PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING

dokumen-dokumen yang mirip
UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE

MENINGKATKAN PEMAHAMAN SISWA KELAS IX-3 MELALUI MODEL PEMBELAJARAN INQUIRY DI SMP NEGERI 1 PAYUNG T.P. 2015/2016

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TGT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA SISWA KELAS III SD NEGERI PUJI DADI

Annan Ginting Guru Pendidikan Agama Kristen SMP Negeri 1 Payung Surel :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE STAD DI KELAS VII-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

Mondang Syahniaty Elfrida Sinaga Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KETERAMPILAN PROSES DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS III SDN 019 BONANDOLOK

MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE PADA SISWA KELAS VIII-U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Martinus Gutu SD Negeri No Suka Makmur Kec. Delitua

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPAMELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF NUMBERED HEADS TOGETHER SMP NEGERI 7 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS V SD NEGERI 032 SINONOAN

BERTHA LUBIS Guru SMP Negeri 4 Medan ABSTRAK

PENERAPAN MODEL STUDENT FACILITATOR AND EXPLAINING UNTUK MELIHAT DAYA SERAP SISWA KELAS VIII-1 SMP NEGERI 29 MEDAN

MINDAMORA SITUMORANG Guru SD Negeri Muliorejo

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TUTOR SEBAYA DI KELAS VII SMP NEGERI 1 PATUMBAK

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWAKELAS VIII U SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR PKN SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK TALK WRITE (TTW) DI KELAS VII-1 SMP NEGERI 1BARUSJAHE

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE DISKUSI PADA MATA PELAJARAN IPS DI KELAS VIII-1 SMP NEGERI 4 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENINGKATAN AKTIVITAS SISWA PADA MATA PELAJARAN PENJAS DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V-B SD NEGERI MULIOREJO

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN SISWA BERMAIN BOLA BASKET DI KELAS IX-2 SMPN 1 PATUMBAK

Alamson Silalahi Guru SMP Negeri 4 Medan Surel :

PERBAIKAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI POKOK BANGUN RUANG MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TUTOR SEBAYA DI KELAS

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL) PADA PELAJARAN PKN DI KELAS V SDN No.

PENERAPAN METODE DISKUSI BERBANTUAN LKS UNTUK MEMPERBAIKI KEMAMPAUN PSIKOMOTORIK SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS VIII-2 SMP NEGERI 4 MEDAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NHT BERBANTUAN VCD DALAM MEMPERBAIKI AKTIVITAS BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS IX-1 SMPN 1 PATUMBAK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN DIRECT INSTRUCTION DALAM PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPA SMP NEGERI 7 MEDAN

EFEKTIFITAS MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGASI DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PKn SISWA KELAS IX-7 SMP NEGERI 1 BANGUN PURBA

EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN IPS DENGAN MENERAPKAN TEKNIK BRAINSTORMING DI KELAS VIII-C SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN STAD PADA MATA PELAJARAN IPA DI KELAS VIII.B SMP NEGERI 3 BAHOROK

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA DALAM PENINGKATAN HASIL BELAJAR PADA MATERI PECAHAN DI KELAS IV SDN MAROMBUN UJUNG JAWI

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATIONUNTUK MENINGKATKAN SIKAP BELAJAR SISWAKELAS VIII-1PADA MATA PELAJARAN IPS SMPNEGERI 1PAYUNG

UPAYA MENINGKATKAN PRESTASI BELAJAR IPA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN TERBIMBING PADA SISWA KELAS VI SD NEGERI 339 TAMANG

Deliwani Br Purba Guru SMP Negeri 1 Bangun Purba Surel :

Muhamad Mahmud Surel : Guru Mata Pelajaran IPA SMP Negeri 1 Lubuk Pakam

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS

Suharti Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia SMP Negeri 1 Lubuk Pakam Surel :

PENINGKATAN HASIL BELAJAR BAHASA INDONESIA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN THINK-TALK-WRITE DI SMP NEGERI 7 MEDAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Nurmi Butar-Butar Guru SMP Negeri 19 Medan Surel :

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA MELALUI MEDIA GAMBAR DAN KARTU KATA SISWAKELAS 1-B SD NEGERI DELITUA KABUPATENDELI SERDANG

X f fx Jumlah Nilai rata-rata 61 Keterangan :

LATIPA HANIM HARAHAP Guru SMP Negeri 29 Medan

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Sarinawati Guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia di SMP Negeri 3 Bahorok Surel :

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

PERBAIKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INGGRIS SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TIME TOKEN PADA SISWA KELAS IX-A SMP NEGERI 1 BATAHAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

Lamhot Munthe. menawarkan persoalan-persoalan yang sulit, ditambah dengan kurangnya kerjasama antar siswa

Karolina Br Karo Guru SD Negeri Tigaserangkai Surel:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TEAM GAMES TOURNAMENT

MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MATERI POKOK PECAHAN DI KELAS V-B SD NEGERI NO

Tiamsa Napitupulu Guru Mata Pelajaran Ekonomi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen dalam Pembelajaran IPA di Kelas V SDN Meselesek

IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN KOOPERATIF MODEL MAKE A MATCH DALAM MENINGKATKAN KOMPETENSI BELAJAR SISWA PADA MATERI OPERASI HITUNG BILANGAN.

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA PADA MATA PELAJARAN IPA KELAS VIII G SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

Aisyatir Rodiah Guru Mata Pelajaran PAI di SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN THINK PAIR SHARE PADA MATERI AJAR MENJAGA KEUTUHAN NKRI. Tri Purwati

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PICTURE AND PICTURE

Firman P., I Made Tangkas, dan Ratman. Mahasiswa Program Guru Dalam Jabatan. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tadulako

Asniar Elfrida Tambun Guru Biologi SMA Negeri 1 Percut Sei Tuan Surel:

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PENDAHULUAN. NUR ASYIAH Guru SDN 101 Hutasiantar ABSTRAK

UPAYA MENINGKATAN SIKAP BELAJAR SEJARAH DENGAN MODEL THINK PAIR SHAREKELAS X P.IPS 3 SMA NEGERI 2 KABANJAHE

BAB III METODOLOGI PENELITIAAN

Sri Andayani 5. Kata kunci: model pembelajaran TAI (Team-Assisted-Individualization), hasil belajar. Guru SDN Gadingrejo 01 Umbulsari Jember

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR BAHASA INDONESIA DENGAN PENERAPAN METODE KLOS SISWA KELAS VII-3 SMP NEGERI 29 MEDAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM POSING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA TERPADU SISWA KELAS VIII-8 SMP NEGERI 29 MEDAN

550 Junaidi : Perbaikan Keterampilan Berpikir Siswa dalam Pembelajaran... WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

WAHANA INOVASI VOLUME 3 No.2 JULI-DES 2014 ISSN :

BAB III METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Purhandayani SMP Teuku Umar Semarang

PENINGKATAN AKTIVITAS BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN JIGSAW PADA SISWA KELAS VII-A SMP NEGERI 1 LUBUK PAKAM

BAB III METODE PENELITIAN. pelajaran 2013/2014 selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Juli sampai

PENERAPAN PEMBELAJARAN CONTEXTUAL TEACHING AND LEARNING (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. berjumlah 16 orang siswa yang terdiri dari 6 orang laki-laki dan 10 orang

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A.

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PKn MELALUI MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG DI KELAS V SD NEGERI NO

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Sinar Sion Guru Pendidikan Jasmani SD Negeri Suka Makmur ABSTRAK

PENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI METODE INKUIRI MATA PELAJARAN PKn KELAS IV SD NEGERI KOTA TEBING TINGGI

BAB III METODE PENELITIAN

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research), karena

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penerapan Pendekatan Paikem Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Pokok Bahasan Energi dan Kegunaanya di Kelas IV SDN 4 Kamalu Tolitoli

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPS DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA SISWA KELAS IV SDN 1 GIMPUBIA. Oleh.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Panjang Selatan Kecamatan Panjang

WAHANA INOVASI VOLUME 4 No.2 JULI-DES 2015 ISSN :

Antonius Girsang Guru SMP Negeri 3 Berastagi Surel :

Transkripsi:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TRAINING PADA MATA PELAJARAN PENJASKES DALAM UPAYA PENINGKATAN KEMAMPUAN KOGNITIF SISWA IV SD NEGERI 101804 GEDUNG JOHOR Saptariani Br. Purba Surel : fauryhidayati@gmail.com ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran penjaskes melalui model pembelajaran inquiri training di kelas IV SD Negeri 101804 Gedung Johor T.P 2015/2016. Subjek penelitian yaitu siswa sebanyak 35 orang siswa. Hasil penelitian menunjukkan pada formatif I 8 orang siswa tuntas, sedangkan kelas tidak tuntas. Pada formatif II tuntas secara individu sebanyak 32 orang siswa, sedangkan kelas tuntas dengan ratarata siklus I dan II adalah 61,71 dan 80 serta persentase ketuntasan klasikal 22,85% pada siklus I dan 91,42% pada siklus II. Hasil observer pada siklus I antara lain: memperagakan (33%), mengerjakan LKS (21%), bertanya sesama teman (13%), bertanya kepada guru (13%), dan yang tidak relevan dengan KBM (22%) dan data aktivitas siswa menurut pengamatan pada siklus II antara lain: memperagakan (35%), mengerjakan LKS (24%), bertanya sesama teman (17%), bertanya kepada guru (19%), dan yang tidak relevan dengan KBM (6%). Dengan demikian model pembelajaran inquiri training dapat meningkatkan kemampuan kognitif siswa pada mata pelajaran penjaskes siswa. Kata Kunci : Aktivitas Belajar, Hasil Belajar, Inquiri Training PENDAHULUAN Dalam mengembangkan model pembelajaran seorang guru harus dapat menyesuaikan antara model yang dipilihnya dengan kondisi siswa, materi pelajaran, dan sarana yang ada. Oleh karena itu, guru harus menguasai beberapa jenis model pembelajaran agar proses belajar mengajar berjalan lancar dan tujuan yang ingin dicapai dapat terwujud. Berdasarkan pengalaman guru di SD Negeri 101804 Gedung Johor sampai sekarang masalah yang sering dihadapi dalam mengajarkan mata pelajaran penjaskes di kelas IV adalah kurangnya minat belajar siswa, guru tidak memiliki media untuk mengajar dan kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan yakni metode ceramah sehingga mengakibatkan siswa sering ribut di dalam kelas dan mengantuk. Kondisi lapangan yang tidak memadai dan alat peraga dalam kegiatan pembelajaran penjaskes yang tidak mendukung menjadi salah satu masalah dalam pembelajaran penjaskes. Mengakibatkan hasil belajar siswa kelas IV tidak mencapai KKM yang dikehendaki. Pengawasan orang tua siswa di rumah juga sangat mempengaruhi aktivitas belajar siswa. Orang tua yang sibuk dalam bekerja mengakibatkan siswa kurang Guru di SD Negeri 101804 Gedung Johor 89

Saptariani Br. Purba: Penerapan Model.... terkontrol dalam belajar sehingga terlalu banyak dalam bermain. Masalah utama dalam pembelajaran penjaskes ialah belum tepatnya penggunaan metode atau model pembelajaran dalam menyampaikan materi pelajaran, yang memenuhi muatan tatanan nilai, agar dapat diinternalisasikan pada diri siswa serta mengimplementasikan hakekat pendidikan nilai dalam kehidupan mereka sehari-hari. Hal ini berkaitan dengan kritik masyarakat terhadap materi pelajaran Penjaskes yang tidak bermuatan nilai-nilai praktis tetapi hanya bersifat politis atau alat indoktrinasi untuk kepentingan kekuasaan pemerintah. Strategi pembelajaran dalam Proses Belajar Mengajar (PBM) terkesan sangat kaku, kurang fleksibel, kurang demokratis, dan guru cenderung lebih dominan. Di samping masih menggunakan model konvensional yang monoton, aktivitas guru lebih dominan daripada siswa, akibatnya guru seringkali mengabaikan proses pembinaan tatanan nilai, sikap, dan tindakan, sehingga mata pelajaran Penjaskes tidak dianggap sebagai mata pelajaran pembinaan warga negara yang menekankan pada kesadaran akan hak dan kewajiban tetapi lebih cenderung menjadi mata pelajaran yang jenuh dan membosankan. Untuk meminimalkan permasalahan tersebut maka guru harus menggunakan model pembelajaran yang dapat menciptakan suasana belajar yang melibatkan siswa bekerja secara gotong royong yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif. Salah satu model pembelajaran Inquiry Training. Model pembelajaran Inquiry Training memiliki ciri-ciri dapat membangkitkan aktivitas belajar siswa dan memunculkan ketrampilan kooperatif dari siswa. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan suatu penelitian yang berjudul: Penerapan Model Pembelajaran Inquiri Training Pada Mata Pelajaran Penjaskes Dalam Upaya Peningkatan Kemampuan Kognitif Siswa IV SD Negeri 101804 Gedung Johor. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 101804 Gedung Johor pada bulan Agustus sampai dengan Desember T.P. 2015/2016. Subjek dalam penelitian ini sebanyak I (satu) kelas yaitu kelas IV SD Negeri 101804 Gedung Johor sebanyak 35 orang. Penelitian ini menggunakan Penelitian Tindakan Kelas (PTK). PTK adalah suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukan itu, serta memperbaiki kondisi dimana praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini menggunakan 90

ESJ VOLUME 5, NO. 2, JUNI 2016 model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation (pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus 1 dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Prosedur tersebut banyak diacu oleh guru dalam melaksanakan PTK dengan memuat bagan dalam Sani dan Sudiran (2012) sebagai berikut: Identifikasi Permasalahan Refleksi Refleksi Siklus selanjutnya Perencanaan Tindakan Perbaikan SIKLUS I Observasi Rencana Revisi SIKLUS II Observasi Gambar 1 Siklus dalam Prosedur PTK Pelaksanaan Tindakan Pelaksanaan Tindakan Metode analisis data pada penelitian ini digunakan metode deskriptif dengan membandingkan hasil belajar siswa sebelum tindakan dengan hasil belajar siswa setelah tindakan. Langkah-langkah pengolahan data sebagai berikut: 1. Merekapitulasi nilai pretes sebelum tindakan dan nilai tes akhir siklus I dan siklus II. 2. Menghitung nilai rata-rata atau persentase hasil belajar siswa sebelum dilakukan tindakan dengan hasil belajar setelah dilakukan tindakan pada siklus I dan siklus II untuk mengetahui adanya peningkatan hasil belajar. 3. Penilaian a. Penilaian aktivitas digunakan rumus sebagai berikut: jumlah skor diperoleh % Aktivitas 100% jumlah skor ideal b. Data nilai hasil belajar (kognitif) diperoleh dengan menggunakan rumus: Jumlah jawaban benar Nilai Siswa 100 Jumlah seluruh soal c. Nilai rata-rata siswa dicari dengan rumus sebagai berikut: X X N Keterangan : X = Nilai rata-rata Σ = Jumlah nilai X N = Jumlah peserta tes d. Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas Ketuntasanbelajar kelas S b K ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai 70 (kognitif). ΣK = Jumlah siswa dalam sampel. 100% 91

Proporsi Saptariani Br. Purba: Penerapan Model.... HASIL DAN PEMBAHASAN Sebelum melakukan siklus I peneliti terlebih dahulu mengumpulkan data yang berhubungan dengan kondisi awal siswa. Untuk memperoleh data tersebut, peneliti memberikan ujian pretes yang mencakup seluruh indikator yang akan menjadi bahan ajar untuk 4 KBM (siklus I dan II). Adapun data yang diperoleh seperti pada tabel berikut: Tabel 1 Distribusi Hasil Pretes Nilai Frekuensi Rata-rata 40 2 50 6 60 19 70 6 60 80 2 Jumlah 35 Berdasarkan data di atas hanya satu orang pun siswa mendapat nilai sesuai KKM, dengan ketuntasan klasikal 22,85%. Nilai tertinggi adalah 80, dan terendah adalah 40. Berdasarkan data di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa siswa tidak mempersiapkan diri sebelum mengikuti pembelajaran di sekolah. Siswa tidak membaca materi yang akan di pelajari di rumah. Siswa hanya mengharapkan penjelasan guru tanpa mencari tau maupun membekali diri. Hal ini menunjukan aktivitas belajar siswa rendah. Siklus I Proses penelitian ini dilakukan dalam dua siklus yang masing-masing siklus terdiri dari 2 kali tatap muka dan 4 tahapan, yaitu: (1) perencanaan tindakan, (2) pelaksanaan tindakan, (3) observasi dan interpretasi, dan (4) analisis dan refleksi serta tindakan perbaikan. Dalam perencanaan telah berhasil disusun sebuah perangkat pembelajaran melalui model pembelajaran inquiry training yang terdiri dari RPP, dan Instrumen tes hasil belajar siswa. Sementara tindakaan perbaikan untuk siklus II direncanakaan setelah berakhirnya siklus I. a) Data Aktivitas Belajar Siswa Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM. Dengan pengamatan setiap 2 menit siklus I. 35% 30% 25% 20% 15% 10% 5% 0% Mem praga kan Siklus I Meng erjaka n LKS Berta nya pada teman Berta nya pada guru Yang tidak Relev an denga n Proporsi 33% 21% 13% 13% 22% Gambar 2 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus I b) Data Hasil Belajar Siswa Siklus I Siklus I dilakukan dengan 2 KBM. Di akhir siklus I siswa diberikan tes belajar. Soal tes tersebut adalah sebagian dari instrumen pada pretes yang mewakili indikator yang 92

ESJ VOLUME 5, NO. 2, JUNI 2016 telah dipelajari. Tes di akhir siklus I ini disebut sebagai formatif I. Dari formatif I diperoleh data yang disajikan dalam Tabel sebagai berikut: Tabel 2 Distribusi Hasil Formatif I Nilai Frekuensi Rata-rata 40 5 60 22 80 8 61,71 Jumlah 35 Merujuk pada tabel 2, nilai terendah formatif I adalah 40 dan tertinggi adalah 80. Kriteria ketuntasan minimum yang ditetapkan adalah 70 sehingga meskipun nilai rata-rata sebesar 61,71 telah ada siswa yang mancapai ketuntasan namun, 17 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau tidak tuntas, dengan demikian ketuntasan klasikal adalah sebesar 22,85%. Kriteria ketuntasan klasikal yang ditetapkan adalah 85% siswa memperoleh nilai sama dengan atau di atas KKM. Sehingga nilai ini jauh berada di bawah kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus I sama sekali tidak berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. c) Refleksi dan Tindakan Perbaikan Merujuk pada tabel 2 diatas, hanya 8 (22,85%) siswa yang lulus KKM yang telah ditetapkan. Sedangkan 17 siswa belum mencapai ketuntasan. Rendahnya hasil belajar siklus 1 tidak terlepas dari rendahnya aktivitas belajar pada siklus I. Merujuk tabel 4.2 aktivitas siswa yang paling dominan yakni Mempragakan (33%), mengerjakan LKS (21%), bertanya pada teman (13%), bertanya pada guru (13%), aktivitas yang tidak relevan dengan KBM (22%). Berdasarkan refleksi yang peneliti lakukan rendahnya aktivitas dan hasil belajar siswa diakibatkan oleh beberapa hal diantaranya, ketika siswa berdiskusi dalam kelompok banyak kelompok yang terlihat bingung dalam pelaksanaannya. Ada pula yang bingung dengan langkah yang harus dilaksanakan. Sementara beberapa siswa tidak aktif dalam melaksanakan diskusi, siswa tersebut hanya berdiam diri, seolah-olah tidak mau tahu meskipun beberapa ada beberapa siswa yang aktif dalam praktek. Semua kendala-kendala pembelajaran yang muncul pada siklus I disebabkan oleh ketidaksiapan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran. Siswa tidak melakukan persiapan dari rumah dengan mempelajari sebagian materi baru yang akan diajarkan. Kemudian yang paling penting adalah siswa tidak terbiasa melakukan pembelajaran dengan model inquiry training dan pembelajaran secara berkelompok. Disaat yang sama guru sebagai peneliti belum mampu memberikan kesimpulan secara cepat untuk memutuskan tindakan perbaikan yang perlu dilakukan. Untuk menyelesaikan kendala-kendala di atas, peneliti berdiskusi dengan teman sejawat peneliti, dan juga tutor dari LPMP dan UNIMED untuk menyusun tindakan perbaikan pada siklus II. 93

Proporsi Saptariani Br. Purba: Penerapan Model.... Berdasarkan refleksi siklus I bebarapa tindakan perbaikan pembelajaran yang dilakukan di siklus II antara lain: peneliti lebih memperhatikan dan mendekati kelompok yang memerlukan bimbingan, Peneliti memberikan tugas rumah tentang materi siklus II kepada siswa sebelum memasuki siklus II agar siswa memiliki cukup persiapan untuk mengikuti proses pembelajaran yang akan di lakukan. Siklus II Pembelajaran siklus II di lakukan setelah peneliti melakukan refleksi dan berdiskusi dengan tutor, teman sejawat (guru mata pelajaran yang sama) kelas IV SD Negeri 101804 Gedung Johor untuk menyusun tindakan perbaikan. a) Aktivitas Belajar Siswa Siklus II Tabel 4.4 Skor Aktivitas Belajar Siklus II diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit kerja kelompok dalam setiap KBM. Dengan pengamatan setiap 2 menit. Adapun data aktivitas yang diperoleh pada siklus II sebagai berikut. 40% 20% 0% Propors i Siklus II Me mpr aga kan Me nge rjak a Ber tan ya p Ber tan ya p Ya ng tida k 35% 24% 17% 19% 6% Gambar 3 Grafik Aktivitas Belajar Siswa Siklus II b) Data Hasil Belajar Siswa Siklus II Setelah berakhirnya pembelajaran siklus II dilakukan formatif II: Tabel 3 Distribusi Hasil Formatif II Nilai Frekuensi Rata-rata 40 1 60 2 80 28 80 100 4 Jumlah 35 Merujuk pada tabel 3, nilai terendah untuk formatif II adalah 40 dan tertinggi adalah 100 dengan kriteria ketuntasan minimal 75. Nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 80 nilai ini meningkat dibandingkaan formatif I dan telah tuntas, ketuntasan klasikal hanya mencapai 91,42%. Mengacu pada kriteria ketuntasan klasikal minimum sebesar 85% maka nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM siklus II juga sudah berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. c) Refleksi dan Tindakan Perbaikan Hasil belajar siswa diakhir siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 91,42 yang berarti hampir seluruh siswa telah memperoleh nilai tuntas dengan 3 orang siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar pada siswa. Hal ini 94

ESJ VOLUME 5, NO. 2, JUNI 2016 dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa sudah mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok. b. Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. c. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya dan berpikir secara kritis. Pada siklus II, pelaksanaan pembelajaran inquiry training diberi tindakan berupa memberikan arahan kembali tentang model pembelajaran yang digunakan, dan memberikan motivasi kepada siswa. Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran inquiry training dengan baik dan dilihat dari aktivitas siswa serta hasil belajar siswa pelaksanaan proses belajar mengajar sudah berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Pembahasan Berdasarkan hasil pelaksanaan pada siklus I dan II dapat dinyatakan bahwa terjadi peningkatan kualitas pembelajaran yang tampak dan perolehan hasil tes dan keaktifan siswa. Merujuk pada Gambar 2 dan Gambar 3 terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa. Penilaian aktivitas diperoleh dari lembar observasi aktivitas. Pengamatan dilakukan oleh dua pengamat selama 20 menit. Dengan pengamatan setiap 2 menit. Merujuk pada Gambar 2, pada siklus I rata-rata aktivitas I yakni mempragakan 33%, mengerjakan LKS 21%, aktivitas bertanya pada teman sebesar 13%, aktivitas bertanya kepada guru 13% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 22%. Merujuk pada Gambar 3 pada siklus II aktivitas mempragakan naik menjadi 35%, Sementara aktivitas mengerjakan LKS naik menjadi 24%. Aktivitas bertanya pada teman naik menjadi 17% dan bertanya pada guru naik menjadi 19%. Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan bahwa Saptariani aktivitas Br. yang Purba: tidak Penerapan relevan Model dengan.. KBM pada siklus II menyusut.. menjadi 6%. Dari data diatas dapat diambil kesimpulan bahwa terjadi peningkatan aktivitas belajar siswa dengan menerapkan model pembelajaran inquiry training selama KBM di kelas IV SD Negeri 101804 Gedung Johor. Hal ini terlihat dengan aktivitas mempragakan dari 34% menjadi 35%, mengerjakan LKS dari 21% menjadi 24%, bertanya kepada 95

Saptariani Br. Purba: Penerapan Model.... teman dari 13% menjadi 17% dan bertanya kepada guru dari 13% menjadi 19% kegiatan yang tidak relevan dengan KBM dari 22% menjadi 6%. Merujuk pada tabel 2 dan Tabel 3, pada mata pelajaran penjaskes dapat kita lihat adanya persentase kenaikan nilai siswa dari pretes dengan rata-rata 60 dan ketuntasan 22,85% menjadi rata-rata 61,71 dangan ketuntasan klasikal 22,85% pada formatif I. Hal itu menunjukkan bahwa pelaksanaan siklus I belum mencapai keberhasilan. Formatif II menunjukkan adanya peningkata hasil belajar menjadi rata-rata 80. Hasil siklus II dengan mendapatkan nilai rata-rata diatas KKM, secara klasikal menunjukkan adanya keberhasilan pembelajaran dengan ketuntasan klasikal mencapai 91,42%. Secara keseluruhan hasil belajar siswa meningkat dari pretes, formatif I, sampai formatif II. Kesimpulan awal tentang karakter siswa adalah bahwa siswa tidak mempersiapkan diri untuk belajar di rumah tentang materi yang baru akan diajarkan di sekolah. Sehingga ketika peneliti melaksanakan siklus I, peneliti mengalami berbagai kendala antara lain ketika siswa berdiskusi dalam kelompok banyak kelompok yang terlihat bingung dalam pelaksanaannya. Ada pula yang bingung dengan langkah yang harus dilaksanakan. Sementara beberapa siswa tidak aktif dalam melaksanakan diskusi, siswa tersebut hanya berdiam diri, seolah-olah tidak mau tahu meskipun beberapa siswa aktif dalam berargumen. Kemudian ada beberapa kelompok yang masih bingung dan tampak belum bisa menarik kesimpulan diskusi. Setelah merefleksi hasil-hasil pada siklus I maka dilakukan tindakan perbaikan pada siklus II dilakukan peneliti setelah melakukan refleksi di akhir siklus I dan berdiskusi dengan sejawat (guru mata pelajaran yang sama), dan pembimbing dari LPMP Sumut dan UNIMED. Tindakan yang dilakukan diantaranya: 1. Peneliti memberikan motivasi kembali kepada siswa diawal pembelajaran. 2. Peneliti menjelaskan kembali tentang model pembelajaran yang digunakan. Peneliti memberikan tugas rumah tentang materi siklus II kepada siswa sebelum memasuki siklus II agar siswa memiliki cukup persiapan untuk mengikuti proses pembelajaran yang akan di lakukan. KESIMPULAN Setelah data-data tes hasil belajar siswa terkumpul kemudian dianalisis sehingga dapat disimpulkan antara lain: 1. Hasil belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Inquiry Training, pada siklus I nilai rata-rata siswa 61,71 dengan persentse klasikal 22,85% belum mencapai nilai KKM. Pada Siklus II nilai siswa meningkat menjadi 80 dengan persentase klasikal 96

ESJ VOLUME 5, NO. 2, JUNI 2016 91,42%, telah mencapai nilai KKM Penjaskes. 2. Aktivitas belajar siswa dengan menerapkan Model Pembelajaran Inquiry Training, siklus I aktivitas mempragakan 33%, mengerjakan LKS 21%, aktivitas bertanya pada teman sebesar 13%, aktivitas bertanya kepada guru 13% dan aktivitas yang tidak relevan dengan KBM sebesar 22%. Siklus II aktivitas mempragakan naik menjadi 35%, aktivitas mengerjakan LKS sebesar 24%. Aktivitas bertanya pada teman sebesar 17% dan bertanya pada guru sebesar 19%. Kesimpulan ini diperkuat dengan temuan bahwa aktivitas yang tidak relevan dengan KBM pada siklus II menyusut menjadi 6%. Setelah melakukan kegiatan belajar mengajar selama empat kali atau disebut dua Siklus maka perlu saran agar pengguna atau yang memanfaatkan model-model pembelajaran benar-benar bermanfaat sesuai dengn tujuan penelitian. 1. Untuk menerapkan model pembelajaran Inquiry Training sebaiknya siswanya maksimum 35 orang perkelas. 2. Untuk menerapkan model pembelajaran Inquiry Training di kelas sebaiknya mudah menyusun meja-meja siswa untuk mengefektifkan waktu untuk berkelompok. 3. Untuk menerapkan model pembelajaran Inquiry Training di kelas sebaiknya menggunakan media yang menarik bagi siswa. DAFTAR RUJUKAN Arikunto, S., (2002), Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta. Joyce, Wheil, dan Calhoun. (2010). Model s of Teaching (Model Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sanjaya, W. (2008). Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana. Sani, R.A. dan Sudiran. (2012). Meningkatkan Profesionalisme Guru Melalui Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Citapustaka Media Perintis. 97