BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. Kusbiantoro, BS, dkk Kumpulan Materi Kuliah Perencanaan Transportasi. Departemen Teknik Planologi ITB.

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS

BAB III LANDASAN TEORI

Iin Irawati 1 dan Supoyo 2. Program Studi Teknik Sipil, Universitas Semarang, Jl. Soekarno Hatta Tlogosari Semarang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Gambar 4.1 Potongan Melintang Jalan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

DAFTAR ISI. Halaman Judul Pengesahan Persetujuan Motto dan Persembahan ABSTRAK ABSTRACT KATA PENGANTAR

BAB III LANDASAN TEORI

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN DI JALAN SUMPAH PEMUDA KOTA SURAKARTA (Study kasus : Kampus UNISRI sampai dengan Kantor Kelurahan Mojosongo) Sumina

EVALUASI KORIDOR JALAN KARANGMENJANGAN JALAN RAYA NGINDEN SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER. Jalan Karangmenjangan Jalan Raya BAB I

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Umum

DAFTAR PUSTAKA A. Buku Teks B. Disertasi/Tesis/Tugas Akhir

BAB 2 TINJAUAN KEPUSTAKAAN. titik pada jalan per satuan waktu. Arus lalu lintas dapat dikategorikan menjadi dua

STUDI KINERJA JALAN SATU ARAH DI JALAN KEBON KAWUNG, BANDUNG

BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN. mengenai rekapitulasi untuk total semua jenis kendaraan, volume lalulintas harian

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA RUAS JALAN RAYA SESETAN

BAB III METODOLOGI. Bagan alir dalam penulisan tugas akhir ini terdiri dari :

ANALISIS KINERJA JALAN KOMYOS SUDARSO PONTIANAK

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 4 ANALISIS SISTEM TRANSPORTASI JALAN CIHAMPELAS

KAJIAN KINERJA JALAN ARTERI PRIMER DI SIMPUL JALAN TOL JATINGALEH KOTA SEMARANG (Studi Kasus : Penggal Ruas Jalan Setia Budi)

ABSTRAK. : Biaya Perjalanan, Tundaan.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) 1997, jalan perkotaan

Kata Kunci : Parkir di Pinggir Jalan, Kinerja Ruas Jalan, dan BOK.

STUDI KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN JALAN TOL RUAS PASTEUR BAROS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. terbaru (2008), Evaluasi adalah penilaian. pelayanan adalah kemampuan ruas jalan dan/atau persimpangan untuk

Irvan Banuya NRP : Pembimbing : Ir. Silvia Sukirman FAKULTAS TEKNIK JURUSAN TEKNIK SIPIL UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG ABSTRAK

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

Kata Kunci : Kinerja Ruas Jalan, Derajat Kejenuhan, Tingkat Pelayanan, Sistem Satu Arah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 3 METODOLOGI. untuk mengetahui pengaruh yang terjadi pada jalan tersebut akibat pembangunan jalur

BAB III LANDASAN TEORI. hal-hal yang mempengaruhi kriteria kinerja lalu lintas pada suatu kondisi jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

HALAMAN JUDUL SURAT PERNYATAAN LEMBAR PENGESAHAN ABSTRAK UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI

PENGANTAR TRANSPORTASI

Analisis Kapasitas Ruas Jalan Raja Eyato Berdasarkan MKJI 1997 Indri Darise 1, Fakih Husnan 2, Indriati M Patuti 3.

KAJIAN MANAJEMEN LALU LINTAS SEKITAR KAWASAN PASAR SINGOSARI KABUPATEN MALANG

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

STUDI VOLUME, KECEPATAN, KERAPATAN, DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN TERUSAN PASIRKOJA, BANDUNG

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN AKIBAT BANGKITAN PERGERAKAN SEKOLAH DASAR NEGERI 2 SANUR

ANALISIS KINERJA RUAS JALAN MENURUT MKJI 1997 ( Studi Kasus : Jalan Sulawesi Denpasar, Bali ) Oleh : Ngakan Putu Ari Kurniadhi NPM.

Perancangan Detail Peningkatan Ruas Jalan Cihampelas Kota Bandung Provinsi Jawa Barat BAB I PENDAHULUAN

BAB 2 TINJAUAN TEORI

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN DR. JUNJUNAN, BANDUNG

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Dari hasil survei inventaris jalan didapat data-data ruas Jalan Pintu Satu Senayan. Panjang. ( m )

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil penelitian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya,

II. TINJAUAN PUSTAKA. kecepatan bebas ruas jalan tersebut mendekati atau mencapai

STUDI KAPASITAS, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA JALAN LEMBONG, BANDUNG MENGGUNAKAN METODE MKJI 1997

II. TINJAUAN PUSTAKA. berupa jalan aspal hotmix dengan panjang 1490 m. Dengan pangkal ruas

Aditya Putrantono Jurusan Teknik Sipil Fakultas Teknik Sipil Dan Perencanaan Institut Teknologi Sepuluh Nopember

EVALUASI KORIDOR JALAN SULAWESI JALAN KERTAJAYA INDAH SEBAGAI JALAN ARTERI SEKUNDER

BAB I PENDAHULUAN. Pada saat ini kemacetan dan tundaan di daerah sering terjadi, terutama di

IDENTIFIKASI KARAKTERISTIK PARKIR PADA SISI JALAN DAN PENGARUHNYA TERHADAP KAPASITAS JALAN (STUDI KASUS: DI JALAN MATARAM YOGYAKARTA) TUGAS AKHIR

D3 TEKNIK SIPIL POLITEKNIK NEGERI BANDUNG BAB V PENUTUP

Langkah Perhitungan PERHITUNGAN KINERJA RUAS JALAN PERKOTAAN BERDASARKAN MKJI Analisa Kondisi Ruas Jalan. Materi Kuliah Teknik Lalu Lintas

STUDI VOLUME, KECEPATAN DAN DERAJAT KEJENUHAN PADA RUAS JALAN ABDULRACHMAN SALEH, BANDUNG

KINERJA RUAS JALAN KORIDOR JALAN TJILIK RIWUT AKIBAT TATA GUNA LAHAN DI SEKITAR KORIDOR BERDASARKAN KONTRIBUSI VOLUME LALU LINTAS

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (MKJI) tahun 1997, ruas jalan

BAB IV PENGOLAHAN DATA DAN ANALISA

ANALISA KEPADATAN ARUS LALU LINTAS DI RUAS JALAN HR. MUHAMMAD DENGAN METODE PENDEKATAN NON LINEAR

ANALISA KINERJA JARINGAN JALAN DALAM KAMPUS UNIVERSITAS SAM RATULANGI

BAB IV ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TNJAUAN PUSTAKA. Menurut Manual Kapasitas Jalan Indonesia (1997) karakteristik geometrik

EVALUASI KINERJA RUAS JALAN IR. H. JUANDA, BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

JURNAL ANALISA KAPASITAS DAN TINGKAT PELAYANAN RUAS JALAN H.B YASIN BERDASARKAN MKJI Oleh RAHIMA AHMAD NIM:

PERENCANAAN JEMBATAN LAYANG UNTUK PERTEMUAN JALAN MAYOR ALIANYANG DENGAN JALAN SOEKARNO-HATTA KABUPATEN KUBU RAYA

STUDI PUSTAKA PENGUMPULAN DATA SURVEI WAKTU TEMPUH PENGOLAHAN DATA. Melakukan klasifikasi dalam bentuk tabel dan grafik ANALISIS DATA

TUGAS AKHIR. Oleh : BENI ANGGID LAKSONO L2D

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMBANG, NOTASI DAN SINGKATAN DAFTAR LAMPIRAN

DAMPAK PUSAT PERBELANJAAN SAKURA MART TERHADAP KINERJA RUAS JALAN TRANS SULAWESI DI KOTA AMURANG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. lori, dan jalan kabel (Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 2006).

BAB V ANALISIS DAN PEMBAHASAN. A. Data Hotel Malioboro. yang menampung sebanyak 12 unit kendaraan mobil penumpang. Luas lahan. B. Data Geometri Jalan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KINERJA JALAN R.E. MARTADINATA BANDUNG

PENGARUH HAMBATAN SAMPING TERHADAP KECEPATAN DAN KAPASITAS JALAN H.E.A MOKODOMPIT KOTA KENDARI

EVALUASI GEOMETRIK DAN PENGATURAN LAMPU LALU LINTAS PADA SIMPANG EMPAT POLDA PONTIANAK

BAB I PENDAHULUAN. dengan pesatnya pembangunan yang berwawasan nasional maka prasarana

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pergerakan lalu lintas regional dan intra regional dalam keadaan aman,

BAB 5 KESIMPULAN STUDI DAN ARAHAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

ANALISIS TINGKAT PELAYANAN JALAN (Studi Kasus Jalan Medan Banda Aceh km s.d km )

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III LANDASAN TEORI. karakteristik arus jalan, dan aktivitas samping jalan.

Laporan Survey RLL Traffic Counting Jalan Kertajaya Indah

EVALUASI U-TURN RUAS JALAN ARTERI SUPADIO KABUPATEN KUBU RAYA

ANALISA KINERJA RUAS JALAN HASANUDDIN KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB III METODE KAJIAN

Transkripsi:

31 BAB 3 GAMBARAN UMUM KAWASAN JALAN CIHAMPELAS 3.1 Gambaran Umum Kota Bandung Dalam konteks nasional, Kota Bandung mempunyai kedudukan dan peran yang strategis. Dalam Peraturan Pemerintah No.47 Tahun 1997 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), Kota Bandung ditetapkan sebagai salah satu Pusat Kegiatan Nasional (PKN) bersama sama dengan 14 kota lainnya. Selain itu dalam RTRWN tersebut, Kota Bandung dan sebagian wilayah Kabupaten Bandung ditetapkan sebagai Kawasan Andalan Cekungan Bandung dan sekitarnya dengan sektor unggulan industri, petanian tanaman pangan, pariwisata, dan perkebunan. Wilayah Kota Bandung dengan luas 16.729,65 Ha, terbagi menjadi 6 Wilayah Pengembangan (WP), yaitu WP Bojonegara, WP Cibeunying, WP, Tegalega, WP Karees, WP Ujungberung, dan WP Gedebage, serta 26 kecamatan. Saat ini, jumlah penduduk Kota Bandung diperkirakan sebesar 2,3 juta jiwa, dengan kepadatan penduduk sekitar 13.748 jiwa/km 2. Hal tersebut sudah sangat jauh di atas standar kepadatan penduduk Kota Bandung yaitu 12.000-13.000 jiwa/km 2. Dengan asumsi laju pertumbuhan penduduk sebesar 2,5% per tahun, maka pada tahun 2008, penduduk Kota Bandung diproyeksikan mencapai ± 2,6 juta jiwa dan ± 2,95 juta jiwa pada tahun 2013 (berdasarkan hasil proyeksi RTRW Kota Bandung 2013). Perbedaan tingkat kepadatan dan pola penyebaran jumlah penduduk di Kota Bandung, berimplikasi pada intensitas kegiatan dan mempengaruhi pergerakan penduduk serta kebutuhan transportasi Kota Bandung. Apabila pergerakan yang terjadi (demand) tidak seimbang dengan kapasitas jalan (supply) yang ada, maka akan menimbulkan persoalan lalu lintas di ruas-ruas jalan tertentu. Pergerakan lalu lintas di Kota Bandung yang sebagian besar menuju pusat kota/perdagangan (Central Bisinis District) di sekitar Jalan Dewi Sartika, Jalan Asia Afrika, Jalan Merdeka, Jalan Diponegoro, Jalan Cihampelas, dan sebagainya juga karena adanya pergerakan arus yang memasuki Kota Bandung

32 pada hari-hari libur untuk keperluan wisata ataupun hanya melintasi (trought traffic). Pola perjalanan yang ada di Kota Bandung menunjukkan bahwa pergerakan penduduk dari luar Kota Bandung (eksternal/regional) menuju wilayah internal (Kota Bandung) adalah cukup besar (perjalanan eksternal-internal). Hal ini disebabkan banyaknya penduduk di luar Kota Bandung yang bekerja di Kota Bandung. Sedangkan untuk pola perjalanan yang ada di Kota Bandung sendiri (internal) pada umumnya dibangkitkan dari kawasan perumahan menuju pusat kota sebagai pusat kegiatan Kota Bandung. Pola jaringan transportasi di Kawasan Kota Bandung menunjukkan karakteristik sebagai berikut: 1. Pola jaringan cenderung membentuk pola kombinasi radial konsentris sesuai dengan pola guna lahannya dengan beberapa poros utama kota, serta pada sebagian besar ruas jalan utama terdapat interaksi (simpangan) dengan jarak antara sangat dekat. 2. Pola jaringan pada kawasan perluasan (internal kota) membentuk pola radial untuk mengarahkan arus pergerakan tidak melalui pusat kota. 3. Pola jaringan pada kawasan pinggiran (luar kota) dilayani dengan jaringan jalan tol untuk memisahkan arus pergerakan regional tidak bercampur dengan pergerakan internal kota. Jaringan jalan di Kota Bandung terdiri dari jaringan jalan primer untuk lalu lintas regional dan antarkota serta jaringan jalan sekunder untuk lalu lintas perkotaan. Total jaringan jalan di Kota Bandung sampai tahun 2000 adalah 1.139,219 km yang terdiri jalan arteri primer 42,140 Km; jalan arteri sekunder 22,990 Km, jalan kolektor primer 30,712 Km; jalan kolektor sekunder 37,308 Km, jalan lokal sepanjang 1.005,069 Km. Secara umum tempat-tempat kegiatan seperti pertokoan di wilayah Kota Bandung belum menyediakan lahan parkir. Akibatnya untuk beberapa jalur jalan tertentu parkir kendaraan masih menggunakan badan jalan (on street) sebagai sarana perparkiran. Hal di atas merupakan salah satu penyebab (pemicu) terjadinya kemacetan lalu-lintas kota karena ruas jalan menjadi terganggu, seperti yang sering dijumpai di Jalan A. Yani, Jalan Kiaracondong, Jalan Oto

33 Iskandardinata, Jalan Dewi Sartika, Jalan RE Martadinata, Jalan Cihampelas, dan lain-lain. Sedangkan sarana perparkiran lain adalah tempat parkir yang berada di luar badan jalan (off street). Tempat parkir ini biasanya disediakan oleh kawasankawasan dan tempat-tempat tertentu seperti kawasan perdagangan, perkantoran, pendidikan dan lain-lain. 3.2 Kebijakan dan Kedudukan Jalan Cihampelas dalam Lingkup Kota Bandung Jalan Cihampelas yang merupakan jalan kolektor sekunder, adalah salah satu jalur yang menghubungkan bagian utara dengan pusat Kota Bandung. Dalam perkembangannya, Jalan Cihampelas ini tumbuh pesat menjadi salah satu kawasan perdagangan dan jasa di Kota Bandung. Menurut RTRW Kota Bandung 2013, kawasan perdagangan adalah lokasi yang ditetapkan untuk transaksi langsung antara pembeli dan pedagang. Wadah fisik dari kegiatan transaksi ini antara lain berupa pertokoan, pasar atau pusat belanja. Sedangkan kawasan jasa adalah lokasi yang ditetapkan untuk menyelenggarankan berbagai kegiatan pelayanan dengan wadah fisiknya berupa perkantoran dengan kegiatan ekonomi atau serangkaian kegiatan yang umumnya tidak kasat mata, dan tidak berdampak kepada kepemilikan apapun, yang ditawarkan satu pihak kepada orang lain, yang produknya dinikmati pada saat diproduksi, serta mempunyai nilai tambah dalam berbagai bentuk (kenyamanan, hiburan, kemudahan, atau kesehatan). Arahan pengembangan kawasan dan kegiatan perdagangan dan jasa berdasarkan RTRW Kota Bandung 2013, antara lain adalah merevitalisasi atau meremajakan kawasan pasar yang tidak tertata dan/atau menurun kualitas pelayanannya dengan tanpa mengubah kelas dan/atau skala pelayanannya yang telah ditetapkan. Kebijakan lainnya yaitu mengendalikan kegiatan perdagangan dan mengarahkan perkembangannya ke lokasi yang sesuai dengan peruntukannya. Sedangkan untuk kegiatan jasa, arahan pengembangannya antara lain yaitu mewajibkan penyediaan parkir dan prasarana yang memadai bagi pengembangan kegiatan jasa.

34 3.3 Karakteristik Jalan Cihampelas Daerah sepanjang Jalan Cihampelas yang berfungsi sebagai jalan kolektor sekunder merupakan suatu kawasan yang termasuk ke dalam Wilayah Pengembangan (WP) Cibeunying. Secara administratif, wilayah studi penelitian ini termasuk ke dalam Kelurahan Cipaganti, Kecamatan Coblong. Sedangkan secara fisik geografis, Jalan Cihampelas dimulai dari persimpangan Jalan Dr. Setiabudi dan Jalan Ciumbuleuit di sebelah utara, sampai ke persimpangan Jalan Pajajaran dan Jalan Cicendo di sebelah selatan yang terbagi ke dalam 6 ruas jalan, yaitu: 1. Ruas jalan antara Jalan Lamping dan Jalan Dr. Setiabudi 2. Ruas jalan antara Jalan Bapak Husen dan Jalan Lamping 3. Ruas jalan antara Jalan Prof. Eyckman dan Jalan Bapak Husen 4. Ruas jalan antara Jalan Pasteur dan Jalan Prof. Eyckman 5. Ruas jalan antara Jalan Abdul Rivai dan Jalan Pasteur 6. Ruas jalan antara Jalan Pajajaran dan Jalan Abdul Rivai Dari keenam ruas jalan tersebut, daerah yang diambil sebagai wilayah studi hanya 2 (dua) ruas jalan saja, yaitu ruas jalan antara Jalan Prof. Eyckman dan Jalan Bapak Husen, serta antara Jalan Pasteur dan Jalan Prof. Eyckman, yang selanjutnya demi memudahkan pembuatan laporan tugas akhir ini, akan tetap disebut sebagai Jalan Cihampelas. Pemilihan kedua ruas ini didasarkan kepada konsentrasi kegiatan perdagangan dan jasa yang tinggi pada kedua ruas jalan ini. 3.3.1 Pola Penggunaan Lahan Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan, penggunaan lahan (dapat dilihat pada Gambar 3.1) di kawasan Jalan Cihampelas didominasi oleh kegiatan perdagangan dan jasa. Pembagian lokasi pengamatan dibagi menjadi 2 (dua) kelompok, yaitu: 1. Kawasan antara penggal Jalan Bapak Husen dan Jalan Prof. Eyckman Penggunaan lahan di kawasan ini berupa perkantoran, pendidikan, rumah sakit, penginapan, perdagangan, dan pusat perbelanjaan (mall).

35

36

37 Dari seluruh penggunaan lahan tersebut, kegiatan perdagangan pakaian jeans merupakan dominasi guna lahan di kawasan ini. 2. Kawasan antara penggal Jalan Prof. Eyckman dan Jalan Pasteur Penggunaan lahan di kawasan ini berupa perumahan, perdagangan dan jasa, restoran, pusat perbelanjaan, dan bengkel. Dominasi guna lahan berupa perdagangan pakaian jeans. 3.3.2 Kondisi Lalu Lintas di Jalan Cihampelas Berikut ini akan dibahas mengenai kondisi lalu lintas di Jalan Cihampelas yang meliputi volume dan komposisi kendaraan yang melewati Jalan Cihampelas, kapasitas jalan, serta kecepatan dan waktu tempuh dari masingmasing ruas jalan. 3.3.2.1 Kondisi Geometrik Jalan Cihampelas Jalan Cihampelas merupakan jalan satu arah dengan dua lajur tak terbagi dengan proporsi jalur yang sama besar (50-50). Median jalan berupa marka garis putus-putus. Kelengkapan jalan yang ada meliputi rambu dilarang berhenti, papan penunjuk arah jalan, area penyeberangan (zebra cross), rambu forbidden, lampu pengatur lalu lintas, dan lampu jalan. Keadaan fisik koridor wilayah studi pada Ruas 1 (penggal jalan antara Jalan Bapak Husen dan Jalan Prof. Eyckman) adalah sebagai berikut (penampang jalan dapat dilihat pada Gambar 3.2): 1. Panjang jalan kurang lebih 675 meter. 2. Lebar badan jalan rata-rata 7 meter. 3. Lebar efektif jalan rata-rata 6 meter. 4. Lebar bahu jalan efektif rata-rata dibawah 0,5 meter. 5. Lebar trotoar sebelah timur jalan rata-rata 1 meter. 6. Lebar trotoar sebelah barat jalan rata-rata 1,5 meter.

38 Lebar trotoar 1,5 meter Lebar bahu jalan 0,5 meter Lebar jalan 7 meter Lebar efektif 6 meter Lebar bahu jalan 0,5 meter Lebar trotoar 1 meter Gambar 3.2 Penampang Jalan di Ruas 1 Sedangkan karakteristik fisik pada Ruas 2 (penggal jalan antara Jalan Prof. Eyckman dan Jalan Pasteur) adalah sebagai berikut (penampang jalan dapat diihat pada Gambar 3.3): 1. Panjang jalan kurang lebih 825 meter. 2. Lebar badan jalan rata-rata 8 meter. 3. Lebar efektif jalan rata-rata 7 meter. 4. Lebar bahu jalan efektif rata-rata dibawah 0,5 meter. 5. Lebar trotoar sebelah timur jalan rata-rata 1 meter. 6. Lebar trotoar sebelah barat jalan rata-rata 1,5 meter. Lebar jalan 8 meter Lebar trotoar 1,5 meter Lebar bahu jalan 0,5 meter Lebar efektif 7 meter Lebar bahu jalan 0,5 meter Lebar trotoar 1 meter Gambar 3.3 Penampang Jalan di Ruas 2

39

40

41 3.3.2.2 Volume dan Komposisi Kendaraan Menurut Pignataro dalam Malvina (2005), yang dimaksud dengan volume kendaraan adalah jumlah kendaraan yang melewati titik tertentu pada waktu tertentu atau jumlah kendaraan yang melewati ruas jalan tertentu pada waktu tertentu. Sedangkan volume maksimum pada saat jam puncak didefinisikan sebagai jumlah volume yang terjadi pada suatu ruas jalan pada waktu jam sibuk (peak hour). Di sepanjang Jalan Cihampelas yang menjadi objek pengamatan yaitu ruas 1 (penggal jalan antara Jalan Bapak Husen - Jalan Prof. Eyckman) dan ruas 2 (penggal jalan antara Jalan Prof. Eyckman - Jalan Pasteur), terjadi percampuran jenis kendaraan yang melintas, yaitu mulai dari kendaraan sepeda motor, kendaraan ringan (light vehicle) seperti sedan, minibus, jip, dan kendaraan lain yang sejenis, kendaraan berat (heavy vehicle) seperti bis, truk, serta kendaraan tidak bermotor (unmotorized vehicle) seperti sepeda dan gerobak. Kendaraan yang mendominasi penggunaan Jalan Cihampelas adalah jenis kendaraan ringan dan sepeda motor. Untuk lebih jelasnya, maka dapat dilihat dalam tabel volume dan komposisi kendaraan sebagai berikut. Berdasarkan tabel tersebut, dapat dilihat bahwa pada ruas 1 (penggal jalan antara Jalan Bapak Husen - Jalan Prof. Eyckman) untuk masing-masing hari pengamatan, yaitu Jumat, Sabtu, dan Minggu, pergerakannya selalu didominasi oleh kendaraan ringan diikuti oleh sepeda motor dan kendaraan berat. Kendaraan ringan mendominasi penggunaan Jalan Cihampelas ruas 1 dengan proporsi berkisar antara 58,40-63,05 %, sepeda motor dengan komposisi berkisar antara 35,10-38,76 %, dan proporsi kendaraan berat berkisar antara 1,11-2,17 %. Begitu pun pada ruas 2 (penggal jalan antara Jalan Prof. Eyckman - Jalan Pasteur), kendaraan ringan mendominasi penggunaan Jalan Cihampelas dengan proporsi berkisar antara 58,45-62,95 %. Proporsi terbesar kedua diikuti oleh sepeda motor dengan dominasi penggunaan jalan berkisar antara 35,21-38,78 %, selanjutnya kendaraan berat dengan proporsi berkisar antara 1,11-2,11 %.

42 Hari Tabel III.1 Volume dan Komposisi Kendaraan yang Melewati Jalan Cihampelas Ruas 1 Volume Kendaraan (kendaraan/jam) Waktu Kendaraan Kendaraan Kendaraan Tak Total Sepeda Motor Ringan Berat Bermotor 07.00-08.00 728 1280 36 40 2084 08.00-09.00 1188 1424 28 40 2680 12.00-13.00 956 1640 16 12 2624 Jumat 13.00-14.00 792 1688 20 12 2512 14.00-15.00 1076 1752 12 12 2852 17.00-18.00 940 1872 40 16 2868 18.00-19.00 924 1864 64 12 2864 19.00-20.00 852 1872 20 12 2756 Komposisi (%) 35.10 63.05 1.11 0.73 100 07.00-08.00 820 1200 36 24 2080 08.00-09.00 884 1420 32 32 2368 12.00-13.00 908 1656 76 4 2644 Sabtu 13.00-14.00 916 1664 48 24 2652 14.00-15.00 1108 1696 56 16 2876 17.00-18.00 1344 1776 60 16 3196 18.00-19.00 900 1992 64 16 2972 19.00-20.00 1376 1796 64 8 3244 Komposisi (%) 37.47 59.91 1.98 0.64 100 07.00-08.00 660 1240 32 24 1956 08.00-09.00 764 1400 32 32 2228 12.00-13.00 1244 1516 88 8 2856 Minggu 13.00-14.00 912 1692 40 18 2662 14.00-15.00 1312 1780 60 8 3160 17.00-18.00 1112 1636 40 12 2800 18.00-19.00 1132 1504 88 12 2736 19.00-20.00 996 1484 76 24 2580 Komposisi (%) 38.76 58.40 2.17 0.66 100 Sumber: Hasil analisis, 2007.

43 Hari Tabel III.2 Volume dan Komposisi Kendaraan yang Melewati Jalan Cihampelas Ruas 2 Volume Kendaraan (kendaraan/jam) Waktu Kendaraan Kendaraan Kendaraan Tak Total Sepeda Motor Ringan Berat Bermotor 07.00-08.00 736 1284 36 40 2096 08.00-09.00 1200 1432 28 40 2700 12.00-13.00 960 1644 16 12 2632 Jumat 13.00-14.00 800 1692 20 12 2524 14.00-15.00 1076 1752 12 12 2852 17.00-18.00 944 1872 40 16 2872 18.00-19.00 932 1868 64 12 2876 19.00-20.00 860 1880 20 12 2772 Komposisi (%) 35.21 62.95 1.11 0.73 100 07.00-08.00 832 1208 40 24 2080 08.00-09.00 884 1420 32 32 2368 12.00-13.00 920 1676 72 4 2644 Sabtu 13.00-14.00 916 1664 48 24 2652 14.00-15.00 1108 1716 56 16 2876 17.00-18.00 1364 1776 60 16 3196 18.00-19.00 900 1988 64 16 2972 19.00-20.00 1380 1800 64 8 3244 Komposisi (%) 37.53 59.87 1.97 0.63 100 07.00-08.00 660 1240 32 24 1956 08.00-09.00 764 1400 32 32 2228 12.00-13.00 1240 1512 88 8 2856 Minggu 13.00-14.00 912 1700 36 18 2662 14.00-15.00 1320 1780 52 8 3160 17.00-18.00 1120 1660 40 12 2800 18.00-19.00 1132 1500 88 12 2736 19.00-20.00 1000 1488 76 24 2580 Komposisi (%) 38.78 58.45 2.11 0.66 100 Sumber: Hasil analisis, 2007.

44 3.3.2.3 Kapasitas Jalan Cihampelas Berdasarkan kondisi geometrik Jalan Cihampelas dan faktor-faktor yang mempengaruhi kapasitas jalan seperti yang telah dijelaskan pada bab 2.1.3.3, maka kapasitas Jalan Cihampelas pada ruas 1 (penggal jalan antara Jalan Bapak Husen Jalan Prof. Eyckman) yaitu: C = C 0 x FC W x FC SP x FC SF x FC S = 3300 x 0,92 x 1,00 x 0,73 x 1,00 = 2216,28 smp/jam Sedangkan untuk ruas 2 (ruas jalan antara Jalan Prof. Eyckman - Jalan Pasteur), diperoleh kapasitas jalan sebesar: C = C 0 x FC W x FC SP x FC SF x FC S = 3300 x 1,00 x 1,00 x 0,73 x 1,00 = 2409 smp/jam 3.3.2.4 Kecepatan dan Waktu Tempuh Kendaraan Kecepatan dan waktu tempuh merupakan beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pelayanan suatu jalan. Kecepatan yang digunakan dalam studi ini yaitu kecepata arus bebas dan kecepatan perjalanan. A. Kecepatan Arus Bebas Menurut Indonesian Highway Capacity Manual (1997), yang dimaksud dengan kecepatan arus bebas adalah kecepatan kendaraan yang dapat dicapai apabila berjalan tanpa gangguan dan aman (hambatan samping sangat rendah). Pada dasarnya kecepatan arus bebas tersebut merupakan kecepatan rencana (design speed) dari suatu ruas jalan. Berdasarkan PP No. 34 tahun 2006 tentang jalan, kecepatan rencana paling rendah yang seharusnya dimiliki oleh jalan kolektor sekunder yaitu 20 km/jam.

45 Berdasarkan rumus perhitungan kecepatan arus bebas sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh IHCM (1997), maka kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan di ruas 1 Jalan Cihampelas adalah sebagai berikut: FV = (FV o + FV W ) x FFV SF x FFV CS = (57 + (-4)) x 0,68 x 1,00 = 36,04 km/jam Keterangan : FV = Kecepatan arus bebas (km/jam) FV o = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan (km/jam) FV W = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam) FFV SF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping FFV CS = Faktor penyesuaian ukuran kota Sedangkan kecepatan arus bebas untuk kendaraan ringan di ruas 2 Jalan Cihampelas adalah sebagai berikut: FV = (FV o + FV W ) x FFV SF x FFV CS = (57 + 0) x 0,68 x 1,00 = 38,76 km/jam Keterangan : FV = Kecepatan arus bebas (km/jam) FV o = Kecepatan arus bebas dasar kendaraan (km/jam) FV W = Faktor penyesuaian lebar jalur lalu-lintas efektif (km/jam) FFV SF = Faktor penyesuaian kondisi hambatan samping FFV CS = Faktor penyesuaian ukuran kota Adanya perbedaan besar kecepatan arus bebas pada masing-masing ruas jalan dikarenakan adanya perbedaan lebar efektif jalan. Kecepatan arus bebas pada umumnya lebih besar daripada kecepatan aktualnya (kecepatan perjalanan),

46 karena pada perhitungan kecepatan perjalanan, banyak sekali faktor yang mempengaruhinya. B. Kecepatan Perjalanan Kecepatan perjalanan merupakan salah satu faktor yang berpengaruh untuk menggambarkan kinerja suatu jaringan jalan dalam menampung arus lalu lintas. Kecepatan perjalanan dihitung berdasarkan data hasil survei primer dengan menggunakan kendaraan ringan melalui pencatatan waktu perjalanan dari awal hingga ujung akhir ruas jalan termasuk semua waktu tundaan yang terjadi. Menurut Warpani dalam Malvina (2005), untuk menghitung kecepatan perjalan digunakan rumus kecepatan perjalanan sebagai berikut: Kecepatan Perjalanan = Jarak/Waktu Tempuh Jalan Cihampelas merupakan jalan kolektor sekunder yang memiliki kecepatan rencana serendah-rendahnya 20 km/jam. Namun pada umumnya berdasarkan hasil pengamatan, kecepatan perjalanan memiliki nilai < 20 km/jam. Tabel berikut memperlihatkan data bahwa pada ruas 1 dan 2 secara keseluruhan kecepatan kendaraan berada di bawah standar kelas jalan kolektor sekunder. Ruas 1 Tabel III.3 Kecepatan Perjalanan Jalan Cihampelas Waktu Panjang Waktu tempuh (detik) Kecepatan (km/jam) (m) Jumat Sabtu Minggu Jumat Sabtu Minggu 07.00-08.00 98 90 90 24.80 27.00 27.00 08.00-09.00 116 106 105 20.95 22.92 23.14 12.00-13.00 122 128 130 19.92 18.98 18.69 13.00-14.00 135 140 142 18.00 17.36 17.11 675 14.00-15.00 143 145 152 16.99 16.76 15.99 17.00-18.00 162 165 155 15.00 14.73 15.68 18.00-19.00 157 205 137 15.48 11.85 17.74 19.00-20.00 152 212 130 15.99 11.46 18.69

47 Ruas Waktu Panjang Waktu tempuh (detik) Kecepatan (km/jam) (m) Jumat Sabtu Minggu Jumat Sabtu Minggu 07.00-08.00 100 95 97 29.70 31.26 30.62 08.00-09.00 120 112 115 24.75 26.52 25.83 12.00-13.00 125 130 132 23.76 22.85 22.50 2 13.00-14.00 135 155 160 22.00 19.16 18.56 825 14.00-15.00 148 157 155 20.07 18.92 19.16 17.00-18.00 162 215 170 18.33 13.81 17.47 18.00-19.00 155 205 145 19.16 14.49 20.48 19.00-20.00 152 175 140 19.54 16.97 21.21 Sumber: Hasil analisis, 2007. Berdasarkan tabel tersebut, terlihat bahwa pada ruas 1 kecepatan perjalanan yang dapat ditempuh yaitu berkisar antara 11,46-27,00 km/jam. Pada umumnya kecepatan perjalanan yang diperoleh masih dibawah standar teknis kecepatan jalan kolektor sekunder. Hanya pada saat-saat tertentu saja, kecepatan perjalanan yang diperoleh berada di atas 20 km/jam. Begitu pula pada ruas 2 kecepatan perjalanannya sebagian besar berada di bawah 20 km/jam dengan berkisar antara 13,81-31,26 km/jam.

48