseptor KB dapat berubah sewaktu-waktu, baik bertambah ataupun berkurang sebagai akibat dari makanan yang mereka konsumsi sehari-hari yang diubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit. Akeptor KB sebaiknya lebih memperhatikan berat badan. Berat badan yang ideal selain untuk menunjang penampilan juga baik bagi kesehatan. Seseorang yang gemuk akan berisiko mengalami berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi dan kadar kolesterol tinggi. Akseptor KB yang memiliki berat badan gemuk tentunya memiliki lemak yang berlebih yang akan mengganggu jantung karena menimbulkan timbunan kolesterol, kenaikan tekanan darah dan penyumbatan arteri, selain itu kelebihan lemak membuat darah kehilangan kemampuan untuk membeku yang dapat menyebabkan stroke. Menurut Arora (2012) kelebihan berat badan menyebabkan berbagai penyakit diantaranya 25% dari seluruh kasus penyakit jantung dapat dihubungkan dengan obesitas. Prevalensi kejadian tekanan darah tinggi dan diabetes adalah 2,9 kali lebih tinggi pada orang yang menderita kelebihan berat badan, seperti hiperlipidemia (kolesterol atau lemak tinggi lainnya) dan risiko terserang stroke juga meningkat. Peningkatan berat badan sering dihubungkan dengan trigliserida dan LDL-C (kolesterol jahat) yang tinggi, serta HDL-C (kolesterol baik) yang rendah. 3. Hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin Hasil penelitian didapatkan bahwa akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi pil lebih banyak yang memiliki berat badan gemuk yaitu sebanyak 10 orang (62,5%) sedangkan akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi bukan pil lebih banyak yang memiliki berat badan normal yaitu sebanyak 11 orang (78,6%). Uji statistik menunjukkan ada hubungan yang bermakna antara penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan pada 7

akseptor KB di Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin. Akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi pil cenderung memiliki berat badan yang gemuk sedangkan akseptor KB yang menggunakan kontrasepsi pil cenderung memiliki berat badan yang normal. Ini menunjukkan adanya kontribusi penggunaan kontrasepsi pil terhadap kejadian berat badan berlebih (gemuk). Adanya hubungan penggunaan kontrasepsi pil dengan berat badan akseptor KB dalam penelitian ini dapat disebabkan karena kandungan dari hormon estrogen dan progesteron yang terdapat pada kontrasepsi pil. Hormon progesteron dapat merangsang hormon nafsu makan, dengan adanya nafsu makan yang lebih banyak dari biasanya tubuh akan kelebihan zat-zat gizi. Kelebihan zat-zat gizi oleh hormon progesteron dirubah menjadi lemak dan disimpan di bawah kulit, semakin hari semakin banyak penyimpanan dan penumpukan lemak tersebut yang pada akhirnya badan menjadi gemuk. Faktor lainnya yang dapat menyebabkan kegemukan pada akseptor kontrasepsi pil disebabkan karena sebagian besar menggunakan kontrasepsi pil tersebut dalam jangka waktu >2 tahun. Hormon progesteron yang terkandung dalam kontrasepsi pil akan semakin banyak di dalam tubuh para akseptor, sehingga semakin lama pemakaian kontrasepsi tersebut hormon semakin bertambah yang akan mempengaruhi kenaikan berat badan. Perubahan berat badan pada pengguna pil oral kombinasi dikarenakan adanya cairan progestin dan estrogen yang mengakibatkan bertambahnya lemak subkutan terutama pada pinggul, paha dan payudara. Pemberian prevarat yang mengandung derivate progestin dengan khasiat anabolik kuat dapat menambah nafsu makan dan dapat mengakibatkan bertambahnya berat badan secara berlebihan (Darmawati, 2012). 8

Hasil penelitian ini sama dengan hasil penelitian Tukiman (2012) yang menyatakan bahwa dari 42 orang pengguna pil sebanyak 38 orang (90,5%) mengalami peningkatan berat badan. Hasil penelitian Suseno (2014) menunjukkan ada hubungan penggunaan KB pil dengan pertambahan berat badan akseptor KB di Puskesmas 1 Bantul (p value = 0,032). Data hasil penelitian tersebut didapatkan rata rata perubahan berat badan pada akseptor KB pil yaitu 4,25 kg setelah minimal pemakaian l 2 tahun. UCAPAN TERIMA KASIH Saya sangat berterima kasih kepada STIKES Sari Mulia Banjarmasin yang telah memberikan saya surat izin untuk melakukan penelitian, dan ucapan terima kasih kepada Puskesmas Teluk Tiram Banjarmasin yang telah memberikan izin serta tempat untuk melakukan penelitian. DAFTAR PUSTAKA Arora, A. 2012. 5 Langkah Mengendalikan Obesitas. Jakarta: PT. Buana Ilmu Populer Damayanti, A. D. 2013. Cara Pintar Mengatasi Kegemukan pada Anak. Yogyakarta: Curvaaksara Darmawati. 2012. Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kenaikan berat badan pada akseptor kontrasepsi hormonal di Desa Batoh Tahun 2012. Jurnal Ilmu Keperawatan Universitas Syiah Kuala Banda Aceh ISSN: 2338-6371. I (1): 6-7. Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. 2013. Jumlah Akseptor KB Tahun 2013 di Kota Banjarmasin. Banjarmasin: Dinas Kesehatan Kota Banjarmasin. Kementerian Kesehatan RI. 2014. Situasi dan Analisis Keluarga Berencana. Pusat Data dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. I: 1-2. Kusumaningtyas, A. 2015. Seksualitas dan Agama. Jakarta: PT. ELex Media Komputindo. Purwoastuti, E. & Walyani, E. S. 2015. Panduan Materi Kesehatan Reproduksi dan Keluarg Berencana. Yogykarta: PT. Pustaka Baru. Sanding, C. C.2014. Hubungan pengetahuan ibu dengan kepatuhan minum pil KB di Puskesmas Modayag Kecamatan Modayag Kabupaten Bolaang Mongondow Timur. Jurnal Ilmu Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado. Edisi 17266: 5-6. 9

Siswosudarmo, H. 2007. Teknologi Kontrasepsi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Sujarweni, V. W. 2014. Metodologi Penelitian Keperawatan. Yogyakarta: Gava Media. Suseno.G.2014. Perbandingan pengaruh penggunaan KB hormonal antara pil KB dengan KB suntik Depo-Progestin terhadap pertambahan berat Badan Akseptor KB di Puskesmas Kasihan 1 Bantul. Jurnal Kedokteran Universitas Muhammadiya Yogyakarta. Edisi 437: 7-8. Tukiman, S. 2012. Hubungan penggunaan kontrasepsi hormonal dengan kejadian peningkatan berat badan pada wanita usia subur di Puskesmas Tamanlarea Makassar. Jurnal Masyarakat Epidemiologi Indonesia. 1(3): 13-14. Wahyuni, L. 2013. Faktor-faktor yang berhubungan dengan Penggunaan alat kontrasepsi pil pada akseptor KB Kelurahan Aur Kuning Wilayah Kerja Puskesmas Aur Birugo Tigo Baleh Kota Bukittinggi. Jurnal Kesehatan STIKES Prima Nusantara Bukittinggi. 6 (2): 4-5. 10